Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pembimbing : Hasniaty AG., S.Kp, M.

Kep

MAKALAH

SISTEM KEGAWAT DARURATAN II

OLEH
KELOMPOK

A. MUTIARA MUKHTAR 1701038


MIRNAWATI 1701049

PROGRAM S1 KEPERAWATAN KONVERSI


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah KGD..Adapun tujuan dari penulisan asuhan
keperawatan ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i
(Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar).. Kami sebagai
mahasiswa dapat mengetahui dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai calon tenaga kesehatan.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan
asuhan keperawatan ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami
apabila mendapatkan kritikan dan saran sehingga selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari kami, semoga asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran dapat membuka
wawasan serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Makassar, 4 Oktober 2018


A. Tentukan Rasioanal Penata Laksanaan Kedaruratan Pada Akut
Abdomen
1. Apendisitis
a. Istirahat baring dalam posisi semi fowler
Rasional:
Dengan posisi semi fowler ekspansi paru maksimal sehingga
memudahkan pernapasan
b. Berikan anti biotic
Rasional:
Untuk menekan atau menhentikan perkembangan bakteri atau
mikroorganisme yang berbahaya yang ada dalam tubuh
c. Diet Lemak rendah celulosa
Rasional:
Mengawai keefektifan diet seseorang
d. Observasi ttv,ukur luas infiltrate,fluktusi dan perluasan peritonitis,
Led,Leukosit
Rasional:
TTV untuk mengetahui tanda tanda vital yg normal dan keadaan
umum pasien,sedankan pemeriksaan leed dan leukosit untuk
mengetahui hasil lab yang abnormal
e. Pada appendicitis akut dan terforasi lakukan persiapan appendicitis
Rasioanal:
Untuk persiapan pembedahan dan untuk mencegah terjadinya
palforasi pada afendic
2. Kolesistitis
a. Istirahat baring dalam posisi fowler
Rasional:
Dengan posisi semi fowler ekspansi paru maksimal sehingga
memudahkan pernapasan
b. Beri cairan parenteral bila muntah banyak
Rasional:
Pemberian cairan iv sangat penting bagi pasien yang mengalami
kekurangan cairan tubuh karena cairan langsung masuk kedalam
pembuluh darah
c. Observasi TTV
Rasional:
TTV untuk mengetahui tanda tanda vital yg normal dan keadaan
umum pasien
d. Observasi pembesaran kantong empedu
Rasioanal:
Untuk mengetahui adanya pembesaran atau tidak
e. Pemberian antibiotic dan spalmolitik
Rasional:
Antibiotik untuk menekan atau menhentikan perkembangan bakteri
atau mikroorganisme yang berbahaya yang ada dalam tubuh
sedangkan spalmolitik untuk
f. Lakukan persiapan operasi untuk apendektomi
Rasional:
Untuk mengangkat jaringan
B. Tentukan Penatalaksanaan Emergensi Sistem Pencernaan
1. Pankreatitis Akut
Penatalaksanaan Emergensi :
a. Terapi cairan
Resuisitasi cairan yang adekuat harus diberikan kepada semua pasien
pankreatitis akut kecuali apabila terdapat kelainan kardiovaskuler dan
gagal ginjal.
b. Managemen nyeri
Pasien dengan pankreattitis akut pada umumnya mengalami nyeri
nyeri perut yang hebat.karena itu analgesic golongan opioid kecuali
morfin dapat di berikan utuk meredakan nyeri.
c. Memberikan terapi antibiotic
d. Melakukan terapi bedah
e. Lakukan ERCP (Endoscopic retrograde cholangiopancreatograpy)
2. Perforasi Ulkus Peptikum
Penatalaksanaan Emergensi :
a. Penurunan stress dan istirahat.
b. Penghentian merokok
c. Modifikasi diet, Air jeruk yang asam,coca cola,bir,kopi,tidak
mempunyai pengaruh userogenik pada mukosa lambung tapi dapat
menambah sekresi asam lambung.
d. Obat-obatan
e. Antagonis Reseptor H2/ARH2.
Struktur homolog dengan histamine Mekanisme kerjanya memblokir
efek histaminàsel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan
asam lambung.Inhibisi bersifat reversible.
Dosis terapeutik :
Simetidin : 2 x 400 mg/800 mg malam hari,dosis maintenance 400 mg
Ranitidine : 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg
Nizatidine : 1 x 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg
Famotidine : 1 x 40 mg malam hari
Roksatidine : 2 x 75 mg / 150 mg malam hari,dosis maintenance 75
mg malam hari.
f. Tindakan Bedah
3. Trauma Tembus Abdomen
Penatalaksanaan Emergensi :
Pre Hospital
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
Hospital
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan
multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal
di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang
keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
4. Trauma Tumpul Abdomen
Penatalaksanaan Emergensi :
Pre Hospital
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Hospital
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara
intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada :
fraktur pelvis
trauma non-penetrasi
C. Tentukan Diagnosa Keperawatan Apa Yang Ada Pada Kedaruratan
Sistem Pencernaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan proses
infeksi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk
3. Resiko tinggi terhadap infeski berhubungan dengan gangguan integritas
kulit
4. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa
tidak nyaman setelah makan, anoreksia, mual, dan muntah.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
adanya nyeri
6. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
D. Tentukan Intervensi Pada Diagnosa GE Dengan Diagnosa
1. Gangguan keseimbangan cairan berlebihan dengan output
berlebihan
INTERVENSI
a. Observasi tanda tanda vital
b. Observasi tanda tanda dehidrasi
c. Ukur input dan output cairan (balance cairan)
d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000-2500 cc perhari
e. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian terapi cairan
pemeriksaan lab elektrolit
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
intake yang kurang atau pengeluaran yang berlebihan
INTERVENSI
a. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
b. Timbang BB klien
c. Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
d. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen
e. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
f. Kolaborasi dengan tim gizi tentang penentuan diet klien
3. Perubahan pola eliminasi diare berhubungan dengan absorbs usus
INTERVENSI
a. Kaji riwayat diare
b. Mengidentifikasi factor (misalnya medikasi,bakteri,makanan cairan
yang menyebabkan diare)
c. Intruksikan kepada klien atau keluarga untuk melaporkan warna dan
volume frekuensi dan konsistensi devekasi
d. Monitor tanda dan gejala diare
e. Observasi turgor kulit secara teratur
f. Ukur output devekasi /diare
g. Tingkatkan tirah baring
h. Berikan obat anti diare
i. Ukur berat badan secara teratur
E. Askep Kedaruratan Pada Keracunan Sistem Pencernaan
1. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative
kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Sedangkan keracunan adalah masuknya zat toksik kedalam tubuh
melalui sistem pencernaan baik baik kecelakaanmaupun di sengaja yang
dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.zat-
zat yang dapat menimbulkan keracunan sistem pencernaan dapat berupa
zat kimia (baygon alcohol,bensin dll.)
2. Seseorang dicurigai keracunan bila
a. Sakit mendadak
b. Gejala tak sesuai dengan keadaan patogik tetentu
c. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar
d. Anamnese menunjukka sifat racunn kearah keracunan terutama kasus
percobaan bunuh diri pembunuhan atau kecelakaan
e. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama
3. survey primer dan resuisitasi
a. Airway ( jalan napas)
b. Breathing (ventilasi)
c. Circulation
d. Dissability
F. Penatalaksaan Kedaruratan Keracunan Sistem Pencernaan :
1. Tindakan kedaruratan keracunan pencernaan secara umum
a. Menentukan zat yang merupakan racun jumlah kapan waktu
tertelan,gejala,usiaberat pasien dan riwayat kesehatan
b. Tangani syock dengan tepat
c. Hilangkan atau kurangi absorbs racun
d. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung menghilangkan
zat yang ditelan jika hal-hal tidak efektif.
e. Pantau tekanan vena sentral sesuaii indikasi
Pantau keseimbangan cairan elektrolit
f. Pantau dan atsi komplikasi seperti hipotensi distrima jantung dan
kejang
2. Tindakan kedaruratan keracunan baygon
a. Supportif dan Decomentasi (mencegah kontak selanjutnya dengan
bahan beracun),
b. Melakukan eliminasi bahan racun,
c. Pemberian anti-dotum
d. Pencegahan terhadap kejadian keracunan.
Tindakan supportif berupa ABC (Airway-Breathing-Circulation),
yaitu pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan ventilasi,
pertahankan jalan napas dan mengatasi gangguan hemodinamik dan
gangguan aritmia.
Dekontaminasi gastrointestinal dengan melakukan kumbah
lambung atau pemberian activated charcoal (arang aktif) atau melalui
tindakan endoskopi/tindakan operatif, pencucian mata atau pencucian
kuit.
e. Lavage Lambung (kumbah kambung), memberikan 5 ml cairan/kgBB
dengan sonde lambung no.40 (dewasa) dan no.28 (anak), akan
menurunkan absorpsi 52% bila dilakukan dalam waktu 5 menit, 26%
bila dilakukan dalam 30 menit dan hanya 16% bila dilakukan 1 jam
setelah minum bahan toksik. Kemungkinan komplikasi yang mungkin
terjadi diantaranya aspirasi (10%) dan perforasi/salah masuk (1%
f. Arang aktif, diberkan dalam larutan secara oral, dosis 1 gr/kgBB.
Menurunkan absorpsi 73% bila diberikan dalam 5 menit, 51% bila
dalam waktu 30 menit, 36% bila diberikan dalam waktu 1 jam. Efek
samping mual, muntah, diare atau konstipasi
g. Eliminasi dilakukan dengan pemberian aranga aktif atau forced
emesis, pemberian oral fluid dan hemodialisis.
h. Terapi Farmakologis Keracuanan Organofosfat
1) Pada keadaan darurat prinsip penanganan ialah resusitasi,
pemberian oksigen pemberian atropin, cairan dan asetilkolinerase
reactivator (oxime).
2) Atropin (iv) diberikan secara infus dengan dosis 0.02-0.08 mg/kg
per jam atau 70 mg/kg infus selama 30 menit atau dosis intermiten
2 mg tiap 15 menit sampai hipersekresi terkendali. Efek takikardia
dihindari dengan pemberian diltiazem atau propranolol.
3) Ozime/Pralidoxime diberikan dosis 4 gr/hari dibagi dalam 4 dosis.
WHO merekomendasikan penggunaan oxime (pralidoxime
chloride/obidoxime) pada penderita simptomatik yang memakai
atropin. Dosis loading 2 g per iv lambat (20 menit) dan dilanjutkan
dengan 1 gr per infus setiap jam.
4) Pengobatan lain ialah pemberian magnesium sulfate atau
pemberian sodium bicarbonate untuk melakukan alkanisasi urin
dalam rangka eliminasasi bahan beracun Diazepam (iv), bila
kejang atau bila terjadi delirium.
3. Tindakan kedaruratan keracunan alcohol
a. Pemberian Etanol atau Fomepizol untuk meningkatkan metabolisme
alkohol merupakan bahan yang tak terpisahkan dari terapi intoksikasi
alkohol.
b. Femopizole (4-metilprazol) memiliki affinitas terhadap ADH 500-
1000 kali lebih besar dibandingkan etanol, dan dapat menginhibisi
ADH secara komplit dengan konsentrasi yang lebih rendah.
c. Dialisa juga dapat membuang berbagai anion organik seperti format,
glikolat & glikoksalat. Hemodialis intermiten merupakan cara yang
paling efektif untuk menurunkan kadar alkohol darah dan eliminasi
onion organik, walaupun hemodialisis kontinua juga dapat digunakan.
d. Kadar serum format dan glikolat juga dapat digunakan untuk monitor
respon terapi intoksikasi alkohol, tetapi bila tidak tersedia,
penghitungan anion gap juga dapat digunakan untuk menilai respon
terapi dan estimasi kadar metabolit toksis yang masih berada dalam
darah.
e. Koreksi asidosis metabolik pada kasus intoksikasi alkohol
direkomendasikn oleh beberapa ahli. Pemberian larutan basa diduga
dapat meningkatkan ekskresi format dan glikolat. Pemberian larutan
basa selama dialisa lebih disarankan, karena akan meminimalisir
komplikasi akibat pemberian larutan basa.

f. Asam folat akan meningkatkan metabolisme format, sedangkan


piridoksin atau tiamin akan meningkatkan konversi glioksilat menjadi
glisin
4. Tindakan kedaruratan keracunan jengkol
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita
diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa
sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang
lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
5. Tindakan kedaruratan keracunan ikan laut
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali
makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula
pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk
keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
G. Survey Sekunder Pada Klien Keracunan Tentukan Diagnosa Dan
Intervensi Keperawatan Yang Dapat Timbul Akibat
1. Keracunan Makanan Secara Umum
Diagnosa
a. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi
endotoksin
Intervensi
1) Auskultasi bunyi nafas
2) Pantau frekuensi pernapasan
3) Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih
tinggi
4) Motivasi/bantu klien latihan nafas dalam
5) Observasi warna kulit dan adanya sianosis
b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
Intervensi
1) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaphoresis
2) Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3) Beri kompres mandi hangat
4) Beri antipiretik
5) Berikan selimut pendingin
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
tak adekuat
Intervensi
1) Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3) Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4) Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
5) Lakukan insfeksi terhadap luka alat invasif setiap hari
d. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Intervensi:
1) Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
2) Berikan kompres dingin
3) Lakukan tehnik distraksi relaksasi
4) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
2. Keracunan Baygon
Diagnosa
a. Resiko tinggi kekurangan voleme cairan b/d hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal
Intervensi
1) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
2) Monitor suhu kulit dan palpasi denyut perifer
3) Catat adanya mual muntah dan pendarahan
4) Pantau TTV
5) Berikan cairan parenteral dengan kolaborasi dengan tim medis
6) Kolaborasi pemberian antiemtik
b. Resiko pola napas tidak efektif b/d efek langsung toksitas
Intervensi
1) Pantau tingkat irama pernapasan suara napas dan pola pernapasan
2) Tinggikan kepala tempat tidur
3) Dorong untuk batuk atau panas dalam
4) Auskultasi suara napas
c. Koping individu tidak efektif b/d kerentanan pribadi
Intervensi
1) Pastikan dengan apa pasien ingin d sebut/dipanggil
2) Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
3) Berikan umpan balik positif
4) Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
3. Keracunan Alkohol
Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
Intervensi
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara
dan bunyi bunyi napas
3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan atau bantu pasien
mempelajari melakukan batuk.
4) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
b. Penurunan curah jantung b.d konduksi elektrik
Intervensi
1) Ukur tekanan darah
2) Pantau irama dan frekuensi jantung
3) Selidiki adanya keluhan nyeri dada,panas pada ulu hati atau
jantung.
4) Sediakan alat-alat atau obat-obatan darurat
5) Berikan tambahan O2 bila dibutuhkan
c. Gangguan sensori perceptual penglihatan b.d gangguan status organ
indra
Intervensi
1) Pastikan drajat atau tipe kehilangan penglihatan
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan
3) Tunjukan pemberian tetes mata contoh menghitung tetesan,
mengikuti jadwal,tidak salah dosis
4. Keracunan Jengkol
Tindakan pencegahan
a. Mengkonsumsi jengkol tidak berlebihan dan jika makan jengkol
sebaiknya disertai banyak minum, supaya kadar asam jengkolat lebih
encer, sehingga lebih mudah dibuang melalui urin.
b. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat
minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat
dalam larutan glukosa 5%.
c. Antibiotika apabila terjadi infeksi sekunder.
5. Keracunan Ikan Laut
Tindakan pertolongan :
Usahakan agar dimuntahkan yang sudah tertelan itu.kalau mungkin
lakukan pula pembilasan lambung dan pernapsan buatan .obat yang khas
untuk keracunan binatang-binatang lauk itu tidak ada.
H. Tanda Tanda Syok
1. Nadi cepat dan lemah akibat adanya kekurangan pasokan darah dari
jantung maka respon pertama yang di berikan oleh sistem sirkulasi adalah
meningkatkan kecepatan pemompaan oleh jantung.tujuannya untuk
mempertahankan perfusi jaringan sehingga otomatis frekuensi nadi akan
bertambah cepat dan dalam keadaan syok nadi bisa berdenyut 100 kali /
menit.penurunan jumlah darah yang sangat banyak ini juga akan
mengakibatkan penurunan tekanan darah sehingga nadi korban menjadi
lemah dan halus.
2. Nadi cepat dan dangkal ketika syok terjadi maka organ tubuh akan segera
merespon dengan mengirim sinyal ke otak bahwa oksigen yang diperoleh
oleh organ tubuh tersebut berkurang.dan otak dengan segera mereson dan
memerintahkan paru paru untuk bekerja semakin cepat,sulit,,dangkal,dan
terkadang tidak teratur seperti halnya jantung tanda no 1 ketika terjdi
syock maka kerja paru-paru akan semakin meningkat.
3. Kulit pucat,dingin dan lembab.
4. Ketika terjdi syok akan terjadi pelebaran pada manik mata dan
pandangannya hampa.
5. Perubahan keadaan mental .kurangnya pasokan oksigen keotak sangat
berpengaruh besar dengan fungsi dan kerja otak
6. Wajah sepertri halnya kulit wajah akan menjadi pucat sebagai tanda
kekurangan darah dan oksigen terjadi sionosis pada bibir,lidah dan cuping
telinga

Anda mungkin juga menyukai