Panduan P2 Ispa
Panduan P2 Ispa
BAB 1
DEFINISI
Untuk memudahkan pemahaman dan kesamaan persepsi terhadap panduan ini,
perlu dijelaskan beberapa pengertian istilah dibawah ini yaitu:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah Infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk
adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura)
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli).Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK),
atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam
bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalampenatalaksanaan
pencegahan dan pengendalian ISPA semua bentuk pneumoni seperti
bronkopneumonia, bronkiolitis disebut “pneumonia” saja.
ISPA bagian atas Adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian atas mulai
dari hidung sampai epiglotis.
Influenza adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan, disebabkan
oleh virus influenza.
Influenza Like Illness (ILI) adalah Penyakit yang mempunyai gejala serupa
influenza yaitu demam ≥38 °C disertai Batuk
ISPA Adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala demam atau
Demam ≥38°C, dan batuk tidak lebih dari 10 hari sejak timbul gejala dan
memerlukan perawatan rumah sakit.
Episenter Pandemi Influenza Adalah lokasi titik awal terdeteksinya sinyal
epidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularan
influenza pandemi (influenza baru) antar manusia yang dapat menimbulkan
terjadinya pandemi influenza
Sinyal Epidemiologi adalah Klaster penderita atau klaster kematian karena
Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya dan terkait erat dengan faktor waktu dan
tempat dengan rantai penularan yang berkelanjutan atau Klaster penderita Flu Burung
dengan dua generasi penularan atau lebih tanpa hubungan darah antar generasi dan
atau adanya penularan kepada petugas kesehatan yang merawat penderita
Sinyal Virologi adalah Adanya jenis virus influenza baru yang berasal dari
percampuran materi genetik 2 virus influenza atau lebih (reassortment) dan atau
berasal dari mutasi adaptif virusinfluenza unggas atau manusia. Untuk jelasnya dapat
1
dibaca pada pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal PP & PL, Kementerian Kesehatan Tahun 2008.
Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut PP Nomor 40 tahun 1981 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian secara epidemiologis pada suatu daerah, dalam
kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
Wabah menurut UU RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Pandemi Influenza Adalah wabah penyakit influenza yang menjangkiti banyak
negara di dunia yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).
Surveilans Sentinel ISPA berat Adalah suatu sistem surveilans ISPA berat
(SARI) berbasis laboratorium pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan
sinyal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
ISPA akibat polusi adalah ISPA yang disebabkan oleh faktor risiko polusi udara
seperti asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas buang sarana transportasi
dan industri, kebakaran hutan dan lain lain.
Care seeking adalah Kegiatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran keluarga balita dengan pneumonia dalam pencarian pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini dapat dipadukan dengan tindak lanjut atau pelacakan penderita
pneumonia yang tidak kontrol ulang setelah dua hari pengobatan. Pada saat
kunjungan ke rumah penderita diharapkan petugas kesehatan/ISPA dapat
melaksanakan penyuluhan tentang pneumonia kepada keluarga penderita dan
sekitarnya.
BAB 2
RUANG LINGKUP
2
1. Pneumonia Balita, yang difokuskan pada penemuan dan tata laksana kasus;
2. Influenza, yang difokuskan pada kesiap-siagaan dan repons terhadap pandemi
influenza;
3. Pengendalian faktor risiko ISPA, dengan fokus penanganan gangguan pernapasan
akibat kabut asap
4. Penguatan Sistem Informasi, Surveilans dan Riset/Kajian
5. Penguatan Dukungan manajemen.
Pedoman ini dimaksudkan juga untuk memberikan pemahaman kepada sektor
kesehatan maupun sektor lain yang terkait, mengenai:
1. Besaran (magnitude) permasalahan ISPA,
2. Dampak terhadap kesehatan penduduk maupun beban sosio-ekonomi bagi
pemerintah dan masyarakat, serta
3. Strategi pencegahan dan pengendalian yang perlu diimplementasikan. Dengan
demikian, pedoman ini juga akan berfungsi sebagai alat advokasi untuk mencapai
kesepakatan tentang peran dan keterlibatan serta aksi yang bisa dikontribusikan
oleh sektor kesehatan dan non kesehatan serta masyarakat dalam upaya pencegahan
dan pengendalian ISPA di Indonesia.
3
pneumonia balita (2015)
minimal 80%
2 Renstra
Kemenkes:
Persentase
kabupaten / kota
yang 50% 14.8 30 40 50 60
puskesmasnya (2015)
melaksanakan tata-
laksana
pneumonia balita
sesuai standar
3 Rencana Program
P2-ISPA: 58,9 70 80 85 90
Cakupan penemuan
2015
pneumonia balita
4 Jumlah kumulatif
Provinsi yang
menyusun
8 12 16 20 24
Rencana Kontijensi
Kesiapsiagaan 2015
Pandemi
Influenza
Kegiatan Pokok:
1. Kegiatan penemuan penderita secara aktif dan pasif.
2. Sosialisasi Care seeking di masyarakat.
3. Sosialisasi Pendekatan Keluarga dalam program P2-ISPA melalui kunjungan
rumah.
4. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pengelola ISPA.
5. Review Tata-laksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan.
4
BAB 3
TATA LAKSANA
1. PENEMUAN DAN TATA LAKSANA KASUS PNEUMONIA BALITA
strategi global maupun regional. Implementasi strategi pencegahan dan pengendalian
ISPA akan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: arah kebijakan pembangunan
kesehatan, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, ketersediaan pendanaan, serta
lingkungan strategis di tingkat pusat dan daerah.
Strategi yang dikembangkan dalam pencegahan dan pengendalian ISPA, terdiri dari
5 pilar yang meliputi:
1. Penemuan dan tata laksana kasus pneumonia balita;
2. Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza;
3. Pengendalian faktor risiko, dan
4. Penguatan sistem informasi dan kajian, serta
5. Penguatan manajemen program
Secara global, dalam kerangka strategi pencegahan dan pengendalian pneumonia
balita, upaya-upaya dikelompokkan menjadi 3 misi, yaitu:
a. Melindungi (to protect) balita dengan menciptakan lingkungan yang mempunyai
risiko kecil untuk kejadian pneumonia. Upaya dalam kategori ini meliputi
pemberian ASI eksklusif, pemberian gizi seimbang, pencegahan berat badan
lahir rendah, pegurangan polusi udara dalam ruangan serta perilaku cuci tangan
pakai sabun.
b. Mencegah (to prevent) balita terkena pneumonia. Upaya yang dilakukan dalam
kategori ini adalah pemberian vaksinasi batuk rejan (pertusis), campak,
Haemophilus Influenzae b (Hib) dan pneumokokus (untuk Indonesia belum
diberlakukan.
c. Mengobati (to treat) balita yang terkena pneumonia melalui tata-laksana kasus
baik di fasilitas pelayanan kesehatan pratama maupun di Rumah Sakit.
Dalam pengendalian penumonia balita, kegiatan penemuan dan tatalaksana
kasus merupakan intervensi utama. Upaya penemuan kasus meliputi:
a. Penemuan kasus secara pasif.
Upaya penemuan dilakukan terhadap balita yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan Puskesmas dan jaringannya atau Rumah Sakit termasuk Rumah sakit
swasta.
b. Penemuan kasus secara aktif.
Dalam hal ini, petugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan kasus
baru di lapangan dan kunjungan ke rumah pada pasien pneumonia yang tidak
datang untuk kunjungan ulang.
5
2.Langkah-langkah penemuan kasus:
a. Menanyakan balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas
b. Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2 bulan
sampai 59 bulan
c. Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam (TDDK) dan hitung napas.
d. Melakukan klasifikasi balita batuk dan atau kesukaran bernapas; pneumonia berat,
pneumonia dan batuk bukan pneumonia
Kasus pneumonia balita yang ditemukan segera ditindak lanjuti dengan tatalaksana
kasus yang efektif, melalui upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: amoksisilin dosis tinggi selama 3
hari dan obat simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol, salbutamol (dosis
dapat dilihat pada bagan Tatalaksana ISPA).
b. Kunjungan ulang bagi penderita pneumonia setelah 2 hari mendapat antibiotik di
fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Rujukan bagi penderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat.
Penemuan kasus akan dilakukan secara aktif melalui pendekatan keluarga.
Pemahaman dan keterlibatan keluarga dalam mengenali gejala pneumonia pada
balita dan membawanya ke fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan akan dapat
meningkatkan cakupan penemuan kasus pneumonia.
3. Tatalaksana kasus Pneumonia Balita
1. Klasifikasi Balita Batuk dan atau Kesukaran Bernapas :
Klasifikasi penderita pneumonia Balita dikelompokan berdasarkan golongan
umur sebagai berikut :
• Umur < 2 bulan klasifikasinya bila tidak ada TTDK dan Napas Cepat hanya
Batuk Bukan Pneumonia saja. Untuk tindakan rujuk segera pada anak < 2 bulan
bila ada tanda bahaya di masuk katagori penyakit sangat berbahaya
• Umur 2 bulan sampai 59 bulan klasifikasi ada tiga pembagian yaitu Pneumonia
Berat, Pneumonia dan batuk Bukan Pneumonia. Bila ada indikasi salah satu
tanda bahaya masukan ke pada katagori penyakit sangat berat
Tatalaksana penderita batuk dan atau kesukaran bernapas umur < 2
Bulan
Tanda bahaya umur < 2bulan
6
1. Nafas cepat (> 60 kali/ menit) 7. Stridor
2. Nafas lambat (< 30 kali/ Menit) 8. Wheezing
3. TDDK 9. Tangan dan kaki teraba
dingin
4. Kurang bisa minum 10.Tanda gizi buruk
5. Kejang 11.Demam
6. Kesadan menurun
Anak umur < 2 bulan yang mempunyai salah satu tanda bahaya diatas,
dikelompokan pada PENYAKIT SANGAT BERAT dan perlu tindakan segera
rujuk → untuk tindakan rujukan harus ditentukan diagnosa terlebih dahulu oleh
dokter.Bila anak umur < 2 bulan tidak ditemukan tanda bahaya maka anak masuk
klasifikasi ISPA : BATUK BUKAN PNEUMONI
Tatalaksana Anak Batuk dan atau Kesukaran Bernapas Umur 2 Bulan - 59 bulan
Tanda bahaya umur 2bulan – 59 bulan :
7
ulang
dalam 2 hari -- -
Obati wheezing
bila ada
Kunjungi
ulang
BAB 4
DOKUMENTASI
8
2. Pelaporan surveilans sentinel ISPA untuk semua golongan umur didapatkan dari
lokasi sentinel setiap bulan.
3. Pelaporan khusus kasus KKMMD terkait ISPA.
Variabel yang ada dalam format pencatatan dan pelaporan, meliputi:
- Jumlah kunjungan balita batuk / kesukaran bernapas
- Jumlah balita batuk/ kesukaran bernapas yang dihitung napas atau dilihat TDDK
- Kasus pneumonia berdasarkan golongan umur dan gender
- Kasus pneumonia berat berdasarkan golongan umur dan gender
- Kasus batuk bukan pneumonia berdasarkan golongan umur dan gender
- Jumlah kematian karena pneumonia berdasarkan golongan umur dan gender
Mekanisme yangditetapkan dalam pencatatatan dan pelaporan meliputi:
- Semua balita yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala batuk dan atau
kesukaran bernapas dicatat dalam register puskesmas,
- Semua balita dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas dilakukan
perhitungan frekuensi napas dan dilihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam (TDDK),
- Dari hasil hitung napas dan dilihat ada tidaknya TDDK kemudian di klasifikasikan
(pneumonia, pneumonia berat, dan batuk bukan pneumonia) atau didiagnosis
berdasarkan manifestasi klinis, hasil perhitungan napas dan ada tidaknya TDDK
serta klasifikasi/diagnosis dicatat dalam status penderita, yang kemudian
dipindahkan/dicatat kembali dalam register harian ISPA atau register puskesmas.
Cara menghitung prosentase yang diberikan tatalaksana standar yaitu jumlah
balita batuk dan atau kesukaran bernapas yang dihitung napas atau dilihat TDDK
dibagi seluruh kunjungan balita dengan keluhan batuk dan atau kesukaran bernapas.
Indikator:
1. Cakupan penemuan kasus pneumonia balita :
Cara perhitungan : Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan X 100%
Jumlah Perkiraan pneumonia Balita di wilayah kerja
9
.
KEPALA PUSKESMAS
PRAGAAN,
HUDI KUSWOYO
10