Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di
dunia. Di negara - negara yang sedang berkembang, Anak yang memasuki
usia sekolah mempunyai resiko tinggi mengalami karies . Pada usia 6-12
tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi
pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Banyaknya jajanan yang ada di
sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga
mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan
kariogenik akan menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut
dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan
remineralisasi. Pada hal anak – anak usia sekolah dasar mengkonsumsi
makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali sehari. Makanan
cemilan yang baik untuk gigi antara lain buah segar, popcorn (bukan popcorn
berkaramel), air buah dan sayur, sereal tidak manis dan asinan. Maka hasil
survey yang terbanyak terjadi karies pada anak - anak SD, karena pola
konsumsi makanan kariogenik baik jenis, cara mengkonsumsi, waktu, dan
frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik yang berlebih diduga dapat
meningkatkan resiko terjadinya karies gigi pada anak (Arisman, 2009: 56).
Kejadian karies gigi diseluruh dunia memiliki angka yang cukup tinggi
yaitu 80-90% pada anak dibawah 18 tahun. Anak usia 6-12 tahun senang
mengkonsumsi makanan cepat saji atau jajanan yang kurang terjaga
kebersihannya, terbukti pada angka kejadian karies gigi yaitu 76,62%. Target
yang ditetatpkan oleh WHO adalah 90% anak umur 5 tahun bebas karies.
Sedangkan angka kejadian karies gigi di indonesia pada tahun 2008
mencapai 43,4% dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 53,2%. Secara
umum terdapat 45 penyakit gigi dan mulut diindonesia, salah satunya adalah
karies gigi. Hasil tersebut menunjukkan prevalensi 53,2% mengalami karies
gigi yang belum ditangani atau belum dilakukan penambalan, sehingga di
indonesia terdapat 93.998.727 jiwa menderita karies aktif (Dinkes, 2013).
Sedangkan berdasarkan hasil Riset dari DKK Semarang pada tahun 2010
angka mordibitas penyakit periodontal di Semarang mencapai 2837 kasus.
Dari data DKK Semarang pada tahun 2010 juga menunjukkan pada usia 5-14

1
tahun proporsi anak yang terserang karies gigi mencapai 23,97%, sedangkan
pada usia 15-44 tahun proporsi karies giginya mencapai 49,03%. Keadaan ini
menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Dinkes,
2008: 40).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian karies gigi
menurut Ruslawati (2008) meliputi faktor internal ( host, agent, substrat,
waktu ) dan faktor eksternal ( usia, jenis kelamin, pola menggosok gigi dan
pola makan ). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari total
47anakumur 8-12 tahun yang bersekolah di SDN 1 Gogodalem, lebih banyak
yang berada di 8-9 tahun yaitu sejumlah 13 anak (27,7%). Sedangkan yang
umur 9-10 tahun, yaitu sejumlah 11 anak (23,4%), sedangkan umur 10-11
tahun, yaitu sejumlah 11 anak (23,4%). Dan yang umur 11-12 tahun, yaitu
berjumlah 12 anak (25,5%).
Menurut Margareta (2012) menyatakan bahwa makanan yang
mengandung karbohidrat seperti ( makanan yang mengandung gula, asam
dan soda) adalah makanan yang dapat merusak gigi karena asam dari
karbohidrat mempengaruhi mineral gigi sehingga mengakibatkan pH gigi
rendah dan menyebabkan karies gigi.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indah (2013) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas II
–V di SDN 1 Gogodalem,sejumlah 47 anak didapatkan hasil bahwa anak
yang memiliki karies gigi sebanyak 40 anak (85,1%), sedangkan yang tidak
mengalami karies sebanyak 7 anak (14,9%). Anak yang memiliki konsumsi
makanan yang mengandung tinggi gula sebanyak 40 anak (85,1%),
sedangkan anak yang memiliki konsumsi makanan yang mengandung
rendah gula sebanyak 7 anak (14,9%).
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Budisuari (2010) menyatakan bahwa
ada hubungan antara pola makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, responden yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang manis cenderung mendapatkan karies diatas
rata-rata ( ≥ 2 ) adalah sebesar 1.157 kali dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10
November 2018 di MI Assalam Kancilan dengan metode wawancara kepada
10 anak didapatkan hasil sebanyak 7 orang mengalami karies dan 3 orang

2
lainnya tidak mengalami karies. Dari 7 orang yang mengalami karies 3 orang
diantaranya sering mengkonsumsi cokelat. Sedangkan 2 orang yang lainnya
sering mengkonsumsi permen dan 2 orang sisanya sering mengkonsumsi es
krim sehingga makanan tersebut dapat menyebabkan karies gigi .Sementara
untuk 3 orang yang tidak mengalami karies gigi tidak suka makan permen
dan cokelat.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melalukan penelitian tentang Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian
Caries Gigi Pada Anak Kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan per tanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pola makan pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam
Kancilan Jepara?
2. Bagaimakah tentang kejadian caries gigi pada anak kelas 1 dan 2 MI
Assalam Kancilan Jepara?
3. Apakah ada hubungan antara pola makan dengan kejadian caries gigi
pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian caries gigi
pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pola makan pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam
Kancilan Jepara
b. Untuk mengetahui tentang kejadian caries gigi pada anak kelas 1 dan
2 MI Assalam Kancilan Jepara
c. Untuk menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian caries gigi
pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara
D. Manfaat Penilitian
1. Bagi sekolah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi ilmu tambahan
dalam memberikan edukasi pada siswa untuk memilih makan dan minum
yang sehat dan mengetahui dampak pada pola makan dan minum yang
mendukung terjadinya caries gigi pada anak.

3
2. Bagi institusi
Sebagai data dan bahan untuk peneliti selanjutnya dan untuk mengetahui
gambaran pola makan, sehingga dapat meningkatkan pencegahan caries
gigi pada anak MI Assalam Kancilan Jepara.
3. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai
ilmu tambah bagi peneliti serta sebagai acuan peneliti dalam memberi
pelayanan kesehatan pada anak MI Assalam Kancilan Jepara.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pola Makan dengan Caries Gigi
Pada Anak Kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara” belum pernah diteliti
sebelumnya, berikut ini penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini
:

Tabel 1.1Keaslian Penelitian


Judul Penelitian Peneliti Metode Hasil
Hubungan Antara Siti Haryani Cross Hasil yang didapat
Konsumsi Makanan & sectional sebesar 40 ( 85.1 % )
Karlogenik Dengan Eka
Kejadian Karies Gigi Adimayanti
anak anak yang
Pada Anak SD N 1 memakan kariogenik
Gogondalem Kec. tinggi, anak anak yang
Bringen Kab. Semarang menderita karena karies
gigi sebanyak 40 ( 85,1
% ) anak anak ,
kejadian karies gigi
pada anak anak pada
makanan kariogenik
tinggi ( 85.1 % ) dan
hasil yang didapat dari
analisis nilai 0 = 0.000
jadi itu menyimpulkan
ada hubungan antara
menfkonsumsi
makanan kariogenik
dengan karies gigi
pengalaman pada anak
anak SDN 1
Gogodalem .

Faktor – faktor yang Adi Nirham, Cross Hasil penelitian


Mempengaruhi Kejadian Nursalam & Sectional menunnjukkan ada
Karies Gigi Pada Siswa Sri Study pengaruh hubungan antara
Kelas 1 Di SD N 1 Darmawan pola makan (p = 0.000, OR
Pekkae Kecamatan : 18.5), personal hygiene

4
Tanete Rilau Kabupaten (p = 0.000, OR : 18.1 dan
Barru gaya hidup (p =0.001, OR :
19.3 terhadap karies gigi.
Kesimpulan penelitian
ini adalah ada pengaruh
antara pola makan,
personal hygiene dan gaya
hidupn terhadap karies gigi
pada siswa di SD Negeri 1
Pekkae Kecamatan Tanete
Rilau Kabupaten Barru.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian dilaksanakan antara bulan November sampai dengan
bulan Januari 2019
2. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di MI Assalam Kancilan Jepara.
3. Ruang lingkup materi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Antara Pola Makan
Dengan Kejadian Caries Gigi Pada Anak Kelas 1 dan 2 MI Assalam
Kancilan Jepara .Variabel dependen adalah Caries Gigi dan variabel
independen adalah Pola Makan.
Lingkup materi penelitian ini merupakan materi tentang Pola Makan dan
Caries Gigi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Karies Gigi

1. Definisi Karies Gigi


Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan
klasifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses
dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara
enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan
menembus email serta dentin dan dapat mengenai bagian pulpa ( Dorland,
2010)
Karies gigi adalah suatu proses patologis berupa proses kerusakan
yang terbatas pada jaringan keras gigi yang dimulai dari email terus ke
dentin (Achmad, 2015).
2. Klasifikasi Karies Gigi

Menurut Achmad (2015) bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi


atas 5, yaitu :

a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi


posterior.
b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan
oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi
anterior.
d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian
aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior.
e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi
anterior dan posterior.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Achmad (2015) seseorang sering tidak menyadari bahwa ia
menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi
karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur dipermukaan gigi yang
menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak
coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali keasal atau
reversible, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak

6
tidak dapat di regenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat
menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang
aktif.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah bila enamel dan dentin
sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan
berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian
menjalar ke syaraf gigi, terbuka dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat
bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan atau
minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap
dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut , infeksi dapat
menyebar dari gigi kejaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
4. Penyebab Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri rongga
mulut, dengan populasi terbanyak yang ditemukan. Ada beberapa
penyebab karies gigi menurut Setiyaningtyas (2018), sbb :
a. Pengalaman karies
b. Penggunaan fluor
c. Oral hygiene
d. Jumlah bakteri
e. Saliva
f. Pola makan
g. Umur
h. Jenis kelamin
i. Sosial ekonomi
5. Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi
Berikut adalah faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya karies
(Gofur, 2012) antara lain :
a. Frekuensi menyikat gigi
Maksimal menyikat gigi 3x sehari, setelah makan pagi, makan
siang dan malam sebelum tidur, atau minimal 2x sehari setelah
makan pagi dan malam sebelum tidur.
b. Waktu menyikat gigi
Pagi hari setelah sarapan, dan malam sebelum tidur adalah waktu
yang tepat untuk menyikat gigi, karena air liur tidak banyak keluar

7
pada waktu tidur, sehingga gigi akan rusak apabila membiarkan
sisa makanan pada gigi tanpa menyikatnya.
c. Pola Makan
Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat
menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik
adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah
hancur di dalam mulut, sehingga sangat mudah menempel pada
permukaan gigi dan sela-sela gigi. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat berhubungan
dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan
mikroorganisme asidogenik seperti pertumbuhan streptococcus
mutans dan streptococcus sobrinus. Sukrosa banyak 13 terdapat
pada makanan manis dan camilan (snack) seperti roti, coklat,
permen dan es krim. Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan
frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan terjadinya karies
dibandingkan dengan mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi
dengan frekuensi yang lebih jarang.
d. Pendidikan orang tua
Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih
cenderung menilai kesehatan gigi dibandingkan dengan
pendidikan yang lebih rendah.
e. Pengetahuan orang tua
Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut anak menjadi kurang sehingga resiko anak terkena
penyakit gigi dan mulut menjadi lebih tinggi. Tingkat pendidikan,
dan pengetahuan, orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya karies gigi pada anak. Tingkat ekonomi, melaporkan
bahwa satu di antara empat anak di Amerika lahir dengan
kemiskinan. Tercatat anak-anak dan remaja yang hidup dalam
kemiskinan menderita karies gigi dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan teman sebaya yang berstatus ekonomi
tinggi.

8
6. Upaya Pencegahan Karies Gigi
Secara teori terdapat tiga cara yang dapat dilakukan dalam usaha
pencegahan karies, yaitu (Gofur, 2012) :
a. Mengurangi substrat karbohidrat
Mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada
makanan.
b. Meningkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap
karies dengan memaparkannya fluor secara tepat. Pit dan fisur yang
dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupnya memakai
resin. Pit adalah titik terdalam berada pada pertemuan antar beberapa
groove atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura.
Fisura adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi.
c. Menghilangkan plak bakteri
Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi
karies, penyikatan gigi dan flossing setiap hari membantu mencegah
karies gigi.
B. Konsep Dasar Pola Makan
1. Definisi Pola Makan
Menurut Sri Karjati yang dikutip dari Sulistyoningsih (2016) Pola makan
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu. Makanan yang mudah melekat seperti (coklat, makanan
bertepung) dan makanan yang memiliki tekstur tajam dapat
mempercepat terjadinya penyakit gigi dan mulut, karena makanan yang
melekat dapat membentuk plak dan menyebabkan terjadinya karies gigi,
sedangkan makanan yang berstektuk tajam dapat melukai selaput pada
rongga mulut sehingga mulut mudah terluka.
Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran merupakan bagian
dari pola makan yang sehat dan seimbang, karena sayuran dan buah-
buahan adalah sumber utama dari mineral dan vitamin yang esensial
bagi pertumbuhan anak(Robinson, 2015)

9
2. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-
alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata,
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Oktaviani, 2011).
Frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3kali
makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali selingan.
Dinilai kurang bila frekuensi setiap harinya 2 kali makan utama atau
kurang. Disamping makanan utama yang dilakukan 3 kali biasanya dalam
sehari makanan selingan dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu
makan guna menanggulangi rasa lapar (Pratiwi,2013).
3. Jenis Makanan
Menurut Pratiwi (2013) jenis makanan yang dikonsumsi dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu makanan utama dan makanan selingan.
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa
makanan pagi, makanan siang, dan makanan malam, yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah serta makanan selingan
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan
pagi, makanan siang maupun sore. Porsi atau jumlah untuk makanan
selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak jumlah).
4. Metode Pengukuran Pola Makan
Menurut Supariasa yang dikutip dari jurnal Yenti (2016) metode
pengukuran tingkat konsumsi makanan untuk individu yaitu dengan
mengunakan metode frekuensi makanan (food frekuensi). Metode food
frekuensi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, tahun. Metode ini dapat
memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif
dan sering digunakan dalam penelitian epidemologi gizi. Keadaan gizi
seseorang tergantung dari tingkat konsumsi makanan-makanannya.
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh didalam
susunan hidangan dan perubahan antara satu terhadap yang lain.

10
Kuantitas makanan menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi
terhadap kebutuhan maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan yang
baik, sedangkan zat gizi yang dikonsumsi seseorang tergantung dari pola
konsumsi.
5. Mekanisme Makanan Memicu Karies Gigi
Menurut Kidd (2012) Faktor – faktor pemicu karies gigi yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan
misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu
dan membentuk pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo
3-5 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi.
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti
musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit, dan sisa makanan
serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan
menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010)
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang menurunkan pH mulut menjadi
kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut
menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan
kea rah dentin melalui lubang focus tetapi belum sampai kavitasi
(pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari
inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang
menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin
yang mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan,
terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan
terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan
opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang
mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru
setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses
karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan
demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang),
lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

11
C.Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Karies Gigi

Pola makan adalah suatu informasi yang diberikan mengenai jumlah dan
jenis makanan yang dimakan setiap harinya oleh satu orang dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu (Sulistyoningsi, 2012). Makanan yang mudah
melekat seperti (coklat, makanan bertepung) dan makanan yang memiliki
tekstur tajam dapat mempercepat terjadinya penyakit gigi dan mulut, karena
makanan yang melekat dapat membentuk plak dan menyebabkan karies
gigi, sedangkan makanan yang tajam dapat melukai selaput pada rongga
mulut sehingga mulut mudah terluka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (2008) menunjukkan
bahwa sebagian besar responden adalah siswa berumur 11 tahun. Usia
tersebut adalah masa terjadinya transisi antara gigi susu ke gigi permanen,
sebagaimana diketahui pada usia 6-12 tahun sangat gemar mengkonsumsi
makanan yang mengandung gula, sehingga rentang terkena penyakit gigi
dan mulut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Worotitjan (2013) menyatakan


bahwa anak usia 10-11 tahun sebesar ( 63, 33%) dan anak yang senang
mengkonsumsi makanan seperti coklat, roti, permen dan kue sebesar
(21,66%).
Menurut Margareta (2012) menyatakan bahwa makanan yang mengandung
karbohidrat seperti ( makanan yang mengandung gula, asam dan soda)
adalah makanan yang dapat merusak gigi, kaena asam dan karbohidrat
mmpengaruhi mineral gigi sehingga mengakibatkan pH gigi rendah. Ketika
pH rendah di bawah 5,5 maka proses demineralisasi akan lebih cepat. Hal
ini menyebabkan banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada
gigi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alhamda (2011) menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut yang sering
ditemukan adalah karies gigi, beberapa faktor yang berhubungan dengan
karies gigi adalah makanan yang manis seperti makanan yang mengandung
gula, soda atau asam.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budisuari (2010)
menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dan kebiasaan
menggosok gigi dengan kesehatan gigi dan mulut (Karies) di Indonesia,
responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan yang manis

12
cenderung mendapatkan karies diatas rata-rata (>2) adalah sebesar 1.157
kali dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi.
Menurut Beck ( 2011) makanan yang mempengaruhi karies gigi dapat dilihat
dari : bentuk fisik, jenis hidratarang, dan kekerapan konsumsi. Pengaruh
pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat local dari pada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Anak dan
makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak
memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, setiap
kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat (tinggi sukrosa) maka beberapa bakteri penyebab karies di
rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi
demineralisassi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan
(Sondang, 2008).

13
D.Kerangka Teori

Faktor - faktor yang


mempengaruhi karies gigi :

 Pengalaman Karies
Gigi
 Kurangnya
Penggunaan Fluor
 Jumlah Bakteri Anak yang
 mempunyai
Pola menggosok
kebiasaan jarang
gigi
Karies Gigi menggosok gigi akan
 Saliva
memiliki skor karies
lebih tinggi

 Pola makan dibandingkan dengan


anak yang sering
menggosok gigi 2 kali
Anak yang sering dalam sehari
mengkonsumsi jajanan yang
mengandung gula seperti :
biskuit, permen, es krim
memiliki skor karies lebih tinggi
Karies Gigi
dibandingkan dengan anak
yang tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung
gula

Keterangan :

: yang tidak diteliti

: yang diteliti

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh suatu
objek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran tentang sesuatu yang menjadi konsep penelitian (Notoatmodjo
S.,2010). Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Variabel independen (bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, 2010).
Pada penelitian ini Variabel independennya adalah Pola makan.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, Statistika Untuk
Penelitian, 2010).
Pada penelitian ini, variabel dependen adalah Caries Gigi.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, 2010). Hipotesis dalam
penelitian ini yaitu :
Ho : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian caries gigi
pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara.
Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian caries gigi pada
anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara.
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat

Pola makan Caries Gigi

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian: hubungan antara pola makan


dengan kejadian caries gigi pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan
Jepara.

15
C. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
korelasional yaitu suatu metode penelitian yang menganalisa
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat guna
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut
(Notoatmodjo S. , 2010). Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat
hubungan pola makan dengan caries gigi pada anak kelas 1 dan 2
di MI Assalam Kancilan Jepara.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor ridiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time appoach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo S. , 2010).
Dalam penelitian ini pola makan dengan caries gigi diobservasi
dalam waktu bersamaan.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pengumpulan karakteristik
responden yang dibutuhkan dalam proses penelitian (Hidayat,
2010). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner.
Sumber data yang digunakan penelitian ini sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil
wawancara dan hasil pengisian angket (kuesioner) (Widoyoko,
2012).

16
Pengumpulan data primer dari penelitian ini didapatkan secara
langsung dengan cara mengisi angket (kuesioner) yang dipandu
dan diberikan pada anak kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan
Jepara
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua. Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain,
dengan kata lain buka data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti (Widoyoko, 2012).
Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari Kepala Sekolah
MI Assalam Kancilan Jepara.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilaayah generalisasi yang terdiri atas obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelas 1 dan 2 MI
Assalam Kancilan Jepara, Jumlah anak kelas 1 dan 2 MI Assalam
Kancilan Jepara, yaitu sejumlah 46 orang (Data MI Assalam
Kancilan Jepara, 2018).
5. Sampel dan Teknik sampling
a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
Statistika Untuk Penelitian, 2010).
Sampel yaang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan total sampling yaitu jumlah anak kelas 1 dan 2 MI
Assalam Kancilan Jepara sejumlah 46 orang.

17
b.Tehnik Pengambilan Sample
Tehnik sampling adalah cara menentukan sample yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan di jadikan
sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat
penyebaran populasi yang diperoleh sample yang
representive (Saryono,2010).
Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target terjangkau yang akan diselidiki
atau karakterstik sample yang layak untuk diteliti. Inklusi dari
penelitian ini adalah :
1)Anak kelas 1 dan 2.
2)Bersekolah di MI Assalam Kancilan Jepara.
b.Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakterstik sample yang tidak dapat
dimasukkan atau tidak layak diteliti. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah :
1)Anak kelas 3, 4, 5 dan 6.
2)Tidak bersekolah di MI Assalam Kancilan Jepara
6.Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan
untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
yang diamati atau diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo S,2010).

18
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Operadional
Pola Kebiasaan Kuesioner 1.Mendukung Nominal
makan mengenai macam cariesgigi jika,
bahan makanan Nilai ≥mean
yang dimakan oleh
responden yang 2.Tidak
beresiko/ tidak mendukung
beresiko terhadap caries gigi jika,
caries gigi meliputi Nilai ≤ mean
makanan dan
minuman
Caries Karies gigi adalah Hasil 1. Tidak terdapat Ordinal
Gigi gigi yang ditadai Pemeriksaan caries
dengan kerusakan Dokter gigi
jaringan keras 2. Ringan
pada gigi yang (supervisial),
mengakibatkan jika caries
rasa nyeri, hanya
penanggalan gigi, mengenai
serta infeksi jarigan
email saja
3. Sedang
(media),
jika
kerusakan
telah
mencapai
dentin
4. Berat
(profunda),
jika kerusakan
telah
mendekati
atap pulpa
(Windarti,
2016).
7.Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian
Instrumen penelitian adalah memperoleh data tentang status
sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah
ditentukan (Notoadmodjo, 2010).
Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel
penelitian) (Sulistyaningsih, 2011).

19
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesinoer,
kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulus yang ditunjukan kepada responden untuk dijawabnya
(Sulistyaningsih, 2011). Instrumen penelitian dalam penelitian ini
meliputi :
a. Identitas responden terdiri dari nama responden, dalam hal
ini ditulis inisial, umur serta jenis kelamin.
b. Kuesioner pola makan dibuat oleh penelitian kemudian
diberikan kepada responden berisi 15 pertanyaan dengan
pilihan jawaban ya dan tidak. 6 pertanyaan positif dan 9
pertanyaan negative.
c. Karies gigi menggunakan hasil pemeriksaan dengan
menggunakan checklist.

Tabel tabel 3.2 kisi-kisi instrumen penelitian

No Materi Pertanyaan Pertanyaan Total pertanyaan


positif negatif
1. Pola 3,5,6,8,10,1 1,2,4,7,9,11,1 Jumlah pertanyaan
makan 5 2,13,14 sebanyak 15
pertanyaan
Setelah kuensiner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai
disusun, belum berarrti kuensioner tersebut dapat langsung digunakan
untuk mengumpulkan data. Kuensioner dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian perlu uji validitas dan reabilitas (Notoatmodjo S. 2010).

a.Uji Validasi

Validasi adalah suatu indeks yang menujukan alat ukur itu benar –
benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat
ukur harus mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah
kuesuoner yang kita susun mampu mengukur apa yang akan diukur,
maka perlu di uji dengan uhi korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item
(pertanyaan) dengan total kuesioner tersebut (Notoatmodjo S. 2010).

20
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “ pearson product
moment” yang rumusnya sebagai berikut:
n (Σ XY)−(ΣX)(ΣY)
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
√[n.ΣX)²]. [n.ΣY2 −(ΣY2 )]

Keterangan :
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = koefisiensi korelasi
Σxi = jumlah skor item
Σyi = jumlah skor item (item)
n = jumlah responden
jika r hitung ≥ koefisien nilai tabel yaitu taraf signifikan 5 %,
maka instrumen yang diuji dinyatakan valid (Sugiyono,
2009).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji validitas kepada
siswa SD N Kembang 02 dengan jumlah 20 siswa.
b.Uji Realiabilitas

Menurut (Sugiyono, 2009) relibilitas adalah kesamaan hasil


pengukuran bila fakta di ukur dalam waktu yang berlain. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji relibilitas “Alpha Cronbach”
yang rumusnya sebagai berikut :

𝑘 𝑆𝑖 2
ri { }
(𝑙−1) 𝑆𝑡 2

keterangan :

ri = reliabilitas instrumen

K = banyaknya item
Σ𝑆𝑖 2 = jumlah varian item
𝑆𝑡 2 = varian total
Instrumen dinyatakan reliabel jika reliabelitas internal seluruh
intrumen sama dengan atau lebih dari 0.60 sampai mendekati
angka satu dan nilainya positif (Sugiyono, 2009).

21
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SD N Kembang 2
dengan jumlah 20 siswa.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di MI Assalam yang terletak di desa Kancilan
Kembang Jepara, tepatnya di Jalan Salaman, Rt. 04 Rw. 01 Kancilan,
Kembang Jepara.Madrasah Ibtidaiyyah Assalam Kancilan Jepara adalah
salah satu sekolah dasar swasta yang bernuansa Islam di Kecamatan
Kembang.
Visi MI Assalam Kancilan adalah Unggul Dalam Prestasi, Amaliah
Dalam Imtaq Dan Ilmiah Dalam Iptek.
Misi MI Assalam Kancilan Jepara adalah : Membentuk Insan Yang Khoiru
Ummah Dengan Dasar Iman Dan Taqwa Untuk Mengkaji Ilmu Pengetahuan
Agama, Sains Dan Teknologi.
Penanganan pertama pada pasien Karies Gigi dilakukan
pemeriksaan lebih dulu oleh dokter . Kemudian dikategorikan dalam karies
gigi.. Selanjutnya dilakukan terapi lanjut sesuai dengan saran dokter.

B. Karakteristik Responden
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden yang Mengalami Karies Gigi
di MI Assalam Kancilan Jepara

Umur Frekuensi Persentase (%)


6-7 22 47,8
8-9 24 52,2
Total 46 100,0

22
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar
memiliki usia 8 – 9 tahun yaitu sebanyak 24 orang (52,2%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden yang Mengalami
Karies Gigi di MI Assalam Kancilan Jepara

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki - laki 29 63,0
perempuan 17 37,0
Total 46 100,0

Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar


berjenis kelamin laki - laki yaitu sebanyak 29 orang (63,0%).
C. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Pola Makan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden yang Mengalami
Karies Gigi di MI Assalam Kancilan Jepara

Pola Makan Frekuensi Persentase (%)


Mendukung Karies Gigi 28 60,9
Tidak mendukung Karies Gigi 18 39,1
Total 46 100,0
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang


mendukung karies gigi pada pola makan yaitu sebanyak 28 orang
(60,9%), yang tidak mendukung karies gigi table di atas yaitu
sebanyak 18 orang ( 39.1 % ).
b. Karies Gigi
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Karies Gigi Responden yang Mengalami
Karies Gigi di MI Assalam Kancilan Jepara

Karies Gigi Frekuensi Persentase (%)


Tidak terdapat karies 17 37,0
gigi
Ringan 20 43,5

23
Sedang 9 19,6
Berat 0 0
Total 46 100,0

Sumber : Data Primer 2019


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebagian
besar mengalami karies gigi ringan yaitu sebanyak 20 orang (43,5%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Karies Gigi Pada
Anak Kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara pola makan dengan kejadian karies gigi di MI
Assalam Kancilan Jepara. Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka
diperlukan uji hipotesis melalui bantuan program komputerisasi.
Setelah dilakukan uji hipotesis terdapat data sebagai berikut:

Tabel 4.6
Distribusi Pola Makan dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak
Kelas 1 dan 2 MI Assalam Kancilan Jepara

Karies Gigi Total P


Pola Tidak Ringan Sedang Berat Value
Makan Terdapat
Karies Gigi
N % N % N % N % N %
Menduk 12 42,9 15 53,6 1 3,6% 0,00 28 100
ung % 0 %
% %
Karies
0,03
Gigi
Tidak 5 27,8 5 27,8 8 44,4 0,00 18 100
menduk % % 0 % %
%
ung
Karies
Gigi
Jumlah 17 20 9 0 46

Sumber : Data Primer 2019


Tabel diatas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel
yaitu Pola Makan dan Karies gigi yang menunjukkan bahwa Pola
makan ditemukan pada tingkatan karies gigi yang terlibat dalam
penelitian. Responden yang memiliki pola makan mendukung
kejadian karies gigi lebih banyak pada tingkat ringan yaitu 15
responden (53,6%) dibanding yang tingkat sedang dan berat.

24
Sedangkan responden yang memiliki pola makan tidak mendukung
karies gigi lebih banyak berada pada tingkat sedang yaitu 8
responden (44,4%) daripada tingkat ringan dan sedang.
Hasil uji statistik menggunakan spearman rho diperoleh nilai p
sebesar 0.03 (< 0.05), maka Ho ditolak yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara Pola Makan dengan kejaian karies
gigi pada anak kelas 1 dan 2 mi assalam kancilan jepara. Dengan
kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) sebesar 0,373 maka nilai
ini menandakan hubungan yang rendah (korelasi rendah) antara pola
makan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 dan 2 mi
assalam kancilan jepara.

25
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini adalah anak kelas 1 dan 2 MI
Assalam Jepara Sejumlah 46 orang.
Kejadian karies gigi diseluruh dunia memiliki angka yang cukup tinggi
yaitu 80-90% pada anak dibawah 18 tahun. Anak usia 6-12 tahun senang
mengkonsumsi makanan cepat saji atau jajanan yang kurang terjaga
kebersihannya, terbukti pada angka kejadian karies gigi yaitu 76,62%. Target
yang ditetapkan oleh WHO adalah 90% anak umur 5 tahun bebas karies.

B. Pembahasan Univariat
1. Pola Makan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 46 anak didapatkan
hasil bahwa anak yang mendukung karies gigi sebanyak 28 anak (60,9
%), sedangkan yang tidak mendukung kejadian karies sebanyak 18 anak
(39,1 %).
Menurut Margareta (2012) menyatakan bahwa makanan yang
mengandung karbohidrat seperti ( makanan yang mengandung gula,
asam dan soda) adalah makanan yang dapat merusak gigi, kaena asam
dan karbohidrat mmpengaruhi mineral gigi sehingga mengakibatkan pH
gigi rendah. Ketika pH rendah di bawah 5,5 maka proses demineralisasi
akan lebih cepat. Hal ini menyebabkan banyak mineral gigi yang luluh
dan membuat lubang pada gigi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan

26
penelitian yang dilakukan oleh Alhamda (2011) menyatakan bahwa
penyakit gigi dan mulut yang sering ditemukan adalah karies gigi,
beberapa faktor yang berhubungan dengan karies gigi adalah makanan
yang manis seperti makanan yang mengandung gula, soda atau asam.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budisuari
(2010) dalam bukunya yang berjudul pengaruh konsumsi makanan
kariogenik dan kebiasaan menyikat gigi terhadap siswa menyatakan
bahwa ada hubungan antara pola makan dan kebiasaan menggosok gigi
dengan kesehatan gigi dan mulut (Karies) di Indonesia, responden yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan yang manis cenderung
mendapatkan karies diatas rata-rata (>2) adalah sebesar 1.157 kali
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Worotitjan (2013)
menyatakan bahwa anak usia 10-11 tahun sebesar ( 63, 33%) dan anak
yang senang mengkonsumsi makanan seperti coklat, roti, permen dan
kue sebesar (21,66%).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola makan
berhubungan dengan Karies Gigi.
2. Karies Gigi
Dorland (2010) menjelaskan karies gigi adalah suatu proses
penghancuran setempat jaringan klasifikasi yang dimulai pada bagian
permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti
oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas
(lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan
dapat mengenai bagian pulpa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kejadian karies gigi
diseluruh dunia memiliki angka yang cukup tinggi yaitu 80-90% pada anak
dibawah 18 tahun. Anak usia 6-12 tahun senang mengkonsumsi
makanan cepat saji atau jajanan yang kurang terjaga kebersihannya,
terbukti pada angka kejadian karies gigi yaitu 76,62%. Target yang
ditetatpkan oleh WHO adalah 90% anak umur 5 tahun bebas karies.
Hasil penelitian data Riset dari DKK Semarang pada tahun 2010
angka mordibitas penyakit periodontal di Semarang mencapai 2837
kasus. Dari data DKK Semarang pada tahun 2010 juga menunjukkan

27
pada usia 5-14 tahun proporsi anak yang terserang karies gigi mencapai
23,97%, sedangkan pada usia 15-44 tahun proporsi karies giginya
mencapai 49,03%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi
pada golongan usia produktif (Dinkes, 2008: 40).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian karies gigi menurut
ruslawati (2008) meliputi faktor internal ( host, agent, substrat, waktu )
dan faktor eksternal ( usia, jenis kelamin, pola menggosok gigi dan pola
makan ).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indah (2013) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada
kelas II –V di SDN 1 Gogodalem,sejumlah 47 anak didapatkan hasil
bahwa anak yang memiliki karies gigi sebanyak 40 anak (85,1%),
sedangkan yang tidak mengalami karies sebanyak 7 anak (14,9%). Anak
yang memiliki konsumsi makanan kariogenik tinggi sebanyak 40 anak
(85,1%), sedangkan anak yang memiliki konsumsi makanan kariogenik
rendah sebanyak 7 anak (14,9%).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karies gigi adalah suatu
proses patologis berupa proses kerusakan yang terbatas pada jaringan
keras gigi yang dimulai dari email terus ke dentin ditemui pada anak dan
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain konsumsi makanan kariogenik
dan pola makan.

C. Analisa Bivariat
1. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak
Kelas 1 dan 2 Di MI Assalam Kancilan Jepara.
Dari hasil Tabel 4.6 menjelaskan tentang penyebaran data antara 2
variabel yaitu Pola Makan dan karies gigi yang menunjukkan bahwa Pola
makan ditemukan pada tingkatan karies gigi yang terlibat dalam
penelitian. Dari 46 responden Pola Makan yang mendukung kejadian
karies gigi lebih banyak terjadi pada tingkat ringan sejumlah 15
responden (53,6%) dan pada responden pola makan yang tidak
mendukung karies gigi lebih banyak terjadi pada tingkat sedang sejumlah
8 responden (44,4%) .
Hasil uji statistik menggunakan spearman rho diperoleh nilai p
sebesar 0.03 (< 0.05), maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang

28
signifikan antara Pola Makan dengan karies gigi pada kelas 1 dan 2 di mi
assalam kancilan jepara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi nirham, nursalim
& sri darmawan tentang Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Karies Gigi Pada Siswa kelas 1 di SD Negeri Pekkae Kecamatan Rilau
Kecamatan Barru didapatkan hasil analisis dengan menggunakan metode
Cross Sectional Study menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola
makan dengan kejadian karies gigi dengan nilai ( p= 0.000, OR : 18.5)
Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Siti Haryani & Eka Adimayanti (2013) pada anak kelas II –
V di SDN 1 Gogodalem, sejumlah 47 anak didapatkan hasil bahwa anak
yang memiliki karies gigi sebanyak 40 anak (85,1%), sedangkan yang
tidak mengalami karies sebanyak 7 anak (14,9%). Anak yang memiliki
konsumsi makanan kariogenik tinggi sebanyak 40 anak (85,1%),
sedangkan anak yang memiliki konsumsi makanan kariogenik rendah
sebanyak 7 anak (14,9%).
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat menimbulkan
karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang
berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara laik
struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi geligi di rahang,derajat
keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan waktu dan
teknik menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang
menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai
faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung
dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak
geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi ( Indah, 2013).
Berdasarkan uji chi square didapat p value fisher exact sebesar
0.000. Oleh karena p value = 0.000 < α(0.05), maka H0 ditolak dan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi
makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak kelas II – V di
SDN 1 Gogodalem.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuesioner, sehingga
peneliti harus melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner

29
yang peneliti susun karena sebelumnya belum pernah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
2. Peneliti hanya melakukan penelitian tentang pola makan, sebaiknya
dilakukan penelitian mengenai faktor – faktor lain yang mempengaruhi
karies gigi karena banyak faktor yang dapat menyebabkan karies gigi.
3. Jumlah sampel yang terlalu sedikit hanya 46 responden dari kelas 1 dan
2 MI Assalam Jepara. Untuk penelitian kedepan untuk menggunakan data
yang lebih banyak dengan kriteria yang lebih luas sehingga penelitian
memiliki cukup banyak sampel.
4. Tempat penelitian berlokasi di MI Assalam Jepara, belum dapat dijadikan
kesimpulan karena belum mewakili keseluruhan responden yang
menderita karies gigi.

30
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Hubungan Pola Makan Dengan Karies Gigi Pada Anak Kelas 1 dan 2 di MI
Assalam Jepara ”. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola Makan pada responden yang menderita karies gigi di MI Assalam
Kancilan Jepara didapatkan hasil pada pola makan yang mendukung
karies gigi sebanyak 28 responden (60,9%).
2. Kejadian karies gigi responden di MI Assalam didapatkan hasil 1 orang
responden (11,1 %) yang mengalami karies gigi sedang.
3. Ada Hubungan Pola Makan dengan Karies gigi di MI Assalam Kancilan
Jepara dengan ρ value sebesar 0,03 (𝛼< 0,05) dengan tingkat korelasi
rendah (0,05)

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian telah didapatkan, maka penelitian
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa, keberadaan perawat di sekolah akan sangat membantu
dalam meminimalisir kejadian karies gigi. Perawat dapat melakukan
intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai karies
gigi dan faktor yang mempengaruhinya sehingga masyarakat dapat
mengetahui penyebab dari karies gigi

31
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Kelas 1
Dan 2 Mi Assalam Kancilan Jepara
Identitas Pasien
1. Nama (inisial) :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
Petunjuk !!
1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan teliti sebelum anda
menjawab.
2. Untuk kelancaran penelitian ini mohon isilah jawaban dengan jujur apa
adanya.
3. Berilah centang (√) pada jawaban yang paling mendekati kehidupan anda
sebenarnya, tidak ada jawaban yang baik/buruk, atau benar/salah dalam
pertanyaan.
A. Pola Makan
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah dalam 1 bulan terakhir setiap hari makan
permen?
2. Apakah anda sering mengkonsumsi es krim?

3. Apakah anda sering mengkonsumsi sayur - sayuran ?

4. Apakah anda sering mengkonsumsi minuman berkaleng


?
5. Apakah anda sering mengkonsumsi buah?

6. Apakah anda sering mengkonsumsi air putih?

7. Apakah anda sering mengkonsumsi yogurt?

8. Apakah anda sering mengkonsumsi telor ?

9. Apakah anda sering mengkonsumsi kopi?

10. Apakah anda sering mengkonsumsi gandum ?

32
11. Apakah anda sering mengkonsumsi es lilin?
12. Apakah anda sering mengkonsumsi gulali ?
13. Apakah anda sering mengkonsumsi gula ?
14. Apakah anda sering mengkonsumsi minuman bersoda?

15. Apakah anda sering mengkonsumsi popcorn?

33

Anda mungkin juga menyukai