PEMBAHASAN
A. Status Gizi
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dari 109 responden yang diteliti
didapatkan bahwa sebanyak 28 orang (25,7%) memiliki status gizi yang kurus, 40
orang (36,7%) memiliki status gizi normal dan sebanyak 41 orang (37,6%)
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
Dalam penelitian ini, status gizi yang dimaksud adalah status gizi
antara berat badan dalam Kg dengan Tinggi Badan dalam m (Supriasa, 2005).
Kategori IMT menurut Sirajuddin (2012) Kurus < 18,5; normal 18,5 - 22,9; serta
Mahasiswi angkatan 2014 sebagian besar memiliki status gizi gemuk hal
menganjurkan 25% dari total energi pada tubuh. Kebiasaan makan dan ngemil
yang sering, pola makan besar, makan diluar dan kurangnya aktivitas fisik
mahasiswi termasuk dalam penyebab status gizi gemuk pada mahasiswi (WHO).
Status gizi kurus juga ditemukan pada mahasiswi angkatan 2014 Fakultas
konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Emilia, 2009). Sehingga
mahasiswi mudah lelah, mudah terkena penyakit, anemia, kurang kosentrasi, dan
Sedangkan jumlah status gizi normal pada mahasiswi juga tinggi, hal ini
dikarenakan pola makan yang teratur dan asupan gizinya seimbang dan sesuai
yang dibutuhkan oleh tubuh, kemudian aktivitas olahraga yang cukup banyak
oleh kampus untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswi. Hal ini sejalan
memiliki status gizi gemuk dan kurus, hasil ini menujukkan jumlah yang
B. Kejadian Dismenore
Batam menunjukkan bahwa sebagian besar dari 109 responden yang diteliti
didapatkan bahwa sebanyak 76 orang (69,7%) mengalami dismenore primer dan
Dismenore primer merupakan rasa nyeri dan mual pada bagian perut bawah
selama menstruasi, umumnya terjadi pada wanita di usia muda tanpa adanya
merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul pada 6 sampai 12
primer ini disebabkan karena status gizi kurus ataupun gemuk dan pola makan
yang tidak teratur dan kurangnya olahraga atau sehingga terjadinya dismenore.
Gejala dismenore primer yaitu rasa nyeri murni karen a proses kotraksi rahim
tanpa disertai penyakit dasar. Dismenore primer biasanya nyeri haid yang terjadi
sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kelainan. Cirinya terjadi
beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri
jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer juga kadang disertai mual,
Pada penelitian ini peneliti mengambil usia 20-24 tahun karena dismenore
primer tidak terjadi pada saat awal menstruasi (menarche) tetapi umumnya terjadi
pada usia remaja akhir. Pada saat menarche, siklus menstruasi masih siklus
uterus juga tidak terjadi, sehingga tidak terjadi dismenore (Cakir, 2007).
pertambahan usia nya dan di luar masa remaja kejadian dismenore akan menurun
seiring dengan pertambahan usia nya pula (Cakir, 2007). Menurut Nathan (2005)
puncak kejadian dismenore primer pada rentang usia remaja akhir menuju dewasa
muda yaitu rentang usia 15-25 tahun dan akan menurun diluar usia tersebut.
pada usia 20-24 tahun dan akan menurun seiring pertambahan usia.
Sebagian besar dismenore primer terjadi pada wanita usia 21-25 tahun
meningkat sehingga timbul rasa sakit (dismenore) saat menstruasi. Selain itu,
sehingga leher rahim melebar. Leher rahim yang melebar membuat produksi
penurunan fungsi syaraf uterus akibat penuaan (Novia dan Puspitasari, 2008).
sebanyak 40-95% dialami oleh wanita yang menstruasi di Nigeria. Studi juga
dilakukan oleh Cakir (2007) pada mahasiswa di Turki menunjukkan hasil yang
cukup tinggi yaitu yang mengalami dismenore sebanyak 89,5% dan 10% nya
(Razzak, 2010).
endometrium meluruh dan keluar bersama ovum yang tidak dibuahi (Hudson,
2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ayu, dkk (2012) pada 96 orang mahsiswi kedokteran didapatkan bahwa sebanyak
dismenore primer.
memiliki status gizi kurus disertai dengan kejadian dismenore primer, dan hanya 4
orang (14,3%) yang memiliki status gizi kurus tapi tidak mengalami dismenore
primer. Sebanyak 20 orang (50,0%) memiliki status gizi normal dengan kejadian
dismenore primer dan 20 orang (50,0%) yang memiliki status gizi normal tapi
status gizi gemuk disertai dengan kejadian dismenore primer, dan hanya 9 orang (
22,0%) yang memiliki status gizi gemuk tapi tidak mengalami dismenore primer.
Sesuai dengan pendapat Fancin (2004), status gizi yang kurang atau terbatas
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Rahimin (2006) yang menyatakan
dijalani oleh wanita. Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga secara teratur dapat
membuat aliran darah pada otot uterus berkurang sehingga bisa terjadi nyeri saat
menstruasi. Olahraga dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari,
bersepeda, berenang yang dilakukan sebelum dan selama haid, membuat aliran
darah semakin lancar sehingga nyeri akan berkurang (Icesma, 2013). Selain itu
kebiasaan makan yang dijalani oleh wanita salah satunya mahasiswi yang suka
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti makanan junk food untuk
kudapan maupun makan besar akan membuat tumpukan lemak semakin banyak,
pengaturan posisi, distraksi atau teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri (Novia dan Puspitasari, 2008). Sylvia dan Lorraine
dianjurkan untuk mengurangi nyeri haid. Dengan melakukan aktivitas fisik atau
endorphin. Hormon ini berfungsi sebagai obat penenang alami yang dihasilkan
otak dan susunan saraf tulang belakang yang akan membuat seorang menjadi
nyaman. Selain itu pada kondisi tubuh rileks, tubuh akan menghentikan produksi
semua hormon yang menyebabkan dismenore dan hormon yang diproduksi saat
stres.
maka tingkat dismenore yang dialami akan semakin berat. Menurut Prawirahardjo
2005), kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E,
vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, dan asam lemak linoleat
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square, didapatkan nilai p=0,002
hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian
dismenore primer.
status gizi dengan dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2014 Fakultas
D. Keterbatasan Peneliti