Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kita pun pernah

mengalami vertigo ini. Kta vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertereI” yang artinya

memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing,

pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo

di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria.

Vertigo juga lebih sering terdapat pada usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian

atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau

trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera

ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan mengganggu system lain yang ada di tubuh

dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang

klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini

disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa

sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan

keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan

masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipasi akan hal tersebut.
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Setelah membahas makalah ini mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan

konsep dasar vertigo dan asuhan keperawatan klien dengan vertigo.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan untuk:

a. Memahami konsep dasar tentang vertigo

b. Memahami dan menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, serta

penatalaksanaan pada pasien vertigo

c. Dapat memberikan asuhan keperawatan dengan pasien vertigo

d. Menganalisa diagnose yang mucul dan penatalaksanaan klien dengan pasien

vertigo

e. Memahami penatalaksanaan keperawatan pada pasien vertigo.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau

gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam

mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi

berbagai system diantaranya system vestibular, system visual dan system somati sensorik

(propioseptik). Untuk mempertahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3

sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa

atau melihat lingkungannya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan

yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa

ditarik menjauhi bidang vertical. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan

adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban

Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian

dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang

disekelilingnya menjadi serasa “berputar” ataupun melayang. Vertigo menunjukkan

ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan

perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga disebabkan

oleh kerusakan inilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita

merasakan benda-benda disekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergerak naik turun karena

gangguan pada system keseimbangan. (Arsyad Soepardi Efiaty dan Nurbaiti, 2002).
B. ETIOLOGI

1. Otology 24-61% kasus

a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

b) Meniere Desease

c) Parese V VIII Uni/bilateral

d) Otitis Media

2. Neurologic 23-30% kasus

a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum

b) Ataksia karena neuropati

c) Gangguan visus

d) Gangguan serebelum

e) Gangguan sirkulasi LCS

f) Multiple sclerosis

g) Vertigo servikal

3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler

a) Tekanan darah naik turun

b) Aritmia kordis

c) Penyakit coroner

d) Infeksi

e) < Glikemia

f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax

4. Psikiatrik > 50% kasus

a) Depresi
b) Fobia

c) Anxietas

d) psikosomatis

5. Fisiolagik

Melihat turun dari ketinggian

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu perasaan berputar yang kadang-kadang

disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,

nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng

(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinnitus, mulut pahit, mata merah, mudah

tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.

Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,

berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu

yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10

detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita

biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan

gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus

atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hamper sebagian besar pasien, vertigo akan

berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,

tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.


Pada anamnesis, pasien mengelukan kepala terasa pusig berputar pada perubahan posisi

kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan

akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada

pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti dan pada ujia kalori tidak ada

paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan

melakukan maneuver Hallpike: penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi

oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini

akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala:

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya

sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4. Gerakan mata yang abm\normal

5. Tiba-tiba muncul keringat dengan

6. Telinga sering terasa berdenging

7. Mengalami kesulitan berbicara

8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami gangguan penglihatan.

D. KOMPLIKASI

1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat

terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu

mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih

sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak

yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

E. PATOFISIOLOGI

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain otology seperti meniere, parese N VIII,

otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan

gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun

virus (otitis media).

Selain dari segi otology, vertigo juga disebabkan karena neurologic. Seperti gangguan

visus, multiple sclerosis, gangguan sereblum dan penyakit neurologic lainnya. Selain saraf ke

VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV dan VI yang

menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan

sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang

tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan

keseimbangan terganggu dan menimbulkan vertigo. Begitu pula dengan tekanan darah yang

rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat

menyebabkan parese N VIII.


Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapt mempengaruhi

tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat

menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu, faktor fisiologi juga dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

F. PATHWAY

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada telinga


cerebellum tidak sama ke otak dalam (vestibuler)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stress meningkat Tekanan pada


fungsi kognitif intra kranial otot leher

Cemas Nyeri Koping individu tidak Gangguan pola


efektif tidur
G. KLASIFIKASI

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok:

1. Vertigo paroksismal

Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit

atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut

dapat muncull lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.

Vertigo jenis ini dibedakan menjadi:

1) Yang disertai keluhan telinga:

Termasuk kelompok ini adalah: Morbus Meniere, Arakhnoiditis

pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii

posteritor, kelainan gigi/odontogen

2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah: Serangan

iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen,

Vertigo pada anak (Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth)

3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah:

Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal

benigna.

2. Vertigo kronis

Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut, dibedakan

menjadi:

1) Yang disertai keluhan telinga: Otitis media kronika, meningitis Tb,

labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan atotoksik, tumor

serebelopontin
2) Tanpa keluhan telinga: Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sndrom pasca

komosio, pellagra, siringobulbi, hipoglikemi, sclerosis multiple, kelainan

okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan

endokrin

3) Vertigo yang dipengaruhi posisi: hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis

3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang,

dibedakan menjadi:

1) Disertai keluhan telinga: Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitits

akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva

interna/arteria vestibulokoklearis

2) Tanpa keluhan telinga: Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis

anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sclerosis multipleks,

hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi:

1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan system vestibuler

2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan system somatosensorik dan visual.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan

diagnostic yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata

b) Pemeriksaan alat dan keseimbangan tubuh


c) Pemeriksaan neurologic

d) Pemeriksaan otologik

e) Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a) ENG

b) Audimetri dan BAEP

c) Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a) Radiologic dan Imaging

b) EEG, EMG

I. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti:

a) Anti kolinergik

t Sulfas Atropin: 0,4 mg/im

t Scopolamin: 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

b) Simpatomimetika

t Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

c) Menghambat aktivitas nucleus vestibuler

t Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nucleus vestibularis

adalah:
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita

dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia

Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari:

a) Terapi kausal

b) Terapi simtomatik

c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan

berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi

perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular

perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa

dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya

sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, ternyata lebih enak

daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan

terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi

mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk

mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular

perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari

pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat

serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah

pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan

sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat

sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk

beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.

f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.

Latihan ini untuk memperkuat mekanisme kompensasi system saraf pusat

untuk gangguan vestibular akut.


ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN DATA

1) Aktivitas/istirahat

- Letih, lemah, malaise

- Keterbatasan gerak

- Ketegangan mata, kesulitan membaca

- Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala

- Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau

karena perubahan cuaca

2) Sirkulasi

- Riwayat hypertensi

- Denyutan vaskuler, missal daerah temporal

- Pucat, wajah tampak kemerahan

3) Integritas Ego

- Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu

- Perubahan ketidakmampuan, keputusan, ketidakberdayaan depresi

- Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala

- Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

4) Makanan dan cairan

- Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,

alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG

(pada migraine)

- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)


- Penurunan berat badan

5) Neurosensoris

- Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

- Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke

- Aura; fasialis, olfaktorius, tinnitus

- Perubahan visual, sensitive terhadap cahaya/suara keras, epitaksis

- Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore

- Perubahan pada pola bicara/pola piker

- Mudah terangsang, peka terhadap stimulus

- Penurunan reflex tendon dalam

- Papilledema

6) Nyeri/kenyamanan

- Karakteristik nyeri tergantung pada jenis kepala, missal migraine,

ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis

- Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah

- Focus menyempit

- Focus pada diri sendiri

- Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah

- Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal

7) Keamanan

- Riwayat alergi atau reaksi alergi

- Demam (sakit kepala)

- Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis


- Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

8) Interaksi sosial

- Perubahan dalam tanggung jawab/ peran interaksi sosial yang berhubungan

dengan penyakit

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1) Nyeri (akut/kronis) b.d stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasopressor,

peningkatan intracranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh

faktor misal perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah

2) Koping individual tak efektif b.d ketidakadekuatan relaksasi, metode koping tidak

adekuat, kelebihan beban kerja

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan

pengobatan b.d keterbatasn kognitif, tidak mengenai informasi dan kurang

mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidakadekuatnya mengikuti

instruksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

D1: Nyeri (akut/kronis) b.d stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasopressor,

peningkatan intracranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh

faktor misal perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah

Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil:

- Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang


- TTV normal

- Pasien tampak tenang dan rileks

Intervensi:

- Pantau TTV, intensitas/skala nyeri

R/ mengenal dan memudahlan dalam melakukan tindakan keperawatan

- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur

R/ istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri

- Atur posisi pasien senyaman mungkin

R/ posisi yang yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot

serta mengurangi nyeri

- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam

R/ relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman

- Kolaborasi untuk pemberian analgetik

R/ analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih

nyaman.

D2: Koping individual tak efektif b.d ketidakadekuatan relaksasi, metode koping tidak

adekuat, kelebihan beban kerja

Tujuan: Koping individu menjadi lebih adekuat

Kriteria hasil:

- Mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif

- Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki

- Mengkaji situasi saat ini yang akurat


- Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat

Intervensi:

- Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum

R/ mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis

tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan

- Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya

R/ klien akan merasakan kelegaansetelah mengungkapkan segala perasaannya

dan menjadi lebih tenang

- Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang

diharapkan

R/ agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya dan

memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih

- Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari

kegiatan yang dapat diajarkan

R/ membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai

D3: Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

b.d keterbatasn kognitif, tidak mengenai informasi dan kurang mengingat ditandai oleh

memintanya informasi, ketidakadekuatnya mengikuti instruksi

Tujuan: Pasien mengutarakan pemahaman tentnag kondisi, efek prosedur dan proses

pengobatan

Kriteria hasil:
- Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan

- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen

perawatan.

Intervensi:

- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakitnya

- Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang

R/ Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan

keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas

- Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui

R/ untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien

tentang penyakitnya

- Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah

diberikan

R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan

- Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal

R/ agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang

baik

- Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan

faktor-faktor yang berhubungan


R/ dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi

sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat

pada saat serangan.

D. EVALUASI

Evaluasi dalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan

melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan pemulangan pada vertigo adalah:

1) Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi

2) Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah

kekambuhan

3) Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Vertigo merupakan suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa berputar

yang terjadi secara tiba-tiba. Ada kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa da nada

yang parah sehingga mengahambat rutinitas. Serangan vertigo bisa bervariasi, mulai dari

pusing yang ringan dan muncul secara berkala hingga yang parah dan berlangsung lama.

Serangan yang parah bisa terus berlangsung selama beberapa hari sehingga penderitanya tidak

biasa beraktivitas dengan normal.

Gejala lain yang berhubungan dengan vertigo adalah kehilangan keseimbangan. Tanda-

tanda ini akan memicu pengidap vertigo mengalami kesulitan berdiri atau berjalan, mual,

muntah, berkeringat, kadang disertai nistagmus (gerakan mata yang tidak normal) dan pusing.

Harap konsultasikan ke dokter jika vertigo anda tidak kunjung sembuh. Dokter biasanya akan

menanyakan gejala anda, melakukan pemeriksaan sederhana, serta menganjurkan pemeriksaan

lebih lanjut. Terutama apabila frekuensi vertigo termasuk dering dialami, sehingga diagnosis

vertigo bisa dipastikan.

Vertigo biasanya disebabkan oleh gangguan pada telinga bagian dalam. Gangguan ini

akan memicu masalah mekanisme keseimbangan tubuh. Sementara penyebab umum lainnya

meliputi:

 Vertigo Posisi Paroksismal Jinak atau istilah umumnya Benign Paroxysmal Positional

Vertigo (BBPV) – vertigo yang dipicu oleh perubahan posisi kepala tertentu

 Migraine – sakit kepala tidak tertahankan


 Penyakit Meniere – gangguan yang menyerang telinga bagian dalam

 Vestibular neuronitis, yaitu inflamasi saraf vestibular pada telinga bagian dalam

 Gangguan pada otak, misalnya tumor

 Obat-obatan tertentu yang menyebablan kerusakan telinga

 Trauma atau luka di kepala dan leher.

Vertigo sendiri termasuk gejala dan bukan penyakit. Karena itu, cara mengatasi vertigo

tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Sebagian kasus vertigo bisa sembuh tanpa

pengobatan. Hal ini mungkin terjadi karena otak berhasil beradaptasi dengan perubahan pada

telinga bagian dalam.

Ada juga beberapa penyebab vertigo yang membutuhkan langkah pengobatan khusus.

Diantaranya adalah:

 Maneuver Epley untuk menangani BBPV

 Obat-obatan, seperti prochlorperazine dan antihistamin. Namun, obat-obatan ini

biasanya hanya efektif untuk tahap awal dan sebaiknya tidak digunakan jangka

panjang

 Terapi rehabilitasi vestibular guna membantu otak untuk beradaptasi dengan sinyal

membingungkan dari telinga yang jadi penyebab vertigo, sehingga frekuensinya

berkurang.

Selain penangan dari dokter atau ahli terapi, kita juga bisa melakukan sejumlah cara

untuk mengurangi atau mencegah gejala-gejala vertigo. Langkah-langkah tersebut meliputi:

 Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh

 Segera duduk jika vertigo menyerang

 Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
 Gerakkan kepala secara perlahan-lahan

 Hindari gerakkan kepala mendongak berjongkok atau tubuh membungkuk

 Kenalilah pemicu vertigo anda dan lakukan latihan yang dapat memicu vertigo

anda. Otak anda akan menjadi terbiasa malah menurunkan frekuensi kambuhnya

vertigo. Lakukan latihan ini dengan meminta bantuan orang lain

 Bagi anda yang juga menderita penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam

menu sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner &


Suddarth.Jakarta : EGC

Dewanto, George...[et al.].2009.Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit


Saraf.Jakarta : EGC

Ikawati, Zullies.2010.Resep Hidup Sehat.Yogyakarta : Kanisius

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta :


Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai