Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Pesisir


Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah
pesisir yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya
di wilayah pesisir. Masyarakat yang hidup di kota-kota atau permukiman pesisir
memiliki karakteristik secara sosial ekonomis sangat terkait dengan sumber
perekonomian dari wilayah laut (Prianto, 2005). Demikian pula jenis mata
pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa lingkungan
yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik atau pekerja
industri maritim. Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha perikanan pada
umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan
mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui
dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Lewaherilla, 2002).
Selanjutnya dari status legalitas lahan, karakteristik beberapa kawasan
permukiman di wilayah pesisir umumnya tidak memiliki status hukum (legalitas),
terutama area yang direklamasi secara swadaya oleh masyarakat (Suprijanto,
2006).
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan
dengan laut, batas di daratan meliputi daerah–daerah yang tergenang air maupun
yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-
daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi
dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2001).
Usman (2003) mengemukakan bahwa lingkungan alam sekitar akan
membentuk sifat dan perilaku masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi
mempengaruhi interaksi sosial, distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma
sosial, sikap serta persepsi yang melembaga dalam masyarakat. Dikatakannya
pula perubahan lingkungan dapat merubah konsep keluarga. Nilai-nilai sosial

7
8

yang berkembang dari hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat
memacu perubahan sosial. Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif,
dikemukakan oleh Suharti (2000) karena kondisi lingkungan pesisir yang panas
dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang
jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan
mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif.
Purba (2002) menyatakan berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan
lingkungan sosial antara lain: berkembangnya konflik atau friksi sosial,
ketidakmerataan akses sosial ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran,
meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi,
kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya, meningkatnya gaya hidup
(konsumtif), kurangnya perlindungan pada hak-hak masyarakat lokal/tradisional
dan modal sosial, perubahan nilai, memudarnya masyarakat adat, lemahnya
kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah kesehatan dan kerusakan
lingkungan. Masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah
mereka yang hidup dan menetap di kawasan pesisir dan laut. Secara khusus
masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah para nelayan
tradisional yang oleh karena ketidakberdayaannya dalam segala aspek, baik
materi, pengetahuan, maupun teknologi, menjadikan mereka miskin dan tertinggal
(Suhartono, 2007).

2.2 Pengertian Pariwisata


Pariwisata adalah melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan,
mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati
olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain. Pengertian
objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yang
menjadi sasaran perjalanan wisata adalah :
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan
fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan
tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
9

2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purba, peninggalan


sejarah, seni budaya, wisata argo (pertanian), wisata tirta (air), wisata
petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, dan tempat-tempat
ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.
4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut. Jadi pariwisata meliputi:
a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat
alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.
c. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.
Pitana (2007) menjelaskan definisi pariwisata adalah keseluruhan dari
elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan
lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata,
sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Keberadaan jasa pariwisata
merupakan pendukung pengembangan pariwisata di suatu daerah. Banyaknya
kunjungan wisatawan ke obyek wisata diharapkan dapat mempengaruhi jumlah
wisatawan yang menggunakan jasa hotel atau penginapan, restoran dan angkutan,
mengunjungi sentra kerajinan serta tempat rekreasi atau hiburan. Semakin baik
pelayanan yang diberikan kepada wisatawan yang datang akan memberikan
kenyamanan, kepuasan dan kesan yang baik terhadap tempat wisata tersebut
sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kembali ke tempat tersebut.
Pendit (2006), pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam
jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan
pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-
tempat tujuan tersebut, mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk
kunjungan seharian atau darmawisata. Ismayanti (2010), pariwisata dapat
10

diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke suatu daerah


dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata
ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-
turut untuk tujuan senang-senang, bisnis dan lainnya.

2.2.1 Wisata Bahari


Wisata bahari atau tirta yaitu wisata yang berhubungan dengan air atau
laut. Banyak pulau yang dikembangkan menjadi objek wisata bahari atau tirta,
misalnya untuk bermain ski air, jet sky, speed boat, berenang, menyelam dan
menikmati keindahan bawah laut. Indonesia mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkannya wisata bahari, karena merupakan negara kepulauan. Provinsi
Banten khususnya Kabupaten Serang memiliki kawasan pesisir pantai yang indah
yaitu kawasan Anyer. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini mempunyai potensi
yang baik untuk dikembangkannya wisata bahari.
Wisata bahari menurut Ardika (2000), adalah wisata dan lingkungan yang
berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan.
Keraf (2000), wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan
keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta
kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Kusumaatmadja (2000) wisata bahari
adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik
wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di
wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya
akan keanekaragaman jenis biota laut.
Gautama (2011) berpendapat, wisata bahari dengan kesan penuh makna
bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan
alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat
berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus
pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga
membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir
dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan
wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan
11

langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan


tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfir laut.

2.2.2 Pariwisata Bahari dan Kawasan Wisata


Kegiatan pariwisata merupakan salah satu bentuk aktivitas manusia,
seperti dijelaskan oleh Sari (2004) yang mengklasifikasikan aktivitas manusia
menjadi lima hal yaitu rekreasi, kebutuhan fisik, spiritual, pekerjaan dan
pendidikan, serta tugas-tugas keluarga dan kemasyarakatan. Dimana aktivitas
manusia tersebut sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,
yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan
untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi
atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Kemudian di dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
Pitana, dkk (2007) menyebutkan bahwa ada empat elemen utama untuk
mencapai tujuan umum dan khusus wisatawan, yaitu fasilitas (facilities),
akomodasi (accomodation), transportasi (transportation), dan atraksi (attraction).
Fasilitas dapat didefinisikan sebagai amenitas yaitu penyediaan sarana-sarana
pelengkap yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan dapat berupa: restoran,
kafe, toko souvenir, pusat informasi wisata, biro perjalanan, pos keamanan, dan
lain- lain. Akomodasi dan transportasi disebut sebagai aksesibilitas merupakan
kemudahan untuk mencapai kawasan wisata.
French (1997), disebutkan bahwa aksesibilitas menyangkut jaringan jalan
yang lancar dan papan informasi yang jelas, kemudahan perjalanan, tersedianya
alat transportasi, dan efisiensi waktu pencapaian menuju kawasan wisata. Atraksi
(objek dan daya tarik) merupakan komponen sangat vital, karena atraksi
merupakan faktor penyebab utama mengapa seseorang wisatawan mengunjungi
suatu daerah tujuan wisata (Pitana, dkk 2007). Dahuri, dkk (1996) menyatakan
12

bahwa daya tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian
lingkungan, seperti kehidupan di bawah air, bentuk pantai (gua-gua, air terjun,
pasir dan sebagainya), dan hutan-hutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuh-
tumbuhan, burung dan hewan-hewan lain.
Pariwisata bahari merupakan kegiatan rekreasi menikmati keindahan
lingkungan alam dan atraksi wisata yang ada di wilayah pesisir dan lautan. Dalam
kegiatan pariwisata bahari tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan (Nurisyah, 2001). Kegiatan pariwisata
bahari yang langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan yaitu: berperahu,
berenang, snorkling, menyelam dan memancing. Sedangkan pariwisata bahari
yang tidak secara langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan seperti: olah
raga pantai dan menikmati atmosfir laut.
Kegiatan pariwisata bahari tersebut berada dalam kawasan wisata bahari.
Kawasan wisata adalah kesatuan ekologi dengan luas tertentu terdiri dari daratan
dan lautan yang dikelola untuk kebutuhan pariwisata. Dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1990 dinyatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata. Kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata (destinasi) harus
menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar tujuan
kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi (Pitana, dkk 2007). Hal-hal yang
dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata (Yoeti,
1985) diantaranya adalah:
1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang disebut sebagai
natural amenities yaitu: iklim (cuaca cerah, banyak cahaya matahari, sejuk,
kering, panas, hujan dan sebagainya); bentuk tanah dan pemandangan ( tanah
datar, lembah pegunungan, danau, sungai, pantai, air terjun, gunung berapi dan
pemandangan yang menarik/panoramic views); hutan belukar (hutan yang luas
dan banyak pepohonan) ; flora dan fauna (tanaman-tanaman yang aneh,
burung-burung, binatang, buas cagar alam, daerah perburuan dan sebagainya);
dan pusat-pusat kesehatan (sumber air mineral, mandi lumpur, sumber air
panas, dimana diharapkan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit).
13

2. Hasil ciptaan manusia (man made supply), yaitu benda-benda bersejarah,


kebudayaan dan keagamaan (seperti monumen bersejarah dan sisa peradaban
manusia masa lampau, museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat,
kerajinan tangan, acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji,
upacara perkawinan, masjid, gereja, kuil atau candi maupun pura).
3. Tata cara hidup masyarakat merupakan tata cara hidup tradisional dari suatu
masyarakat. Kebiasaan hidup dan adat istiadat masyarakat sebagai daya tarik
bagi wisatawan di suatu daerah (seperti: pembakaran mayat (ngaben) di Bali,
upacara pemakaman mayat di Tana Toraja, upacara batagok penghulu di
Minangkabau, upacara sekaten di Yogyakarta dan sebagainya).
Untuk memenuhi kebutuhan dan pendukung pariwisata, di kawasan wisata
dibangun berbagai fasilitas yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha pariwisata
yaitu kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut (Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1990).

2.2.3 Pengertian Wisatawan


Vanhove (2005), wisatawan adalah setiap orang yang melakukan
perjalanan selain di lingkungan mereka dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun dan tujuan perjalanan itu bukan untuk menghasilkan gaji (pendapatan) dari
tempat yang dikunjungi. Ross (1998) wisatawan memiliki empat ciri utama, yaitu:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai
tempat tujuan.
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan
penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisata.
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan, karena
itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.
14

4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk


menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.
Pitana (2007) mengklarifikasikan wisatawan atas dasar tingkat
familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian dari
perjalanan wisatanya. Atas dasar ini, Cohen membedakan wisatawan atas empat,
yaitu:
1. Drifter, adalah wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum diketahuinya dan bepergian dalam jumlah kecil.
2. Explorer, adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalannya sendiri dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari ha1 yang tidak umum.
3. Individual mass tourist, adalah wisatawan yang menyerahkan pengaturan
perjalanannya kepada agen perjalanan dan mengunjungi daerah tujuan wisata
yang sudah terkenal.
4. Organized-mass tourist, adalah wisatawan yang hanya mau mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah dikenal dengan fasilitas seperti yang dapat
ditemuinya di tempat tinggalnya.
Vanhove (2005), terdapat beberapa tipe wisatawan, yaitu:
1. Domestic Tourism, yaitu wisatawan yang merupakan penduduk lokal dari
negara tempat tujuan wisata.
2. Inbound Toztristii, yaitu wisatawan yang bukan merupakan penduduk lokal
dari negara tempat tujuan wisata.
3. Ozltbound Toztri, yaitu wisatawan yang mengunjungi tujuan wisata di negara
yang bultan negara mereka.
4. Internal Tourism, yaitu wisatawan yang merupakan kombinasi antara Domestic
dan Inbottnd Tourimz.
5. National Tourism, yaitu wisatawan yang merupakan penduduk dari dalam dan
luar wilayah perekonomian di negara yang direkomendasikan.
6. International Tollrim, yaitu wisatawan yang merupakan kombinasi antara
Inbound dan Outbozlnd Totrrism.
15

2.3 Tingkat Kesejahteraan


Pengertian sejahtera menurut Poerwadarimta (1996) adalah aman, sentosa,
dan makmur. Sehingga arti kesejahteraan itu meliputi kemanan, keselamatan dan
kemakmuran. Dalam arti sempit, kata sosial menyangkut sektor kesejahteraan
sosial sebagai suatu bidang atau bagian dari pembangunan sosial atau
kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusia, terutama yang dikatagorikan sebagai kelompok yang tidak beruntung
dan kelompok rentan. Yaitu hal yang menyangkut program-program atau
pelayanan-pelayanan sosial untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti,
kemiskinan, ketelantaran, ketidakberfungsian fisik dan psikis, tuna sosial, tuna
susila dan kenakalan remaja.
Suharto (2004) kesejahteran sosial memiliki arti kepada keadaan yang
baik, kebahagiaan dan kemakmuran, banyak orang yang menamainya sebagai
kegiatan amal. Di Amerika serikat kesejahteraan sosial juga diartikan sebagai
bantuan publik yang dilakukan pemerintah bagi keluarga miskin dan anak-anak
mereka. Para pakar ilmu sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial dengan tinggi
rendahnya tingkat hidup masyarakat.
Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan
pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam
masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan,
pendidikan, rekreasi, budaya, dan sebagainya. Salah satu landasan hukum yang
dijadikan acuan adalah Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Dalam penjelasan umum ditetapkan bahwa
lapangan kesejahteraan sosial adalah sangat luas dan kompleks, mencakup antara
lain, aspek-aspek pendidikan, kesehatan, agama, tenaga kerja, kesejahteraan
sosial, dll.
Pola dasar kesejahteraan sosial (Balatbangsos, 2003), bahwa hakikat
pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas
kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang
16

memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan
menjalankan fungsinya dalam kehidupan.Pada dasarnya semua manusia, keluarga,
komunitas dan masyarakat memiliki kebutuhan sosial yang harus dipenuhi agar
mereka dapat mencapai yang dimaksud dengan kebahagiaan sosial. Kebutuhan
tersebut merujuk pada kebutuhan bilogis, pendidikan, kesehatan yang layak dan
juga interaksi sosial yang harmonis. Akhirnya kesejahteraan sosial terjadi pada
komunitas yang dapat menciptakan kesempatan sosial bagi penduduknya untuk
meningkatkan dan merealisasikan potensi-potensi yang ada.
Kesejahteraan atau yang biasa disebut kesejahteraan sosial merupakan
serangkaian aktifitas yang terorganisir yang ditunjukan untuk meningkatkan
kualitas hidup, relasi sosial, serta peningkatan kehidupan masyarakat yang selaras
dengan standar norma-norma masyarakat sebagai tujuan merupakan cita-cita,
pedoman dan aspirasi agar terpenuhinya kebutuhan materi, sosial dan spiritual.
Terkait dengan hal ini, Isbandi (2005), menggambarkan kaitan dengan kebijakan
sosial sekurang-kurangnya mencakup lima bidang utama yang disebut dengan Big
Five Yaitu: Bidang Kesehatan, Bidang Pendidikan, Bidang Perumahan, Bidang
Jaminan Sosial, Bidang Pekerjaan Sosial.
Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang ketentuan pokok
kesejahteraan masyarakat memuat definisi tentang kesejahteraan masyarakat
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilaan dan ketentraman
kahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan
usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran
keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota
keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan
memasukkan anak kejenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi.

Anda mungkin juga menyukai