Lia 3
Lia 3
A. PENGERTIAN
1. CAIRAN
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh terdiri
dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan
intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal,
terdiri dari cairan tubuh total.
1. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
Plasma darah.
2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura, perikardium,
cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira-kira 60% dari BB
pria dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraselular. Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan Cairan
Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%,
Cairan Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler
(CTS) (misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam
rongga mata, dan lain-lain) 1-3 %.
2. Fungsi Cairan
3. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari
minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar
1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan
melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800
ml.
a. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan bergerak rai
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didisfusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran moleku, konsentrasi larutan, dan temperature.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke kkonsentrasi yang
lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif
Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang konsentrasi
kalium, natrium serum dan system angiotensin rennin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi
dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas
gastro intestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
respons natrium dan efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortikoid
Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan
pada keseimbangan cairan (volume darah).
1) Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus,
pelepasan hormone ADH dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan brat badan akut , mata cekung
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata.
2) Hipervolemia
Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c) Kelebihan pembarian cairan
d) Perpindaha CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes, edema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.
1) Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam membuang CO dari cairan 2
tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH <
2
7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan
(trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll).
2) Alkalosis respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO dari paru-paru pada kecepatan yang lebih tinggi dari
2
produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO arteri < 35 mmHg, pH > 7,45.
2
3) Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. pH arteri < 7,35,
HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt.
Gejala ; pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4) Alkalosis metabolic
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada cairan tubuh.
Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45. Disebabkan oleh mencerna
sebagian besar basa ( missal : BaHCO antasid, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikumatau
3
rasa kembung.
Gejala : apatis, lemah, gengguan mental, kram dan pusing
2. ELEKTROLIT
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga
cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Natrium (sodium)
a. Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
b. Na mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
+
c. Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar
135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a. Merupakan kation utama dalam CIS
b. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
c. Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam
basa, karena ion K dapat diubah menjadi ion H . Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
+ +
3. Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung,
pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
d. Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca tulang.
+
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan
hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.
b. Anak
Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
D. ETIOLOGI
1. Patofisiologis
a. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan dengan jalan
evaferotif karena luka bakar
b. Berhubungan dengan keluaran urin yang berlebihan
c. Diabetes insipidus (ketidak adekuatan hormon diuretik)
d. Diabetes tak terkontrol
e. Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat :
f. Drainase abnormal
g. Luka
h. Demam atau peningkatan laju metabolic
i. Diare
j. Perikonitis
2. Situasional
a. mual muntah
b. makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
c. masalah diet
d. kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder, akibat nyeri mulut, keletihan
e. penggunaan zat yang berlebihan
f. menurunnnya motivasi untuk minum cairan sekunder, akibat depresi, keletihan
g. ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi cuaca
h. kehilangan melalui kateter indwelling atau drein
i. panas sinar matahari yang berlebihan kekeringan
3. Maturasional
a. Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan cairan dan
penurunan sensasi haus.
b. Bayi/ anak
Berhubungan dengan peningkatan sekunder akibat penurunan penerimaan cairan dan
penurunan kemampuan untuk memekatkan urin.
E. BATASAN KARAKTERISTIK
1. Data mayor
a. Ketidakcukupan masukan cairan
b. Penurunan berat badan
c. Kulit/ membran mukosa kering
d. Keseimbangan negatif antara masukan dan keluaran
e. Edema
f. Kulit menegang/mengilap
2. Data minor
a. Haus/ mual/ anoreksia
b. Peningkatan natrium serum
c. Penuruna turgor kulit
d. Penurunan keluaran urin atau keluaran urin berlebihan
e. Urin memekat atau sering berkemih
f. Asupan lebih banyak daripada keluaran
g. Sesak napas
h. Peningkatan berat badan
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume cairan
Definisi : kondisi dimana pasien mengalami kekurangan cairan pada ekstraseluler dan
vaskuler.
2. Kelebihan Volume cairan
Definisi : kondisi dimana terjadi retensi dan edema.
G. INTERVENSI
1. Diagnosa : kekurangan volume cairan
a. Ukur dan catat setiap 4 jam :
Intake dan output cairan
Warna muntahan , urine, feses
Monitor turgor kulit
Tanda vital
Monitor IV infuse
CVP
Elektrolit, BUN, hematokrit dan hemoglobin
Status mental
Berat badan
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
b. Berikan makanan dan cairan. Rasional : memenuhi kebutuhan makan dan minum.
c. Berikan pengobatan seperti antidiare dan anti muntah. Rasional : menurunkan spasme
usus dan muntah.
d. Berikan dukungan verbal dalam pemberian cairan. Rasional : meningkatkan konsumsi
yang lebih.
e. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan. Rasional : meningkatkan nafsu makan.
f. Ubah posisi pasien setiap 4 jam. Rasional : meningkatkan sirkulasi.
g. Berikan pendidikan kesehatan tentang :
Tanda dan gejala dehidrasi
Intake dan output cairan
Terapi
Rasional : meningkatkan informasi dan kerja sama.
2. Diagnosa : kelebihan volume cairan
a. Ukur dan monitor :
Intake dan output cairan
Berat badan
Tensi
CVP distensi vena jugularis
Bunyi paru
Rasional : dasar pengkajian kardiovaskuler dan respon terhadap penyakit.
b. Monitor rontgen paru. Rasional : mengetahui adanya edema paru.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan , obat, dan efek pengobatan. Rasional :
kerjasama disiplin ilmu dalam perawatan.
d. Hati-hati dalam pemberian cairan. Rasional: menghindari kelebihan cairan.
e. Ubah posisi setiap 2 jam. Rasional: mengurangi edema.
f. Berikan lotion pada kulit yang edema, hindari penekanan terus menerus. Rasional :
mencegah kerusakan kulit.
g. Berikan pengetahuan tentang :
Intake dan output cairan.
Edema, berat badan.
Pengobatan.
Rasional : pasien dan keluarga mengerti dan kooperatif.
H. KRITERIA EVALUASI
1. Diagnosa : kekurangan volume cairan
a. Pasien mampu memperthankan keseimbangan cairan.
b. Pasien mampu menunjukkan adana keseimbangan cairan seperti output urine adekuat,
tekanan darah stabil, membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mampu mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
2. Diagnosa : kelebihan volume cairan
a. Mempertahankan keseimbangan input dan output cairan.
b. Menurunkan kelebihan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Juall, Lynda (2006), Buku Saku Diagnosis Keperawatan ,Edisi 10, Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah (2006), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta : Salemba Medika
Fhatimfhatim (2012), LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT, terdapat di:
http://fhatimfhatim.wordpress.com/2012/07/24/cairan-dan-elektrolit/ diakses pada Selasa, 4
Juni 2013 pk. 09.00 WITA
Lencana, Putra Satya (2012), Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit,
terdapat di : http://satyaexcel.blogspot.com/2012/07/laporan-pendahuluan-kebutuhan-
eliminasi.html diakses pada Minggu, 2 Juni 2013 pk. 09.57 WITA