Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN GERONTIK

ASKEP GANGGUAN ELIMINASI PADA LANSIA

DISUSUN OLEH
Ridce Nursasmi
160101018

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Sri Ameliati,S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PIALA SAKTI PARIAMAN
2020
ASKEP GANGGUAN ELIMINASI PADA LANSIA

A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baikberupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. System tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
untuk gginjal, ureter, kndung kemih, danuretra.
Proses ini terjadi dari lur dua langkah utama yaitu kandung kemih secara
progresif terjadi sampai tegangan dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflekf saraf yang disebut reflek
miksi (reflek berkemih) yang berusaha mengosngkan kandung kemih jika ini gagal,
setidak-tidaknya menimbulkan sesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun
reflek miksi adalah reflek outonomik medulla spinalis, reflek ini bias juga di hambat
atau ditimbulkan oleh pusat korteks selebri atau batang otak. Kandung kemih
dipersafari saraf-saraf sacral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim
kemedula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan kepusat miksi pada susunan
saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi.
Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di
bawah control kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat
miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya
tidak lebih 10 ml urine tersisa di kandung kemih yang disebut urine residu. Pada
eliminasi urine normal sangat bergantung pada individu, biasanya miksi setelah
berkerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi selama 5 hari. Defekasi adalah
pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sngat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali/minggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltic mendorong feses ke dalam kolon sigmoid dan rectum, saraf
sensoris dalam rectum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk defekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh yang normal.perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastro intestinal dan bagian tubuh lain.karena fungsi bergantung pada keseimbangan

1
beberapa factor,pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orangberbeda.klien
sering meminya pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang
normal.keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang
teratur.mereka menjadi tidak mempunyai kemampunan fisik untuk menggunakn
fasilitas toilet yang normal;linkungan rumah bias menghadirkan hambatan untuk klien
dengan perubahan mobilitas,perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk
menangani masalah eliminasi klien,perawat harus mengerti proses eliminasi yang
normal dan factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar,mengakibatkan jarang buang air
besar,keras,feses kering.untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan
huknah,baik huknah tinggi maupun rendah.memasukkan cairan hangat melalui anus
sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

B. Masalah Eliminasi Fekaldisertai


1. Konstifasi,merupakan gejala bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,keras,dan mengejan.Bab yang keras
dapat menyebabkn nyeri rektung.kondisi ini terjadi karena feses berada diintestinal
lebih lama,sehingga air banyak diserap.
2. Impaction,merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur sehingga tumpukkan
feses yang keras direktum tidak bisa dikeluarkan. impection berat,tumpukan fese
sampai pada kolon sigmoid.
3. Diare,merupakan diare sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangant cepat.iritasi didalam kolon
merupakan factor tambahan yang menyebebkan meningkatkan sekresi
mukosa.akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat emngontrol dan
menahan bab.
4. Inkontinensia fekal,yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol bab dan udara
dari anus,bab encer dan jumlah ny banyak.umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal,penyakit neuro muscular,trauma spinnar cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan

2
kebutuhan bab tapi tidak sadar secara fisik.kebutuhan dasar pasien bergantung
pada perawat.
5. Flatulens,yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal,dinding usus meregang
dan distended,merasa penuh ,nyeri kan kram.biasanya gas keluar melalui
mulut(sendawa) atau anus (flatus).hal-hal yang menyebabkan peningkatan diusus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas
metan,pembusukan di usus yang mengshasilkan CO2 .
6. Hemoroid,yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rectum (bisa internal
atau eksternal).hal ini terjadi pada devekasi yang keras,kehamilan,gagal jantung
dan penyakit hati menahun.perdaran dapat terjadi dengan mudah jika pembuluh
darah teregang.jika terjadi inflamasi dan pengerasan, mak pasien merasa panas dan
gatal.kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien,karena saat BAB menimbulkan
nyeri.akibatnya pasien mengalami konstifasi.

C. Etiologi
1. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna: makanan adalah factor utama yang
mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting
untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau
tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di
beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi
defekasi. Makanan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makn pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltic di kolon.
2. Cairan pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat atau pun pengeluaran (contoh: urine dan muntah) yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari
chime ketika ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering
dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi kurangnya pemasukan
cairan memperlambat perjalanan chime di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chime.

3
3. Meningkatkan stress psikologi dapat di lihat bahwa stress dapat mempengaruhi
defekasi, penykit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada
collitis, bias jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa
orang yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltic dan
frekuensi diare. Di tambah lagi orang yang depresi bias memperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
4. Kurang aktivitas, kurang berolahraga, berbaring lama. Pada pasien immobilisasi
atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan
melambatnnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorbsi
cairan feses sehingga feses mengeras. Obat-obatan, beberapa obat memiliki efek
samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa
menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tanquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat
yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini
melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti
dicyclominehydrochloride (benthyl), menekan aktivitas peristaltic dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.
5. Usia; umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasi sampai system
neuromuscular berkembang, biasanya umur 2-3 tahun. Oaring dewasa juga
mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony ( bekurangnya tonus otot yang normal) dari
otot-otot polos colon yang dapat berakibatkan pada melambatnya peristaltic dang
mengerasnya (mongering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang
juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan control terhadap muscular spinkter ani yang
dapat berdampak pada proses defekasi.
6. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor. Cedera pada sumsum tulang belakangdan kepala dapat
menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bias membatasi

4
kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak
dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bias mengalami
konstipasi. Atau seorang pasien bias mengalami fecal inko tinentia karena sangat
berkurangnya fungsi dari spinker ani.

D. Patofisiologi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orng sangat bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltic mendorong feses ke dalam kolon sigmoid dan
rectum, saraf sensoris dalam rectum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua reflex defekasi yaitu
reflek defekasi intrinsic. Ketika feses masuk ke dalam rectum, pengembangan dinding
rectum member suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk
memulai gelombang peristaltic pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didlam
rectum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltic
mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang
maka feses keluar. Reflex defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam
rectum dirangsang. Signal di teruskan ke spinal cord (sacral 2-4) dan kemudian
kembali ke kolon desenden, kolonsigmoid dan rectum. Signal-signal parsimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltic, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan reflek defekasi intrinsic. Spinter anus individu duduk di toilet atau
bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya. Pengeluaran feses di bantu
oleh kontraksi otot-otot perut dan diafragma yang akan meningkatkan tekanan
abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang
menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal di permudah dengan
refleksi paha yang meningkatkan tekanan ke bawah kea rah rectum. Jika reflek
defekasi diabaikan atau jika defekasi di hambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpulan
feses. Cairan feses di absorbsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.

5
E. Tanda dan Gejala
1. Konstipasi
Menurunnya frekuensi BAB
Pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan
Nyeri rectum
2. Impaction
Tidak BAB
Anoreksia
Kembung/kram
Nyeri rectum
3. Diare
BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
Iritasi di dalam kolon merupakan factor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa
Feses menjadi encer sehingga fasien tidak dapat mengontrol dan menahan
BAB
4. Flatulens
Menumpuknya gas pada lumen intestinal
Dingding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dank ram
Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
5. Inkontinensia fekal
Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
BAB encer dan jumlahnya bnyak
Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuscular, trauma spinal cord
dan tumor spingter anal eksternal

6. Hemoroid
Pembengkakan vena pada diniding rectum
Perdarahan pada dinding pembuluh darah vena meregang

6
Merasa panas dan gatal jika terjadi inflasi
Nyeri

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan fotorontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urine dan feses

7
ASUHAN KEPERAWATAN

Tempat praktek : Dusun jetis, RT 05/RW 23 Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta


Tanggal : 30 agustus - 4 september 2011

I. Identitas diri klien


Nama : Ny K
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun jetis, RT05/RW23 Tirtoadi, Mlati, Sleman, yogyyakarta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Sumber : Klien dan Keluarga (Anak)

II. Srtuktur Keluarga

No Nama umur JK Hub dg Pendd Pekerjaan Keterangan


Keluarga
1 Bp A 55 th L Menantu SD Swata Sehat
2 Ny S 53 th P Anak ke-2 SD Buruh Sehat
3 TM 34 th L Cucu SLTP - Sehat

+ + + + + + + + + + +
?

8
Keterangan :
: Perempuan : Laki-laki : Klien
: Tinggal 1 rumah + : Meninggal
Riwayat Klien

III. Riwayat Keluarga


Klien mengatakan keluarganya banyak yang meninggal karena adanya “pageblug”
tau kekurangan pangan pada zaman penjajahan. Menurut klien ada penyakit
keturunan dari keluarga yaitu hipertensi.

IV. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama saat ini :
Klien merasa perutnya keras dan tidak nyaman karena jarang BAB. Selain itu
klien mengatakan mempunyai penyakit maag yang sudah lamadan kadang-
kadang masih kambuh. Perut juga sering terasa gemetar, tepai klien tidaj
kpernah muntah. Klien juga mengeluh sulit tidur baik pada malam maupun
siang hari.
2. Apa yang dipikirkan ssat ini :
Klien mengatakan hanya memikirkan apabila suatu saat akan di panggil
menghadap Allah, maka klien sudah siap dan pasrah.
3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini :
Klien mengatakan rindu kepada anak pertamanya dan cucu-cucunya yang
tinggak di sumatera dan sudah 2 tahun pulang. Klien mengatakan menderita
sakit dan mondok selama 9 bulan di RS Panti Rapih sehabis melahirkan anak
pertamanyan tersebut. Klien mengatakan sudah pernah melihat ke-7 cucu-
cucunyayang tinggal di Sumatra.
4. Riwayat Penyakit dahulu :
Klien mengatakan pernah mondok di RS panti Rapih selama 9 bulan karena
melahirkan anak pertamanya. Sebelum klien dibawa ke RS Panti Rapih, klien
sudah di tangani di puskesmas Mlati II selama satu minggu. Selian itu, klien
mempunyai sakit maag yang gejalanya masih dirasakan sampai sekrang.
Menurut anak ke-2 klien, klien pernah manderita disentri dan keluarga

9
memeriksakan kepuskesmas. Selian klien minum obat dari puskesmas, klien
juga di berikan pisang bandung untuk bertujuan menahan keluarnya BAB.
Setelah itu, klien tidak BAB selama satu bulan, kemudian klien diberikan
papaya dank lien dapat BAB.

V. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan sehat itu adalah bila kondisi badan mempunyai kekuatan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi sendiri (sibin), memakai
pakaian sendiri, makan/minum sendiri, dan BAK sendiri di tempat tidur.
Persepsi klien tentang sakit bila klien merasa tidak enak badan hingga tidak
bisa bangun. Bila merasa sakit akan periksa ke dokter/RS dan minum obat.
Klien mengatakan bersyukur karena masih diberi kesehatan sampai seusia ini.
2. Pola nutrisi
Jumlah
frekuensi 2-3 x/hri. Klien mengatakan nafsu makan menurun, makan
hanya 3-5 suap saja setiap kali makan, sedikit sayur dan lauk, apabila
makan terlalu banyak klien merasa tidak enak. Klien juga jarang
ngemil. Klien minum air putih hangat atau air the manis tetapi jarang.
Minum sekitar 1-2 gelas /hari, klien mengatakan tidak terlalu suka
minum telalu banyak karena sering BAK.
Jenis
Nasi, bubur, lauk nabati/hewani, sayur, buah dan tidak adaalergi makan.
Apabila merasa bosan dengan nasi, klien memintakan anaknya
memasakkan mie. Makanan pantangan klien yaitu melinjo, makanan
pedas, asam, asin. Jenis minuman : air putih dan kadang-kadang the
manis, tidak pernah minum kopi dan alcohol.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan susah BAB 1-2 x/bulan, perut terasa keras, terasa tidak
nyaman, saat BAB sakit dan harus dibantu dengan mengurut perutnya. Klien
mengatakan feses yang keluar keras seperti batu. BAk klien lancer, frekuensi 5-

10
7 x/hari, malam hari terbangun untuk BAK. Klien BAB di sungai dituntun oleh
anaknya, sedang BAK di tempat tidur dengan cara di kampong di Waskom,
dan setiap pagi urine di buang oleh anaknya.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mabilitas di tempat tidur V
Berpindah/berjalan v
Ambulasi / ROM v

Keterangan :
0 : mandi, 1: alat bantu, 2 : dibantu org lain, 3: diabbantu org & alat,
4 : bergantung total

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaaan fisik
 Tingkat kesadaran: compos mentis
 TD; 140/90 mmH, Nadi 82 x/i, Respirasi: 18 x/I dan
 Temperature: afebris, BB: 27 Kg dan TB:; 143 Cm
 Kepala: kulit kepala dan rambut bersih, sudah beruban, jumlah rambut
sudah berkurang
 Leher: tidak ada pembesaran vena jugularis
 Thorak: bentuk dada simetris, retraksi otot dada (-), suara nafas vesikuler,
ronchi (-), wheezing (-)
 Abdomen: teraba keras dibagian bawah, tidak ada ascites,, tidak kembung,
nyeri tekan (-)

11
 Ekstremitas: tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki panjang dan
agak kotor
2. Pemeriksaan panca indera
a. Penglihatan (mata):
 Bola mata: simetris tidak ada kelainan, kornra Nampak keruh
 Konjungtiva: tidak anemis
 Sclera: tidak ikterik
 Reflek pupil: (+/+)
 Visus: 0/6
b. Pendengaran (telinga)
 Bentuk telinga simetris
 Nyeri tekan tidak ada
 Liang telinga: serumen tidak ada
 Gangguan pendengaran tidak ada, tidak menggunakan alat bantu
dengar
c. Pengecapan ( mulut)
 Gigi geligi cukup bersih, gigi sudah banyak yang tanggal, tinggal 1
buah gigi seri, dan beberapa gigi geraham
 Lidah bersih
 Sensasi rasa manis, asin dan pahit (+)
d. Sensasi (kulit)
 Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu (+)
 Turgor kulit: baik agak kering
e. Penciuman (hidung)
 Lubang hidung simetris
 Septum nasi: lurus
 Tidak ada sekret

12
VII. Analisa Data

Symtomp Ploblem etiologi


DS: Resiko untuk jatuh Umur >65 tahun
 Klien mengatakan pernah
jatuh ditangga depan
pintu kamarnya 2 kali
 Ny S mengatakan bahwa
klien sudah tidak pergi-
pergi dari kamarnya,
kecualui untuk BAB saja
 Ny S mengatakanm klien
sudah tidak bisa berjalan
sendiri, apabila pergi
BAB harus dituntun
DO:
 Usia klien 75 tahun
 Penglihatan klien
terganggu, visus 0/6
 Tremor
 Kondisi rumah sempit
dan ada tangga yang
tinggi tepat pinti kamar
DS: immobilitas Penurunan fungsi system
 Klien tidak pernah keluar tubuh pada proses menua
kamar kecuali kalau
BAB di sungai
 Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
haanya ditempat tidur
 Ny S mengatakan bahwa

13
klien masih mampu
berdiri sendiri, tetapi
sudah tidak bisa berjalan
sendiri, sehingga lebih
banyak tiduran
DO:
 Saat kunjungan, klien
sedang berbaring di
tempat tidur
 Klien mampu duduk
ditempat tidur

DS: Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakmampuan pemasukan


 Klien mengatakan sulit kurang dari kebutuhan tubuh atau mencerna makanan atau
BAB mengabsorbsi zat-zat gizi
 Klien mengatakan, berhungan dengan proses
“kalau BAB kok lama menua
sekali, kadang hanya 1
atau 2 kali dalam
sebulan.”
 Klien mengatakan sakit
saat BAB/mengeluarkan
feses dan harus dibantu
dengan mengurut-urut
perutnya
 Klien mengatakan, feses
yang keluar keras seperti
batu
 Klien mengatakan
perutnya juga keras dan

14
terasa tidak nyaman
 Klien mengatakan
minum hanya 1-2 gelas
sehari
 Klien mengatakan hanya
makan 3-5 suap setiap
kali makan
DO:
 Perut bagian bawah
teraba keras
DS: Gangguan pola tidur Pergantian tidur yang
 Klien mengatakan sulit berhubungan dengan usia
untuk tidur
 Klien mengatakan tidur
hanya 2-3 jam dalam
sehari
 Klien mengatakan tidak
dapat tidur siang
DO:
 Saat perawat dating,
klien sedang tiduran
tetapi tidak tidur
DS: Resiko untuk kesepian Isolasi fisk
 Klien mengataka, “ngak
apa, meskipun saya
tinggal di kolong tikus
seperti ini, tetapi saya
lebih senang disini,
karena lebih luasm dapat
melihat susanan luar dan

15
kalau disana, saya
“perkewuh” (tidak enak)
dengan banayk orang”
 Ny S bahwa sewaktu
klien tinggal dirumah
induk, pernah terjadi
pencurian, oleh karena
itu klien meminta untuk
pindah kamar dibelakang
rumah agar rumaah induk
dapat dikunci pada saat
emua orang pergi kerja.

DO:
 Klien berada disebuah
kamar sempit dan berada
dibelakang rumah
 Kamar klien terpidah dari
rumah induk
 Keluarga jarang
menemani klien, kontak
sering dilakukan bila
member makan dan
menyiapkan air hangat
untuk mandi.

VIII. Diagnosa Sesuai Prioritas


1. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur >65 tahun
2. Immobilitad berhubungan dengan penurunan fungsi system tubuh pada proses
menua

16
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-
zat gizi berhubungan dengan prose menua
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas gastrointerinal
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang berhungan
dengan usia
6. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik

IX. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan Rencana keperawatan


NOC NIC
1. Resiko untuk jatuh b.d TIU: 1. Kaji pengetahuan klien
umur >65 tahun Setelah dilakukan tindakan terhadap perubahan fisik
keperawatan 3x24 jam klien sudah pada lanjut usia dan
mulai stabil akibatnya
2. Berikan pujian atas
TIK: pengetahuan postif yang
Setelah dilakukan 2x24 jam kliern disampaikan oleh klien
dapat mengenal adanya resiko jatuh 3. Diskudikan dengan klien
kembali dengan criteria: mengeni perubahan pada
1. Dapat menjelaskan perubahan lanjut usia; proses menua,
fisik yang terjadi pada lanjut batasan usia lanjut;
usia perubahan pada system
2. Mampu menyebutkan akibat tubuh, akibat perubahan
perubahan fisik tersebut 4. Minta klien untk
3. Mampu menjelaskan cara mengulangi hal-hal yang
pencegahan agar tidak jatuh telah dijelaskan dan
4. Dapat mendemonstrasikan didiskusikan
cara pencegahan 5. Beri pujian atas hasil yang
5. Keluarga menyatakan akan dicapai

17
memodifikasi lingkungan 6. Gali pengetahuan klien
sehingga menjadi lebih aman mengenai upaya
6. Tampak adanya modifikasi pencegahan agar tidak
terhadap lingkungan rumah jatuh
7. Monitor sumber-sumber
dalam keluarga yang ada
dan dapat digunakan;
peralatan, biaya, tenaga
8. Kaji faktor pendukung
terjadinya jatuh ulangan;
kondisi rumah, kondisi
penderita
9. Diskusikan dan jarakan
cara-cara pecegahan jatuh
pada klien
10. Evaluasi pelaksanaan cara
pencegahan sesuai dengan
yang telah diajarkan
11. Beri motivasi klien untuk
mempraktekan car
pencegahan
12. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan
13. Gali pengetahuan keluarga
terhadap lingkungan aman
14. Diskusikan mengenai
keadaan rumah yang
sekarang dan berkaitannya
dengan kesehatan klien
15. Diskusikan dan jelaskan
lingkungan yang mana

18
bagi usia lanjut
16. Minta klien menjelaskan
ulang lingkungan yang
mana
2. Immobilitas b.d TIU: 1. Kaji pengetahuan klien
penurunan fungsi Setelah dilakukan perawatan 2x24 tentang imobilisasiL:
system tubuh pada jam klien mampu melakukan pengrtian, penyebab,
proses menua mobilisasi sesuai kemampuan akiabat dan uapaya
pencegahan
TIK: 2. Diskusikan dengan klien
Setelah dilakukan tindakan dan kelurga tentang
keperawatan 3x24 jam, klien dan imobilitas
kelurga mampu melakuakn 3. Berikan contoh dan
perawatan pada lansia yang demostasi mobilisasi yang
imobilisasi dengan criteria: aman dan dapat dilakukan
1. Mampu menjelaskan oleh klien
pengertia, penyebab, akibat 4. Motivasi klien untuk
dan upaya pencegahan melakuakn mobilisasi
imobilisasi sesuai kemampuan
2. Mampu memotivasi diri untuk 5. Libatkan keluarga untuk
melakuakan mobilisasi sesuai membantu mobilisasi
kemampuan klien
6. Beri reinforcement tas
uapaya pemehaman
informasi dan usaha
mobilisasi yang dilakukan
3. Ketidak seimbangan TIU: 1. Diskusikan dengan klien
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan dan keluarganya kondisi
kebutuhan tubuh b.d keperawatan 1x24 jam klien dapat kurang nutrisi
ketidakmampuan memahami mengenai 2. Jelaskan pada klien dan
pemasukan atau keseimbangan nutrisi. Pengetahuan keluarga cara pengaturan

19
mencerna makanan klien bertambah diet seimbang
atau mengabsorbsi zat- 3. Beri motivasi agar
zat gizi berhubungan TIK: meningkatkan makan
dengan proses menua Setelah dilakukan tindakaan porsi kecil tapi sering
keperawatan 2x24 jam, klien dan (ngemil)
keluarga dapat melakukan 4. Anjurkan klien dan
perawatan anggota keluarga dengan keluarga untuk lebih
nutrisi yang kurang dengan criteria banyak mengkonsumsi
hasil; buah dan sayur
1. Klien dapat menjelaskan alas 5. Jelaskan komplikasi dari
an mengapa ia berada pada kurang nutrisi
nutrisi yang kurang 6. Tingkatkan kesadaran
2. Klien dan kelurga dapat klien tentang tindakan-
menyebutkan nutrisi seimbang tindakan yang mendukung
masukan makanan
7. Ajarkan teknik-teknik
modifikasi jenis makanan
dan cara penyajiannya
8. Instruksikan pada keluarga
untuk menyajikan
makanan selagi hangat
9. Anjurkan keluarga untuk
melakukan penimbangan
BB klien secara periodic
10. Beri reinforcement atas
pemahaman informasi dan
partisipasi keluarga dalam
peningkatan nutrisi klien

20
4. konsipasi b.d TIU: 1. Skaji faktor penyebab
penurunan mobilitas Setelah dilakukan perawatan konstipasi
traktus gastro intestinal selama 1 minggu klien tidak 2. Tingkatkan tindakan
mengalami konstipasi korektif;
 Tinjau ulang diet
TIK: seimbang
Setelah dilakukan 2 kali kunjungan  Diskusikan pilihan
klien dapat: diet
1. Menggambarkan ukuran usus  Dorong penggunaan
terapeutik buah dan sayuran
2. Menjelaskan secara rasional  Dorong pemasukan
untuk intervensi cairan adekuat kira-
3. BAB secara lancer dan feses kira 2 liter (8-10
lembek gelas)
 Anjurkan untuk
minum segelas air
hangat sebelum
sarapan yang bisa
menstimuluskan
pengosogan usus
 Anjurkan waktu yang
teraturuntuk eliminasi
3. Libatkan kelurga dalam
penyediaan diet
4. Jelaskan resiko konstipasi
terjadi berkelanjutan
5. Anjurkan klien untuk
meningkatkan aktifitas
fisik sesuai kemampuan
6. Beri reinforcement atas
upaya pemahaman

21
informasi maupun upaya
perawatan terhadap
konstipasi

5. gangguan pola tidur b.d TIU: 1. Kaji pengetahuan klien


pergantian tidur yang Setelah dilakukan tindakan tentang pola tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam klien fisiologis dan patofiologis
usia dapat memenuhi kebutuhan 2. Beri penjelasan tentang
tidurnya (tidur 6-8 jam dalam pengantian pola tidur yang
sehari) berhubungan dengan usia
lanjut
TIK: 3. Diskusikan dengan klien
Setelah dilakukan 2 kali kunjungan cara-cara efektif pengantar
klien dapat: tidur
1. Menggambarkan pergantian 4. Anjurkan klien untuk
pola ridur yang berhubungan memulai tidur pada saat
dengan usia klien sudah mulai
2. Menjelaskan secara rasional mengantuk
untuk intervensi 5. Anjurkan klien untuk
3. Memnuhi kebutuhan tidurnya memanfaatkan waktu
setiap hari dimana klien tidak dapat
tidur untuk melakukan
aktivitas yang bermanfaat,
seperti mengajak ngobrol
anak atau cucunya
6. Anjurkan klien untuk
menghindari tress atau
banyak pikiran
7. Libatkan keluarga dalam
aktivitas sehari-hari klien
8. Anjurkan keluarga

22
meluangkan waktu untuk
menemani klien bercerita
pada saat-saat klien tidak
dapat tidur
9. Beri reinforcement atas
upaya yang telah
dilakukan oleh klien dan
keluarga
6. resiko untuk kesepian TIU: 1. Kaji persepsi tentang
b.d isolasi fisik Setelah dilakukan perawatan kesepian dan faktor-faktor
selama 1 minggu tidak mengalami penyebab
kesepian 2. Temani klien dan terima
apa adanya
TIK: 3. Motivasi klien untuk
Setelah dilakukan 2 kali kunjungan mengungkapkan perasaan
klien dapat: kepada orang lain
1. Menggambarkan kesepian 4. Dengarkan cerita-cerita
karena isolasi fisik klien dan bersikap empati
2. Menjelaskan secara rasional 5. Tunjukkan sikap interes
untyuk intervensi terhadap perbincangan
3. Menyebutkan upaya mengatasi dengan klien
kesepian 6. Berikan umpan balik
setiap tinfakan yang
dilakukan klien
7. Beri reinforcement untuk
upaya perawatan diri yang
positif
8. Konfrontasi klien untuk
keputusan yang tidak
tepat, jika perlu
9. Motivasi kesadaran klien

23
untuk berhubungan
dengan orang lain
10. Fasilitas klien untuk
keinginan/ aktivasi yang
positif

24

Anda mungkin juga menyukai