Anda di halaman 1dari 1

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat penelitian mengenai lebah madu yang

ternyata mampu mencegah osteoporosis. Madu yang mengandung antioksidan diketahui mampu
meningkatkan absorbsi kalsium di dalam usus.

Penelitian tersebut dikembangkan oleh kelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)
Universitas Airlangga yang diketuai Samsi Yordan (angkatan 2015), dan beranggotakan Abdullah
Hasib (2013), M Huda Ramadhan (2015), Salsabilla Abani (2016), dan Siti Nur Rohmah (2015).

Samsi Yordan menjelaskan, timnya melakukan penelitian dengan metode yang berbeda, melalui
interpretasi Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan madu dari lebah
Apis Dorsata mengindikasikan dapat digunakan sebagai obat pencegahan osteoporosis.

Hasil penelitian tsrsebut dituangkan sebagai proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Penelitian Eksakta (PKM-PE). Penelitian di bawah bimbingan dosen Ira Yudaniayanti, tersebut
berhasil lolos seleksi dan berhak meraih dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM
tahun 2016-2017.

Menurutnya, sampai saat ini, pengobatan utama osteoporosis menggunakan hormone replacement
therapy (HRT) dan bifosfonat. Risiko penggunaan HRT yang paling utama dapat menimbulkan
kanker payudara. Selain itu dapat digunakan kalsium dan vitamin D serta obat-obatan yang harus
selalu dikonsumsi. Namun, pengobatan tersebut juga menimbulkan banyak efek samping, seperti
nyeri lambung. Terutama apabila cara mengonsumsi obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter.

Sementara itu madu diketahui memiliki kandungan antioksidan, seperti flavonoid dan asam fenolat.
"Flavonols pada madu akan berinteraksi secara langsung dengan esterogen melalui reseptor ER- dan
ER-, dan kandungan asam glukonat yang dapat meningkatkan absorbsi kalsium di dalam usus,"
jelasnya melalui siaran pers yang diterima Republika, Jumat (28/7).

Samsi dan tim melakukan penelitian menggunakan hewan coba tikus putih yang diberi perlakuan
Ovariohystercetomy atau pengambilan ovarium. Hewan coba itu diberi madu dengan dosis berbeda-
beda selama empat bulan mulai Maret hingga Juni 2017. Setelah pekan ke-12, tikus dinekropsi untuk
pengambilan osfemur yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan Scanning Electron Microscope
(SEM).

Dari penelitian itu diperoleh hasil bahwa tulang yang tidak diberi madu menunjukan penurunan
mikroarsitektur. Namun pada tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi menunjukan kepadatan
tulang dalam keadaan normal dan tidak terjadi penurunan mikroarsitektur tulang.
Hal ini mengindikasikan bahwa madu lebah Apis dorsata dapat digunakan sebagai obat pencegahan
osteoporosis," ucapnya.

Samsi Yordan berharap, dari penelitian ini masyarakat dapat mengetahui dan lebih memilih
memanfaatkan bahan pengobatan yang alami dibandingkan bahan kimia yang dapat memberi efek
samping pada tubuh.

Anda mungkin juga menyukai