Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS JURNAL

Pengaruh Terapi Latihan Dan Massage Terhadap


Kasus Close Fraktur Humeri Dextra Dengan
Pemasangan Skin Traction

OLEH
NAMA : FRANGKI SULEMAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin meningkatna kesejahteraan masyarakat di negara
berkembang tingkat kejadian berbagai penyakit degeneratif semakin
meningkat pula, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Dikutip dari
data WHO 2016, 70% dari total kematian di dunia dan lebih dari setengah
beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang
sebagian besar dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat.
Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan dunia.
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa
epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan
meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah
Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah
penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.
Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup
signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018;
sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta
orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan
jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan dan kematian.
Penyakit diabetes melitus (DM) adalah ketidakmampuan organ pankreas
memproduksi insulin atau sel tubuh tidak dapatt menggunakan insulin yang
telah dihasilkan organ pankreas secara baik. Akibat dari kelainan ini, maka
kadar gula darah (glukosa) akan meningkat tidak terkendali. Kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus harus dipertahan pada nilai normal, dijaga dan
dikontrol, dalam artian tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh juga terlalu
rendah dari ambang normal. Ambang normal gula darah manusia adalah 60-

1
120 mg/dL pada waktu puasa dan <140 ml/dL dua jam sesudah
makan.(Susanto, 2013).
Penanganan diabetes melitus di rumah sakit yang ada selama ini masih
sebagian besar berfokus pada pengobatan konvesional yang telah
diprogramkan oleh dokter, belum pemperhatikan penanganan stres pasien,
sedangkan faktor psikologi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
pasien. Apabila stres yang dialami penderita diabetes dibiarkan saja dengan
kadar gula darah tetap tinggi dan tidak dikelola dengan baik, ditakutkan
kompliksi akut sampai komplikasi kronik dapat terjadi. (dkk S. , 2006)
Ada beberapa cara untuk menurunkan gula darah yaitu melakukan cek
gula darah agar bisa mengontrol gula darah, berolahraga secara teratur,
membatasi mengkonsumsi gula, makan sedikit tapi sering, diet, dan
melakukan teknik relaksasi. Untuk menurunkan stres dibeberapa rumah saki
upaya-upaya tersebut sudah sering bahkan sudah menjadi prosedur tetap
dilaksanakan seperti pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium, klub
senam diabetes, konsul gizi dan penyuluhan kesehatan pasien diabetes
melittus, namun pada intervensi khusus seperti relaksasi untuk menurunkan
stres masih belum pernah dilakukan oleh perawat secara mandiri.
Terknik relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Salah satu
adalah teknik relaksasi otot progresif ( Progresive Musce Relaxation) (Devi,
2004). Progresive Musce Relaxationadalah suatu prosedur untuk
mendapatkan relakssi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan
memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan menghentikan tegangan
tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaiman otot tersebut
menjadi rileks, dan ketegangan menghilang., selain praktis gerakan-
gerakannyapun mudah dilakukan mulai dari kepala sampai ujung kaki.
Progresive Musce Relaxationbertujuan untuk mengurangi ansietas dan stres,
apabila hal tersebut tidak teratasi maka akan merangsang pengeluaran
hormon-hormon yang bisa meningkatkan kadar glukosa dara didalam tubuh.

2
Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan analisis jurmal tentang “ Pengaruh Progresive Musce Relaxation
Terhadap Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Pengaruh Progresive Musce Relaxation Terhadap Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
1.3 Manfaat
a. Bagi program studi profesi ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan
bacaan tentang penanganan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe 2
b. Bagi perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam melakukan intervensi.
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
dalam melaksanakn penatalaksanan pada pasien diabetes melitus tipe 2
d. Bagi pasien
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi pasien dan
keluarga agar dapat menggunakan teknik relaksasi oto progersif atau
Progresive Musce Relaxation

3
BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode pencarian


Analisis jurnal ini menggunakan 2 (dua) media atau metode pencaian jurnal
yaitu menggunakan data base dari google scholar dan science direct sebagai
berikut :
Kata kunci Hasil pencarian
Teknik relaksasi otot progresif 2050
SI AND Kadar gula darah 1080
S2 AND Pasien Diabetes melitus tipe 794
2
Membatasi tahun publikasi 2013- 95
2019

Kata kunci Hasil pencarian


Progressive Muscle Relaxation 25400
technique
SI AND Blood Sugar Levels 3396
S2 AND Type 2 Diabetes mellitus 251
patients
Limit the 2013-2019 publication year 10

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
menahun/kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) yang disebabkan karena jumlah insulin yang kurang atau
jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih akan tetapi kurang
efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi urin (Waspadji, 2011)

4
b. Tipe Diabetes Melitus
Ada beberapa tipe DM yang dibedakan berdasarkan penyebab,
perjalanan klinik dan terapinya.
1. Diabetes tipe 1(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensiinsulin absolut):
a) Autoimun
b) Idiopatik
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering
ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang
memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen.
Olehkarena itu, insulin yang diproduksisedikit atau tidak langsung
dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita
diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan
pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor
lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat
menyebabkan penghancuran selpenghasil insulin di pankreas.
2. Diabetes tipe 2(bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulindisertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama
defek sekresi insulindisertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,
bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggidari normal.
Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin,
sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur
lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan
usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2.
Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2
mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas
insulin menurun, maka dari itu orang obesitas 14memerlukan

5
insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula
darah normal
3. Diabetes Tipe lain berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lain. Ada beberapa tipe DM yang lain seperti defek genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insuln, sebab imunologi dan sindrome
genetik lainnya
4. Diabetes Gestasional adalah Diabetes melitus yang timbul selama
kehamilan. (Perkeni, 2011)
c. Etiologi dan faktor resiko
Penyebab penyakit ini belum diketahi secara lengkap dan kemunginan
faktor penyebab dan faktor resiko penyakit DM diantaranya :
1. Riwayat keturunan diabetes, misalnya pada Dm tipe 1 diturunkan
sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai
resiko 25-50%, sementara saudara kandung beresiko 6% dan anak
beresiko 5 %.
2. Lingkungan seperti virus ( Cytomegalovirus, mumps, rubella)
yang dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-
sel beta pankreas, obat-obatan, zat kimia seperti alloxan,
streptozotocin, pentamidine.
3. Usia diatas 45 tahun
4. Obesitas, berat badan lebih atau sama dengan 20% berat badan
ideal
5. Etnik, banyak terjadi pada orng amerika keturunan afrika, dan asia
6. Hipertensi, tekanan darah lebih atau sama dengan 1440/90 mmHg
7. HDL kolestrol lebih dari atau sama denga 35 mg/dL, atau
trigiserida lebih dari 250 mg/dL
8. Riwayat gestasional DM
9. Kebiasaan diet
10. Kurang olah raga
11. Wanita dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovari (Tarwoto,
2011)

6
d. Tanda dan gejala
1. Sering kencing/ miksi tau meningkatnya frekuensi buang air kecil
(poliuria)
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
3. Meningkatnya rasa lapr ( polipagia)
4. Penurunan berat badan
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
6. Ketonuria
7. Kelemahan dan keletihan
8. Terkadang tanpa gejala(Tarwoto, 2011)
2.2.2 Glikosa Darah
a. Definisi
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal
dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk
glikogen di dalam hati dan otot rangka. Energi sebagian besar
berfungsi untuk kebutuhan sel dan jaringan yang berasal dari glukosa.
Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa,
secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak
melebihi 170mg/dl. Banyak hormon yang berperan dalam
mempertahankan glukosa darah. Pengukuran glukosa darah dapat
dilakukan untuk memantau mekanismeregulatorik ini. Penyimpangan
berlebihan kadar glukosa darah dari normal baik tinggi maupun
rendah, maka terjadi gangguan homeostatis yang dapat berhubungan
dengan hormon(Tarwoto, 2011)
b. Metabolime
Metabolisme merupakan segala proses kimiawi yang terjadi di dalam
tubuh. Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif
melibatkan banyak enzim di dalamnya,sehingga terjadi pertukaran
bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang
mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :

7
1. Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian intake makanan
sehari-hari, dan sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi
lemak. Fungsi karbohidrat dalammetabolisme adalah untuk bahan
bakar oksidasi dan menyediakan energi untuk proses-proses
metabolisme lainnya(Ganong,2008).Karbohidrat dalam makanan
terdir i dari polimer-polimer penting yaitu glukosa, laktosa,
fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh
berada dalam bentuk D-isomer. Hasil utama metabolisme
karbohidrat adalah glukosa
2. Metabolisme gula darah
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk ke dalam
aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen
kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk
dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya
terutama otak. Kadar gula darah dikendalikan oleh suatu hormon
insulin yang berasal dari sekresi sel beta pankreas,jika hormon
insulin kurang maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi
darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa darah
meninggi hingga melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa
darah akan keluar bersama dengan urin (glukosuria).(Tarwoto,
2011)
c. Macam-macam pemeriksaan gula darah
Berdasarkan Depkes RI ada beberapa macam pemeriksaan glukosa
darah yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Glukosa Darah SewaktuPemeriksaan gula darah yang dilakukan
setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir
yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.
2. Glukosa Darah puasa Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan
glukosa darah yang dilakukan setelah pasien melakukan puasa
selama 8-10 jam.

8
3. Glukosa Darah 2 jam Post prandialPemeriksaan glukosa ini
adalahpemeriksaan glukosa yang dihitung 2 jam setelah pasien
menyelesaikan makan

9
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil
Author Judul Tahun Metode Hasil Source
Puji Astuti Teknik 2014 Pra Hasil menunjukan Google
Progressive eksperimen bahwa ada pengaruh Sholar
Muscle one group pra pemberian Teknik
Relaxation dn post design Progressive Muscle
Mempengaruhi Relaxation sebelum
Kadar Glukosa dan sesudah terhadap
Darah gula darah penderita
Penderita diabetes melitus tipe 2
Diabetes
Melitus Tipe 2 Kadar gula darah
sebelum melakukan
PMR rata-rata 238.40
mg/dL
Kadar gula darah
sesudah melakukan
PMR rata-rata 125,68
mg/dL
Ridha Pengaruh 2018 Pre Didapatkan hasil Google
Hidayati Progressive Eksperimental bahwa terjadi Scholar
Muscle design dengan penurunan gula darah
Relaxation One Group sebelum intervensi dari
terhadap gula Pretest-postest 267,83 mg/dL menjadi
darah pada Design 208,33 mg/dL setelah
pasien diberikan intervensi.
Penderita Perbedaan rata-rata
Diabetes gula darah sebelum

10
Melitus Tipe 2 dan setelah intervensi
Dipanti Sosial adalah 59,500 mg/dL
Tresna Werda dengan standar deviasi
Sabai Nan 36,75 mg/dL. Hasil
Aluih Sicincin ujia TPaired T-Test
Tahun 2016 adalah p =
0,00(α=0,05)artinya
ada pengaruh
pemberian Progressive
Muscle Relaxation
terhadap gula darah
pada pasien diabetes
melitus tipe 2
Devi Relaksasi Otot 2018 Deskriptif Hasil penelitian Google
Putriani Progresif dengan diketahui bahwa kadar scholar
terhadap Kadar Correlation gula darah sebelum
Dewi Gula Darah Study latihan relaksasi otot
Setyawati pada Pasien progresif didaptkan
Diabetes nilai rata-rata 18,734
Melitus mg/dL dan ses udah
melakukan relaksasi
otot progresif
didaptakan penurunan
kadar gula darah
dengan nilai rata-rata
16,745 mg/dL
Junaidin Pengaruh 2018 Quasi Diperoleh bahwa rata Google
Relaksasi Otot eksperiment rata kadar gula darah Scholar
Progresif dengan Pre kelompok intervensi
Terhadap and post jam 08.00 sebelum

11
Penurunan control group intervensi sebesar 233
Kadar Gula mg/dl sedangkan rata-
Darah Pada rata kadar gula darah
Pasien sesudah intervensi
Diabetes sebesar 157,6 mg/dL
Melitus Di
Wilayah Kadar gula darah
Puskesmas kelompok intervensi
Woha-Bima jam 12.00 sebelum
Tahun Tahun intervensi sebesar
2018 242,8 mg/dl sedangkan
rata-rata kadar gula
darah sesudah
intervensi sebesar
173,4 mg.dL

Kadar gula darah


kelompok intervensi
jam 17.00 sebelum
intervensi sebesar 233
mg/dl sedangkan rata-
rata kadar gula darah
sesudah intervensi
sebesar 157 mg.Dl
Arlina Pengaruh 2018 Quasi Diperoleh hasil bahwa Google
Dhian Latihan Teknik experimen kadar gula darah Sholar
Sulistyow Relaksasi Otor dengan one sebelum latihan teknik
ati Progresif group relaksasi otot progresif
Terhadap pretest0postest didapatkan nilai rata-
Supardi Penurunan design rata 252,26 mg/dL dan
Kadar Gula sesudah melakukan

12
Darah Pada teknik relaksasi otot
Lansia progresif didapatkan
Penderita kadar gula darah
Diabetes dengan nilai rata-rata
Melitus 180,00 mg/ddL

Tahereh The Effect of 2017 Uji klinis acak Temuan mereka telah Science
Najafi Progressive terkontro menunjukkan direct
Ghezeljeh Muscle penurunan skor stres
Relaxation on dan kadar HbA1c yang
Maryam Glycated signifikan pada
Kohandan Hemoglobin kelompok eksperimen
y and dibandingkan dengan
Health-related kelompok kontrol
Fateme Quality of Life
Hagdoost in Patients
with Type 2
Mojtaba Diabetes
malek Mellitus

1.2 Pembahasan
Progresive Musce Relaxation (PMR) adalah suatu prosedur untuk
mendapatkan relakssi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan
memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan menghentikan tegangan
tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaiman otot tersebut
menjadi rileks, dan ketegangan menghilang., selain praktis gerakan-
gerakannyapun mudah dilakukan mulai dari kepala sampai ujung kaki.
Progresive Musce Relaxationbertujuan untuk mengurangi ansietas dan stres,
apabila hal tersebut tidak teratasi maka akan merangsang pengeluaran
hormon-hormon yang bisa meningkatkan kadar glukosa dara didalam tubuh.

13
Beberapa penelitian seperti (Astuti, 2014), (Hidayanti, 2018), (Setywati, 2018) ,
(Junaidin, 2018), (Supardi, 2018), (Tahereh Najafi Ghezeljeh, 2017)mengatakan
bahwa ada pengaruh teknik Progressive Muscle Relaxation terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Namun dari beberapa
penelitian tersebut memiliki perbedaan waktu dalam pemberian relaksasi otot
progresif tersebut. Pada penelitian (Astuti, 2014) dan (Junaidin, 2018) teknik
relaksasi otot progresif dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut
dengan waktu kurang lebih 15 menit. Sama halnya dengan penelitian
(Hidayanti, 2018) dilakukan 2 kali sehari dengan 3 kali pengulangan selama 5
hari dengan waktu kurang lebih 5 menit. Pada penelitian (Tahereh Najafi
Ghezeljeh, 2017) teknik relaksasi otot progresif dilakukan 2 kali sehari
selama 8 minggu dengan waktu 15 menit . Sedangkan pada penelitian dengan
judul pengaruh latihan teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
kadar gula darah pada lansia penderita diabetes (Supardi, 2018) teknik
relaksasi otot progresif dilakukan 3 kali dalam 3 hari artinya 1 kali sehari
selama 3 hari dengan waktu kurang lebih 15 menit. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh(Devi, 2004) dalam hasl penelitiannya tidak
disebutkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk merelaksasikan otot
progresif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dalam mnurunkan kadar gula
darah.
Oleh karena itu dapat disumpulakan bahwa hanya dengan 1kali sehari
dalam 3 hari dengan waktu kurang lebih 15 menit teknik Progresive Musce
Relaxation atau relaksasi otot progresif dapat menurunkan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe 2

14
BAB IV

KESIMPULN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Progresive Musce Relaxationbertujuan untuk mengurangi ansietas dan
stres, sehingga tidak akan merangsang pengeluaran hormon-hormon yang
bisa meningkatkan kadar glukosa dara didalam tubuh.
4.2 Saran
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang penatalaksanaan diabetes meitus
b. Bagi perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagaimasukan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus tipe 2
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
dalam melaksanakan penalaksanaan non farmakologi pada pasien diabetes
melitus tipe 2
d. Bagi pasien
Diharapkan analisis jurnl ini dapat menjadi referensi bagi keluarga pasien
agar dapar menggunakan teknik Progresive Musce Relaxationatau
relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. (2018). pengaruh teknik relaksasi nafas dalam tehadap penurunan


intensitas nyeri pada pasien fraktur. Jurnal Kesehtan.

Astuti, P. (2014). Teknik Progressive Muscle Relaxation mempengaruhi kadar


glukosa darah penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal ilmiah kesehatan.

Bare, S. &. (202). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brinner & Suddarth
(Vols Edisi 8). Jakarta: EGC.

Devi, W. P. (2004). Manajemen stres nationl safety counncil. Jakarta: EGC56T.

dkk, S. (2006). Buku Ajar ILmu Penyakit Dalam Edisi 4, Jilid 1. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Hidayanti, R. (2018). pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap gula


darah pada psien diabetes melitus tipe 2 di panti sosial tresna werda sabai
nan alui sicincin tahun206. Menara Ilmu.

Junaidin. (2018). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetets melitus di wilayah puskesmas wiha-bima
tahun2018. JIME Vol 4 No 1ISSN 2442-9511.

Perkeni. (2011). Panduan penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus. Jakarta.

Setywati, D. P. (2018). Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada
pasien diabetets melitus tipe 2. Prosiding seminar nasiona mahasiswa
unimus.

Supardi, A. D. (2018). Pengaruh latihan teknik relaksasi otot progresif terhadap


penurunan kadar gula darah pada lansia penderita diabetets melitus .
Motorik Vol 13 Nomor 27, September.

Susanto, T. (2013). Diabetes, Deteksi, Pencegahan, dan Pengobatan. Yogyakarta:


Buku Pintar.

16
Tahereh Najafi Ghezeljeh, M. K. (2017). The Effect of Progressive Muscle
Relaxation on Glycated Hemoglobin and Health-related Quality of Life in
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Applied Nursing Research 33
(2017) 142–148.

Tarwoto. (2011). Keperawatan Medika Bedah Gangguan Sistem Endokri. Jakarta:


Trans Info Media.

Waspadji. (2011). Buku Ajar Penyakit Dalam : Komplikasi Kronik Diabetes,


Mekanisme terjadinya, Diagnosisi dan Strategi Pengelolaan. Jakarta:
FKUI.

17

Anda mungkin juga menyukai