Anda di halaman 1dari 12

STADIUM ANESTESI

Gabriel – I4061172001
Stadium Anestesi Umum
• Semua zat anestetik menghambat SSP secara bertahap, yaitu mula-
mula dihambat adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir
dihambat adalah medula oblongata tempat pusat vasomotor dan
pernapasan.
• Anestesi umum dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium I (anelgesia),
stadium II (eksitasi), stadium III (pembedahan), dan stadium IV
(depresi medulla oblongata) (Gunawan, et al, 2011).
• Stadium I (Analgesia)
Stadium analgesia dimulai sejak pemberian anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri
(analgesia), tetapi masih sadar. Pernapasan masih dipengaruhi
kemauan dan keras, frekuensi nafas serta pulsasi meningkat, pupil
melebar, dan mungkin terjadi urinasi serta defekasi.
• Stadium II (Eksitasi)
Stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya
pernapasan yang teratur yang merupakan tanda dimulainnya stadium
pembedahan. Pada stadium ini, hewan tampak mengalami delirium (sensasi)
dan eksitasi dengan gerakan diluar kehendak (meronta-ronta). Pernapasan
tidak teratur, kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot rangka
meningkat, kadang sampai mengalami inkontinesia, dan muntah. Hal ini
terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi. Pada stadium ini dapat terjadi
kematian, maka pada stadium ini harus diusahakan cepat dilalui.
Menurut Sudisma (2006), pada tahap ini kehilangan kesadaran, respon
terhadap stimulasi meningkat (hewan masih berteriak di bawah sadar),
gerakan kaki ke belakang masih keras, nafas singkat dan tidak teratur, reflek
menelan, muntah dan batuk masih ada.
• Stadium III (Pembedahan)
Stadium III dimulai dengan tumbulnya kembali pernapasan yang teratur
dan berlangsung sampai pernapasan spontan hilang. Menurut
Gunawan et al. (2011) pada stadium ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat
(plane) dan tiap tingkatan dibedakan dari perubahan pada gerakan bola
mata, refleks bulu mata dan konjungtiva, tonus otot dan lebar pupil
yang menggambarkan semakin dalamnya pembiusan.
Tingkat (Plane) 1 :
Pernapasan teratur, spontan, dan seimbang antara pernapasan dada
dan perut, gerakan bola mata terjadi di luar kehendak, miosis,
sedangkan tonus otot rangka masih ada (Gunawan et al., 2011).
Menurut Sudisma et al (2006), stadium III tingkat I ditandai dengan
pernafasan bebas dari kemauan gerakan kaki ke belakang terhenti, bola
mata bergerak dari sisi satu ke sisi lainnya, makin lama anestesi bola
mata bergerak lemah, dan berhenti bila masuk ke tingkat II, reflek
palpabre, konjungtiva, dan kornea segera hilang setelah masuk ke
tingkat I. Pada anjing dan kucing reflek pedal masih ada dan cepat.
Anestesi tingkat I digunakan untuk pemeriksaan foto Rontgen (X-ray),
operasi membuka abses dan operasi kecil lainnya.
Tingkat (Plane) 2 :
Pernapasan teratur sampai frekuensinya lebih kecil, bola mata tidak
bergerak, pupil mata melebar, otot rangka mulai melemas, dan refleks laring
hilang, sehingga pada tahap ini dapat dilakukan intubasi (Gunawan et al.,
2011). Menurut Sudisma et al. (2006), ditandai dengan adanya sedikit
perubahan pada sifat respirasinya sampai tingkat berikutnya, frekuensi nafas
meningkat sedangkan amplitudonnya menurun, reflek laring masih ada
hingga pertengahan tingkat ini. Pada kuda, sapi, domba, dan babi bola mata
terfixir di tengah, pada anjing dan kucing bola mata pada ventrocantus
(sudut medial) menggeser ke bawah. Relaksasi otot lebih nyata kecuali otot
abdomen, reflek pedal pada anjing dan kucing masih ada tetapi lemah.
Menurut Welsh (2009), pada tingkat 2 dan 3 ini prosedur pembedahan yang
paling memuaskan.
Tingkat (Plane) 3 :
Ditandai dengan adanya respirasi otonom, frekuensi meningkat,
amplitudo menurun, ada antara yang jelas pada inspirasi dan ekspirasi
(kelihatan berhenti sebentar), inspirasi thorak ringan, ritme pernafasan
terganggu jika masuk stadium selanjutnya, pada anjing dan kucing bola
mata menuju ke tengah, reflek pedal hilang, otot abdomen relaksasi.
Pernapasan perut lebih nyata dari pernapasan dada karena otot
interkostal mulai lumpuh, relaksasi otot rangka sempurna, pupil mata
lebar tetapi belum maksimal (Gunawan et al., 2011). Menurut Mangku
dan Senapathi (2010), pada stadium inilah optimal dilakukan operasi.
Tingkat (Plane) 4 :
Pernapasan perut sempurna karena otot interkostal lumpuh total,
tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar, dan refleks cahaya
hilang. Pembiusan hendaknya jangan sampai ke tingkat 4 ini sebab
hewan akan sangat mudah sekali masuk ke stadium IV yaitu ketika
pernapasan spontan melemah. Untuk mencegah ini, harus diperhatikan
secara benar sifat dan dalamnya pernapasan, lebar pupil dibandingkan
dengan keadaan normal, dan turunnya tekanan darah.
• Stadium IV (Depresi medulla oblongata)
Stadium IV ini, dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding
stadium III tingkat 4. Tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh
darah kolaps, dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini dapat segera
disusul dengan kematian, kelumpuhan napas di sini hanya dapat diatasi
dengan alat bantu napas dan sirkulasi (Gunawan et al., 2011). Menurut
Sudisma et al. (2006), stadium ini ditandai dengan paralisa otot thorak
sempurna, hanya diafragma yang masih aktif selama inspirasi, dinding thorak
mengempes kedalam sehingga hewan tersengal-sengal, pulsasi meningkat
cepat, pupil menggembung, bola mata seperti mata ikan (sekresi air mata
terhenti), pernafasan melemah akhirnya hewan mati, warna mukosa mulut,
mata dan lidah menjadi abu-abu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai