Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN AMPAS KELAPA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF DALAM

BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh :

TRY RANDY SAPUTRA

G701 17 160

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
PENGESAHAN

Judul Proposal : Pemanfaatan Ampas Kelapa Sebagai Pakan Alternatif Dalam


Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Nama : Try Randy Saputra

Nim : G701 17 160

telah diperiksa Proposal dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Armini Syamsidi, S.Si.,M.Si.,Apt

NIP : 19870306 201212 2 003

Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1 1.2. Rumusan Masalah

1 1.3. Tujuan Penelitian

I 1.4. Manfaat Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ikan Nila

2.2. Klasifikasi Ikan Nila

2.3. Morfologi Ikan Nila

2.4. Habitat Ikan Nila

2.5. Kelangsungan Hidup Ikan Nila


2.6. Kualitas Air

2.6.1. Suhu

2.6.2. pH (Derajat Keasaman)

2.7. Pertumbuhan Ikan Nila

2.8. Pakan Alternatif

2.9. Ampas Kelapa

2.10. Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

3 3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Penelitian

3 3.4. Pakan Uji

3.5. Pembuatan Pakan

3.6. Parameter Uji

3.7. Analisis Data

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang banyak di konsumsi
karena memiliki banyak kelebihan yaitu dagingnya enak, berukuran relatif besar, warna
daging putih, dapat hidup di perairan tawar dan payau serta harganya murah sehingga bisa di
jangkau oleh semua kalangan masyarakat. Ikan nila cocok di kembangkan di Indonesia
karena mudah berkembang biak, pertumbuhanya cepat, ukuranya relatif besar, dan tahan
terhadap penyakit (Gusrina, 2008).

Pertumbuhan ikan di pengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Salah satu faktor dalam
adalah genetik dari ikan tersebut, sedangkan faktor luar adalah pakan. Kebutuhan nutrisi
haruslah seimbang seperti kadar protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mikro nutrisi
lainnya harus ada pada pakan tersebut. Ikan nila membutuhkan protein yang berfungsi
sebagai sumber energi utama, dengan kadar protein lebih dari 25% dari berat pakan.Dalam
memenuhi kebutuhan pakan ikan dapat dilakukan dengan mencari sumber bahan pakan
alternatif yang murah, mudah di dapat, kualitasnya baik sehingga dapat menekan biaya
produksi dan memperbesar keuntungan yang di dapatkan. Selain itu terdapat bahan-bahan
limbah yang tersedia cukup melimpah dan punya nilai nutrisi untuk di jadikan sebagai pakan.
Produksi hasil perikanan dapat di tingkatkan dengan penyediaan bahan pakan berkualitas
yang sampai saat ini masih mengandalkan produk impor, seperti bungkil kedelai, tepung
ikan, bahkan jagung, walaupun di Indonesia telah di lakukan swasembada (Amri, 2007).

Sumber protein dapat di gantikan dengan sumber protein yang berasal dari nabati.Ampas
kelapa merupakan salah satu sumber nabati berpotensi sebagai pakan ikan yang perlu di coba
sebagai campuran pada pakan ikan. Selain mudah di peroleh, penggunaan ampas kelapa
sebagai salah satu komponen nabati dalam pakan ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai
gizi pakan. Kandungan ampas kelapa ini antara lain kadar air 11,31%, protein 16,35%, lemak
23,36%, karbohidrat 23,77%, abu 3,04% dan serat kasar 15,7% (Putri,2010).

Menurut Elyana (2011), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%,
dan kandungan seratnya yang mudah di cerna merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk
menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan dalam penelitianya perlakuan P1 75% ampas
kelapa yang telah difermentasi dan 25% pelet komersil memiliki pertumbuhan berat 26,66
gram dan panjang 11,38 cm, PII 50% ampas kelapa yang difermentasi dan 50% pelet
komersil memiliki pertumbuhan berat 27,78% gram dan panjang 11, 84 cm, PIII 25% ampas
kelapa yang telah difermentasi dan 75% pelet komersil memiliki pertumbuhan berat 32,09
gram dan panjang 13,76 cm,.Mutiasari et.al (2017), dalam penelitiannya menunjukan
pemberian pakan komersil dan tepung ampas kelapa 30% dengan nilai bobot 11,34 gram
sedangkan terendah perlakuan 0% ampas kelapa dengan nilai 8,2 gram, pemberian 20%
pakan komersil dan tepung ampas kelapa dengan nilai 11,34 gram dan 10 % pakan komersil
dan tepung ampas kelapa dengan nilai 10,66 gram meningkatkan pertumbuhan ikan nila
selama 60 hari pemeliharaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti
mengenai

pemanfaatan ampas kelapa sebagai pakan alternatif dalam budidaya ikan nila

(Oreochromis niloticus).
1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah ada pengaruh pakan limbah ampas kelapa sebagai sumber pakan

alternatif terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus)?

2) Pada pemberian berapa pakan limbah ampas kelapa akan memberikan pengaruh yang baik

sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus)?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui pengaruh pakan limbah ampas kelapa sebagai sumber pakan terhadap

pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

2) Mengetahui pemberian berapa pakan limbah ampas kelapa yang baik sebagai sumber

pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromisniloticus).

1.4 Manfaat Penelitian

1) Memberikan informasi tentang adanya kandungan protein pada ampas kelapa yang dapat

di olah sebagai pakan ikan

2) Menumbuhkan minat dan kereativitas praktisi pembudidaya ikan untuk menumbuhkan

atau memanfaatkan nilai ekonomis limbah ampas kelapa sebagai bahan pakan ikan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Ikan Nila

Ikan nila sebenarnya berasal dari afrika kemudian ikan nila pertamakali didatangkan dari
Taiwan ke Bogor ( balai penelitian perikanan air tawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian,
ikan ini mulai di tebarkan ke beberapa daerah diIndonesia (Khairul, 2008). setelah mulai
masa penelitian dan adaptasi, ikan inikemudian di sebar luaskan ke pada petani seluruh
Indonesia, pemberian nama“Nila” berdasarkan ketetapan direktur jendral perikanan, nama
tersebut di ambildari dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian di ubah
menjadi nila. Para pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmia yang tepat bagi ikan nila
adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. dalam bahasa Inggris di kenal sebagai
nile tilapia (Suyanto, 2003).

2.2 Klaifikasi Ikan Nila

Djarijah (2002) ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Sub kelas : Osteichtyes

Ordo : percomorphi

Sub Ordo : percoidae

Famiy : percoidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

2.3 Morfologi ikan nila

Ikan nila secara umum memiliki ciri morfologi yaitu sirip perut torasik, letak mulut suber
mineral dan berbentuk meruncing, selain itu tanda lainya yang dapat di liat dari ikan nila
adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang warnah putih,
sedangkan pada nila lokal agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar,
kasar dan tersusun rapi , sepertiga sisik belakang menetupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateris yang terputus antara bagian atas dan bawanya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai
pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta
mempunyai mata yang besar ( Kottelat, 2003). Bentuk badan ikan nila (Oreochromis
niloticus) adalah pipih ke samping memenjang, memiliki garis vertical pada badan sebanyak
9-11 buah dan garis pada sirip berwarnah merah berjumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung
terdapat juga garis-garis miring, mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi
mata berwarna putih. Badan relatf lebih tebal dan kekar di bandinggkan ikan mujair. Garis
lateralis (gurat sisih di tenggah tubuh) terputus dan di lanjutkan dengan garis yang terletak
lebih bawah (Susanto, 2007). Gambar 1. ikan nila (Oreochromis niloticus)

2.4 Habitat ikan nila

Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti, sungai, danau waduk dan rawa tetapi
karena toleransinya yang luas terhadap salinitas, sehingga ikan dapat hidup dan berkembang
biak di perairan payau (Suyanto, 2003). Ikan nila air tawar yang berukuran 2-5 cm dapat di
pindahkan ke air payau dengan proses adaptasih yang bertahap, karena ikan lebih tahan
terhadap perubahan

Mata Caudal Fin

Dorsal Fin

Anal Fin

Pectoral Fin

Pelvic Fin

lingkungan dari pada ikan yang sudah besar, pemindahan secara mendadak dapat

menyebabkan ikan tersebut stres bahkan mati. Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan
diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki teloransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya, sehingga bisa di pelihara di dataran rendah yang berair payau maupun
dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Arie, 2007). Ikan nila mampu hidup pada suhu
25-30oC dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dengan nilai pH air antara 6-8,5. Hal yang
paling berpengaruh dengan pertumbuhanya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0-29%
sebagai kadar maksimal untik tumbuh dengan baik. Meskipun ikan nila hidup di kadar garam
sampai 35% namun ikan sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik (Gusrina. 2008).

2.5 Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Kelangsungan hidup merupakan peresentase jumlah yang hidup selama masa pemeliharan
tertentu. Padat padat penebaran yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan
interaksi ikan (Setiawan dan Basuki,2009). Kelangsungan hidup ikan dapat di pengaruhi oleh
faktor biotik yaitu parasit, kualitas air, pakan, umur, persaingan, predator, penanganan
manusia dan kepadatan penebaran, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia
dalam perairan (Arie, 2007).

2.6 Kualitas Air

Kualitas air adalah kelayakkan perairan untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan
yang di tentukan oleh fisika dan kimia. Kualitas air pada kolam budidaya sesuai dengan
pernyataan ikan yang di budidayakan, air harus bersih, kaya dengan pakan alami,
mengandung unsur hara dan mineral, dan tidak mengandung bahan bahan beracun. Beberapa
pengaruh masing-masing parameter kualitas air terhadap kehidupan ikan nila adalah sebagai
berikut:

2.6.1. Suhu

Suhu mempengaruhi terhadap kehidupan karena lingkungan akan mempengaruhi aktivitas di


dalam sel tubuh, peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan
sehinga dapat menurunkan rasio konversi pakan dan dapat mempengaruhi kecepatan
metabolisme. Ikan nila tumbuh baik di daerah dengan suhu 25-30oC dan kurang cocok di
budidayakan di daerah yang dingin, perubahan temperatur yang sangat drastis dapat
menggangu laju respirasi dan menyebabkan stress pada ikan (Djarijah, 2002).

2.6.2. pH (derajat keasaman)

pH menunjukan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang menunjukan asam atau basah dalam
suatu perairan, senyawa di dalam air berupa asam atau basah, asam menghasilkan ion
hydrogen (H+) bila dilarutkan di dalam air menghasilkan ion hidroksil (OH). Faktor yang
mempengaruhi pH yaitu konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.
Kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 6-8,5 (Arie 2007).

2.7. Pertumbuhan ikan nila

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran,baik panjang maupun berat, pertumbuhan di


pengaruhi faktor genetik, hormoni dan lingkungan. Meskipun secara umum, faktor
lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan.
Akan tetapi, di daerah tropis zat hara lebih penting di bandingkan lingkungan. Tidak semua
makanan yang di makan oleh ikan di gunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
makanan di gunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Mudjiman, 2004).

2.8. Pakan Alternatif

Pakan alternatif adalah pakan buatan sendiri dari bahan-bahan lokal yang di campur sendiri
untuk mendapatkan pakan dengan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan, hal ini karena
pakan telah di rekayasa sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi untuk ternak baik kandungan
protein, energi metabolisme, kandungan lemak, batasan kandungan serat kasar serta vitamin
dan mineral (Bidura, 2010.)
Penyusunan formulasi pakan merupakan suatu kompentensi yang harus di miliki oleh para
pembudidaya ikan yang akan membuat pakan ikan sendiri karena pakan ikan yang di buat
mempunyai keuntungan yang lebih baik di bandingkan dengan membeli di pasar. Pakan ikan
yang di buat sendiri mempunyai formulasin sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan
mengkonsumsi tersebut (Gusrina, 2008)

2.9 Ampas Kelapa

Kelapa merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting bagi Indonesia di samping
kakao, kopi, lada dan vanili, selama ini hasil utama kelapa yang banyak di manfaatkan
masayrakat adalah buahnya untuk di jadikan minyak.Padahal selain dari buah kelapa tersebut
juga di hasilkan bahan-bahan lain lain yang tersisa dan tidak di manfaatkan yang sering di
sebut limbah. Ampas kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan santan (Fujaya, 2004).
Selain itu, karena minyak kelapa menduduki tempat pertama dalam memenihi kebutuhan
masyrakat akan minyak goreng, maka ampas kelapa sangat muda di dapatkan dan
mengandung zat-zat yang muda di cerna. Kandungan ampas kelapa antara lain, air11,31%,
protein 11,35%, lemak 23,36%, karbohidrat 23,77%, abu 3,04% dan serat kasar 15,7%
(Putri,2010).

2.10 Hipotesis

Pemberian pakan ampas kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus).
.BAB III

METODE PENELITIAAN

3. 1 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian

Nama alat Kegunaan

Timbangan digital Untuk mengukur berat dalam


pengambilan sampel
Termometer Untuk mengukur suhu air
Mistar Untuk mengukur panjang dan lebar ikan
budidaya
Kertas lakmus Untuk mengukur asam basa air
Loyang Serok Untuk tempat penampungan pengambilan
sampel
Jaring Untuk mengambil sampel ikan Sebagai
media pemeliharaan ikan
Alat tulis dan Untuk menulis data penelitian dan Untuk
Kamera dokumentasi penelitian

Bahan yang digunakan adalah tepung ampas kelapa, benih ikan nila, tepung dedak, tepung
kedelai, tepung ikan, tepung tapioka, minyak bimoli, vitamin dan mineral.

3.3. Prosedur Penelitian

Pemeliharaan ikan menggunakan kolam beton berukuran 5x4 m, yang di sekat menggunakan
waring dengan ketinggian air 50 cm. Padat penebaran ikan 10 ekor/ waring. Feeding rate 3%
dari rata-rata biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari pada pukul 08.00
dan 16.00 WIB, selama 40 hari pemeliharaan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila
berukuran 7,90 cm sebanyak 120 ekor dengan berat rata-rata 8,86 g/ekor. Pada awal
pemeliharaan dilakukan proses adaptasi ikan selama 1 minggu. Selama masa adaptasi,
ikan nila diberi pakan komersil tanpa penambahan tepung ampas kelapa dengan frekuensi
pemberian pakan sebanyak dua kali sehari. Setelah masa adaptasi selama 1 minggu, ikan
dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam saluran
pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang untuk mengetahui bobot awalnya.Selama
pemeliharaan dilakukan pergantian air 1 kali dalam 10 hari. Pengukuran kualitas air yang
dilakukan meliputi suhu dan pH . Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali yaitu pada
hari ke-10, 20, 30 dan 40, untuk mengetahui bobot ikan dan kelangsungan hidup. Pada
akhir pemeliharaan ikan dipuasakan selama 24 jam, selanjutnya dihitung dan ditimbang untuk
mengetahui jumlah dan bobot akhir ikan.
3.4 Pakan Uji

Perlakuan pakan ampas kelapa pada pakan ikan nila sebagai berikut :

A = pemberian pakan 0% tanpa tepung ampas kelapa

B = pemberian pakan 5% tepung ampas kelapa

D = pemberiaan pakan 10% tepung ampas kelapa

E = pemberian pakan 15% tepung ampas kelapa

3.5 Sampling

Sampling terhadap panjang dan bobot benih ikan nila di lakukan setiap sepuluh hari sekali.
Sampling bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot dan panjang benih ikan nila.

3.6.1 Pertumbuhan Panjang

Pengukuran panjang tubuh ikan di lakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus yang
digunakan menghitung pertumbuhan panjang dan bobot tubuh ikan. Effendi (2002) dalam
mulyani et al. (2014) adalah:

W = Wt – Wo

Keterangan:

W : Pertumbuhan bobot mutlak (g)

Wt : Bobot ikan akhir (g)

Wo : Bobot ikan awal (g)

3.6.3 Kelangsungan Hidup (KH)

Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari hingga akhir perlakuan.


Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan di akhir perlakuan dengan
rumus sebagai berikut:
KH (%) = x 100%
Ket: KH = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

N0 = Jumlah ikan awal (ekor)


BAB IV

BIAYA DAN JAWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran biaya

Rekomendasi yang di ajukan dalam penggunaan dana yaitu operasional dan administrasi,
biaya perjalanan, biaya lapangan, biaya konsumsi, biaya pembelian atau penyewaan peralatan
yang di perlukan, dll.

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Perlengkapan yang di perlukan Rp. 2.610.000
2. Perjalanan Rp. 2.250.000
3. Konsumsi Rp. 300.000
4. Lapangan Rp. 135.000
5. Alat dan Bahan Rp. 785.000
6. Biaya penyusunan, penjilidan, dan penggandaan Rp. 36.000
Jumlah Total Rp. 6.116.000

Anda mungkin juga menyukai