Bab2 Isrlyt
Bab2 Isrlyt
PEMBAHASAN
A. Pengertian Isra’iliyyat
Kata isra’iliyyat berasal dari bahasa Ibrani, yaitu Isra berarti “hamba atau pilihan” dan
Il berarti “Allah”. Secara etimologi isra’iliyyat adalah bentuk jamak dari kata Israiliyah,
merupakan suatu nama yang dinisbahkan kepada Israil yang artinya hamba Tuhan. Sedangkan
secara terminologi isra’iliyyat, menurut Az-Zahabi, ada dua pengertian:
1. Kisah dan dongeng kuno yang menyusup ke dalam tafsir dan hadis, yang bersumber
periwayatannya kembali kepada sumber Yahudi dan Nasrani.
2. Sebagian ahli tafsir dan hadis memperluas lagi pengertian isra’iliyyat ini sehingga
meliputi cerita-cerita yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam
tafsir dan hadis, yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber
lama.1
Dari pengertian di atas, dapat di tarik pengertian bahwa yang dimaksud isra’iliyyat
adalah semua unsur yang berasal dari kisah-kisah Yahudi, Nasrani, dan lainnya serta
bentuk-bentuk kebudayaan mereka yang masuk dalam tafsir Al-Qur’an.
1
Drs. Abu Anwar, M.Ag., Ulumul Qur’an Sebagai Pengantar, Penerbit AMZAH, Jakarta, 2009, hal.
106.
mereka. Dan para sahabat menaruh atensi terhadap kisah-kisah yang mereka bawakan sesuai
dengan pesan Rasulullah :
“ Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahli Kitab dan janganlah pula
mendustakannya, tetapi katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami’....” (Hadis Bukhari).
Berita-berita yang disampaikan Ahli Kitab yang masuk Islam itulah yang dinamakan
isra’iliyyati. Para sahabat dalam menerima unsur isra’iliyyati sangat selektif, mereka
membandingkannya dengan keterangan yang ada dalam Al-Qur’an dan sunah. Jika ternyata
bertentangan, penafsiran melalui riwayat isra’iliyyat mereka tolak. Namun tingkat kehati-
hatian para sahabat dalam menerima riwayat isra’iliyyat ini pada zaman tabiin (generasi
sesudah sahabat) mulai mengandur. Mengenai ini Ibnu Khaldhum mengambarkan sebagai
berikut: “Apabila mereka ingin mengetahui sesuatu yang dirindukan jiwa manusia, yaitu
mengenai hukum kausalitas kosmos, permulaan makhluk dan misteri alam wujud, mereka
menanyakan kepada Ahli Kitab sebelum mereka, orang Yahudi yang penganut Kitab Taurat
dan orang Nasrani yang mengikuti agama mereka..... Dengan demikian, kitab tafsir penuh
dengan nukilan-nukilan dari mereka........”2
2
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mudzakir
AS, Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor , 2011, hal. 491.
3
Drs. Abu Anwar, M.Ag., Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit AMZAH, 2009, hal. 109.
ط ِْوَي ٌّٰۢت
ْ سمْوتُ َم
َّ َضُت ُ ۥهُ َيَ ْْو ََم ْٱل ِِقي َم ِِة َوٱل
َ ض َج ِميعًا قَ ْْب ۟ َو َما قَدَ ُر
ُ وا ٱللَّـهَ َح َّق قَ ْد ِرِۦه َو ْٱْل َ ْر
َسْبْحنَ ۥهُ َوتَعلَى َع َّما َيُ ْش ِر ُكْون ُ ۚ بِيَ ِمينِِۦه
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya
padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung
dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan” (QS. Az-Zumar: 67).
2. Cerita-cerita terang-terangan dusta, karena menyalahi ajaran Islam, untuk itu cerita
yang serupa ini harus ditinggalkan, karena akan merusak aqidah kaum muslimin.
Misalnya :
Kisah Nabi Ismail, isra’iliyyat yang berkaitan dengan kisah penyembelihan Nabi
Ismail, yaitu berasal Ka’ab bin Akhbar yang menyebutkan bahwa yang disembelih itu
adalah Ishak bukan Ismail. Isra’iliyyat ini menurut Ibnu Katsir, merupakan tipuan dan
dusta karena bertentangan dengan Al-Qur’an sendiri. Orang Yahudi lebih suka
menyebut Ishak karena ia adalah nenek moyangnya, sedangkan Ismail adalah nenek
moyang orang Arab.4
3. Cerita yang didiamkan (maskut anhu), yaitu cerita yang tidak ada keterangan
kebenarannya dengan Al-Qur’an, akan tetapi juga tidak bertentangan dengan Al-
Qur’an. Misalnya nama-nama Ashabul Kahfi dan jumlahnya. Namun cerita tersebut
boleh diceritakan dengan hikayat.
Alasan Ibnu Katsir dan Ibnu Taimiyah sama karena adanya hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Amr bin Ash yang berbunyi:
“Sampaikan dari ajaranku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah hal Bani Isra’il dan
tidak berdosa, siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah
menyediakan tempatnya di dalam neraka”. (HR. Bukhari).
4
Ibid, hal. 118
5
Nasrun Haroen, “Isra’iliyyat” dalam Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2005,
hal. 237.
۟ ظا ِ ِّم َّما ذُ ِ ِّك ُر
َّ َ وا بِِۦه ۚ َو ََل ت َزَ ا ُل ت
ط ِل ُع َعلَى ۟ س
ًّ ْوا َح ُ َاض ِعِۦه ۙ َونِ َيُ َح ِ ِّرفُْونَ ْٱل َك ِل َم َعن َّم َْو
ً َخآئِنَ ٍِة ِ ِّم ْن ُه ْم إِ ََّل قَ ِل
يًل ِ ِّم ْن ُه ْم
“Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka
telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad), senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak
berkhianat)......”(QS. Al-Maidah:13).
َ نت ِفى ش ٍَِّك ِ ِّم َّما ٓ أَنزَ ْلنَا ٓ ِإلَي َْك فَ ْسـَٔ ِل ٱلَّذَِينَ ََي ِْق َر ُءونَ ْٱل ِكُت
ب ِمن قَ ْْب ِل َك ۚ لَِقَ ْد َ فَإِن ُك
ََجا ٓ َء َك ْٱل َح ُّق ِمن َّربِ َِّك فَ ًَل ت َ ُكْون ََّن ِمنَ ْٱل ُم ْمُت َ ِرَين
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang
Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca
kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari
Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kami termasuk orang-orang yang ragu”.
(QS. Yunus : 94).
Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas, kedua ulama mengatakan bahwa meriwayatkan
kisah-kisah isra’iliyyat boleh. Ternyata keduanya banyak meriwayatkan aqwal ahli al-kitab
dari empat sahabat yang sebelum mereka masuk Islam mereka beragama Yahudi dan Nasrani,
antara lain: Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ka’b al-Ahbar, dan Abdul Malik bin
Abdul Aziz bin Juraij. Mereka ini terkenal tidak membuat cerita palsu, cerita yang
disampaikan mereka kepada para muslim itu benar. Mereka sering dirujuk dalam penafsiran
ayat yang berkaitan dengan kisah masa lalu. Pada hakikatnya kesalahan itu sering terjadi bukan
pada mereka, akan tetapi para perawi-perawi berikutnya.6
6
Ibid, hal. 237