III. SASARAN
Ibu-ibu dengan anak bayi, toddler, prasekolah, sekolah dan remaja dengan latar pendidikan yang
berbeda (15 – 20 orang)
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Flip Chart
2. Leaflet
3. Poster
2. 35 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan mengapa anak perlu 1. Memperhatikan
diasuh dan dibimbing
2. Menyebutkan tentang hal yang perlu 2. Memperhatikan
diperhatikan dalam mengasuh dan
membimbing anak
3. Menyebutkan hakikat mengasuh dan 3. Memperhatikan
membimbing anak
4. Menyebutkan beberapa prinsip 4. Memperhatikan
dalam mengasuh dan membimbing
anak
5. Memberikan kesempatan padaa 5. Bertanya dan mendengarkan
audience untuk bertanya dan jawaban
memberikan jawaban atas
pertanyaan
6. Menjelaskan tentang mengasuh dan 6. Memperhatikan
membimbing anak usia 0 – 1,5 tahun
7. Menjelaskan tentang mengasuh dan 7. Memperhatikan
membimbing anak usia 1,5 – 3 tahun
8. Menjelaskan tentang mengasuh dan 8. Memperhatikan
membimbing anak usia 3 – 6 tahun
9. Menjelaskan tentang mengasuh dan 9. Memperhatikan
membimbing anak usia 6 – 12 tahun
10. Menjelaskan tentang menagsuh dan 10. Memperhatikan
membimbing anak usia 12 – 18
tahun
11. Memberikan kesempatan pada 11. Bertanya dan mendengarkan
audience untuk bertanya dan jawaban
memberikan jawaban atas
pertanyaan
3. 10 Menit Evaluasi :
1. Meminta audience menjelaskan 1. Menjelaskan mengapa anak perlu
mengapa anak perlu diasuh dan diasuh dan dibimbing
dibimbing
2. Meminta audience menyebutkan 2. Menyebutkan tentang hal yang
tentang hal yang perlu diperhatikan perlu diperhatikan dalam
dalam mengasuh dan membimbing meangasuh dan membimbing anak
anak 3. Menyebutkan hakikat mengasuh
3. Meminta audience menyebutkan dan membimbing anak
hakikat mengasuh dan membimbing
anak 4. Menyebutkan beberapa prinsip
4. Meminta audience menyebutkan dalam mengasuh dan
beberapa prinsip dalam mengasuh membimbing anak
dan membimbing anak 5. Menjelaskan tentang mengasuh
5. Meminta audience menjelaskan dan membimbing anak usia 0 –
tentang mengasuh dan membimbing 1,5 tahun
anak usia 0 – 1,5 tahun 6. Menjelaskan tentang mengasuh
6. Meminta audience menjelaskan dan membimbing anak usia 1,5 –
tentang mengasuh dan membimbing 3 tahun
anak usia 1,5 – 3 tahun 7. Menjelaskan tentang mengasuh
7. Meminta audience menjelaskan dan membimbing anak usia 3 – 6
tentang mengasuh dan membimbing tahun
anak usia 3 – 6 tahun 8. Menjelaskan tentang mengasuh
8. Meminta audience menjelaskan dan membimbing anak usia 6 – 12
tentang mengasuh dan membimbing tahun
anak usia 6 – 12 tahun 9. Menjelaskan tentang mengasuh
9. Meminta audience menjelaskan dan membimbing anak usia 12 –
tentang mengasuh dan membimbing 18 tahun
anak usia 12 – 18 tahun
4. 5 Menit Terminasi
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Memperhatikan
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Membalas salam
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi berbagai aspek kehidupan
manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Agar
perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa,
terutama dalam lingkungan kehidupan berkeluarga.
Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu dan anak pada tahap ini
akan menyebabkan terganggunya pembentukan rasa aman dan percaya. Hal ini menyebabkan
goyahnya tahap perkembangan berikutnya. Anak diliputi rasa tidak aman dan tidak percaya.
Bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik, maka pada masa dewasa kemungkinan besar
akan timbul kelainan jiwa yang bercorak ketergantungan yang kuat seperti :
- Depresi (rasa murung, sedih, dan perasaan tertekan)
- Adiksi obat (ketergantungan obat)
- Skizofrenia (gangguan jiwa dengan kepribadian terpecah)
2. Sikap orangtua
- Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal yang diperkirakan
mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus
bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat belum diimbangi
oleh kemmapuan untuk melaksanakannya secara wajar dan rasional
- Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia akan belajar
bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa bahwa dalam bermain atau
berhubungan dengan orang lain, anak masih bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri
dan memperlakukan orang lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri
- Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah dimengerti
- Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah agar ia mau
menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar
- Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya
- Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu kegiatan rumah
tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa dibantu. Hal ini akan melatih anak
untuk bertanggung jawab.
- Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air besar pada
tempatmnya, namun jangan terlalu ketat
- Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah ia makan bersama
keluarga
- Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau bermain balok-balok
atau menggambar
- Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan terbiasa menuruti
segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak ketika ia kecewa dengan cara
memeluknya dan mengajaknya berbicara.
Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat bahwa anak dikuasai oleh rasa malu
dan keragu-raguan serta pengekangan diri yang berlebihan. Sebaliknya, dapat juga terjadi sikap
melawan dan memberontak.
2. Sikap orangtua
- Berilah kesempatan kepada anak untuk menyalurkan inisiatifnya, sehingga ia mendapat
kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut
- Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalnya menyapu, berbelanja ke pasar, memasak,
atau membetulkan mainan yang rusak
- Jangan menakut-nakuti anak. Pada anak laki-laki akan berakibat cemas, karena pada tahap ini
ia sangat takut akan kehilangan alat kelaminnya (kastrasi), sedangkan pada anak perempuan
timbul rasa iri hati.
- Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak
- Jangan menuntut yang melebihi kemampuan anak
- Ibu perlu lebih dekat kepada anak perempuannya. Sedangkan ayah perlu lebih akrab dengan
anak laki-lakinya
- Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau menunda jawaban,
misalnya bila anak bertanya bagaimana caranya adik keluar dari perut mama, jawablah bahwa
keluarnya melalui jalan lahir, jangan katakan dibelah dari perut. Hal ini akan menakutkan bagi
anak yang dapat berdampak negatif pada jiwanya
- Sering-seringlah membacakan buku cerita atau dongeng. Kemudian diskusikanlah isi ceritanya
dan tanyakanlah beberapa pertanyaan kepada anak
- Berilah ia kesempatan untuk mengunjungi tetangga, teman, dan saudara tanpa ditemani.
- Luangkan waktu setiap hari untuk berdialog dengan anak. Dengarkanlah ia dan tunjukkanlah
bahwa anda mengerti pembicaraannya dengan mengulangi apa yang dikatakannya. Pada saat
ini janganlah menggurui, mencaci dan menyepelekannya
- Ajarkanlah untuk membedakan yang salah dan yang benar, serta tata tertib dan sopan santun
yang berlaku di masyarakat setempat
- Peranan ayah menjadi penting disini. Oleh karena itu ajaklah anak bermain bersama. Disini,
ayah perlu bersikap sebagai teman bagi anak
Gangguan dalam mencapai rasa inisiatif akan menyebabkan anak merasa bersalah, rasa takut
berbuat sesuatu, takut mengemukakan sesuatu, serta serba salah dalam bergaul