Anda di halaman 1dari 77

PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU

PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI


JL. OLAHRAGA, KEMANGGISAN, JAKARTA
BARAT

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Sarjana S1 pada


Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen
Maranatha Bandung

Disusun oleh:
Mangaramot Justisiano Pakpahan Reynaldy Apridson Pattiasina
NRP: 1321050 NRP: 1321047

Pembimbing :
Ir. Daud Rahmat Wiyono, M.Sc

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK

PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PEMBANGUNAN


RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI JALAN OLAHRAGA,
KEMANGGISAN, JAKARTA BARAT

Bandung, 31 Januari 2020

MANGARAMOT JUSTISIANO REYNALDY APRIDSON


PAKPAHAN PATTIASINA
NRP : 1321050 NRP : 1321047

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh


Pembimbing Utama

Ir. Daud Rahmat Wiyono, M.Sc


NIK : 210007

Mengetahui,
Koordinator Kerja Praktek

Cindrawaty Lesmana, Ph.D.


NIK : 210291

ii Universitas Kristen Maranatha


PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN KERJA
PRAKTEK

Dengan ini, kami yang bertanda tangan mahasiswa Program Studi S-1
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha di bawah ini:

NRP NAMA
1321050 MANGARAMOT JUSTISIANO PAKPAHAN
13210547 REYNALDY APRIDSON PATTIASINA

Menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini adalah benar merupakan


hasil karya kami sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak


benar adanya, KAMI bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan
segala konsekuensinya.

Demikian pernyataan ini kami buat.

Bandung, 31 Januari 2020

Mangaramot J.P Reynaldy A.P


NRP : 1321050 NRP : 1321047

iii Universitas Kristen Maranatha


PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN KERJA
PRAKTEK

Kami, mahasiswa Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Kristen Maranatha yang bertanda tangan di bawah ini:
NRP NAMA
1321050 MANGARAMOT JUSTISIANO PAKPAHAN
1321047 REYNALDY APRIDSON PATIASINA

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan, kami menyetujui untuk
memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti
noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian
kami yang berjudul “Pelaksanaan dan Pengendalian Mutu Pembangunan
Rumah Tinggal 2,5 Lantai di Jalan Olahraga, Kemanggisan, JAKBAR”

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan,


mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), mendistribusikannya serta menampilkannya
dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai
penulis/pencipta.

3) Kami bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa


melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung segala bentuk
tuntutan yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah
kami ini.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 31 Januari 2020

Yang menyatakan,

Mangaramot J.P Reynaldy A.P


NRP : 1321050 NRP : 1321047

iv Universitas Kristen Maranatha


SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTEK

Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Program Studi S-1 Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No.
23/SK/KP/PSTS-UKM/IX/2019 tanggal 02 September 2019, dengan ini saya
selaku Pembimbing Kerja Praktek memberikan tugas kepada:

NRP NAMA
1321050 MANGARAMOT JUSTISIANON PAKPAHAN
1321047 REYNALDY APPRIDSON PATTIASINA

untuk membuat Kerja Praktek bidang Struktur dengan judul:

PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PEMBANGUNAN


RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI JALAN OLAHRAGA,
KEMANGGISAN, JAKARTA BARAT
Pokok pembahasan Kerja Praktek adalah:

1. Pendahuluan
2. Organisasi Proyek
3. Lingkup Pekerjaan Proyek
4. Hasil dan Pembahasan
5. Simpulan dan Saran

Hal-hal lain yang dianggap perlu dapat disertakan untuk melengkapi


penulisan Laporan Kerja Praktek ini.

Bandung, 02 September 2019

Ir. Daud Rahmat Wiyono, M.Sc.

v Universitas Kristen Maranatha


SURAT KETERANGAN SELESAI LAPORAN KERJA
PRAKTEK

Yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pembimbing Utama dan


Pembimbing Lapangan Kerja Praktek dari mahasiswa:

NRP NAMA
1321050 MANGARAMOT JUSTISIANO PAKPAHAN
1321047 REYNALDY APRIDSON PATTIASINA

menyatakan bahwa Kerja Praktek dari mahasiswa tersebut di atas dengan


judul: PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PEMBANGUNAN
RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI JALAN OLAHRAGA, KEMANGISAN,
JAKARTA BARAT.
dinyatakan selesai dan dapat diajukan pada Ujian Sidang Kerja Praktek
(USKP).

Bandung, 28 Januari 2020

Meridia Juniartha Ir. Daud Rahmat Wiyono,M.Sc


Pembimbing Lapangan Pembimbing Utama

vi Universitas Kristen Maranatha


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang aha Esa, atas
segala rahmat yang dilimpahkan oleh-Nya, sehingga penyusun Laporan Kerja
Praktek dapat diselesaikan. Laporan Kerja Praktek ini merupakan sebuah laporan
dengan judul PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI JALAN OLAHRAGA,
KEMANGGISAN, JAKARTA BARAT. Kerja Praktek ini diajukan sebagai syarat
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Sarjana S1 pada Program Studi S-
1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Univerrsitas Kristen Maranatha Bandung.
Laporan Kerja Praktek ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-
data yang kami peroleh selama melaksanakan Kerja Praktek di Jalan Olahraga II
No.4, Kemanggisan Jakarta Barat.
Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai
pihak, untuk itu izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Daud R Wiyono, M.Sc., selaku pembimbing utama,
2. Pak Meridian Juniarta, selaku pembimbing lapangan,
3. Cindrawaty Lesmana, Ph.D. dan Ir. Maria Christine S., M.Sc selaku dosen-dosen
penguji USKP,
4. Dr. Ir. Asriwiyanti Desiani, M.T., selaku Ketua Program Studi S-1 Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha,
5. Karyawan CV. Dianta Jaya Semesta yang telah bersedia membantu dalam
memberikan data-data mengenai proyek,
6. Pak Kurni, Pak Yudi, Pak Bambang, serta tukang-tukang yang bekerja di proyek
yang senantiasa membantu dalam menjelaskan kondisi lapangan,
7. Keluarga yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran perkuliahan
kami, dan
8. Mahasiswa/i Teknik Sipil Maranatha Angkatan 2013 sampai 2019 yang selalu
bersedia membantu dan mendukung selama proses Kerja Praktek kami.
Akhir kata penyusun berharap agar Laporan Kerja Praktek ini dapat
memberikan sumbangan nyata bagi kemajuan Teknik Sipil dan bagi pihak yang
memerlukannya.

vii Universitas Kristen Maranatha


Bandung,13 Januari 2020
Penyusun

Mangaramot JP/Reynaldy AP
NRP: 1321050/1321047

viii Universitas Kristen Maranatha


PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 2,5 LANTAI DI
JALAN OLAHRAGA, KEMANGGISAN, JAKARTA
BARAT
Mangaramot Justisiano Pakpahan (NRP : 1321050)
Reynaldy Apridson Pattiasina (NRP : 1321047)

Pembimbing: Ir. Daud Rahmat Wiyono, M.Sc

ABSTRAK

Rumah merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, oleh karena itu
rumah dirancang dan dibangun agar dapat menciptakan rasa aman dan nyaman
kepada penghuni. Beton bertulang merupakan konstruksi yang digunakan, hal ini
didasari karena beton bertulang mudah untuk diaplikasikan, mudah dimodifikasi
agar sesuai dengan keinginan pemilik rumah, seperti kolom rata tembok, ekonomis
dan kemudahan perawatan. Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui
proses perlaksanaan proyek pembangunan serta mengetahui struktur beton
bertulang pada rumah tinggal yang menggunakan kolom rata tembok.
Dalam sebuah proyek memiliki peraturan seperti peraturan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan demi menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja pada pekerjaan konstruksi demi menjaga
pekerjaan dapat berjalan sesuai rencana. Perencanaan posisi kolom rata tembok
juga memiliki peran yang penting agar terjadi keseimbangan kolom saat menerima
beban gempa. Pengamatan pada Kerja Praktek ini dilakukan secara langsung.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada proyek ini tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, pekerja tidak menggunakan helm dan sepatu proyek. Kolom
pada lantai dua dilakukan perubahan letak, hal tersebut dilakukan untuk
menyeimbangkan kemampuan kolom menahan goyangan baik arah x dan y. Pada
balok dilakukan penambahan jumlah tulangan, hal tersebut dilakukan oleh mandor
untuk menambah kekuatan balok tersebut.

Kata kunci: Kerja Praktek, Beton Bertulang, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

ix Universitas Kristen Maranatha


EXECUTION AND CONTROL OF HOUSE
CONSTRUCTION AT OLAHRAGA STREET,
KEMANGGISAN, JAKARTA BARAT
Mangaramot Justisiano Pakpahan (NRP : 1321050)
Reynaldy Apridson Pattiasina (NRP : 1321047)

Supervisor: Ir. Daud Rahmat Wiyono, M.Sc

ABSTRACT

House is basic needs in human life, therefore this house, designed and built to
create sense of security and comfort for the residents. This construction used
reinforced concrete, this based on the fact that reinforced concrete is easy to apply,
easily modified to suit the owner desires, such as flat column like lintel, economical,
ease of care. Purpose of this field observation to find out process of construction
and to know the reinforced concrete structures in residental house that use flat
columns.
In a construction has regulation like Occupational Health and Safety (OHS) that
must be considered in order to protect safety and health of workers on construction,
in order to keep the progress according to the plan. Design of the flat column
position has an important in order to create stability when columns receiving
seismic loading. Direct observation was used at this field observation.
Occupational Health and Safety (OHS) at this construction not according
to standars, workers doesn’t use hard hat and safety shoes. Column position on the
second floor has been changed, to increase stability of column to take sway in the
x and y directions. Longitudinal reinforcement at beam has been increase, this is
done by the foreman to increase the strength of the beam.

Keywords: Field Observation, Reinforced Concrete, Occupational Health and


Safety

x Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN KERJA iii
PRAKTEK iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN KERJA PRAKTEK iv
SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTEK v
SURAT KETERANGAN SELESAI LAPORAN KERJA PRAKTEK vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek 2
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek 2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek 3
BAB II ORGANISASI PROYEK 4
2.1 Deskripsi dan Gambaran Proyek 4
2.1.1 Data Umum Proyek 4
2.1.2 Data Teknis Proyek 5
2.2 Bentuk dan Struktur Organisasi di Lapangan 6
2.3 Gambar dan Bentuk Struktur Organisasi 8
BAB III LINGKUP PEKERJAAN PROYEK 11
3.1 Lokasi Proyek 11
3.2 Keterlibatan Mahasiswa dalam Kerja Praktek 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Pekerjaan Kolom dan Balok 35
4.2 Perhitungan Volume Pelat Satu Lantai yang akan Dicor 37
4.3 Time Schedule dan Kurva S 41
4.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 Simpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN L.1 FORM KP 49
LAMPIRAN L.2 DOKUMENTASI KEGIATAN DALAM MASA KERJA
PRAKTEK 58

xi Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Kerja Praktek 3


Gambar 2.1 Struktur Organisasi 7
Gambar 3.1 Kolom yang Diukur 12
Gambar 3.2 Jarak Tulangan Sengkang 12
Gambar 3.3 Pembuatan Tulangan Sengkang 13
Gambar 3.4 Pemasangan Tulangan Pelat 14
Gambar 3.5 Penahan Pelat Bagian Bawah 14
Gambar 3.6 Penahan Antara Tulangan Atas dan Bawah 15
Gambar 3.7 Kawat Bendrat 16
Gambar 3.8 Penulangan Tangga 16
Gambar 3.9 Mesin Pompa Beton 17
Gambar 3.10 Mesin Vibrator 17
Gambar 3.11 Proses Pemerataan Beton 18
Gambar 3.12 Besi Penahan Bekisting 18
Gambar 3.13 Proses Pengukuran 19
Gambar 3.14 Kolom yang Telah Berdiri 20
Gambar 3.15 Perakitan Tulangan Kolom Praktis 20
Gambar 3.16 Pasangan Bata 21
Gambar 3.17 Lubang pada Tangga 22
Gambar 3.18 Pekerjaan Kantilever 22
Gambar 3.19 Kantilever Dari Sisi Luar 23
Gambar 3.20 Pekerjaan Bekisting Rooftop 24
Gambar 3.21 Penulangan Balok Rooftop 25
Gambar 3.22 Pekerjaan Bekisting Tangga 26
Gambar 3.23 Pekerjaan Penulangan Pelat Rooftop 27
Gambar 3.24 Pemasangan Pipa Pembuangan 27
Gambar 3.25 Plumbing 28
Gambar 3.26 Proses Pemadatan Tanah 28
Gambar 3.27 Batas Plesteran 29
Gambar 3.28 Mesin Cutter Beton 29
Gambar 3.29 Batas Plester dengan Benang Nylon 30
Gambar 3.30 Akses Dinding Luar 31
Gambar 3.31 Rumah Sementara Pekerja 32
Gambar 3.32 Kamar Mandi 33
Gambar 3.33 Pemasangan Aliran Listrik 34
Gambar 4.1 Denah Rooftop 37
Gambar 4.2 Kurva S 42
Gambar 4.3 Pekerja Tidak Menggunakan Helm Proyek 44
Gambar 4.4 Pekerja Tanpa Helm dan Sepatu Proyek 45

xii Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek 11


Tabel 4.1 Kubikasi Balok Rooftop 39
Tabel 4.2 Tabel Kubikasi Pelat Rooftop 40

xiii Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR LAMPIRAN

Gambar L.1.1 Form KP 02 Reynaldy 49


Gambar L.1.2 Form KP 02 Mangaramot 50
Gambar L.1.3 Form KP 04 51
Gambar L.1.4 Form KP 05 52
Gambar L.1.5 Form KP 08 53
Gambar L.1.6 Form KP 09 56
Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek 58

xiv Universitas Kristen Maranatha


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik Sipil merupakan salah satu ilmu terapan yang berperan penting
dalam membangun, merancang, memelihara dan memperbaiki bangunan.
Bangunan yang dimaksud disini sangat beragam, mulai dari bangunan rumah
sederhana dan gedung-gedung bertingkat, jembatan, bendungan, hingga bangunan
sarana dan prasarana transportasi.
Rumah merupakan sebuah bangunan sederhana yang berfungsi sebagai
tempat untuk berlindung, kembali, dan beristirahat dari pekerjaan sehari-hari.
Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok dan penting dalam kehidupan manusia
selain makanan dan pakaian yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman dari
lelahnya pekerjaan sehari-hari. Oleh karena itu rumah dirancang dan dibangun
sedemikian rupa agar dapat menciptakan rasa aman kepada penghuni yang akan
mendiami rumah tersebut baik dari segi kekuatan dan ketahanan bangunan maupun
dari segi estetika dan fungsi ruangan.
Beton bertulang merupakan konstruksi yang biasanya dipilih dalam
pembangunan rumah sederhana, hal ini didasari karena beton bertulang adalah jenis
struktur yang mudah untuk diaplikasikan, mudah dimodifikasikan agar
mendapatkan keinginan sesuai pemilik rumah, seperti kolom rata tembok, serta
dipilih karena nilai ekonomis, dan kemudahan perawatan dari bangunan tersebut.
Konstruksi Beton Bertulang merupakan konstruksi struktur yang digunakan
dalam pembangunan rumah tinggal di Jalan Olahraga ini. Pembangunan rumah
berbeda dengan pembangunan gedung yang lain, dikarenakan kolom yang
digunakan dalam pembangunan rumah biasanya didesain agar rata tembok.
Sehingga memberikan kesan yang minimalis, dan tidak menghabiskan banyak
ruang. Dikarenakan pembangunan kolom yang rata tembok dapat mengakibatkan
nilai risiko gempa dapat bertambah, dikarenakan penggunaan kolom langsing, oleh
karena itu pengawasan terhadap penulangan serta perhitungan perencaan kolom
harus diperhatikan secara teliti, karena dapat membahayakan penghuni dari rumah
tersebut.

1 Universitas Kristen Maranatha


1.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dalam Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1. mengetahui proses pelaksanaan proyek pembangunan diantaranya waktu dan
mutu;
2. menerapkan teori yang dipelajari dan penerapannya dalam praktek di lapangan;
3. mempelajari struktur beton bertulang pada rumah tinggal yang menggunakan
kolom rata tembok;
4. meninjau pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada proyek.

1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup Laporan Kerja Praktek rumah tinggal di Jalan Olahraga,
Kemanggisan, Jakarta barat:
1. Kerja Praktek dilakukan pada bangunan rumah tinggal di jalan olahraga II No.4,
Kemanggisan, Jakarta Barat;
2. pengambilan data diperoleh melalui gambar kerja, observasi dan pengukuran
langsung;
3. waktu pelaksaanan Kerja Praktek dimulai pada tanggal 27 September sampai
27 Desember 2019;
4. pengamatan khusus dilakukan pada pekerjaan struktur kolom langsing dan
balok kantilever beton bertulang.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


Kerja Praktek bertujuan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan studi di Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Kristen Maranatha, serta dapat membantu mahasiswa mengetahui
pekerjaan di bidang proyek konstruksi rumah tinggal secara langsung agar dapat
menerapkan teori yang dipelajari pada perkuliahan serta dapat memahami
perbedaan penerapan perhitungan secara teoritis dengan kondisi lapangan yang
memiliki perbedaan dan mengembangkan daya pikir mahasiswa di lapangan untuk
memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Serta meningkatkan sifat
profesionalitas dan etos kerja mahasiswa agar dapat terjun ke dunia kerja setelah
lulus dari Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha.

2 Universitas Kristen Maranatha


1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan pada bangunan rumah tinggal 2,5 lantai yang
menggunakan sistem struktur beton bertulang sejak 27 September 2019 sampai
dengan 6 Januari 2020. Lokasi Kerja Praktek dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Lokasi Proyek

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Kerja Praktek


Sumber: Google Maps, 2019

3 Universitas Kristen Maranatha


BAB II
ORGANISASI PROYEK
2.1 Deskripsi dan Gambaran Proyek
2.1.1 Data Umum Proyek
Data umum dalam proyek pembangunan rumah tinggal di Jalan Olahraga
II, No 4 adalah sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Rumah Tinggal
2. Lokasi Proyek : Jl. Olahraga II No 4, Kemanggisan, Jakarta Barat
3. Fungsi Bangunan : Rumah tinggal
4. Deskripsi Proyek : Struktur gedung 2,5 lantai
5. Luas Bangunan : Lantai 1, luas 134,75 m2
Lantai 2, luas 153 m2
Rooftop, luas 26,56 m2
Luas Total 314,31 m2
6. Luas Lahan : 178,5 m2
7. Lama Pembangunan : 9 bulan
8. Pemilik Proyek : Bambang dan Ivan Julian
9. Konsultan Perencana
a. Arsitektur : Yudi Febrianto
b. Konsultan Struktur : Mustarna
10. Pengawas : Pemilik Proyek
11. Kontraktor Pelaksana
a. Fondasi : CV. Dianta Jaya Semesta
b. Struktur Utama : CV. Dianta Jaya Semesta
12. Sifat Kontrak : Cost Plus Fee Contract
13. Nilai Kontrak : Rp. 2.073.656.775,-
14. Jenis Pembayaran : Termin Progress Payment
15. Sumber dana : Ivan Julian
16. Waktu Pelaksanaan : 24 Juni 2019
s/d 24 Maret 2020
17. Masa Pemeliharaan : 6 bulan
18. Jenis Pekerjaan

4 Universitas Kristen Maranatha


a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Perencanaan Desain (Arsitektur, Struktur, MEP)
c. Fondasi (Sub Structure)
d. Pekerjaan Konstruksi Struktur (Up Structure)
e. Pekerjaan Arsitektural
f. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing (MEP)

2.1.2 Data Teknis Proyek


Data teknis Proyek Rumah Tinggal adalah sebagai berikut:
1. Jenis Bangunan : Struktur beton bertulang
2. Penutup Lantai : Keramik
3. Tangga : Tangga beton
4. Jumlah Lantai/gedung : 2,5 Lantai, 1 Gedung
5. Tipe Fondasi : Mini Pile
6. Tinggi Bangunan : 11,7 m
7. Tahap Pekerjaan
a. Tahap 1 : Persiapan
b. Tahap 2 : Fondasi Mini Pile
c. Tahap 3 : Konstruksi Beton
d. Tahap 4 : Finishing
8. Material Struktur
a. Pondasi : Beton bertulang
b. Balok : Beton bertulang
c. Kolom : Beton bertulang
d. Pelat : Beton bertulang
9. Mutu Beton
a. Pondasi : K-300
b. Sloof : K-300
c. Kolom : K-300
d. Pelat Lantai : K-225
e. Tangga : K-300
10. Ready mix : PT. Adhi Mix
11. Dimensi tulangan : D = 10 mm, D = 16 mm

5 Universitas Kristen Maranatha


12. Mutu tulangan : 2400 kg/cm2
13. Kawat pengikat : 1 mm (baja lunak)
14. Dinding : Batu bata merah
15. Penutup atap : Zincalume

2.2 Bentuk dan Struktur Organisasi di Lapangan


Pemilik proyek memilih langsung konsultan serta kontraktor yang dipilih
untuk menjadi perencana serta pelaksana pekerjaan di lapangan, dalam hal ini
pekerjaan pembangunan rumah 2,5 lantai yang berada di Jl. Olahraga II no.4.
Perencana bertugas untuk merencakan setiap pekerjaan mulai dari desain arsitektur
yang sesuai dengan keinginan pemilik proyek, menuangkan desain arstektur
kedalam gambar kerja pelaksanaan, membuat spesifikasi mutu, rancangan anggaran
biaya serta penjadwalan agar sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pemilik
proyek.
Pelaksana lapangan bertugas untuk memahami gambar kerja yang telah
direncanakan oleh perencana, yang dimana perencana dan pelaksana berasal dari
perusahaan yang sama sehingga proses komunikasi lebih mudah apabila terjadi
perubahan desain dari pemilik proyek. Pelaksana juga bertanggung jawab dalam
memimpin pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan
biaya, yang telah ditetapkan, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
keterlambatan waktu dan pembengkakan biaya.
Dikarenakan pemilik proyek menunjuk langsung perencana serta
pelaksana, maka kedua komponen tersebut bertanggung jawab langsung kepada
pemilik proyek, dengan melaporkan proses pekerjaan setiap minggunya secara
berkala, dikarenakan tidak adanya pengawas proyek yang berasal dari owner pada
pekerjaan pembangunan rumah tinggal tersebut. Oleh karena itu agar proyek dapat
berjalan sesuai dengan perencanaan yang ada, perencana serta pelaksana harus
bersedia melaporkan proses pekerjaan dan mengawasi diri secara independen.
Seperti pada proyek dengan cara konvensional pada biasanya, pemilik juga
merangkap menjadi pengawas proyek tersebut yang akan mengunjungi proyek pada
waktu tertentu untuk melihat progress proyek serta mengawasi proyek dari laporan
pembaharuan gambar yang dikirimkan oleh mandor setiap harinya.

6 Universitas Kristen Maranatha


7 Universitas Kristen Maranatha
2.3 Gambar dan Bentuk Struktur Organisasi
Project Manager pada organisasi ini bertanggung jawab langsung dan
melaporkan progress pekerjaan kepada Direktur. Direktur dibantu oleh project
advisor untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan standar kekuatan yang telah
ditentukan. Bagan Struktur Organisasi proyek pembangunan rumah tinggal di Jalan
Olahraga II No.4 dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Dalam proyek konstruksi, sebuah organisasi memiliki tujuan untuk
menghasilkan suatu bangunan fisik yang memenuhi persyaratan serta mampu
menahan beban yang telah direncanakan. Organisasi dalam sebuah proyek
konstruksi memiliki peran yang penting agar mempermudah komunikasi dengan
para pekerja sehingga dapat menghasilkan sebuah bangunan yang telah
direncanakan. Organisasi dalam sebuah proyek konstruksi memiliki beberapa
bentuk,
a. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional merupakan struktur organisasi yang paling umum
digunakan oleh suatu organisasi. Pembagian kerja dalam bentuk struktur
organisasi fungsional ini dilakukan berdasarkan fungsi manajemennya.
Struktur organisasi ini tepat untuk diterapkan pada organisasi atau
perusahaan yang hanya menghasilkan beberapa jenis produk maupun
layanan, struktur organisasi bentuk ini dapat menekan biaya operasional.
Kelebihan dari organisasi jenis ini adalah karena setiap manajemen hanya
menangani satu bidang saja, sehingga memunculkan orang yang kompeten
pada masing-masing bidang, selain itu perusahaan juga dapat lebih
produktif. Sedangkan kelemahan dari jenis organisasi ini adalah karena
banyak ahli dalam masing-masing bidang, tidak jarang terjadi perbedaan
pandangan dan ide pada masing-masing bidang yang dapat menghambat
penyelesaian pekerjaan, penyimpangan juga menjadi lebih sulit terlacak
karena banyaknya bidang yang harus dikontrol.
b. Organisasi Divisional
Struktur organisasi divisional merupakan struktur organisasi yang
dikelompokkan berdasarkan kesamaan produk, layanan, pasar dan letak
geografis. Organisasi bentuk divisional ini biasanya diterapkan di

8 Universitas Kristen Maranatha


perusahaan yang berskala menengah keatas, hal ini disebabkan biaya
operasional akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan bentuk organisasi
fungsional. Kelebihan dari organisasi jenis ini adalah koordinasi yang baik
antar departemen fungsional dalam penyelesaian masalah, serta memiliki
respon dan fleksibilitas cepat dalam penyelesaian kasus-kasus yang terjadi
di lapangan. Sedangkan kelemahan dari jenis organisasi ini adalah
kurangnya spesialisasi dan kedalaman teknis pada suatu divisi, selain itu
dibutuhkan pengadaan sumber daya yang lebih banyak, dan berkurangnya
manajemen tingkat atas.
c. Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks merupakan kombinasi dari struktur organisasi
fungsional dan struktur organisasi divisional dengan tujuan untuk menutupi
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kedua bentuk struktur
organisasi tersebut. Karyawan yang berada di unit kerja fungsional juga
harus mengerjakan kegiatan atau tugas proyek-proyek organisasi yang
ditugaskan. Struktur Organisasi Matriks ini mengakibatkan terjadinya multi
komando dimana seorang karyawan diharuskan untuk melapor kepada dua
pimpinan yaitu pimpinan di unit kerja fungsional dan pimpinan proyek.
Kelebihan struktur organisasi jenis ini adalah fleksibilitasnya dalam melihat
permasalahan khusus maupun persoalan teknis yang unik saat pelaksaaan.
Sedangkan kelemahan akan timbul apabila manager proyek tidak bisa
mengkoordinir dari berbagai bagian berbeda tersebut sehingga memiliki
kesulitan dalam mengembangankan tim yang kuat. Struktur organisasi ini
biasanya digunakan oleh perusahaan yang berskala besar atau perusahaan-
perusahaan multinasional (Tanjung, 2017).

Struktur Organisasi dalam Perusahaan Dianta Jaya termasuk dalam bentuk


Organisasi Fungsional, dikarenakan jumlah tenaga kerja dalam organisasi ini
sedikit, serta setiap divisi memiliki tingkat spesialisasi yang sangat baik, namun
cukup sering juga terjadi perbedaan pandangan dan opini antar divisi yang terjadi
baik dalam bidang perencanaan maupun penyelesaian masalah yang terjadi selama
pelaksanaan, seperti desain balok kantilever yang cukup banyak memakan waktu

9 Universitas Kristen Maranatha


perdebatan antara divisi struktur serta divisi arsitektur dalam perwujudan desain
yang diajukan oleh divisi arsitektur yang menurut divisi struktur kurang aman untuk
membuat kantilever dengan desain yang diajukan, namun divisi arsitektur tetap
bertahan dengan keputusan bahwa gambar sudah final, dan divisi struktur harus
mencari metode yang tepat dalam pembuatan kantilever tersebut. Selain
permasalahan di atas ada beberapa permasalahan lain seperti tata letak Mekanikal
Elektrikal dan Plumbing (MEP) yang membuat divisi struktur harus berfikir
bagaimana harus membuat kelistrikan dan pemipaan tetap efisien tanpa perlu
melakukan banyak kegiatan membobok tembok. Selain antar divisi struktur dan
arsitektur, terkadang perbedaan opini juga terjadi pada divisi struktur dengan
mandor, dimana mandor sering menambah jumlah tulangan longitudanl pada balok
untuk menambah kekuatan, yang tidak sesuai dengan perhitungan jumlah tulangan
yang telah dibuat oleh divisi struktur, hal ini terjadi karena faktor pengalaman
mandor yang sering bekerja pada proyek konstruksi pembangunan rumah tinggal,
sehingga mandor berani mengambil keputusan tanpa perlu menunggu divisi
struktur. Perusahaan Dianta Jaya Semesta menawarkan jasa yang hanya meliputi
bidang konstruksi rumah tinggal serta biaya yang digunakan lebih kecil
dibandingkan dengan jenis organisasi lain.

10 Universitas Kristen Maranatha


BAB III
LINGKUP PEKERJAAN PROYEK

3.1 Lokasi Proyek


Lokasi proyek pembangunan rumah tinggal 2,5 lantai ini berada di Jalan
Olahraga II No.4, Kemanggisan, Jakarta Barat yang merupakan jalan lokal
sekunder. Proyek ini berada di tengah permukiman warga, sehingga diperlukan
pembatas serta penempatan lokasi material yang baik, agar tidak mengganggu
aktivitas warga, serta tidak merusak rumah warga sekitar.

3.2 Keterlibatan Mahasiswa dalam Kerja Praktek


Keterlibatan mahasiswa dalam kerja praktek pada proyek pembangunan
rumah tinggal di Jalan Olahraga ini adalah mempelajari dan mengamati pengerjaan
di lapangan, menghitung volume beton yang akan digunakan untuk pengecoran,
membuat RAB dan juga penjadwalan serta merevisi gambar kerja sesuai dengan
keadaan lapangan. Minggu pertama kerja praktek dimulai pada tanggal 23
September 2019, pembagian kegiatan selama kerja praktek dalam dilihat pada
Tabel 3.1 Time Schedule.
Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek
Kegiatan/Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pekerjaan
Persiapan
Pekerjaan Besi
Pengecoran
Pekerjaan Dinding
Pekerjaan
Dokumen

Pekerjaan pertama yang diamati adalah hasil pekerjaan struktur bawah yang
telah diselesaikan sebelum dimulai kegiatan kerja praktek, struktur bawah yang
telah diselesaikan tersebut adalah pekerjaan kolom, balok serta pekerjaan dinding
yang berada pada lantai dasar, pada minggu pertama ini dilakukan pengukuran dan

11 Universitas Kristen Maranatha


pengecekan ukuran serta lokasi sesuai gambar kerja, contoh kolom yang diukur
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

a. Ukuran Panjang Kolom b. Ukuran Lebar Kolom


Gambar 3.1 Kolom yang Diukur
Setelah melakukan pengecekan kolom lantai dasar, dilakukan pengecekan
tulangan balok, pekerjaan penulangan balok dan pelat dilakukan setelah selesai
pekerjaan bekisting lantai 2, namun saat dimulai kegiatan kerja praktek bekisting
lantai 2 sudah siap dan sudah dilakukannya pekerjaan penulangan balok, namun
pekerjaan penulangan pelat belum selesai. Pekerjaan penulangan merupakan salah
satu pekerjaan yang harus dilakukan dengan ketelitian agar tidak terjadinya
perbedaan signifikan antar jarak tulangan longitudinal maupun tulangan sengkang
yang telah didesain oleh perencana. Meskipun telah diukur serta ditandai dengan
baik, pemasangan tulangan sengkang memiliki selisih jarak dikarenakan faktor
ketelitian serta proses perakitan, rata-rata perbedaan jarak antar tulangan sengkang
yang dirakit dengan jarak yang didesain adalah ± 1 – 2 cm. Contoh gambar tulangan
yang telah dirakit dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Jarak Tulangan Sengkang

12 Universitas Kristen Maranatha


Dalam pengukuran serta pembuatan tulangan sengkang untuk keperluan
balok maupun kolom dilakukan pada daerah kerja terpisah, hal ini dilakukan agar
pekerjaan pemotongan serta pengukuran tidak mengganggu pekerjaan pemasangan,
serta dapat menghemat waktu dikarenakan pembuatan dan pemasangan
dilaksanakan dalam waktu yang hampir beramaan, walaupun pembuatan sengkang
biasanya dimulai terlebih dahulu. Proses pemotongan dan pembuatan tulangan
sengkang dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pembuatan Tulangan Sengkang


Setelah pekerjaan tulangan balok selesai dirakit dan dipasang, pekerjaan
selanjutnya yang dilakukan adalah pemasangan tulangan pelat, tulangan yang
digunakan untuk pemasangan tulangan pelat berukuran 16 mm sejumlah dua lapis,
setiap ujung tulangan pelat dibengkokkan lalu dikaitkan ke tulangan balok yang

13 Universitas Kristen Maranatha


sudah terpasang dengan baik. Pemasangan tulangan pelat ini dapat dilihat pada
Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pemasangan Tulangan Pelat


Pada pekerjaan tulangan pelat, digunakan sebuah penahan agar tulangan
pelat bagian bawah tidak menyentuh bekisting, sehingga tidak menyebabkan karat
pada tulangan tersebut, biasanya penahan ini berasal dari beton yang berbentuk
kubus kecil, dan diletakkan pada beberapa titik sambungan agar tulangan
longitudinal bagian bawah tidak bergeser secara vertikal dan tetap tertahan pada
posisi yang diinginkan. Bentuk penahan pelat ini dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penahan Pelat Bagian Bawah

14 Universitas Kristen Maranatha


Selain menggunakan penahan bagian bawah, tulangan pelat juga
memerlukan penahan antara tulangan bagian atas dengan tulangan bagian bawah,
agar tidak terjadi pergeseran jarak vertikal antar tulangan longitudinal yang
akhirnya dapat menyebabkan tulangan bagian atas dan bawah dapat menempel,
penahan antar tulangan ini juga menggunakan besi yang ditekuk sedemikan rupa,
sehingga membentuk huruf S. Gambar penahan tulangan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Penahan Antara Tulangan Atas dan Bawah


Tulangan longitudinal pelat pada bagian atas dan bawah memiliki dua arah
yaitu arah sumbu x dan y, untuk mengikat kedua arah tersebut agar tidak terjadi
pergeseran secara horizontal digunakan kawat bendrat, kawat ini mengikat tulangan
yang saling bersilangan baik itu tulangan longitudinal yang berada di bawah,
maupun tulangan longitudinal yang berada di atas, untuk mengikat tulangan yang
saling bersilangan kawat bendrat harus dipecah sedemikian rupa agar kawat yang

15 Universitas Kristen Maranatha


digunakan kuat namun tidak berlebih yang dapat menambah tingkat pemborosan,
kawat bendrat dalam dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Kawat Bendrat


Sumber: Indo Builder, 2019
Setelah melakukan pengecekan penulangan pelat dan balok pada lantai 2
dilakukan juga pengecekan terhadap penulangan tangga, untuk penulangan tangga
hampir sama dengan penulangan pelat, namun tulangan longitudinal harus
dibengkok kan sesuai dengan tingkat kemiringan tangga. Tulangan tangga serta
bekisting tangga dari lantai dasar meuju lantai 2 dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Penulangan Tangga

16 Universitas Kristen Maranatha


Setelah pengerjaan penulangan balok serta pelat telah selesai, dilakukan
kembali pengecekan terhadap tiap sambungan tulangan, apakah masih ada yang
terlewat maupun sambungan yang kurang kuat, hal ini dilakukan agar saat
melakukan pengecoran tidak ada pergeseran tulangan pelat maupun balok yang
telah dikerjakan.
Pengecoran dilakukan serentak antara balok, pelat dan juga tangga,
pengecoran ini dilakukan menggunakan Ready Mix dengan mutu beton K – 300
yang setara dengan f’c = 24,9 MPa. Beton dialirkan dari mobil Ready Mix dengan
menggunakan pompa beton. Pompa beton ini dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Mesin Pompa Beton


Sumber: Solusi Beton Ready Mix, 2019
Setelah beton dari mobil Ready Mix melalui mesin pompa beton telah
dialirkan ke pelat yang akan di cor, lalu dilakukan kegiatan penggetaran
menggunakan mesin vibrator yang berguna untuk memadatkan beton dan
mengeluarkan udara yang terjebak dalam campuran beton untuk mendapatkan
kekuatan yang merata. Mesin vibrator dalam dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Mesin Vibrator


Sumber: Indonesia Ready Mix, 2019

17 Universitas Kristen Maranatha


Pemerataan beton dilakukan setelah beton telah di getarkan, pemerataan
dilakukan agar tidak ada gelombang ataupun kemiringan yang terjadi akibat beton
yang tidak merata, pekerjaan pemerataan ini dilaksanakan hampir bersamaan
setelah mesin vibrator bekerja untuk memadatkan beton tersebut. Kegiatan
pemerataan beton dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Proses Pemerataan Beton


Sebelum beton kering, dibuat besi yang diletakkan pada daerah yang akan
didirikan kolom, baik kolom utama maupun praktis, pegangan berbentuk besi ini
dibuat agar bekisting kolom dapat berdiri dengan baik, dan menumpu pada
pegangan besi ini. Besi penahan bekisting tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Besi Penahan Bekisting

18 Universitas Kristen Maranatha


Setelah pekerjaan pengecoran selesai dilakukan, proses perawatan pada
beton tetap dilakukan secara berkala setiap harinya dengan cara menyiram beton
dengan air setiap siang selama dua minggu, hal ini dilakukan untuk merawat beton
yang airnya menguap karena panas matahari, apabila proses perawatan tidak
dilakukan dengan baik akan menyebabkan kandungan air di dalam beton berkurang
sehingga menyebabkan keretakan pada permukaan beton dan dapat mengurangi
mutu beton tersebut.
Selama berlangsungnya proses perawatan beton, dilakukan juga pekerjaan
pengukuran untuk menentukan lokasi kolom yang akan dicor serta lokasi pasangan
batu bata merah, pengukuran ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan antara
gambar kerja serta kegiatan di lapangan, selain itu agar letak kolom berada dalam
posisi yang simetris. Proses pengukuran letak kolom dan dinding dapat dilihat pada
Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Proses Pengukuran


Pembuatan bekisting untuk kolom dilakukan setelah didapat posisi yang
tepat, sesuai dengan gambar kerja dan pengukuran yang dilakukan di lapangan,
pembuatan bekisting ini menggunakan kayu bekas yang digunakan sebelumnya
pada lantai dasar, hal ini bertujuan agar mengurangi pengeluaran untuk pembuatan
bekisting dan dapat memanfaatkan kayu sisa yang masih baik. Setelah bekisting
berdiri dan ditopang dengan besi yang telah disediakan sebelumnya, bekisting dicor

19 Universitas Kristen Maranatha


menggunakan mixer biasa, bukan dengan Ready Mix. Kolom yang telah berdiri
dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Kolom yang Telah Berdiri


Kolom praktis dibuat untuk mengakomodasi dinding yang tidak memiliki
pegangan terhadap kolom utama, sehingga dapat memperkokoh dinding, kolom
praktis dibuat berukuran 15 x 15 cm. Proses perakitan penulangan kolom praktis
dilakukan sambil menunggu keringnya coran beton yang telah selesai. Perakitan
penulangan kolom praktis dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Perakitan Tulangan Kolom Praktis

20 Universitas Kristen Maranatha


Setelah kolom utama serta kolom praktis di cor dan telah kering, maka
pekerjaan dinding di lantai dua dapat dilakukan, pekerjaan dinding ini
menggunakan batu bata merah yang direkatkan menggunakan campuran semen,
agregat dan air. Pasangan bata yang dikerjakan tindak sampai ketinggian kolom
ataupun bangunan, hal ini disebabkan karena diperlukannya ruang kosong untuk
menempatkan bekisting pelat rooftop. Pekerjaan pasangan bata dapat dilihat pada
Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Pasangan Bata


Pekerjaan pada bagian tangga dari lantai dasar menuju lantai dua diberikan
celah sedalam 12 mm, hal ini dilakukan karena owner ingin menggunakan kaca
tanam sebagai pegangan tangga, sehingga tangga tersebut harus dibuatkan lubang
di sisi luar tangga, untuk tempat dudukan kaca tanam tersebut. Lubang yang dibuat
tersebut seperti menjadi rel bagi kaca tanam yang akan dijadikan sebagai pegangan,
agar kesan luas dan mewah lebih terlihat. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan
mesin cutter karena tangga telah dilapisi beton. Pekerjaan lubang/rel tangga ini
dapat dilihat pada Gambar 3.17.

21 Universitas Kristen Maranatha


Gambar 3.17 Lubang pada Tangga
Pekerjaan bekisting kantilever serta pembetonan kantilever pada lantai dua
dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan pasangan bata, hal ini ditujukan untuk
menghemat waktu, dikarenakan pekerjaan balok kantilever tidak perlu menunggu
berdirinya pasangan bata. Pekerjaan kantilever dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Pekerjaan Kantilever

22 Universitas Kristen Maranatha


Kantilever yang dikerjakan juga berfungsi sebagai teras yang dapat
digunakan untuk bersantai seperti balkon, namun selain itu kantilever ini juga
memeberi aksen serta penambahan estetika seperti ada dinding tambahan diluar
yang membuat unsur arsitektur dari luar terlihat bagus, namun tetap fungsional dan
juga kuat dan sesuai dengan standar kekuatan sesuai SNI. Secara estetika kantilever
yang menunjukkan adanya seperti kotak yang melindungi bangunan seperti
bemper, namun karena kantilever ini juga memiliki fungsi sebagai teras maka harus
diberikan tulangan dan balok tambahan untuk dapat menambah kekuatan dari
kantilever tersebut karena akan menerima beban manusia serta beban mati seperti
kursi dan kaca yang akan menjadi penutup bagian depan kantilever tersebut.
Walaupun kantilever tersebut belum selesai secara sempurna, namun secara garis
besar bentuk dan nilai estetika dari kantilever tersebut sudah dapat terlihat dengan
baik. Kantilever dari sisi luar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Kantilever dari Sisi Luar

23 Universitas Kristen Maranatha


Setelah pekerjaan dinding bata lantai dua sudah berdiri setengah, pekerjaan
dilanjutkan dengan pembuatan perancah agar pekerjaan dapat berlanjut ke rooftop.
Dilanjutkan dengan pembuatan bekisting pelat dan balok pada rooftop, untuk
ukuran balok pada rooftop mengalami penurunan tebal dengan maksimum tebal
500 mm, hal ini dimaksudkan agar lantai dua tidak menjadi sangat pendek, ataupun
balok lantai rooftop akan terekspos di lantai dua, dikarenakan pada lantai rooftop
ini tidak terdapat banyak ruangan yang menghasilkan beban sehingga balok dapat
diperkecil ukurannya. Pekerjaan bekisting lantai rooftop dapat dilihat pada Gambar
3.20.

a. Pekerjaan Bekisting Sisi Bagian Belakang

b. Pekerjaan Bekisting Sisi Bagian Depan


Gambar 3.20 Pekerjaan Bekisting Rooftop

24 Universitas Kristen Maranatha


Setelah pekerjaan bekisting selesai dilakukan pekerjaan penulangan balok
dan pelat kembali dilakukan, secara teknis penulangan balok dan pelat pada rooftop
umumnya sama dengan lantai dua, tulangan sengkang balok dirakit di bawah lalu
dimobilisasi ke lantai rooftop dan dikaitkan dengan tulangan kolom yang sudah
disediakan sebelumnya dari bawah, tulangan kolom sengaja dilebihkan dari tinggi
bangunan seharusnya, ini berfungsi sebagai penahan tulangan balok yang akan
dipasang. Pemasangan tulangan balok rooftop dapat dilihat pada Gambar 3.21.

a. Penulangan Balok Void B2 dan B4

b. Penulangan Balok B2 dan B5


Gambar 3.21 Penulangan Balok Rooftop

25 Universitas Kristen Maranatha


Pekerjaan bekisting tangga dari lantai dua ke rooftop dilakukan bersamaan
dengan pekerjaan penulangan balok rooftop, bekisting tangga yang dibuat
menggunakan kayu dan tripleks 4 mm ini diberi tanda untuk mempermudah
pembuatan tulangan tangga serta batas beton. Pekerjaan bekisting tangga dapat
dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Pekerjaan Bekisting Tangga

26 Universitas Kristen Maranatha


Pekerjaan penulangan pelat lantai rooftop, dikerjakan sesuai dengan
penulangan pelat pada lantai dua, menggunakan penahan antar tulangan, penahan
tulangan bawah dengan bekisting, serta menggunakan kawat untuk mengikat
tulangan yang saling bersilangan. Pekerjaan penulangan pelat lantai rooftop dapat
dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23 Pekerjaan Penulangan Pelat Rooftop


Pemasangan pipa pembuangan air juga dilakukan pada saat pekerjan pelat
lantai rooftop, hal ini dimaksudkan agar saat pengecoran tidak perlu pembobokan
coran dinding maupun pelat. Pemasangan pipa pembuangan air dapat dilihat pada
Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Pemasangan Pipa Pembuangan

27 Universitas Kristen Maranatha


Pekerjaan plumbing pada lantai 2 dan lantai dasar sudah mulai dikerjakan,
pekerjaan plumbing didesain sedemikian rupa sehingga pembuangan air kotor
hanya berujung pada satu buah pipa pembuangan, hal ini dilakukan untuk
kemudahan dalam melakukan maintenance. Pipa plumbing yang telah terpasang
dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Plumbing


Pemadatan tanah dengan mesin stamper juga dikerjakan pada saat
pemasangan tulangan pelat dan balok, pekerjaan ini dapat dilakukan karena tidak
saling mengganggu dan berhubungan satu dengan yang lainnya, pemadatan tanah
dilakukan pada lantai dasar, fungsi dari pemadatan tanah ini agar saat lantai kerja
dibangun tidak terjadi penurunan tanah, karena beban yang diterima tanah, serta
keramik yang disusun diatas lantai kerja tidak langsung bersentuhan dengan tanah
untuk mengurangi rayap ataupun serangga lain yang dapat merusak meubel yang
berada di dalam rumah. Proses stamper dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Proses Pemadatan Tanah

28 Universitas Kristen Maranatha


Proses plesteran dinding lantai satu belum dapat dilakukan karena belum
adanya gambar pasti mengenai letak saklar serta stop kontak, bila pekerjaan
plesteran dikerjakan sebelum adanya gambar pasti letak saklar dan stop kontak akan
membuat plesteran harus dibobok ulang, agar pipa saklar dan stop kontak tetap
tertanam di dalam. Namun dinding pada lantai satu sudah diberikan tanda
maksimum tebal plesteran, hal ini dilakukan agar hasil plesteran bisa rata. Batasan
plesteran yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27 Batas Plesteran


Namun untuk beberapa daerah dinding yang dilewati pipa berukuran 1”
(inch) dilakukan pemapasan pada dinding bata, pemapasan ini dilakukan agar
plesteran tidak terlalu tebal dan dapat mengurangi nilai estetik, serta menambah
biaya. Agar pemapasan yang dilakukan rapi, digunakan alat yang bernama mesin
cutter. Mesin cutter ini dapat dilihat pada Gambar 3.28.

Gambar 3.28 Mesin Cutter Beton


Sumber: Java Karya Teknik, 2019

29 Universitas Kristen Maranatha


Selain menggunakan batas plesteran dengan semen yang telah di bentuk
pada dinding untuk mengetahui batas maksimum dari plesteran digunakan juga
benang nylon yang berfungsi memberi pembatas tambahan selain menggunakan
plesteran, hal ini dilakukan untuk menambah tingkat presisi dari batas plesteran
tersebut, sehingga tidak terjadi beda tebal batas plesteran antar satu titik dengan
titik yang lain. Batas plesteran dengan menggunakan benang nylon ini dapat dilihat
pada Gambar 3.29.

Gambar 3.29 Batas Plester dengan Benang Nylon

30 Universitas Kristen Maranatha


Hunian yang berada di sebelah proyek pembangunan rumah tinggal ini
merupakan rumah satu lantai sehingga dinding luar proyek ini akan terekspos dari
sisi luar, untuk menambah nilai estetik, serta kerapihan dari bagian luar dinding
proyek ini diharuskan adanya plesteran, ataupun pengecatan, namun karena berada
pada sisi luar dan sulitnya akses kearah tersebut, maka dinding di lantai dua harus
dibolongi sedikit, untuk menjadi akses pekerjaan plesteran bagian luar. Gambar
akses ke bagian luar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.30.

Gambar 3.30 Akses Dinding Luar


Pada sebuah proyek yang memiliki pekerja berasal dari luar kota atau
tempat yang bukan asal dari pekerja tersebut, maka diperlukan sebuah tempat atau
bangunan yang dapat menjaga pekerja dari dinginnya malam saat selesai bekerja,
serta dari hujan yang dapat membuat kesehatan pekerja menurun, dan dapat
berakibat pada penurunan jumlah produktivitas sebuah pekerjaan yang dapat
menambah jumlah durasi pekerjaan yang tentunya akan menambah biaya bagi
kontraktor baik itu untuk pembayaran uang untuk perawatan serta gaji tambahan
per hari. Proyek ini menggunakan rumah sementara yang berasal dari kayu, yang
bersifat konvensional seperti pada umumnya, namun di dalam rumah sementara
yang berukuran kurang 4 x 3 m ini berisikan sekitar 9 pekerja dan dibuat dengan

31 Universitas Kristen Maranatha


dua lantai agar dapat menampung para pekerja dan hanya dilengkapi satu buah
kipas. Menurut pengamatan yang dilakukan, hal tersebut kurang layak, walau
tingkat kelayakan setiap insan berbeda-beda, karena pekerja merupakan salah satu
unsur penting dalam sebuah konstruksi agar dapat berjalan sesuai rencana
produktivitas. Rumah sementara yang menjadi tempat tinggal sementara para
pekerja dapat dilihat pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31 Rumah sementara Pekerja

32 Universitas Kristen Maranatha


Kamar mandi ataupun tempat sanitasi merupakan salah satu hal vital dalam
proyek konstruksi, hal tersebut dapat memudahkan para pekerja untuk tetap segar
baik sebelum ataupun setelah bekerja, para pekerja pada proyek ini juga biasanya
menggunakan kamar mandi untuk mandi pada saat istirahat makan siang, hal ini
dikarenakan cuaca Kota Jakarta yang sangat menyengat, sehingga mereka butuh
mandi agar kembali segar dan dapat melanjutkan pekerjaan setelah jam makan
siang selesai. Kamar mandi pada proyek ini merupakan kamar mandi lama dari
rumah sebelumnya yang sengaja belum dihancurkan, kamar mandi ini memiliki
sumber air yang jernih serta kloset yang masih berdiri dan dapat digunakan dengan
baik walaupun sudah sedikit tua, namun dinding yang mengitari kamar mandi lama
telah dihancurkan dan diganti dengan seng, serta diberi pintu geser yang berasal
dari pintu rumah lama. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan sisa bangunan lama
agar tetap berguna dengan maksimal. Dengan air yang jernih dan kamar mandi yang
masih berfungsi dengan baik dapat bermaanfaat secara maksimal untuk para
pekerja serta peserta Kerja Praktek. Kamar mandi pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 3.32.

Gambar 3.32 Kamar Mandi

33 Universitas Kristen Maranatha


Listrik pada proyek ini juga sudah dikerjakan, karena rumah sebelumnya
merupakan satu rumah yang dibagi menjadi dua, maka proyek ini menggunakan
listrik yang berasal dari rumah sebelumnya, oleh karena itu sebelum pekerjaan
kelistrikan dimulai maka listrik harus dialirkan terlebih dahulu ke proyek ini. Pada
15 Desember 2019 aliran listrik mulai dialirkan dan dipisahkan dari rumah
sebelumnya, untuk mengalirkan listrik baru hanya perlu melapor kepada PLN
disertai dengan surat keterangan bahwa rumah tersebut telah dibagi dua dan
mengajukan pemasangan listrik baru. Petugas PLN yang sedang mengerjakan
pemasangan listrik baru dapat dilihat pada Gambar 3.33.

Gambar 3.33 Pemasangan Aliran Listrik

34 Universitas Kristen Maranatha


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pekerjaan Kolom dan Balok


Material untuk kolom dan balok yang digunakan adalah beton bertulang,
beton yang digunakan berasal dari PT. Adhimix dengan mutu K-300. Ukuran kolom
yang digunakan bervariasi mulai dari 160 x 200 mm; 160 x 400 mm; 160 x 500
mm; 160 x 600 mm; 160 x 700 mm; 160 x 800 mm. Kolom yang digunakan
merupakan kolom langsing, jenis kolom ini dipilih karena owner menginginkan
kolom rata tembok yang tidak terlihat seperti kolom praktis. Kolom dipasang
tulangan longitudinal diameter 16 mm dan tulangan transversal dengan diameter 10
mm dengan jarak pada tumpuan 10 cm dan pada lapangan 15 cm. Karena ukuran
kolom langsing yang perbedaan antara arah panjang dan lebar memiliki selisih yang
cukup besar, maka untuk mensiasati kemampuan kolom menerima gaya gempa,
kolom dipasang tidak searah, dibeberapa bagian arah panjang lebih besar, namun
dibeberapa bagian arah lebar lebih besar, untuk menyeimbangkan kemampuan
kolom menahan gaya gempa.
Balok yang digunakan terdiri dari balok induk dan balok anak dengan
berbagai ukuran, antara lain 200 x 200 mm; 200 x 300 mm; 200 x 400 mm; 200 x
600 mm; 200 x 700 mm. Ukuran balok terbesar yaitu 200 x 700 mm dengan bentang
7500 mm, tulangan longitudinal yang digunakan berdiameter 16 mm dan tulangan
transversal dengan diameter 10 mm dengan jarak bervariasi pada tumpuan antara
10 – 15 cm dan pada lapangan antara 15 – 20 cm.
Pada pekerjaan balok lantai dua terjadi di perbedaan dengan desain,
perbedaan yang terjadi bukan pada ukuran balok, melainkan pada jumlah tulangan
longitudinal, mandor menambahkan tulangan demi menambah kekuatan dari balok
tersebut tanpa persetujuan dari konsultan maupun site manager. Namun
dikarenakan proyek ini merupakan proyek dengan cara konvensional serta
hubungan kepercayaan antara konsultan serta mandor yang sering bekerjasama
dalam pelbagai proyek maka hal tersebut dimaklumi.
Pada pekerjaan balok rooftop juga terjadi perubahan dari desain yang ada,
perbedaan yang terjadi pada ukuran balok 200 x 700 mm, hal ini dikarenakan tinggi

35 Universitas Kristen Maranatha


balok tersebut mengurangi jarak bersih lantai ke plafond menjadi 2600 mm, hasil
ini diperoleh berdasarkan pengurangan tinggi bersih dikurangi dengan tinggi balok
serta jarak untuk aliran pipa listrik serta drainase. Ukuran balok dirubah menjadi
200 x 500 mm, selain perubahan ukuran balok, juga terdapat penambahan balok
karena adanya pergereseran void.
Pada balok kantilever digunakan balok ganda, hal ini disebabkan karena
tidak adanya penopang kolom sepanjang 8500 mm serta balok yang digunakan
relatif kecil yaitu 200 x 200 mm, balok ini dipilih karena owner tidak ingin balok
terekspos ke tampak depan, oleh karena itu pada as B’ – D digunakan balok ganda
yaitu balok berukuran 200 x 400 mm serta balok 200 x 200 mm. Dengan kata lain
balok kantilever tersebut selain menumpu pada kolom ikut menumpu juga pada
balok 200 x 400 mm.
Pada pekerjaan kolom juga terdapat perbedaan pada desain dan pekerjaan
di lapangan, perbedaan ini terdapat pada pekerjaan kolom K4 lantai dua yang
berada pada as B’. Kolom yang seharusnya berukuran 160 x 800 mm ke arah sumbu
y, dibuat menjadi 160 x 800 mm berbentuk L, dengan sumbu y sepanjang 600 mm
dan sumbu x sepanjang 200 mm. Hal ini dikarenakan adanya perubahan desain yang
disebabkan oleh kantilever.
Pada kolom lantai rooftop, beton yang digunakan tidak lagi beton readymix
yang merupakan produk dari PT. Adhimix hal ini dikarenakan jumlah volume beton
yang digunakan tidak begitu banyak karena kolom yang digunakan pada lantai
rooftop merupakan kolom praktis berukuran 15 x 15 cm. Kolom ini digunakan
karena pada lantai rooftop beban yang dipikul hanya beban atap yang berukuran 4,5
x 9,5 m.
Pada lantai rooftop, jenis batu yang digunakan sebagai dinding juga bukan
batu bata merah, namun batu bata ringan (hebel) hal ini dilakukan untuk
mengurangi berat bangunan lantai rooftop, selain itu pada lantai ini juga tidak ada
fungsi ruangan, sehingga tidak perlu menggunakan batu bata merah. Batu bata
ringan dipilih karena batu bata ringan juga lebih ringan dibanding batako dan lebih
kedap air, sedangkan batako press memiliki kekurangan mudah retak, serta mudah
dilubangi dan pecah karena memiliki rongga, selain itu juga batako press menyerap
panas, yang akan menyebabkan ruangan lebih mudah menjadi retak.

36 Universitas Kristen Maranatha


4.2 Perhitungan Volume Pelat Satu Lantai yang akan Dicor

Gambar 4.1 Denah Rooftop

37 Universitas Kristen Maranatha


Perhitungan volume dilakukan untuk mengetahui jumlah volume kebutuhan
ready mix yang diperlukan untuk pemesanan. Tebal pelat yang didesain adalah
sebesar 12 cm, luas pelat yang akan dicor sebesar 8500 mm x 17000 mm dikurangi
dengan luas void tangga yang berukuran 3000 mm x 3500 mm serta dikurangi dua
buah void lagi yang berukuran 3440 mm x 3440 mm dan 2000 mm x 7200 mm yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Hasil perhitungan volume pelat yang detail didapatkan dengan cara
pengurangan luas pelat terhadap luas void, selain itu harus dilakukan juga
pengurangan terhadap ukuran balok. Dalam proses perhitungan dilakukan
perhitungan volume balok terlebih dahulu per ukuran balok yang sama, sesuai
dengan bentang yang ada disertai dengan lokasi, hal ini dilakukan untuk
mempermudah pengerjaan pengurangan terhadap perhitungan volume pelat.
Setelah diperoleh nilai kubikasi balok secara total, lalu dilakukan perhitungan pelat,
pengklasifikasian pelat dilakukan berdasarkan lokasi pelat itu berada, lalu
perhitungan luas pelat dikurangi dengan lebar balok, sehingga didapat volume pelat
yang presisi, dan diperoleh nilai kubikasi pelat secara total. Nilai kebutuhan akhir
volume beton didapat dari penjumlahan nilai kubikasi pelat dan balok. Perhitungan
kubikasi balok dan pelat dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Contoh perhitungan :
Lokasi : F’ – G ; 2 - 3
Balok : arah x : B3 = 200 x 500 mm
: B4 = 200 x 300 mm
arah y : B2 = 200 x 400 mm
Ukuran Pelat : 1700 x 3500 mm

1 1 1
𝐾𝑢𝑏𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡 = (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 − 2 𝐵3 − 2 𝐵4) 𝑥 (𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 − 2 𝐵2 −
1
𝐵2) 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
2

1 1 1 1
𝐾𝑢𝑏𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡 = (1700 − 200 − 200) 𝑥 (3500 − 200 − 200) 𝑥120
2 2 2 2
𝐾𝑢𝑏𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡 = 0.594 𝑚𝑚3

38 Universitas Kristen Maranatha


Tabel 4.1 Kubikasi Balok Rooftop
Nama Lokasi Panjang Lebar Tinggi Kubikasi
(mm) (mm) (mm) (m3)
B0 E-F ; 2-3 3500 150 300 0.1575

G-H ; 2-3 5400 150 300 0.243

B2 B' ; 1-4 8500 200 400 0.68

D ; 1-4 8500 200 400 0.68

E ; 1-4 8500 200 400 0.68

F ; 1-4 6500 200 400 0.52

G ; 3-4 2000 200 400 0.16

H ; 1-4 8500 200 400 0.68

B2 D-H ; 1 13100 200 400 1.048

B'-H ; 2 17000 200 400 1.36

C-F' ; 2' 7900 200 400 0.632

B'-H ; 3 20000 200 400 1.6

D-H ; 4 13200 200 400 1.056

B3 G ; 1-3 6500 200 500 0.65

B4 C' ; 1-3 6300 200 300 0.378

D'-D ; 2-3 2000 200 300 0.12

F' ; 1-4 8500 200 300 0.51

B'-D ; 1 3800 200 300 0.228

C-F' ; 1' 10100 200 300 0.606

B'-D ; 4 3800 200 300 0.228

E' ; 3-4 2000 200 300 0.12

Bganda B'-D ; 1 4900 150 200 0.147

39 Universitas Kristen Maranatha


Tabel 4.1 Kubikasi Balok Rooftop (Lanjutan)

Nama Lokasi Panjang Lebar Tinggi Kubikasi


(mm) (mm) (mm) (m3)
Bganda B'-D ; 4 4900 150 200 0.147

B5 C ; 1-4 8500 200 500 0.85

Total 13.323

Tabel 4.2 Tabel Kubikasi Pelat Rooftop

Nama Lokasi Panjang Lebar Tebal Kubikasi


(mm) (mm) (mm) (m3)
Pelat 1-2 B'-C ; 1-2 1300 2800 120 0.4368

F'-G ; 1-2 1500 2375 120 0.4275

C-C' ; 1 -1' 650 1675 120 0.13065


C'-D ; 1 -1' 1350 1800 120 0.2916

D-E ; 1 -1' 1900 1800 120 0.4104

E-F ; 1 -1' 3300 1800 120 0.7128

F-F' ; 1 -1' 2300 1800 120 0.4968

C-C' ; 1'-2 650 700 120 0.0546

C'-D ; 1'-2 1350 700 120 0.1134

D-E ; 1'-2 1900 700 120 0.1596

E-F ; 1'-2 3300 700 120 0.2772

F-F' ; 1'-2 2300 700 120 0.1932

Pelat 2-3 B'-C ; 2-3 1200 3300 120 0.4752

F'-G ; 2-3 1500 3300 120 0.594

C-C' ; 2 -2' 650 1200 120 0.0936

C'-D ; 2-2' 1200 1350 120 0.1944

D-E ; 2-2' 1900 1200 120 0.2736

40 Universitas Kristen Maranatha


Tabel 4.2 Kubikasi Pelat Rooftop (Lanjutan)
Nama Lokasi Panjang Lebar Tebal Kubikasi
(mm) (mm) (mm) (m3)
Pelat 2-3 E-E' ; 2-2' 1725 1200 120 0.2484

E'-F ; 2-2' 1425 1200 120 0.2052

F-F' ; 2-2' 2100 1200 120 0.3024

G-H ; 2-3 425 3300 120 0.1683

G-H ; 2-3 425 2775 120 0.141525

C-C' ; 2' -3 650 1900 120 0.1482

C'-D ; 2'-3 1200 1900 120 0.2736

D-D' ; 2'-3 550 1900 120 0.1254

D'-E ; 2'-3 1150 1900 120 0.2622

E-E' ; 2-3 1725 1900 120 0.3933

E'-F ; 2-3 1425 1900 120 0.3249

F-F' ; 2-3 2100 1900 120 0.4788


Pelat 3-4 B'-C ; 3-4 1300 1575 120 0.2457

C-D ; 3-4 2200 1575 120 0.4158

D-E ; 3-4 1900 1700 120 0.3876

E-E' ; 3-4 300 1700 120 0.0612

F'-G ; 3-4 1500 1700 120 0.306

G'-G ; 3-4 1300 1700 120 0.2652

G-H ; 3-4 3300 1700 120 0.6732

Total 10.7263

4.3 Time Schedule dan Kurva S

Kurva S adalah kurva yang membandingkan nilai kumulatif proyek


terhadap waktu, pada pekerjaan proyek ini Kurva S dapat dilihat pada Gambar 4.2

41 Universitas Kristen Maranatha


42 Universitas Kristen Maranatha
Pada proyek pembangunan rumah tinggal ini tidak memiliki perbedaan
signifikan antara jadwal pekerjaan serta pelaksanaan di lapangan, hal ini disebabkan
karena cuaca yang mendukung walaupun sudah memasuki musim penghujan
sehingga pekerjaan di bagian luar bangunan seperti pekerjaan bekisting pelat dan
balok serta penulangannya masih dapat dikerjakan. Pekerjaan proyek ini dilakukan
setiap hari Senin sampai Minggu mulai pukul 08.00 s/d 17.00, dari pengamatan
kami di lapangan tingkat disiplin waktu pekerja disini sangat baik hal itu
dipengaruhi karena semua pekerja yang bekerja pada proyek ini berasal dari
Kalimantan yang menyebabkan tidak memiliki keinginan keluar serta pengetahuan
tentang wilayah sekitar, yang membuat mereka ingin segera proyek selesai agar
dapat bertemu dengan keluarga yang berada di kampung. Hal ini berbeda dengan
para pekerja yang biasanya memiliki rumah di sekitar lokasi proyek yang
menyebabkan sering terjadi keterlambatan kedatangan ke lokasi proyek yang
menyebabkan secara waktu pelaksanaan proyek mengalami kemunduran.

Pekerjaan proyek ini terjadi sedikit keterlambatan karena adanya faktor dari
pemilik proyek yang sering melakukan revisi ataupun perubahan desain, sehingga
para pekerja di lapangan harus menunggu keluarnya keputusan pasti hal apa yang
akan dikerjakan selanjutnya, sehingga beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan
secara serentak harus terhenti, dan para pekerja fokus terhadap satu pekerjaan yang
sama.

4.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor : 05/PRT/M/2014 pasal 1 ayat 1


“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.” Pasal 1 ayat 3 “Pekerjaan
Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan gedung,
bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta jasa pelaksanaan untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.”

43 Universitas Kristen Maranatha


Pada proyek pembangunan rumah tinggal ini tingkat keselamatan kerja masih
sangat kurang, seperti alat pelindung kepala atau helm proyek lalu sepatu proyek,
helm proyek dapat mengurangi kemungkinan cedera kepala yang disebabkan oleh
obstacle yang umumnya dapat mengenai kepala, seperti terpentok kayu perancah,
terkena jatuhan atau serpihan batu bata. Sepatu proyek juga dapat menyebabkan
cedera kaki yang dapat disebabkan oleh tulangan, maupun bahan dan serpihan lain.
Pada proyek ini rata-rata pekerja tidak menggunakan helm proyek sesuai standar
namun hanya menggunakan caping dan topi untuk menghindari sengatan panas
matahari, dan umumnya para pekerja juga menggunakan sepatu biasa, atau
sneakers bahkan sendal jepit yang tidak kuat untuk menahan benturan antara kaki
dengan serpihan atau barang yang jatuh atau terkena kaki pekerja.
Selama pekerjaan proyek ini memang tidak pernah terjadi kecelakaan kerja,
namun tetap saja alat pelindung kerja dan diri sangat diperlukan pada pekerjaan
proyek konstruksi sesuai peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Perihal kesehatan
pekerja, penyedia jasa konstruksi juga tidak memberi perlindungan sosial langsung
pada para pekerja sesuai peraturan yang ada, meskipun apabila ada pekerja yang
sakit selama pekerjaan diperbolehkan istirahat serta diberikan perawatan
pengobatan hingga sembuh dan dapat bekerja kembali dengan baik. Pada Gambar
4.3 dapat dilihat pekerja yang tidak menggunakan helm proyek dan Gambar 4.4
dapat dilihat pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri baik itu helm
proyek ataupun sepatu proyek.

Gambar 4.3 Pekerja Tidak Menggunakan Helm Proyek

44 Universitas Kristen Maranatha


Gambar 4.4 Pekerja Tanpa Helm dan Sepatu Proyek

45 Universitas Kristen Maranatha


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan kegiatan Kerja Praktik yang telah dilaksanakan di
CV. Dianta Nusa Jaya pada proyek pembangunan rumah tinggal yang berada di
Jalan Olahraga II No.4, Kemanggisan, Jakarta Barat, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut:
1. beton yang digunakan pada proyek ini adalah beton yang berasal dari PT.
Adhimix dengan mutu K-300 untuk kolom, balok dan pelat pada lantai satu
dan dua. Kolom praktis dibuat dengan ukuran 1 SP : 4 PP serta tulangan yang
digunakan pada kolom dan balok berukuran 16 mm dan untuk tulangan
transversal digunakan tulangan berukuran 10 mm. Waktu pekerjaan dalam
proyek ini mengalami sedikit keterlambatan disebabkan oleh owner yang
sering merubah desain, sehingga pekerjaan tertunda;
2. berdasarkan teori yang dipelajari serta pekerjaan di lapangan terdapat
perbedaan, seperti ukuran kolom yang tidak sesuai dengan SNI Beton
2847:2013;
3. menurut SNI Gempa 1726:2012 diperoleh bahwa lokasi proyek berada dalam
kategori risiko C yang dalam SNI Beton 2847:2013 kategori risiko C termasuk
dalam SPRMM/K. Kolom yang digunakan pada proyek ini tidak memenuhi
persyaratan tersebut, dikarenakan lebar kolom lebih kecil dari 250 mm;
4. kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam proyek ini jauh dari standar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan pedoman sistem kesehatan dan
keselamatan kerja yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum.

4.2 Saran
Saran yang dapat penyusun berikan antara lain:
1. ada beberapa detail pengerjaan tulangan yang berbeda antara lapangan dengan
desain, sebaiknya ada pengawas kontraktor yang dapat mengawasi mandor
dalam penggunaan tulangan;

46 Universitas Kristen Maranatha


2. sebelum proyek dimulai sebaiknya antara owner dan konsultan sudah memiliki
gambar yang fix, agar mengurangi terjadinya keterlambatan pekerjaan akibat
perubahan desain secara mendadak;
3. kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal fundamental, karena
pekerja merupakan salah satu dari unit yang sangat penting dalam sebuah
proyek, oleh karena itu sebaiknya tingkat kesehatan dan keselamatan pekerja
harus diperhatikan secara baik dan mendalam.

47 Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR PUSTAKA

[1] 05/PRT/M/2014, 2014, Pedoman Sistem Manajeman Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, Kementrian
Pekerjaan Umum
[2] Google Maps. 2019. Google Maps : Peta Lokasi Kemanggisan Jakarta Barat
dalam http://maps.google.com/ (di akses 17 Oktober).
[3] Indo Builder. 2019. Google : Kawat Bendrat Bangunan dalam
www.bukalapak.com (di akses 21 November).
[4] Indonesia Ready Mix. 2019. Vibrator Beton Pemadat Cor dalam
www.solusibetonreadymix.com (di akses 21 November).
[5] Java Karya Teknik. 2019. Mesin Cutter beton tangan dalam
www.bukalapak.com (di akses 21 November).
[6] Mansur Tanjung. 2017. Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek. Jurnal
Mantik Penusa. 1(1): 22-26.
[7] Solusi Beton Ready Mix. 2019. Pompa Beton Mini dalam
www.solusibetonreadymix.com (di akses 21 November).

48 Universitas Kristen Maranatha


LAMPIRAN L.1
FORM KP

Gambar L.1.1 Form KP 02 Reynaldy

49 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.2 Form KP 02 Mangaramot

50 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.3 Form KP 04

51 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.4 Form KP 05

52 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.5 Form KP 08

53 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.5 Form KP 08 (Lanjutan)

54 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.5 Form KP 08 (Lanjutan)

55 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.6 Form KP 09

56 Universitas Kristen Maranatha


Gambar L.1.6 Form KP 09 (Lanjutan)

57 Universitas Kristen Maranatha


LAMPIRAN L.2
DOKUMENTASI KEGIATAN DALAM MASA KERJA
PRAKTEK

Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek


GAMBAR KETERANGAN

Pengukuran kolom lantai 1

Pemasangan tulangan
longitudinal pelat lantai 2

58 Universitas Kristen Maranatha


Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek (Lanjutan)
GAMBAR KETERANGAN

Pembuatan tulangan sengkang

Pengukuran jarak tulangan


sengkang

Pemasangan bekisting
tangga

59 Universitas Kristen Maranatha


Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek (Lanjutan)
GAMBAR KETERANGAN

Tulangan yang digunakan


sebagai penahan bekisting
kolom

Pembuatan kolom praktis

Proses pengecoran

60 Universitas Kristen Maranatha


Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek (Lanjutan)
GAMBAR KETERANGAN

Proses pemasangan batu bata


lantai 2

Proses pembuatan kantilever

Pemasangan pipa mekanikal


elektrikal

61 Universitas Kristen Maranatha


Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek (Lanjutan)
GAMBAR KETERANGAN

Pipa Sanitasi menggunakan


PVC berukuran 1/2' – 1’

Akses untuk melakukan


plesteran pada bagian luar
bangunan

Pembuatan batas plesteran

62 Universitas Kristen Maranatha


Tabel L.2.1 Kegiatan Dalam Masa Kerja Praktek (Lanjutan)
GAMBAR KETERANGAN

Foto bersama Pembimbing


Lapangan

63 Universitas Kristen Maranatha

Anda mungkin juga menyukai