Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2 GEOMORFOLOGI

Disusun Oleh :
Galih Ajie Pangestu
111.180.144
Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KEILMUAN

A. Geomorfologi
Karst adalah suatu bentang alam yang tersusun dari batuan karbonat (CaCO3,
MgCO3, atau campuran keduanya) yang telah mengalami proses pelarutan. Batuan
karbonat terlarut oleh asam karbonat yang terbentuk akibat interaksi air hujan dengan
CO2, baik atmosferik maupun biogenik, yang berasal dari sisa tanaman yang membusuk
(humus) di atas permukaan tanah. Kata karst berasal dari bahasa Jerman, yang
mengambil alih kata carso dari bahasa Italia, atau kars dari bahasa Slovenia. Karst
sendiri berasal dari suatu daerah sebelah timur laut kota Trieste, di daerah Slovenia
pada tahun 1850, tampak sangat gersang, oleh deforestasi selama berabad-abad. Ini
adalah kawasan yang pertama kali dideskripsi oleh geologist abad lalu. Daerah ini telah
mengalami penghijauan dan sudah tertutup hutan yang cukup lebat, tetapi tetap
dinamakan karst.
Sumber: Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: CV Budi Utama

B. Geologi
Karst ialah suatu bentangalam yang menampakkan karakteristik relief dan
drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya di
dalam air, yang lebih tinggi dari kawasan lain. Karst adalah suatu wilayah yang kering,
tidak subur/gersang dan berbatu-batu. Karst juga merupakan pegunungan yang terdiri
dari batugamping dan kemudian memperlihatkan bentangalam yang khas akibat adanya
proses pelarutan batuannya oleh air.
Sumber: Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: CV Budi Utama

C. Geohidrologi
Pada awalnya, berbicara mengenai hidrologi karst tentunya mempunyai
konsekwensi logis yang dapat terbagi menjadi dua topik pembicaraan utama yaitu
hidrologi dan karst. Hidrologi, menurut Linsley et. al. (1975) adalah cabang dari ilmu
geografi fisik yang berurusan dengan air dimuka bumi dengan sorotan khusus pada
sifat, fenomena dan distribusi air di daratan. Hidrologi dikategorikan secara khusus
mempelajari kejadian air di daratan/bumi, deskripsi pengaruh sifat daratan terhadap air,
pengaruh fisik air terhadap daratan dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan.
Pada sisi yang lain, karst dikenal sebagai suatu kawasan yang unik dan dicirikan oleh
topografi eksokarst seperti lembah karst, doline, uvala, polje, karren, kerucut karst dan
berkembangnya sistem drainase bawah permukaan yang jauh lebih dominan
dibandingkan dengan sistem aliran permukaannya (Adji dkk, 1999).
Jika kita belajar hidrologi secara umum pasti tidak akan pernah lepas dari siklus
hidrologi, yaitu peredaran air di bumi baik itu di atmosfer, di permukaan bumi dan di
bawah permukaan bumi. Selama siklus tersebut, air dapat berubah wujudnya yaitu
padat, cair maupun gas tergantung dari kondisi lingkungan siklus hidrologi. Jumlah air
dalam siklus hidrologi selalu tetap dan hanya berubah distribusinya saja dari waktu ke
waktu akibat adanya pengaruh dari faktor tertentu (Adji dan Suyono, 2004). Seperti
disebutkan diatas, karena sifatnya, fokus dari hidrologi karst adalah bukan pada air
permukaan tetapi pada air yang tersimpan di bawah tanah pada sistem-sistem drainase
bawah permukaan karst.
Karena sifat batuan karbonat yang mempunyai banyak rongga percelahan dan
mudah larut dalam air, maka sistem drainase permukaan tidak berkembang dan lebih
didominasi oleh sistem drainase bawah permukaan. Sebagai contoh adalah sistem
pergoaan yang kadang-kadang berair dan dikenal sebagai sungai bawah tanah. Secara
definitif, air pada sungai bawah tanah di daerah karst boleh disebut sebagai airtanah
merujuk definisi airtanah oleh Todd (1980) bahwa airtanah merupakan air yang mengisi
celah atau pori-pori/rongga antar batuan dan bersifat dinamis. Sedangkan, air bawah
tanah karst juga merupakan air yang mengisi batuan/percelahan yang banyak terdapat
pada kawasan ini, walaupun karakteristiknya sangat berbeda dibandingkan dengan
karakteristik airtanah pada kawasan lain.
Jankowski (2001) mengatakan bahwa terdapat tiga komponen utama pada
sistem hidrologi karst, yaitu : akuifer, sistem hidrologi permukaan, dan sistem hidrologi
bawah permukaan. Di karst, cekungan bawah permukaan dapat diidentifikasi dengan
mencari hubungan antara sungai yang tertelan (swallow holes) dan mata air. Cekungan
bawah permukaan ini dapat berkorelasi dengan cekungan aliran permukaan (DAS) jika
jalur-jalur lorong solusional pada bawah permukaan utamanya bersumber pada sungai
permukaan yang masuk melalui ponor. Tapi, secara umum batas antara DAS
permukaan dan bawah permukaan adalah tidak sama. Sistem bawah permukaan,
terutama yang memiliki kemiringan muka airtanah yang rendah dapat mempunyai
banyak jalur dan outlet (mataair). Selanjutnya, karena terus berkembangnya proses
pelarutan, muka airtanah, mataair dan jalur sungai bawah tanah di akuifer karst juga
dapat berubahubah menurut waktu.
Sumber: Adji, Tjahyo Nugroho, dan Eko Haryono. 2004. Geomorfologi dan Hidrologi
Karst. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
TERAPAN

A. Objek Wisata
1. Fenomena
Salah satu bentangan Karst yang ada di Indonesia yaitu Kawasan Karst Gunung
Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi Karst yang terbentuk oleh proses
pelarutan batuan kapur. Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari bentangan
Karst Gunung Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi karst yang
terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Kawasan Karst ini sangatlah unik
hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan
bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif,
seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut.
Puncak kerucut bisa membulat (Sinusoida) atau lancip (Karst connical). Lekuk
lekuk diantara perbukitan batu gamping membentuk dolina, baik terbuka maupun
tertutup. Sungai yang mengalir di permukaan Kawasan Karst sangat jarang. Begitu
menemukan sebuah lubang lari (sink) atau gua, sungai permukaan segera berubah
menjadi sungai bawah tanah. Dibawah permukaan Kars air mengalir di sepanjang
lorong gua membentuk jaringan sistem tata air tanah yang lebih rumit. Selain itu
bentukan negative dari Karst berupa lembah-lembah karst dan telaga karst dimana
pada musim hujan terisi air hujan sebagai tempat tampungan sementara namun pada
akhirnya telaga musiman.
Sumber: Samodra, Hanang. 1996. Potensi Sumberdaya Alam Kars di Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

2. Geoheritage
Geopark merupakan sebuah konsep baru yang dicetuskan oleh UNESCO pada
awal tahun 2000-an yang kemudian pada tahun 2004 ditindaklanjuti dengan
didirikannya Global Geopark Network (GGN). Menurut UNESCO, Geopark adalah
sebuah kawasan dengan fenomena-fenomena geologi mengagumkan, tidak hanya
geologi, akan tetapi juga meliputi arkeologi, ekologi, dan budaya. Geopark
merupakan konsep untuk menyejahterakan masyarakat lokal berbasis konservasi
warisan geologi (geoheritage). Dalam Geopark setidaknya harus terkandung 3
unsur penting yaitu: Education, Economic & Conservation. Berdasarkan hal diatas
Gunung Sewu memiliki semua potensi untuk dijadikan kawasan Geopark berkelas
dunia. Gunung Sewu merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa yang
terbentuk dari pengangkatan batuan karbonat berumur Miosen (25 juta tahun lalu)
yang kemudian larut membentuk bentang alam karst. Luas kawasan Gunung Sewu
terbentang dari Barat sampai ke Timur, dimulai dari Pantai Parangtritis hingga
Teluk Pacitan. Luasnya mencapai 126.000 hektar dan mencakup 3 provinsi yakni
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri Jawa
Tengah, dan Kabupaten Pacitan Jawa Timur (Yuwono, 2011).
Pemaparan diatas melandasi pengajuan Gunungkidul yang merupakan bagian
dari kawasan Geopark Gunung Sewu menjadi Global Geopark Network kepada
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) yakni UNESCO beberapa waktu lalu. Namun, Saat ini Geopark
Gunungkidul belum memenuhi standar dan persyaratan UNESCO sehingga belum
berhasil menjadi bagian dari GGN (Global Geopark Network).
Sumber: Adiba, Maghfira dkk. 2015. “Geo-Pintar (Geopark as Integrated and Smart
Tourism): Konsep Pariwisata Modern Gunung Sewu sebagai Global
Geopark Network dalam Menyongsong Ekonomi Masyarakat Asean.”
Grha Sabha Pramana: Seminar Nasional Kebumian Ke-8

B. Air
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
bagian dari Kawasan Karst Gunungsewu. Konsekuensi dari kondisi geomorfologi yang
tersusun atas batuan gamping, menjadikan sebagian kecamatan di Gunungkidul sulit
air. Perbedaan utama antara kondisi hidrologi karst dengan kondisi hidrologi non-karst
adalah berkembangnya sungai bawah permukaan yang lebih dominan daripada sungai
permukaan. Terjadinya hal ini dikarenakan proses geomorfologi yang mengontrol
adalah proses pelarutan. Sistem hidrologi permukaan pada perbukitan Karst Kabupaten
Gunungkidul disebut dengan authigenic. Sungai-sungai permukaan jarang ditemui pada
perbukitan karst. Apabila ditemui sungai permukaan, maka secara tiba-tiba sungai
tersebut akan menghilang masuk ke dalam luweng menuju sungai bawah tanah lalu
kembali muncul ke permukaan, kemudian masuk lagi, dan keluar lagi, kemudian
seterusnya hingga jauh tak terhingga bermuara pada suatu pantai. Kawasan karst yang
sebagian besar wilayahnya tersusun oleh batuan karbonat mempunyai sifat banyak
rongga percelahan dan mudah larut dalam air. Hal inilah yang menjadikan sistem
drainase permukaan tidak berkembang dan lebih didominasi oleh sistem drainase
bawah permukaan. Keterdapatan sungai bawah tanah merupakan salah satu ciri khas
topografi karst. Sungai bawah tanah yang terdapat di bwah permukaan inilah yang
menjadikan Gunungkidul cukup dikenal sebagai daerah yang kering dan tandus, namun
sebenarnya Gunungkidul memiliki potensi sumberdaya air yang cukup besar dan sama
dengan bentuklahan lain yang ada.
Sumber: Husna, Nadya Amaliah. 2018. Sumberdaya Air di Kawasan Karst. Makalah.

C. Industri
Karst sebagai warisan dunia jika terus membiarkan industri ekstraktif, terutama
tambang, akan mengancam kelestarian kawasan karst. Dari sekitar 40 ribu hektar
kawasan karst di Maros-Pangkep, hanya sekitar 20 ribu hektar saja yang masuk dalam
perlindungan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, setengah sisanya dibagikan
pada industri pertambangan batu kapur dan marmer. Karst Pegunungan Meratus
terancam oleh tambang batubara, setelah gugatan WALHI atas izin PT.Mantimin Coal
Mining -yang sebagian wilayah kerjanya masuk dalam kawasan karst -dinyatakan tidak
dapat diterima oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Kawasan Karst
Sangkurilang Mangkalihat pun tak bernasib lebih baik, setelah Rencana Tata Ruang
Provinsi Kalimantan Timur hanya melindungi 362.706,11 hektar sebagai kawasan
bentang alam karst dari 1.867.676 hektar Kawasan Ekosistem Karst Sangkurilang
Mangkalihat. Perlindungan yang sangat terbatas ini membuat sebagian besar Kawasan
ekosistem Karst Sangkurilang Mangkalihat berada di bawah bayang-bayang tambang.
Sumber: Admin. 2018. Selamatkan Kawasan Karst di Indonesia, Warisan Dunia Masa
Depan di Bawah Bayang-bayang Tambang di http://icel.or.id (diakses pada
Tanggal 27 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai