Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg

(Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi merupakan kelainan pada sistem

kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global.

Berbagai faktor resiko hipertensi meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin,

merokok, obesitas, kafein, dan natrium, serta stress psikologis (Yogiantoro,

2006).

Prevalensi kejadian hipertensi di dunia cenderung meningkat dengan

hampir 972 juta penduduk dunia mengalami hipertensi. Data dari The

National Heart and Nutrition Examination Survey (NHNES) dalam dua

dekade terakhir menunjukkan peningkatan insiden hipertensi pada orang

dewasa di Amerika sebesar 29-31%. Hipertensi dikenal sebagai salah satu

penyebab utama kematian di Amerika Serikat (Yogiantoro, 2006).

Hipertensi rata-rata menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2006 dengan

prevalensi sebesar 4,67% (Depkes, 2008). Data Riset Kesehatan Dasar

(2007) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar

30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada

perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).

1
2

Kabupaten Demak merupakan daerah tingkat dua di Indonesia yang

memperlihatkan tingkat peningkatan jumlah pasien hipertensi yang sangat

signifikan pada tahun 2003 sampai 2005. Hal ini terlihat dari data yang ada

di Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga pada pasien hipertensi yang

melakukan rawat jalan yang yang mengalami peningkatan dari 870 pada

tahun 2003 kemudian 1031 pada tahun 2004 dan kemudian 1074 pada tahun

2005, dan meningkat terus dari tahun ke tahun (Rekam Medis RSUD Sunan

Kalijaga Demak, 2006). Data tersebut memberikan gambaran bahwa

masalah hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik

mengingat akibat yang ditimbulkan cukup berat dan angka prevalensinya

cukup tinggi.

Menurut Andriatoro, (2007), orang yang mengalami hipertensi

memiliki rentan terhadap komplikasi tiga organ penting dalam tubuhnya,

yakni gagal jantung, penyempitan arteri di ginjal dan otak (stroke). Selain

itu, hipertensi juga menjadi penyebab utama dari munculnya penyakit

jantung koroner.

Untuk meminimalkan hipertensi dan komplikasinya, perlu dilakukan

tindakan penatalaksanaan dengan menggunakan obat yaitu, minum obat

secara teratur atau tanpa menggunakan obat yaitu kepatuhan dalam

menjalankan diit, menurunkan kegemukan, rajin olah raga, mengurangi

konsumsi garam, diit rendah lemak, rendah kolesterol, tidak merokok, tidak

konsumsi alkohol, kurangi makanan yang mengandung kalium tinggi,

Batasi kafein, hindari stres., kontrol tekanan darah secara teratur (Terney,

2002)
3

Selain upaya–upaya tersebut, ada salah satu upaya untuk

menurunkan tekanan darah yang lain berdasar hasil penelitian dan beberapa

pendapat, yang hal ini masih jarang dilakukan di Indonesia, yaitu terapi

musik. Berbagai penelitian yang dilakukan di India maupun Italia

menunjukkan efektivitas terapi musik untuk mengurangi nyeri, kecemasan

maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia menunjukkan kelompok

penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi bila diikuti

dengan mendengarkan musik klasik 30 menit/hari disertai dengan latihan

nafas perut selama satu bulan menunjukkan penurunan tekanan darah yang

signifikan dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya

mengandalkan obat antihipertensi.

Selain itu pula penelitian lain pada pasien yang akan menjalani

tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan, terbukti dengan

terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat membuat

pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap

detak jantung maupun laju nafas.

Berdasar hasil penelitian yang didiskusikan para pakar kesehatan di

New Orleans baru-baru ini, terapi musik selama 30 menit sehari terbukti

mampu menggantikan terapi obat-obatan hipertensi. Penelitian dilakukan

terhadap 48 penderita hipertensi berusia 45-70 tahun. Sebanyak 28 orang

diantaranya diminta mendengarkan musik klasik atau musik tradisional

India selama 30 menit sehari. Sedangkan 20 orang lainnya dibiarkan

melakukan aktivitasnya seperti biasa. Hasilnya, setelah melakukan terapi

musik selama sebulan, tekanan darah 28 penderita hipertensi itu menjadi


4

normal. Sedangkan tekanan darah 20 penderita hipertensi yang tak

melakukan terapi musik masih terukur tinggi (Adpro, 2009).

Menurut Atmanta (2006), musik dapat menurunkan tekanan darah

dan frekuensi pernapasan, karena mempunyai kekuatan untuk

mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi,

tempo, dan volumenya. Makin lambat tempo musik maka denyut jantung

semakin lambat dan tekanan darah menurun. Selain itu, menurut

Salampessy (2004), bahwa beberapa manfaat musik bagi kesehatan antara

lain menghidupkan kekebalan, menghilangkan rasa sakit, menurunkan

tekanan darah, pernapasan dan denyut jantung, mengurangi stress dan panik,

dan musik dapat menjadi pengganti obat penenang.

Tingginya pasien dengan kasus hipertensi menunjukkan bahwa

pasien tidak bisa melakukan tindakan pencegahan naiknya tekanan darah.

Terapi musik masih jarang diterapkan di Indonesia apalagi masih sangat

sedikitnya terapis musik, bahkan menurut Papilaya, Mahasiswa Magister

Profesi Psikologi Klinis Dewasa Unika Atmajaya Jakarta (2007), bahwa

pada masyarakat Indonesia kurang adanya sosialisasi tentang terapi musik

sehingga terapi musik belum terbiasa di telinga masyarakat Indonesia

(http://www.hotlinkfiles.com/files/931478-ccjj3/tera pi musik.doc).

Menggunakan terapi musik keuntungannya adalah musik tidak

merusak, tidak mahal, aman, tidak ada efek samping yang negatif, dan dapat

menurunkan tekanan darah dan pernafasan (Salampessy, 2004).


5

Dari hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh terapi musik terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,

maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Apakah terapi musik

mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di RSUD

Sunan Kalijaga Kabupaten Demak?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh terapi musik terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan tekanan darah pasien hipertensi di

RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak sebelum dilakukan

terapi musik.

1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan tekanan darah pasien hipertensi di

RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak sesudah dilakukan

terapi musik.

1.3.2.3 Untuk menganalisis perbedaan tekanan darah pasien

hipertensi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak

sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan pada akhirnya harus dapat memberikan manfaat

terutama bagi dunia keperawatan. Adapun manfaat dilakukannya penelitian

ini adalah :

1.4.1 Perawat

Manfaat bagi perawat adalah mengetahui hasil penggunaan

terapi musik terhadap tekanan darah pasien hipertensi sehingga dapat

dijadikan sebagai sumber informasi dalam penanganan hipertensi

dengan cara memberikan terapi musik.

1.4.2 Rumah Sakit

Manfaat hasil penelitian untuk Rumah Sakit adalah dapat

digunakan sebagai masukan dalam rangka penyusunan Standar

Operating Prosedur (SOP) untuk penatalaksanaan tindakan

keperawatan khususnya pada pasien hipertensi di RSUD Sunan

Kalijaga Demak.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat bagi institusi pendidikan adalah sebagai bahan

masukan ilmiah dan referensi diskusi tambahan untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan tentang pengaruh pemberian terapi musik dalam

melakukan asuhan keperawatan pasien hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai