0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kegawatdaruratan pada sistem pencernaan yang mencakup:
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada appendisitis, kolesistitis, dan trauma abdomen
2. Diagnosa keperawatan yang umum terjadi seperti nyeri abdomen, gangguan nutrisi, dan gangguan cairan
3. Intervensi keperawatan untuk menangani diagnosa-diagnosa tersebut seperti pemberian cairan, diet, dan kolaborasi dengan tim
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kegawatdaruratan pada sistem pencernaan yang mencakup:
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada appendisitis, kolesistitis, dan trauma abdomen
2. Diagnosa keperawatan yang umum terjadi seperti nyeri abdomen, gangguan nutrisi, dan gangguan cairan
3. Intervensi keperawatan untuk menangani diagnosa-diagnosa tersebut seperti pemberian cairan, diet, dan kolaborasi dengan tim
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kegawatdaruratan pada sistem pencernaan yang mencakup:
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada appendisitis, kolesistitis, dan trauma abdomen
2. Diagnosa keperawatan yang umum terjadi seperti nyeri abdomen, gangguan nutrisi, dan gangguan cairan
3. Intervensi keperawatan untuk menangani diagnosa-diagnosa tersebut seperti pemberian cairan, diet, dan kolaborasi dengan tim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KGD..Adapun tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar).. Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai calon tenaga kesehatan. Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan asuhan keperawatan ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif. Demikian akhir kata dari kami, semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran dapat membuka wawasan serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Makassar, 4 Oktober 2018
A. Tentukan Rasioanal Penata Laksanaan Kedaruratan Pada Akut Abdomen 1. Apendisitis a. Istirahat baring dalam posisi semi fowler Rasional: Dengan posisi semi fowler ekspansi paru maksimal sehingga memudahkan pernapasan b. Berikan anti biotic Rasional: Untuk menekan atau menhentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme yang berbahaya yang ada dalam tubuh c. Diet Lemak rendah celulosa Rasional: Mengawai keefektifan diet seseorang d. Observasi ttv,ukur luas infiltrate,fluktusi dan perluasan peritonitis, Led,Leukosit Rasional: TTV untuk mengetahui tanda tanda vital yg normal dan keadaan umum pasien,sedankan pemeriksaan leed dan leukosit untuk mengetahui hasil lab yang abnormal e. Pada appendicitis akut dan terforasi lakukan persiapan appendicitis Rasioanal: Untuk persiapan pembedahan dan untuk mencegah terjadinya palforasi pada afendic 2. Kolesistitis a. Istirahat baring dalam posisi fowler Rasional: Dengan posisi semi fowler ekspansi paru maksimal sehingga memudahkan pernapasan b. Beri cairan parenteral bila muntah banyak Rasional: Pemberian cairan iv sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah c. Observasi TTV Rasional: TTV untuk mengetahui tanda tanda vital yg normal dan keadaan umum pasien d. Observasi pembesaran kantong empedu Rasioanal: Untuk mengetahui adanya pembesaran atau tidak e. Pemberian antibiotic dan spalmolitik Rasional: Antibiotik untuk menekan atau menhentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme yang berbahaya yang ada dalam tubuh sedangkan spalmolitik untuk f. Lakukan persiapan operasi untuk apendektomi Rasional: Untuk mengangkat jaringan B. Tentukan Penatalaksanaan Emergensi Sistem Pencernaan 1. Pankreatitis Akut Penatalaksanaan Emergensi : a. Terapi cairan Resuisitasi cairan yang adekuat harus diberikan kepada semua pasien pankreatitis akut kecuali apabila terdapat kelainan kardiovaskuler dan gagal ginjal. b. Managemen nyeri Pasien dengan pankreattitis akut pada umumnya mengalami nyeri nyeri perut yang hebat.karena itu analgesic golongan opioid kecuali morfin dapat di berikan utuk meredakan nyeri. c. Memberikan terapi antibiotic d. Melakukan terapi bedah e. Lakukan ERCP (Endoscopic retrograde cholangiopancreatograpy) 2. Perforasi Ulkus Peptikum Penatalaksanaan Emergensi : a. Penurunan stress dan istirahat. b. Penghentian merokok c. Modifikasi diet, Air jeruk yang asam,coca cola,bir,kopi,tidak mempunyai pengaruh userogenik pada mukosa lambung tapi dapat menambah sekresi asam lambung. d. Obat-obatan e. Antagonis Reseptor H2/ARH2. Struktur homolog dengan histamine Mekanisme kerjanya memblokir efek histaminàsel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung.Inhibisi bersifat reversible. Dosis terapeutik : Simetidin : 2 x 400 mg/800 mg malam hari,dosis maintenance 400 mg Ranitidine : 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg Nizatidine : 1 x 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg Famotidine : 1 x 40 mg malam hari Roksatidine : 2 x 75 mg / 150 mg malam hari,dosis maintenance 75 mg malam hari. f. Tindakan Bedah 3. Trauma Tembus Abdomen Penatalaksanaan Emergensi : Pre Hospital a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis. b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka. c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril. d. Imobilisasi pasien. e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum. f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang. Hospital a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase. b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera. c. Study kontras urologi dan gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001). 4. Trauma Tumpul Abdomen Penatalaksanaan Emergensi : Pre Hospital a. Stop makanan dan minuman b. Imobilisasi c. Kirim kerumah sakit. Hospital a. Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum. b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada. c. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra. d. Sistografi Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada : fraktur pelvis trauma non-penetrasi C. Tentukan Diagnosa Keperawatan Apa Yang Ada Pada Kedaruratan Sistem Pencernaan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan proses infeksi 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk 3. Resiko tinggi terhadap infeski berhubungan dengan gangguan integritas kulit 4. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak nyaman setelah makan, anoreksia, mual, dan muntah. 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri 6. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik D. Tentukan Intervensi Pada Diagnosa GE Dengan Diagnosa 1. Gangguan keseimbangan cairan berlebihan dengan output berlebihan INTERVENSI a. Observasi tanda tanda vital b. Observasi tanda tanda dehidrasi c. Ukur input dan output cairan (balance cairan) d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc perhari e. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian terapi cairan pemeriksaan lab elektrolit f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang atau pengeluaran yang berlebihan INTERVENSI a. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi b. Timbang BB klien c. Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi d. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen e. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering f. Kolaborasi dengan tim gizi tentang penentuan diet klien 3. Perubahan pola eliminasi diare berhubungan dengan absorbs usus INTERVENSI a. Kaji riwayat diare b. Mengidentifikasi factor (misalnya medikasi,bakteri,makanan cairan yang menyebabkan diare) c. Intruksikan kepada klien atau keluarga untuk melaporkan warna dan volume frekuensi dan konsistensi devekasi d. Monitor tanda dan gejala diare e. Observasi turgor kulit secara teratur f. Ukur output devekasi /diare g. Tingkatkan tirah baring h. Berikan obat anti diare i. Ukur berat badan secara teratur E. Askep Kedaruratan Pada Keracunan Sistem Pencernaan 1. Pengertian Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Sedangkan keracunan adalah masuknya zat toksik kedalam tubuh melalui sistem pencernaan baik baik kecelakaanmaupun di sengaja yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.zat- zat yang dapat menimbulkan keracunan sistem pencernaan dapat berupa zat kimia (baygon alcohol,bensin dll.) 2. Seseorang dicurigai keracunan bila a. Sakit mendadak b. Gejala tak sesuai dengan keadaan patogik tetentu c. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar d. Anamnese menunjukka sifat racunn kearah keracunan terutama kasus percobaan bunuh diri pembunuhan atau kecelakaan e. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama 3. survey primer dan resuisitasi a. Airway ( jalan napas) b. Breathing (ventilasi) c. Circulation d. Dissability F. Penatalaksaan Kedaruratan Keracunan Sistem Pencernaan : 1. Tindakan kedaruratan keracunan pencernaan secara umum a. Menentukan zat yang merupakan racun jumlah kapan waktu tertelan,gejala,usiaberat pasien dan riwayat kesehatan b. Tangani syock dengan tepat c. Hilangkan atau kurangi absorbs racun d. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung menghilangkan zat yang ditelan jika hal-hal tidak efektif. e. Pantau tekanan vena sentral sesuaii indikasi Pantau keseimbangan cairan elektrolit f. Pantau dan atsi komplikasi seperti hipotensi distrima jantung dan kejang 2. Tindakan kedaruratan keracunan baygon a. Supportif dan Decomentasi (mencegah kontak selanjutnya dengan bahan beracun), b. Melakukan eliminasi bahan racun, c. Pemberian anti-dotum d. Pencegahan terhadap kejadian keracunan. Tindakan supportif berupa ABC (Airway-Breathing-Circulation), yaitu pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan ventilasi, pertahankan jalan napas dan mengatasi gangguan hemodinamik dan gangguan aritmia. Dekontaminasi gastrointestinal dengan melakukan kumbah lambung atau pemberian activated charcoal (arang aktif) atau melalui tindakan endoskopi/tindakan operatif, pencucian mata atau pencucian kuit. e. Lavage Lambung (kumbah kambung), memberikan 5 ml cairan/kgBB dengan sonde lambung no.40 (dewasa) dan no.28 (anak), akan menurunkan absorpsi 52% bila dilakukan dalam waktu 5 menit, 26% bila dilakukan dalam 30 menit dan hanya 16% bila dilakukan 1 jam setelah minum bahan toksik. Kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya aspirasi (10%) dan perforasi/salah masuk (1% f. Arang aktif, diberkan dalam larutan secara oral, dosis 1 gr/kgBB. Menurunkan absorpsi 73% bila diberikan dalam 5 menit, 51% bila dalam waktu 30 menit, 36% bila diberikan dalam waktu 1 jam. Efek samping mual, muntah, diare atau konstipasi g. Eliminasi dilakukan dengan pemberian aranga aktif atau forced emesis, pemberian oral fluid dan hemodialisis. h. Terapi Farmakologis Keracuanan Organofosfat 1) Pada keadaan darurat prinsip penanganan ialah resusitasi, pemberian oksigen pemberian atropin, cairan dan asetilkolinerase reactivator (oxime). 2) Atropin (iv) diberikan secara infus dengan dosis 0.02-0.08 mg/kg per jam atau 70 mg/kg infus selama 30 menit atau dosis intermiten 2 mg tiap 15 menit sampai hipersekresi terkendali. Efek takikardia dihindari dengan pemberian diltiazem atau propranolol. 3) Ozime/Pralidoxime diberikan dosis 4 gr/hari dibagi dalam 4 dosis. WHO merekomendasikan penggunaan oxime (pralidoxime chloride/obidoxime) pada penderita simptomatik yang memakai atropin. Dosis loading 2 g per iv lambat (20 menit) dan dilanjutkan dengan 1 gr per infus setiap jam. 4) Pengobatan lain ialah pemberian magnesium sulfate atau pemberian sodium bicarbonate untuk melakukan alkanisasi urin dalam rangka eliminasasi bahan beracun Diazepam (iv), bila kejang atau bila terjadi delirium. 3. Tindakan kedaruratan keracunan alcohol a. Pemberian Etanol atau Fomepizol untuk meningkatkan metabolisme alkohol merupakan bahan yang tak terpisahkan dari terapi intoksikasi alkohol. b. Femopizole (4-metilprazol) memiliki affinitas terhadap ADH 500- 1000 kali lebih besar dibandingkan etanol, dan dapat menginhibisi ADH secara komplit dengan konsentrasi yang lebih rendah. c. Dialisa juga dapat membuang berbagai anion organik seperti format, glikolat & glikoksalat. Hemodialis intermiten merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan kadar alkohol darah dan eliminasi onion organik, walaupun hemodialisis kontinua juga dapat digunakan. d. Kadar serum format dan glikolat juga dapat digunakan untuk monitor respon terapi intoksikasi alkohol, tetapi bila tidak tersedia, penghitungan anion gap juga dapat digunakan untuk menilai respon terapi dan estimasi kadar metabolit toksis yang masih berada dalam darah. e. Koreksi asidosis metabolik pada kasus intoksikasi alkohol direkomendasikn oleh beberapa ahli. Pemberian larutan basa diduga dapat meningkatkan ekskresi format dan glikolat. Pemberian larutan basa selama dialisa lebih disarankan, karena akan meminimalisir komplikasi akibat pemberian larutan basa.
f. Asam folat akan meningkatkan metabolisme format, sedangkan
piridoksin atau tiamin akan meningkatkan konversi glioksilat menjadi glisin 4. Tindakan kedaruratan keracunan jengkol Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit. 5. Tindakan kedaruratan keracunan ikan laut Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada. G. Survey Sekunder Pada Klien Keracunan Tentukan Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan Yang Dapat Timbul Akibat 1. Keracunan Makanan Secara Umum Diagnosa a. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin Intervensi 1) Auskultasi bunyi nafas 2) Pantau frekuensi pernapasan 3) Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi 4) Motivasi/bantu klien latihan nafas dalam 5) Observasi warna kulit dan adanya sianosis b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus Intervensi 1) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaphoresis 2) Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur 3) Beri kompres mandi hangat 4) Beri antipiretik 5) Berikan selimut pendingin c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat Intervensi 1) Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien 3) Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali 4) Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan 5) Lakukan insfeksi terhadap luka alat invasif setiap hari d. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi Intervensi: 1) Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset 2) Berikan kompres dingin 3) Lakukan tehnik distraksi relaksasi 4) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine 2. Keracunan Baygon Diagnosa a. Resiko tinggi kekurangan voleme cairan b/d hilangnya cairan tubuh secara tidak normal Intervensi 1) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan 2) Monitor suhu kulit dan palpasi denyut perifer 3) Catat adanya mual muntah dan pendarahan 4) Pantau TTV 5) Berikan cairan parenteral dengan kolaborasi dengan tim medis 6) Kolaborasi pemberian antiemtik b. Resiko pola napas tidak efektif b/d efek langsung toksitas Intervensi 1) Pantau tingkat irama pernapasan suara napas dan pola pernapasan 2) Tinggikan kepala tempat tidur 3) Dorong untuk batuk atau panas dalam 4) Auskultasi suara napas c. Koping individu tidak efektif b/d kerentanan pribadi Intervensi 1) Pastikan dengan apa pasien ingin d sebut/dipanggil 2) Tetap tidak bersikap tidak menghakimi 3) Berikan umpan balik positif 4) Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi 3. Keracunan Alkohol Diagnosa a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum Intervensi 1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. 2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan bunyi bunyi napas 3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk. 4) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik. b. Penurunan curah jantung b.d konduksi elektrik Intervensi 1) Ukur tekanan darah 2) Pantau irama dan frekuensi jantung 3) Selidiki adanya keluhan nyeri dada,panas pada ulu hati atau jantung. 4) Sediakan alat-alat atau obat-obatan darurat 5) Berikan tambahan O2 bila dibutuhkan c. Gangguan sensori perceptual penglihatan b.d gangguan status organ indra Intervensi 1) Pastikan drajat atau tipe kehilangan penglihatan 2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan 3) Tunjukan pemberian tetes mata contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal,tidak salah dosis 4. Keracunan Jengkol Tindakan pencegahan a. Mengkonsumsi jengkol tidak berlebihan dan jika makan jengkol sebaiknya disertai banyak minum, supaya kadar asam jengkolat lebih encer, sehingga lebih mudah dibuang melalui urin. b. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. c. Antibiotika apabila terjadi infeksi sekunder. 5. Keracunan Ikan Laut Tindakan pertolongan : Usahakan agar dimuntahkan yang sudah tertelan itu.kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernapsan buatan .obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang lauk itu tidak ada. H. Tanda Tanda Syok 1. Nadi cepat dan lemah akibat adanya kekurangan pasokan darah dari jantung maka respon pertama yang di berikan oleh sistem sirkulasi adalah meningkatkan kecepatan pemompaan oleh jantung.tujuannya untuk mempertahankan perfusi jaringan sehingga otomatis frekuensi nadi akan bertambah cepat dan dalam keadaan syok nadi bisa berdenyut 100 kali / menit.penurunan jumlah darah yang sangat banyak ini juga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah sehingga nadi korban menjadi lemah dan halus. 2. Nadi cepat dan dangkal ketika syok terjadi maka organ tubuh akan segera merespon dengan mengirim sinyal ke otak bahwa oksigen yang diperoleh oleh organ tubuh tersebut berkurang.dan otak dengan segera mereson dan memerintahkan paru paru untuk bekerja semakin cepat,sulit,,dangkal,dan terkadang tidak teratur seperti halnya jantung tanda no 1 ketika terjdi syock maka kerja paru-paru akan semakin meningkat. 3. Kulit pucat,dingin dan lembab. 4. Ketika terjdi syok akan terjadi pelebaran pada manik mata dan pandangannya hampa. 5. Perubahan keadaan mental .kurangnya pasokan oksigen keotak sangat berpengaruh besar dengan fungsi dan kerja otak 6. Wajah sepertri halnya kulit wajah akan menjadi pucat sebagai tanda kekurangan darah dan oksigen terjadi sionosis pada bibir,lidah dan cuping telinga