Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Pengertian Eliksir dan sirup

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air
suling kecuali dinyatakan lain, dimaksud untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk
dimaksukkan ke dalam rongga tubuh. Beberapa contoh sediaan larutan adalah sirup dan eliksir (Anief,
1993: 126).

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa tidak kurang dari
64% dan tidak lebih dari 66%. Hal itu berkaitan dengan daya tahan sediaannya,dalam larutan gula yang
jenuh(kira-kira 66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur, oleh karena itu dengan larutan
berkonsentrasi tinggi, air yang diperlukan bagi perkembangbiakan mikroorganisme akan dihisap melalui
proses osmosis.(Voight,1995).
Sirup dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan, baik
dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat, yaitu
sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat(Ansel,1988)

Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven
(pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya
eliksir mengandung etanol 5-10% (Syamsuni, 2006: 118).

Menurut Sulistyowati (2010: 7), eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis,
mengandung obat dan diberi bahan pembau. Sedangkan, menurut Dirjen POM (1978: 313), eliksir
adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat
tambahan seperti gula atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dan zat wewangi, digunakan
untuk obat dalam.

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa
tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel, 2008: 341).

Eliksir merupakan sediaan yang hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air
etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44% dan biasanya eliksir
mengandung etanol 5-10% (Anief, 1993: 128).

II.1.2 Komponen sirup

Sebagian besar sirup mengandung komponen berikut yang ditambahkan dalam air murni dan bahan
obat lainnya.Komponen sirup yaitu:(ansel,1988)

a.Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan, dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi
menjadi pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol,sakarin, dan sukrosa. Sedangkan yang berkalori
rendah seperti laktosa.

b. pengawet anti mikroba


Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak
ditumbuhi oleh mikroba atau jamur

c. perasa dan pengaroma


hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam
untuk membuat sirup yang mempunyai rasa yang enak,karena sirup adalah sediaan cair,pemberi rasa ini
harus mempunyai kelarutan dalam yang cukup. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa
sediaan sirup,misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. pewarna
pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam
sirup dan warnanya stabil dalam kisaran ph selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan
cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan
rasa.

ll.1.3 Pembagian Eliksir

Menurut Ansel (1989: 344), pembagian eliksir yaitu:

a. Eliksir bukan obat

Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang
meliputi: penambahan zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak dan pengencer eliksir obat
yang ada.

Pada tahun-tahun yang lalu, waktu ahli farmasi diminta lebih sering meracik resep daripada sekarang,
ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu: eliksir aromatik, eliksir benzaldehid campuran,
dan eliksir iso-alkohol.

b. Eliksir obat

Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada. Umunya, eliksir-eliksir
resmi yang ada diperdagangan mengandung zat obat tunggal. Keutungan utama dari hanya satu obat
tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan
meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang
sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara
otomatis dan kebersamaan mengatur dosis obat lain yang ada perubahan yang mungkin tidak diinginkan.

II.1.4 Pembuatan Eliksir

Menurut Anief (2010: 99), cara pembuatan larutan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.

2. Zat-zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.

3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak
terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.

4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetesan besar dalam dasar erlenmeyer
atau botol maka perlu melarutkan digoyang-goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat
tersebut.

5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau
dilarutkan secara dingin.

6. Zat-zat yang mudah menguap dipanas, dilarutkan dalam botol tertutup dipanaskan serendah-
rendahnya sambil digoyang-goyangkan.

7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat
dilakukan dalam tabung reaksi, kemudian dibilas.

8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk
menambah kelarutan. Sebab, bila keadaan dingin akan terjadi endapan.

Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengocokan dan atau pencampuran dua atau
lebih bahan-bahan cair. Komponen yang larut dalam etanol dan air umumnya dilarutkan terpisah dalam
alkohol dan air yang dimurnikan berturut-turut kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alkohol dan
sebaliknya, untuk mempertahankan alkohol yang setinggi mungkin selamanya. Bila dua larutan selesai
dicampur, campuran dibuat volume dengan pelarut atau pembawa tertentu (Ansel, 1989: 343).

II.1.5 Keuntungan dan Kerugian Eliksir

Keuntungan dan kerugian eliksir menurut Santosa (2014: 3), yaitu:

a. Keuntungan

1. Mudah ditelan dibanding tablet dan kapsul.

2. Rasanya enak.

3. Dosis yang diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai keinginan dokter atau kebutuhan pasien
apabila eliksir hanya mengandung satu zat tunggal.

b. Kekurangan

1. Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak karena mengandung bahan yang mudah menguap, maka
harus disimpan dalam botol tertutup dan jauh dari sumber api.
2. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kental karena mengandung gula lebih
sedikit, maka kurang efektif untuk menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.

II.1.6 Wadah dan Penyimpanan Eliksir

Wadah diperdagangkan sering mengandung alat pengukur yang telah dikalibrasi seperti tetesan atau
sendok, untuk mempermudah orang tua untuk menggunakan dengan tepat sesuai berat, umur, dan
kondisi pasien. Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak
mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-
wadah tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan (Ansel, 1989: 342-
343).

II.1.7 Ketidakstabilan Eliksir

Menurut Lachman et al (1986: 944), ketidakstabilan eliksir yaitu:

1. Biasanya bersifat voluminous (sangat besar) pada saat disimpan, sehingga perlu dikemas pada
wadah yang sesuai.

2. Untuk mencegah kristalisasi gula pada leher botol karena sirup simpleks, maka ditambahkan
sorbitol, gliserin, atau propilenglikol.

3. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dapat ditambahkan anti oksidan.

Anda mungkin juga menyukai