Anda di halaman 1dari 26

.

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul “Urine” disusun oleh :


nama : Lisnawati
NIM : 1513040005
kelas/kelompok : Pendidikan Kimia A/III (tiga)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, Desember 2017


Koordinator asisten Asisten

Abudzar Al-Gifari Risdah Damayanti N.


NIM. 1413440014 NIM. 1413440021

Mengetahui,
Dosen penanggung jawab

Dr. Muhammad Syahrir, M.Si


NIP. 19740907 200501 1 004
.

A. JUDUL PERCOBAAN
Urine

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengidentifikasi zat-zat yang terkandung didalam urine
2. Untuk membedakan kandungan urine normal dan urine abnormal

C. LANDASAN TEORI
Cairan tubuh dibedakan atas cairan intrasel (CTS), yaitu cairan yang
terdapat di dalam sel, dan cairan ektrasel (CES), yaitu cairan yang berada di luar
sel. Sekitar 70% cairan tubuh adalah cairan intrasel dan sisanya adalah cairan
ekstrasel. Cairan ekstrasel antara lain cairan (a) interstisial, yang berada di antara
sel jaringan; (b) intravaskuler, yang berada dalam pembuluh darah; (c) limfe, yang
berada dalam pembuluh limfe; dan (d) transseluler, yang berada di tempat-tempat
khusus. Cairan intraokuler (terdapat dalam bola mata), cairan serebrospinalis, dan
cairan dalam persendian adalah contoh cairan transseluler. Cairan tubuh banyak
mengandung zat nonelektrolit dan elektrolit terlarut. Zat nonelektrolit adalah zat
yang lidak terurai menjadi ion-ion yang bermuatan listrik, sedangkan elektrolit
adalah zat yang dapat terurai menjadi ion-ion yang bermuatan listrik. Konsentrasi
elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian lain.
Dalam keadaan sehat, elektrolit berada pada bagian yang tepat dan dalam jumlah
yang tepat pula (Sumardjo, 2009: 17).
Pekerjaan ginjal adalah menyaring. Ginjal sangat jauh dengan pekerjaan
mekanis yang dilakukan alat-alat penyaringan buatan manusia. Ginjal adalah
penyaring hidup yang memiliki emampuan menyaring dengan sangat baik dengan
meninggalkan materimateri dan mengambil materi-materi lain. Hal ini
megingatkan kita pada penyaringan yang dilakukan oleh serat usus dan semua
dinding sel. Urine terakhir terkumpul di dua penampungan gijal, kemudian ia
berjalan melalui saluran kencing (ureter) yang berakhir pada kandng kemih, urine
terkumpul. Setiap ada jumlah urine yang datang, rongga kandung kemih
bertambah panjang. Ketika tekanan bagian dalam telah menyentuh 18 cm air,
timbullah keinginan untuk kencing. Hikmah terkumpulnya urine sebelum
.

dikeluarkan, seperti hikmah terkumpulnya kotoran perut sebelum keluar. Setelah


terkumpul, urine akan keluar dengan mudah dan deras. Jumlah pengeluaran urine
tidak tetap, hal itu diatur oleeh hormone resopresin yang dinamakan
ADH(antidiuretic hormone). Hormone ini berfungsi menjaga keseimbangan kadar
tubuh demi kelangsungan proses metabolisme (Taufiq, 2006: 180).
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air,
berbagai jenis garam, senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam
urat sebagai hasil metabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 1-
1,5 liter dengan kadar zat kering 40-50 gram. BD urine adalah 1,003-1,025. Untuk
mempelajari urine, urine harus dikumpulkan selama 24 jam. Caranya: mulai pukul
07:00 pagi, pengeluaran untuk pertama harus dibuang, tetapi urine berikutnya
harus dikumpulkan sampai pukul 07:00 hari berikutnya (Tim Dosen, 2017: 18).
Sistem urinal adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi
ginjal dan saluran keluarnya yang berdungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-
zat yang tidak diperlukan. zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu
yang larut dalam air. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal dengan saluran keluar
urine berupa ureter dari setiap ginjal. Dalam waktu 1 menit sekitar 20% darah
manusia mengalid melewati ginjal untuk dibersihkan. Di bagian tubulus terjadi
penyerapan ulang lebih dari 90% cairan dari saluran itu ke darah. Cairan yang
diserap kembali mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan 10%
yang tetap berada di saluran itu selanjutnya menjadi air seni (urine). Karena urine
dibentuk dari cairan yang berasal dari darah, jika darah mengandung mineral atau
zat tertentu dalam konsentrasi yang tinggi, juga dapat terjadi gangguan
kualitas urine. Salah satu zat tertentu di dalam urine, misalnya calcium dapat
meninggi. Salah satu resiko yang ditimbulkannya dalah penimbunan calcium
tersebut setelah melalui proses pembetnukan urine di ginjal, sehingga terentuk
batu ginjal (Wibowo, 2008: 98-100).
Kreatinin adalah produk sisa metabolisme yang dihasilkan oleh
pemecahan kreatin otot. Kadar kreatinin serum menunjukkan keseimbangan
antara prokduksi dan ekskresi oleh ginjal. Karena ini dihasilkan pada kecepatan
mantap tergantung pada massa otot dan tidak dipengaruhi oleh diet, hidrasi, atau
.

katabolisme jaringan, kadar kreatinin merupakan indikator fungsi ginjal yang


lebih akurat darípada BUN. Kadar kreatinin serum akanmeningkat sesuai
penurunan fungsi ginjal (Horne, 2000: 46).
Kreatinin merupakan hasil pemecahan dari kreatini fosfat. Kreatinin tidak
mengalami metabolisme lebih lanjut dan diekskresikan lewat urin. Kreatinin akan
difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak mengalami reabsorpsi yang berarti di
tubulus ginjal sehingga hampir seluruhnya diekskresikan lewat urin. Jumlah
kreatinin yang diekskresikan dalam urin relatif konstan sepanjang hari sehingga
kreatinin dapat digunakan sebagai patokan untuk penentuan jumlah zat-zat lain
yang diekskresikan lewat urin termasuk albumin. Dengan demikian bila
konsentrasi zat dalm urin dirasiokan dengan konsentrasi kreatinin urin akan
memberikan gambaran yang lebih baik tentang ekskresi dalam urin 24
jam (Syuhada, 2012: 221).
Menurut Svehla (1985: 300-378) percobaan untuk mengidentifikasi
berbagai zat-zat organik yang terkandung dalam urin dilakukan melalui reaksi.
Adapun reaksi tersebut ialah :
1. Cl-
Kebanyakan klorida larut didalam air. Untuk identifikasi adanya ion Cl-
dalam urin, digunakan pereaksi berupa perak nitrat (AgNO3). Reaksi antara ion
Cl- dengan larutan perak nitrat (AgNO3), akan menghasilkan endapan perak
klorida, AgCl yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan asam nitrat
encer, tapi larut dalam amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida.
Reaksinya yaitu :
Cl- + Ag+ → AgCl↓
Jika endapan perklorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu dikocok
dengan larutan natrium arsenit endapan diubah menjadi perak arsenit yang
berwarna kuning.
2. PO43-
Untuk analisis adanya kandungan PO43- dalam urine, maka digunakan
pereaksi amonium molibdat. Penambahan reagensia ini dengan sangat berlebih
menghasilkan endapan amonium fosfomolibdat yang kuning kristalin, dimana
.

rumusnya dinyatakan dengan (NH4)3[PMo12O40]. Larutan yang dihasilkan harus


bersifat asam kuat dengan asam nitrat. Pengendapan dipercepat dengan
memanaskan sampai suhu yang tak melampaui 400 dan dengan penambahan
larutan amonium nitrat.
3. SO42-
Untuk analisis dari kandungan SO42- digunakan reaksi dengan larutan
BaCl2 5%. Reaksi antara ion SO42- dengan larutan BaCl2 akan menghasilkan
endapan putih barium sulfat yang tak larut dalam asam klorida encer panas dan
asam nitrat encer, tapi larut didalam asam klorida pekat.
SO42- + Ba2+ → BaSO4↓
Uji ini biasanya dilakukan dengan menambahkan reagensia kepada larutan yang
diasamkan dengan asam klorida encer, karbonat, sulfit dan fosfor tidak
diendapkan pada kondisi ini. Asam klorida pekat atau asan nitrat pekat tidak boleh
digunakan kerena akan menghasilkan endapan barium klorida atau barium nitrat.
4. NH4+
Ion-ion amonium dirurunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+.
Garam-garam amonium biasanya adalah senyawa-senyawa yang larut didalam air
dengan membentuk larutan yang tak berwarna. Dengan pemanasan semua garam
amonium terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai. Reaksi antara ion
amonium dengan reagensia berupa natrium hidroksida akan menghasilkan gas
amonia, yang dilepaskan ketika dipanaskan. Reaksinya yaitu :

NH4+ + OH- → NH3 + H2O

Reaksi ini dapat diidentifikasi (a) dari baunya; (b) dari terbentuknya uap putih
amonium klorida; (c) dari fakta bahwa gas ini menyebabkan kertas lakmus merah
berubah menjadi biru.
5. Ca2+
Identifikasi ion Ca+ digunakan reagensia berupa amonium oksalat, dimana
reaksi antara ion Ca+ dengan amonium oksalat akan menghasilkan endapan putih
kalsium oksalat.
Ca+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4↓ + 2NH4+
.

Pengendapan dipermudah dengan menjadikan larutan bersifat basa dengan


amonia.
6. Mg2+
Magnesium adalah logam putih yang dapat ditempadan liat. Ia melebur
pada suhu 6500C. Reaksi antara ion magnesium dengan larutan natrium
hidroksida akan menghasilkan endapan putih magnesium hidroksida, yang tak
larut dalam reagensia berlebih, tetapi mudah larut dalam garam-garam amonium.
Reaksinya yaitu :

Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2↓


Dari uraian tentang metabolisme asam amino telah diketahui bahwa NH3
dapat dilepaskan dari asam amino melalui reaksi transminasi dan deaminasi. Pada
reaksi transminasi gugus –NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto
lain, sedangkan pada reaksi yang dilepaskan diterima oleh suatu asam kleo,
sehingga terbentuk asam amino baru dan asam keto lain, sedangkan pada reaksi
deaminasi, gugus –NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk urea dalam urine. Urea adalah suatu
jenis senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urine
yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari
tubuh melalui urine. Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah :
2NH3 + CO2 + 3ATP 2H2O → Urea + 2ADP + AMP + 2Pi + Ppi
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reaski ini (PPi) terhidrolisis lebih
lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan empat
ikatan fosfat berenergi tinggi. Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati
karena enzimenzim yang bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada
mitokondria dalam sel hati (Poedjiadi, 1994 : 321-325).
Pengujian Cl- dalam sampel urin dapat dilakukan dengan uji pengendapan
perak klorida, AgCl menggunakan larutan perak nitrat yang seperti dadih dan
putih yang tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer tetapi larut dalam
larutan amonia encer dan dalam larutan kalium sianida dan tiosulfat. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
Cl- + Ag+ → AgCl↓
.

Pengujian urin terhadap adanya ion SO42- dengan barium klorida menghasilkan
endapan putih barium sulfat yang tidak larut dalam asam klorida encer tetapi larut
sedang dalam dalam asam klorida pekat yang mendidih.
SO42- + Ba2+ → BaSO4 ↓
Untuk menguji adanya ion PO43- dapat digunakan pereaksi ammonium
molibdat. Penambahan regenesia berlebih menghasilkan endapan amonium
fosfomolibdat yang berwana kuning kristalin. Larutan yang dihasilkan harus
bersifat asam kuat dengan asam nitrat. Pengendapan dipercepat dengan
pemanasan sampai suhu tidak lebih 40℃ dan dengan menambahkan larutan
amonium nitrat (Svehla, 1985: 346-378).
Aplikasi SI-VM pada penentuan kreatinin dalam sampel urin dilakukan
pada beberapa sampel urin yang telah diperoleh. Seluruh sampel urin yang
diperoleh terlebih dahulu dilakukan pengenceran sebanyak 30 kali dengan
menggunakan akuades. Volume sampel optimum yang dipilih adalah 100 mL
dikarenakan pada penggunaan volume sampel 100 mL seluruh kreatin yang ada
tepat berikatan dengan sejumlah reagen yang telah disediakan. Pengaruh
konsentrasi NaOH sebagai reagen untuk pembentuk suasana basa dalam
pembentukan senyawa kreatin-pikat. Konsentrasi NaOH optimum yaitu 3%
karena pada konsentrasi tersebut sensitifitas pengukuran lebih tinggi. Pengaruh
konsentrasi asam pikrat yaitu sebagai reagen untuk pembentuk senyawa dengan
kreatin. Absorbansi akan semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi
asam pikrat. Dari hasil uji analisa kadar kreatinin dalam urin diperoleh nilai
absorbansi yang kemudian diplotkan dengan menggunakan kurva baku kreatinin
dengan persamaan garis lurus yang diperoleh yaitu y = 0,00016x + 0,00670,
sehingga akan diperoleh besarnya konsentrasi kreatinin yang terdapat dalam
masing-masing urin. Berdasarkan hasil uji sampel urin pada kondisi optimumnya
diketahui bahwa konsentrasi kreatinin yang terdapat pada masing-masing urin
berbeda-beda pada pada berbagai individu tergantung dari berbagai faktor seperti
jenis kelamin, berat badan, kebiasaan hidup sehari-hari misalnya banyak konsumsi
air putih serta macam makanan yang berbeda-beda yang dikonsumsi pada setiap
individu (Sulistyarti, 2011: 165).
.

Pemeriksaan kadar protein urin sebelum sprint 19 subjek mendapatkan


nilai 0-15 mg/dl dan 9 subjek mendapatkan nilai 15-30 mg/dl. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada usia 17-19 tahun fungsi ginjal masih bekerja dengan
baik sehingga kadar protein urin yang didapat sebelum melakukan sprint
cenderung normal. Sel-sel ginjal mulai mati sejak usia mencapai 20 tahun, namun
penyusutan secara bertahap umumnya tidak terlihat sampai usia mencapai 40
tahun. Penelitian lain juga dilakukan oleh Arabpourian yang melakukan penelitian
terhadap 15 atlet wanita dan 30 subjek bukan atlet. Jenis latihan yang diberikan
adalah latihan fisik kronis jenis aerobik yaitu jogging 1600 m. Pemeriksaan
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik. Arabpourian mendapati
peningkatan protein urin pada kedua kelompok subjek setelah melakukan latihan
fisik kronis. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan fisik akut dan
kronis terhadap kadar protein urin, tetapi peningkatan yang terjadi tergantung dari
intensitas latihan yang diberikan (Limuria, 2016: 66-67).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas ukur 10 ml 2 buah
b. Gelas kimia 100 ml 1 buah
c. Gelas kimia 600 ml 1 buah
d. Kasa asbes dan kaki @1 buah
e. Pembakar spiritus 1 buah
f. Pipet tetes 16 buah
g. Klem kayu 2 buah
h. Spatula 1 buah
i. Selang 2 buah
j. Tabung reaksi besar 6 buah
k. Tabung reaksi kecil 12 buah
l. Rak tabung reaksi besar 1 buah
m. Rak tabung reaksi kecil 1 buah
n. Botol semprot 1 buah
.

o. Lap kasar dan lap halus @1 buah


p. Corong biasa 1 buah
q. Neraca analitik 1 buah
r. Kaca arloji 1 buah
2. Bahan
a. Urine
b. Amonium Oksalat ((NH4)2C2O4)
c. Asam Asetat (CH3COOH) pekat dan 0,1 M
d. Asam Nitrat pekat (HNO3) pekat
e. Barium Klorida (BaCl2) 0,1 M
f. Asam Klorida (HCl) pekat
g. Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 M, 2,5 Mdan 5%
h. Barium Hidroksida (Ba(OH)2) 1 M
i. Ammonium Hidroksida (NH4OH) 6 M
j. Natrium Nitro-Prusid (Na2Fe(CN)5NO) 0,1 M
k. Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 M
l. Tembaga Sulfat (CuSO4) 0,01 M
m. Aquades (H2O(l))
n. Urea ((NH2)2CO) padat dan 0,1 M
o. Glukosa 1% (C6H12O6)
p. Perak Nitrat (AgNO3) 0,1M dan 5%
q. Ammonium Molibdat ((NH4)2Mo7O24) 1 M
r. Pereaksi Nessler
s. Pereaksi Benedict
t. Pereaksi Fehling
u. Fenol Merah 0,04 %
v. Serbuk Kedelai
w. Kertas saring dan kertas lakmus
x. Kapas korek api
y. Label
z. Tissu
.

aa. Korek api


bb. Sunlight

E. PROSEDUR KERJA
1. Cl-
a. 3 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. Kemudian ditambahkan dengan 5 tetes AgNO3 encer kemudian diamati
perubahannya
2. PO4-3
a. 3 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan
dengan 1 ml amonium molibdat
b. Kemudian ditambahkan dengan 3 tetes HNO3 pekat, kemudian
perubahannya diamati
3. SO42-
a. 3 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. Kemudian ditambahkan dengan 1 ml BaCl2 0,1 M dan 5 tetes HCl 0,1 M dan
perubahannya diamati,
c. Lalu larutan campuran disaring, dan filtratnya di simpan.
4. NH4-
a. 3 ml urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 5
tetes naoh 0,1 M sampai suasana basa,
b. Kemudian larutan diuji dengan lertas lakmus
c. Kemudian larutan di bagi dua. Bagian pertama : larutan dipanaskan sambil
dialirkan gas sebanyak 2 ml larutan Ba(OH)2. Bagian kedua :larutan
dipanaskan sambil dialirkan gas sebanyak 2 ml pereaksi nessler. Lalu
perubahannya diamatinya.
5. Ca 2+
a. 5 ml urine diambil, dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Lalu 1 ml amonium oksalat jenuh ditambahkan dan ditambahkan 5 tetes
asam asetat pekat. Lalu perubahannya diamati.
6. Mg2+
.

a. 10 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi


b. Lalu ditambahkan dengan beberapa tetes naoh 0,1 M sampai suasana basa,
dan dtambahkan beberapa tetes larutan asam asetat 0,1 M sampai suasana
asam.
c. Kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes amoniun oksalat jenuh sampai
terbentuk endapan.
d. Filtratnya disaring, lalu ditambahkan dengan 2 ml NH4OH 6 M. Lalu larutan
ditutup dengan kapas. Perubahan yang terjadi diamati.
7. Tes nitroprusit kreatin
a. 5 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan
dengan 5 tetes natrium nitroprusit 0,1 M.
b. Kemudian larutan ditambahkan dengan 5 tetes NaOH 0,5 M sampai warna
merah terbentuk.
c. Didihkan kemudian asamkan dengan hati-hati dengan asam asetat lalu
dipanaskan selama 1 menit. perubahan yang terjadi dicatat.
8. Tes gula-gula pereduksi
a. 6 tabung reaksi disediakan, lalu masing-masing tabung diisi dengan 5 tetes
urine dan 5 tetes glukosa.
b. Larutan Tollens dibuat dengan mencampurkan 5 mL AgNO3 5% dengan 5
mL NaOH 5%
c. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan dengan 5 mL pereaksi
benedict, fehling, dan tollens.
d. Masing-masing tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi
air mendidih. Perubahannya yang terjadi diamati..
e. Percobaan diatas diulangi dengan mengganti urine dengan glukosa.
9. Test Koagulasi Protein
a. 5 ml urine diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu 5 ml urine
didihkan selama 5 menit
b. Kemudian ditambahkan 10 ml asam asetat 0,1 M dalam keadaan panas.
Perubahannya diamati
c. Lalu ditambahkan kembali CH3COOH setetes demi setetes hingga berlebih.
.

d. Semua perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.


10. Reaksi penguarian Urea dan Urease
a. 3 ml urea diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Lalu ditambahkan dengan 4 tetes fenol merah 0,04%, kemudian ditambahkan
lagi 4 tetes naoh sampai terbentuk warna merah jambu
c. Kemudian ditambahkan 0,5 gram serbuk kedelai, lalu larutan dikocok dan
perubahan yang terjadi diamati
11. Pembentukan Urea Oksalat
a. 2 tetes urea 0,1 M dimasukkan kedalam kaca arloji, lalu ditambahkan dengan
2 tetes oksalat 0,1 M
b. Larutan kemudian diaduk dan perubahan yang terjadi diamati.
c. Percobaan tersebut diulangi dengan mengganti urea dengan urine.
12. Pembentukan Biuret
a. 1 gram urea ditimbang dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. Lalu dipanaskan sampai meleleh, lalu bau yang timbul dicium. Kemudian
larutan tersebut didinginkan sampai membeku.
c. Lalu ditambahkan 2 ml aquades, lalu larutan dikocok
d. Kemudian ditambahkan 1 ml naoh 2,5 M dan beberapa tetes cuso4 0,01 M
sampai terjadi perubahan warna.
e. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatn urine perbaikan

NO AKTIVITAS HASIL UJI

1 Cl-
3mL urine + 5 tetes AgNO3 0,1 Larutan berwarna kuning +
M→ keruh dan ada endapan

2 PO43-
3 mL urine + 1mL
.

(NH)4MO7O24 1 M → Larutan berwarna kuning +


+ 3 tetes HNO3 pekat → Larutan berwarna hijau dan
terdapat endapan hijau

3 SO42-
3 mL urine + 1mL BaCl2 0,1 M
→ Larutan kuning keruh
+ 5 tetes HCl pekat, dikocok → Larutan kuning keruh dan +
terdapat endapan putih

4 NH4+
3mL urine + 5 tetes NaOH
0,1M → Larutan berwarna kuning

Diuji dengan lakmus biru Lakmus tetap berwarna biru +

Larutan dibagi dua:


 Larutan I dipanaskan dan
gas yang terbentuk di
alirkan ke larutan
Ba(OH)2 → Larutan keruh
 Larutan II dipanaskan dan
gas yang terbentuk di
alirkan kelarutan pereaksi
Nessler→ Larutan berwarna jingg

5 Ca2+
5 mL urine + 1 mL
(NH)4C2O4 jenuh → Larutan berwarna kuning

+ 3 tetes CH3COOH pekat→ Terdapat endapan putih +


.

6 Mg2+
10 mL urine + beberapa tetes
NaOH 0,1 M→ Berwarna kuning dengan
suasana basa
Uji lakmus merah→ Lakmus merah menjadi biru +
+ CH3COOH beberapa tetes ,
uji lakmus biru→ Lakmus biru menjadi merah
+(NH4)2C2O4 jenuh → dan terdapat endapan
Larutan disaring→ Filtrat: larutan kuning
filtrat+ NH4OH 6M dan tutup Terdapat endapan putih
dengan kapas. Biarkan
semalaman →

7 Tes nitroprusid kreatinin


 5 mL urine + 5 tetes
natrium nitroprusid 0,1 M
→ Larutan berwarna jingga
+ 5 tetes NaOH 0,5M
didihkan→ Larutan berwarna merah _
+ CH3COOH 0,1 M
dipanaskan → Larutan berwarna jingga tua
 5 mL urine + 5 tetes (berbusa)
natrium nitroprusid 0,1 M
→ Larutan berwarna jingga _

+ 5 tetes NaOH 0,5 M → Larutan berwarna merah

Didihkan→ Larutan berwarna jingga

+Ba(OH)2 0,1M
dipanaskan → Larutan berwrna jingga dan
terdapat endapan putih (keruh)
.

8 Tes gula-gula pereduksi


 Pereaksi fehling
5 tetes urine + 5 mL
pereaksi fehling → Larutan berwarna biru tua
Dipanaskan→ Terbentuk endapan merah bata +
5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi fehling→ Larutan berwarna biru tua
Dipanaskan → Endapan merah bata

 Pereaksi benedict
5 tetes Urine + 5 mL Larutan berwarna biru muda

pereaksi Benedict → Terbentuk endapan merah bata

dipanaskan→ Larutan berwarna biru muda +

5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi Benedict → Terbentuk endapan merah bata

Dipanaskan→ Larutan berwarna coklat dan


terdapat endapan

 Pereaksi tollens
Pembuatan
5mL AgNO3 5 % +
Larutan berwarna coklat
+ 5 mL NaOH 5 %→

 5 tetes urine + 5 mL
Larutan berwarna cokelat
pereaksi tollens, →
kehitaman dan tidak ada
dipanaskan→
endapan

 5 tetes glukosa 1 % + 5
Larutan berwarna cokelat
mL pereaksi tollens→
larutan berwarna coklat dan
dipanaskan→
tidak terbentuk endapan
.

9 Tes koagulasi protein


5 mL urine dididihkan→ Larutan keruh dan terbentuk -
endapan putih
+10 ml CH3COOH 0,1M
sampai berlebih→ Larutan bening

10 Penguraian urea
 3 mL urea 0,1 M + 4 tetes
fenol merah→ Larutan tidak berwarna
+ 4 tetes NaOH 0,1M → Larutan tidak berwarna

+0,5 gram kedelai dikocok Larutan tidak berwarna dan


→ ada endapan kuning +

 3 mL urine + 4 tetes fenol Berwarna kuning


merah 0,004 %→ Berwarna kuning

+ 4 tetes NaOH 0,1 M → Endapan kuning dan ada

0,5 gr kedelai dikocok→ endapan +

11 Pembuatan urea oksalat


 2 tetes urea 0,1 M pada
kaca objek + 2 tetes H2C2O4
0,1 M→ Bening
 2 tetes urine 0,1 M pada +
kaca objek + 1 tetes
H2C2O4 0,1 M→ Agak kuning

12 Pembentukan biuret
 1,0071 gram urea
dipanaskan → Uap berbau ammonia
.

didinginkan Larutan membeku


+ 2 mL aquades→ Tidak larut
+ 1 NaOH 2,5M 1mL → Larut
+ setetesdemi setetes
CuSO4 0,01 M→ Larutan berwarna ungu
1 mL urine dipanaskan→ Berbau ammonia
+ 2 mL aquades→ Berwarna keruh
+ 2 mL NaOH 2,5M → Berbentuk suspensi +
+ Setetes demi setetes
CuSO4 0,01M→ Larutan berwarna biru

G. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul urine, dimana urine yaitu cairan yang dibuang dari
dalam tubuh melalui sistem saluran kencing yang teridiri dari atas ginjal, ureter,
kandung kencing, uretra, mengandung berbagai bahan yang berlebihan dan tidak
diperlukan lagi oleh tubuh, air kencing (Sari, 2010: 326). Urin itu terdiri dari
urea, asam urat, vitamin, mineral, antibody, antialergen, asam amino esensial dan
non-esensial, hormone, enzim, dan zat-zat nutrien lain yang sangat berharga bagi
tubuh (Budiarso, 2002: 11). Urine yang digunakan sebagai sampel adalah urine
laki-laki, karena pada urine laki-laki lebih banyak mengandung kreatinin, urine
laki-laki juga tidak sekompleks urine wanita. Urine laki-laki memiliki volume
yang lebih banyak dari pada wanita. Sampel urine yang digunakan diambil setelah
tidur atau di pagi hari, hal tersebut disebabkan karena urine tersebut lebih pekat
daripada urin yang dikeluarkan pada siang hari, urine pada siang hari cocok untuk
pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dan tes kehamilan. Percobaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi zat-zat yang terkandung di dalam urine, dan
untuk membedakan antara kandungan urin normal dan urine abnormal. Ada
beberapa pengujian yang dilakukan pada percobaan ini yaitu:
1. Cl-
Pengujian ion klorida dilakukan dengan mereaksikannya AgNO3, dimana
urine ditambahkan dengan AgNO3 0,1 M, perlakuan ini menghasilkan larutan
.

yang berwarna kuning. Hasil yang diperoleh ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa bila larutan perak nitrat bereaksi dengan ion klorida akan
menghasilkan endapan perak klorida yang berwarna putih (Svehla, 1990: 346).
Adapun reaksi yang terjadi:
Cl- + AgNO3  AgCl + NO3-
(endapan putih)
Percobaan ini ion Cl- berfungsi untuk menjaga kesetimbangan asam basa dalam
tubuh. Adanya kandungan Cl- pada urine merupakan hal yang baik karena apabila
Cl- tidak terdapat dalam tubuh ataupun tidak dikeluarkan oleh tubuh maka akan
menimbulkan penyakit.

2. PO43-
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan urine dengan ammonium
molibdat 1 M serta HNO3 pekat. HNO3 pekat berfungsi untuk mengasamkan
larutan. Sedangkan Ammonium molibdat berfungsi untuk menghasilkan endapan
berwarna putih yang menandakan bahwa urine mengandung fosfat. Pada
percobaan ini endapan yang diperoleh berwarna hijau dan larutan yang berwarna
hijau. Hal ini sesuai dengan teori di mana penambahan reagensia ammonium
molibdat terhadap larutan phospat menghasilkan endapan fosfomolibdat yang
kuning keristalan (Svehla, 1990: 378). Adapun reaksi yang terjadi :
HPO42- + 3NH4+ + 12MoO42- + 23H+ → (NH4)3[P(Mo3O10)4]↓ + 12 H2O
(endapan kuning)

3. SO42-
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan adanya ion SO42- pada urine,
yaitu dilakukan dengan mencampurkan urine dan BaCl2 0,01 M dan HCl 0,1 M,
dan menghasilkan larutan keruh. Fungsi dari HCl yaitu untuk memberi suasana
asam pada larutan. Selain itu, HCl berfungsi untuk memutus ikatan pada BaCl2
dan mempercepat reaksi dan sebagai pemberi suasana asam. BaCl2 untuk
mengikat sulfat menjadi BaSO4 yang mengendap. Percobaan ini menunjukkan uji
positif yaitu dengan terbentuknya endapan putih dan larutan yang berwarna
.

kuning keruh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penambahan BaCl2 dan ion SO42-
akan menghasilkan endapan putih BaSO4 dan diendapkan oleh asam klorida
(Svehla, 1985 : 369-370). Adapun persamaan reaksinya yaitu:
SO42- + BaCl2 + HCl  BaSO4 + 3Cl- + H+

4. Uji NH4+
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya ion
NH4+ pada urine. Percobaan ini dilakukan dengan cara urine ditambahkan NaOH
0,1 M. Penambahan NaOH bertujuan untuk memperoleh larutan yang bersifat
basa agar terbentuk ion NH3 dalam urin. Percobaan ini dihasilkan larutan kuning
kemudian campuran dibagi dua yaitu pada perlakuan larutan dipanaskan dan
gasnya dialirkan melalui selang karet ketabung yang berisi larutan Ba(OH)2 dan
menghasilkan larutan berwarna keruh. Hal ini telah sesuai dengan yaitu jika ion
NH4+ direaksikan dengan Ba(OH)2 akan membentuk endapan putih (Ba2+)
(Svehla, 1985: 378). Selanjutnya pada perlakuan ke dua larutan dipanaskan dan
gas yang terbentuk dialirkan ke tabung yang berisi pereaksi Nessler dan
menghasilkan larutan yang berwarna jingga hal ini menandakan adanya ion NH4+
pada urine. Fungsi pereaksi Nessler dan Ba(OH)2 yaitu untuk membebaskan ion
(HgI4) da ion Ba2+. Adapun reaksinya yang terjadi yaitu:
a. Perlakuan pada tabung I :
NH4 + OH-  NH3 (s) + H2O
NH4+ + Ba(OH)2  NH4OH + Ba2+
(barium (ammonium
hidroksida) hidroksida)
b. Perlakuan pada tabung II:
NH4+ + 2HgI42- + 4OH- HgO.Hg(NH2)I + 7I- + 3H2O
(endapan jingga/coklat )

5. Uji Ca2+
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya Ca2+ pada urin. Pengujian
ini dilakukan dengan cara urine ditambah dengan amonium oksalat sehingga
.

menghasilkan larutan kuning, kemudian ditambahkan dengan asam asetat 0,1 M,


sehingga menghasilkan endapan putih, hal ini menandakan bahwa urine negatif
mengandung Ca2+. Amonium oksalat berfungsi sebagai penyedia ion oksalat yang
akan berikatan dengan ion kalsium menghasilkan endapan putih. Asam asetat
berfungsi sebagai pencegah kelarutan endapan dari kalsium oksalat agar dapat
diidentifikasi. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa jika ion kalsium Ca2+
ditambahkan ammonium oksalat maka akan terbentuk endapan putih kalsium
oksalat (Svehla, 1985 : 302). Adapun reaksinya yaitu:
Ca2+ + (NH4)2 C2O4 CaC2O4 + 2NH4+
Endapan kalsium oksalat

6. Uji Mg2+
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya Mg2+ pada urine. Pada
percobaan ini dilakukan dengan cara urine ditambahkan dengan NaOH 0,1 M
untuk menghasilkan larutan kuning. Larutan bersifat basa di tandai dengan kertas
lakmus merah berubah menjadi biru dan biru tetap berwarna biru. Penambahan
NaOH 0,1 M untuk memberi suasana basa. Selain itu, fungsi NaOH yaitu sebagai
pereaksi yang mengikat Mg2+ membentuk Mg(OH)2. Kemudian di tambahkan
CH3COOH 0,1 M, menghasilkan larutan kuning jernih, penambahan CH3COOH
0,1 M untuk memberi suasana asam dan mengurai Mg(OH)2 menjadi Mg2+ dan
menghasilkan larutan berwarna kuning. Kemudian ditambahkan lagi NH4OH 6 M
sampai terbentuk endapan putih. Fungsi NH4OH untuk mengendapkan ion Mg2+
dan menghasilkan endapan putih MgC2O4. Hal ini sesuai dengan teori dimana urin
mengandung ion Mg2+ (Sumardjo, 2006 : 19). Adapun reaksinya yaitu :
Mg2+ + 2NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
(endapan putih)
Mg(OH)2 + CH3COOH CH3COO- + Mg2+ + H2O
( asam asetat)
Mg2+ + (NH4)2 C2O4 MgC2O4 + 2NH4+
(endapan putih)
.

7. Tes Nitroprusid Kreatinin


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya nitroprusid kreatinin
pada urine. Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan
natrium nitroprusid 0,1M menghasilkan larutan berwarna jingga jika ditambahkan
dengan NaOH 0,1 M, kemudian didihkan, lalu ditambahkan CH3COOH, dan
dipanaskan dan menghasilkan campuran yang berwarna jingga tua. Fungsi
CH3COOH untuk mengasamkan larutan dan dipanaskan untuk mempercepat
terjadinya reaksi. NaOH berfungsi sebagai pemberi suasana basa. Dimana hal ini
tidak sesuai dengan teori bahwa jika kreatinin ditambahkan nitroprusid dalam
larutan basa akan dihasilkan warna merah delima, warna merah berubah menjadi
kuning jika diasamkan dengan asam asetat glasial dan berubah menjadi hijau
kemudian berubah lagi menjadi biru karena terbentuknya biru prusian (Tim Dosen
Biokimia, 2017: 21-22). Adapun persamaan reaksinya yaitu:
Na[Fe(CN)5NO] + NaOH + 2CH3COOH → [Fe(CN)5NO5]2+ + OH-
Biru perusia

8. Tes-Tes Gula Pereduksi


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah urine mengandung gula-
gula pereduksi atau gula-gula sederhana yang mempunyai gugus di akhir bebas,
dapat mereduksi eksidator lemah seperti Fehling, Benedict dan Tollens. Percobaan
ini dilakukan dengan cara:
a. Uji Benedict (Urine dan Glukosa)
Urine ditambahkan pereaksi Benedict dan dipanaskan sehingga
menghasilkan larutan berwarna biru muda. Sedangkan glukosa 1% yang
ditambahkan pereaksi Benedict menghasilkan warna merah bata, hal ini sudah
sesuai karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna merah bata. Hal ini
telah sesuai dengan teori karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna
merah bata (Tim Dosen, 2016: 21-22). Adapun persamaan reaksi untuk uji
benedict:
.

CH2OH CH2OH CH2OH


o OH
-H2O
OH OH C O C O
HO
2+ - OH
HO OH + 2Cu + 5OH HO O-
+ Cu2O + 3H2O
OH OH (pereaksi benedict) OH merah bata
(D-Glukosa)
( asam glukonat)

b. Uji Fehling (Urine dan Glukosa)


Urine dicampurkan pereaksi Fehling lalu dipanaskan sehingga larutan
berwarna biru, sedangkan pada glukosa 1% yang dicampurkan dengan pereaksi
Fehling menghasilkan larutan biru tua dan terdapat endapan merah bata. Hal ini
telah sesuai dengan teori karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna
merah bata (Tim Dosen, 2016: 21-22). Adapun persamaan reaksi untuk uji uji
fehling yaitu:

CH2OH CH2OH CH2OH


o OH
-H2O
OH OH C O C O
2+ - OH
HO HO OH + 2Cu + 5OH + Cu2O + 3H2O
HO O-
OH OH
(D-glukosa)
(pereaksi fehling) OH merah bata

(asam glukonat)

c. Uji Tollens (Urine dan Glukosa)


Urine dicampurkan dengan pereaksi tollens menghasilkan larutan larutan
berwarna coklat kehitaman dan tidak ada endapan ketika dipanaskan, kemudian
untuk glukosa 1% yang dicampurkan dengan pereaksi tollens menghasilkan
cermin perak, hal ini telah sesuai karena pereaksi tollens (Ag+) akan direduksi
menjadi (Ag) yang menghasilkan cermin perak. Tujuan dipanaskan untuk
mempercepat jalannya reaksi. Percobaan dengan menggunakan glukosa 1% yang
kemudian ditambahkan dengan pereaksi Tollens dan dipanaskan terdapat gula
pereduksi. Identifikasi adanya gula perduksi dalam urin dengan menggunakan
pereaksi Tollens dapat diketahui dengan terbentuknya cermin perak yang terlihat
pada dinding tabung reaksi, dimana cermin perak yang terbentuk merupkan hasil
.

reaksi reduksi ion Ag+ menjadi Ag (Tim Dosen Biokimia, 2017: 21). Adapun
persamaan reaksinya yaitu :

CH2OH CH2OH CH2OH

O O AgNO3 O
-H2O OH + Ag
OH C=O OH C= O
OH OH OH
OH
OH cermin perak
OH OH
(D-glukosa)
(asam glukonat)

9. Test koagulasi protein


Percobaan ini untuk menguji adanya protein dalam urine dengan cara urine
disaring dahulu untuk memisahkan filtrat dan residu, lalu dipanaskan. Lalu
ditambahkan asam asetat 0,1 M menghasilkan larutan kuning keruh dan terdapat
endapan putih. Fungsi asam asetat yaitu untuk mengetahui adanya protein yang
mengendap. Hal ini telah sesuai dengan teori karena seharusnya pada saat
penambahkan asam asetat berlebih akan terbentuk endapan, akan tetapi hasilnya
negatif, hal ini berarti urine tersebut tidak mengandung protein dan adanya
kesalahan dan kurang telitinya praktikan pada saat percobaan dilakukan. Adapun
persamaan reaksinya:

COO- COOH

H3N+ - C - H + H+ H3N+ - C - H

R R

(asam-α amino) (ion zwitter)

10. Tes Penguraian Urea oleh Urease


Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan urea dengan fenol
merah 0,04% maka dihasilkan larutan tidak berwarna, lalu ditambahkan NaOH
0,1 M menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi fenol merah yaitu sebagai
indikaor asam basa, jika larutan berwarna kuning (asam) dan basa (merah-merah
jambu) (Yasin, 2013). Lalu ditambahkan dengan serbuk kedelai larutan berubah
.

menjadi larutan tidak berwarna dan ada endapan kuning. Fungsi serbuk kedelai
yanitu sebgai sumber urease (suatu enzim engurai urea). Adapun persamaan
reaksinya yaitu :
O
Urease
NH2 CO2 + 2NH
H2O
H2N

(urea)

11. Pembentukan Urea-Oksalat


Percobaan ini dilakukan dengan cara untuk perlakuan pertama urea 0,1 M
ditambah asam oksalat 0,1 M menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini
tidak sesuai yang menandakan urine negatif tidak ada mengandung urea.
Sedangkan perlakuan kedua dilakukan dengan mereaksikan urin dengan asam
oksalat berfungsi untuk mengidentifikasi adanya urea. Menghasilkan larutan
bening. Hal ini menandakan bahwa urin mengandung urea. Hasil yang diperoleh
ini sesuai dengan teori (Halimah, 2016) yang menyatakan bahwa urin
mengandung urea yang jika direaksikan dengan asam oksalat akan menghasilkan
endapan urea oksalat. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
O
NH2 + H2C2O4 O=C=C2O4 + 2NH3
H2N

(urea) (asam oksalat)

12. Pembentukan Biuret


Percobaan bertujuan untuk mengidentifikasi adanya urea pada urin, pada
percobaan ini urea dipanaskan sehingga menghasilkan bau tengik, dan padatan
putih, kemudian didinginkan lalu ditambahkan aquades kemudian dikocok agar
tercampur secara homogen. Fungsi aquades yaitu untuk melarutkan urea. Lalu
ditambahkan dengan NaOH 2,5 M, kemudian ditambahkan CuSO4 0,01 M
sehingga terbentuk larutan yang berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
.

jika urea dipanaskan maka akan terbentuk amoniak yang berbau tengik, asam
sianurat dan biuret (Tim Dosen, 2016 : 23). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:

H2N C NH2 + 2Cu2+ + OH


- H2N C NH2 + Cu2O + H2O

O O

H2N C NH2 + H2N C NH2 H2N C NH C NH2 + NH2

O O
Urea Biuret

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
a. Zat-zat yang terkandung didalam urine berupa zat anorganik diantaranya
yaitu berupa kation, seperti Ca2+, Mg2+, dan NH4+ dan yang berupa anion
seperti Cl-, PO4- dan SO42-. Sedangkan zat organic berupa urea, asam urat dan
kreatinin.
b. Kandungan urin yang normal berbeda dengan kandungan urin abnormal.
Dimana hasil percobaan yang telah dilakukan urin tersebut termasuk urin
abnormal karena ditemukan adanya zat-zat yang berupa protein maupun
glukosa.

2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya untuk lebih teliti dan berhati-hati agar
praktikumnya dapat berjalan baik dan hasilnya dapat maksimal.
.

DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M dan Pamela L. Swearingen. Keseimbangan Cairan Elektrolit &


Asam Basa. Jakarta: EGC.

Limuria, Paul Y. 2016. Pengaruh latihan fisik akut terhadap kadar protein urin
pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol. 4, No. 1.

Poedjiadi anna, dan titin supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. UI.
Press.

Sulistyarti, Hermin., Akhmad Sabarudin., Yudha Ikoma Istanti dan Eka Ratri
Noor Wulandari. 2011. Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara
Kolorimetri dengan Sequential Injection-Flow Reversal Mixing (SI-
FRM). Sains dan Terapan Kimia. Vol. 5, No.2.

Sumardjo, D. 2008. Pengantar kimia. Jakarta : EGC.

Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Syuhada, Noormartani, Muhammad alamsyah, dan nina susanna dewi. 2012.


Korelasi proteinuria metode rasio albumin kreatinin urin dengan metode
nomatografi pada preklamsi. Micro. Vol. 44.No.4.

Taufiq , Muhammad Izzuddin. 2006. Al-Qur’an dan Embriologi. Solo: Penerbit


Tiga Serangkai.

Tim Dosen Biokimia. 2017. Penuntun praktikum Biokimia. Makassar. Penerbit


UNM.

Wibowo, Daniel S. 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai