2 7398 PDF
2 7398 PDF
KAJIAN PUSTAKA
7
8
yang berkembang dari hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat
memacu perubahan sosial. Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif,
dikemukakan oleh Suharti (2000) karena kondisi lingkungan pesisir yang panas
dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang
jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan
mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif.
Purba (2002) menyatakan berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan
lingkungan sosial antara lain: berkembangnya konflik atau friksi sosial,
ketidakmerataan akses sosial ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran,
meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi,
kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya, meningkatnya gaya hidup
(konsumtif), kurangnya perlindungan pada hak-hak masyarakat lokal/tradisional
dan modal sosial, perubahan nilai, memudarnya masyarakat adat, lemahnya
kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah kesehatan dan kerusakan
lingkungan. Masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah
mereka yang hidup dan menetap di kawasan pesisir dan laut. Secara khusus
masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah para nelayan
tradisional yang oleh karena ketidakberdayaannya dalam segala aspek, baik
materi, pengetahuan, maupun teknologi, menjadikan mereka miskin dan tertinggal
(Suhartono, 2007).
bahwa daya tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian
lingkungan, seperti kehidupan di bawah air, bentuk pantai (gua-gua, air terjun,
pasir dan sebagainya), dan hutan-hutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuh-
tumbuhan, burung dan hewan-hewan lain.
Pariwisata bahari merupakan kegiatan rekreasi menikmati keindahan
lingkungan alam dan atraksi wisata yang ada di wilayah pesisir dan lautan. Dalam
kegiatan pariwisata bahari tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan (Nurisyah, 2001). Kegiatan pariwisata
bahari yang langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan yaitu: berperahu,
berenang, snorkling, menyelam dan memancing. Sedangkan pariwisata bahari
yang tidak secara langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan seperti: olah
raga pantai dan menikmati atmosfir laut.
Kegiatan pariwisata bahari tersebut berada dalam kawasan wisata bahari.
Kawasan wisata adalah kesatuan ekologi dengan luas tertentu terdiri dari daratan
dan lautan yang dikelola untuk kebutuhan pariwisata. Dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1990 dinyatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata. Kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata (destinasi) harus
menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar tujuan
kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi (Pitana, dkk 2007). Hal-hal yang
dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata (Yoeti,
1985) diantaranya adalah:
1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang disebut sebagai
natural amenities yaitu: iklim (cuaca cerah, banyak cahaya matahari, sejuk,
kering, panas, hujan dan sebagainya); bentuk tanah dan pemandangan ( tanah
datar, lembah pegunungan, danau, sungai, pantai, air terjun, gunung berapi dan
pemandangan yang menarik/panoramic views); hutan belukar (hutan yang luas
dan banyak pepohonan) ; flora dan fauna (tanaman-tanaman yang aneh,
burung-burung, binatang, buas cagar alam, daerah perburuan dan sebagainya);
dan pusat-pusat kesehatan (sumber air mineral, mandi lumpur, sumber air
panas, dimana diharapkan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit).
13
memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan
menjalankan fungsinya dalam kehidupan.Pada dasarnya semua manusia, keluarga,
komunitas dan masyarakat memiliki kebutuhan sosial yang harus dipenuhi agar
mereka dapat mencapai yang dimaksud dengan kebahagiaan sosial. Kebutuhan
tersebut merujuk pada kebutuhan bilogis, pendidikan, kesehatan yang layak dan
juga interaksi sosial yang harmonis. Akhirnya kesejahteraan sosial terjadi pada
komunitas yang dapat menciptakan kesempatan sosial bagi penduduknya untuk
meningkatkan dan merealisasikan potensi-potensi yang ada.
Kesejahteraan atau yang biasa disebut kesejahteraan sosial merupakan
serangkaian aktifitas yang terorganisir yang ditunjukan untuk meningkatkan
kualitas hidup, relasi sosial, serta peningkatan kehidupan masyarakat yang selaras
dengan standar norma-norma masyarakat sebagai tujuan merupakan cita-cita,
pedoman dan aspirasi agar terpenuhinya kebutuhan materi, sosial dan spiritual.
Terkait dengan hal ini, Isbandi (2005), menggambarkan kaitan dengan kebijakan
sosial sekurang-kurangnya mencakup lima bidang utama yang disebut dengan Big
Five Yaitu: Bidang Kesehatan, Bidang Pendidikan, Bidang Perumahan, Bidang
Jaminan Sosial, Bidang Pekerjaan Sosial.
Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang ketentuan pokok
kesejahteraan masyarakat memuat definisi tentang kesejahteraan masyarakat
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilaan dan ketentraman
kahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan
usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran
keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota
keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan
memasukkan anak kejenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi.