TUGAS
TUGAS
Definisi:
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
Jenis :
a. Seksio saesaria klasik : pembedahan secara sanger
b. Seksio saesaria transperitoneal profunda
c. Seksio saesaria diikuti dengan histerektomi
d. Seksio saesaria ekstraperitoneal
e. Seksio saesaria vaginal
Indikasi Ibu:
a. Tidak memungkinkan persalinan per vaginam
b. Induksi persalinan gagal
c. Maternal distress atau fetal distress
d. Panggul sempit absolut
e. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
f. Stenosis serviks/vagina
g. Plasenta previa
h. Ruptur uteri
Indikasi janin:
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
Insisi SC sedapat mungkin pada SBR, tepat pada bekas insisi yang lama (untuk mengindari
avaskularitas dan penyembuhan yang buruk karena persilangan jaringan parut), kecuali jika tidak
memungkinkan, misalnya pada:
Perlengketan SBR
SBR belum terbentuk
Gawat janin
Plasenta previa
Akan dilakukan sterilisasi
Skor Zatuchni-Andros
0 1 2
primigravida multigravida -
Paritas
Masa gestasi > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
TBJ > 3130 gr 3629 - 3175 gr < 3175 gr
Riwayat presbo - 1x 2x
Station -3 -2 cm -1/lebih rendah
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4cm
Interpretasi :
< 4 : section saesaria
4 : reevaluasi (*penilaian ulang)
>4 : per vaginam
Sumber :
Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, dan Rachimhadi T., 2010, Ilmu Bedah Kebidanan., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Bishops score adalah system penilaian pra-persalinan untuk membantu dalam memprediksi
apakah induksi persalinan perlu dilakukan atau tidak.
Untuk menilai servik dapat menggunakan skor Bishops serta keberhasilan induksi persalinan juga
tergantung pada skor pelvis.
Bishops Score
FAKTOR SKOR
0 1 2 3
Bukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 >5
Panjang serviks
>4 3-4 1-2 <1
(cm)
Konsistensi Keras sedang lunak -
Posisi Posterior tengah anterior -
Turunnya kepala
(cm dari spina -3 -2 -1 , 0 +1 , +2
ischiadika)
Turunnya kepala
(system perlimaan 4/5 3/5 2/5 1/5
palpasi abdomen)
Pendataran servik 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Interpretasi:
Jika skor > 6 : induksi cukup dengan oksitosin
Jika skor < 6 : matangkan serviks terlebih dahulu dengan prostaglandin, misoprostol, atau kateter
foley
Sumber :
Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, dan Rachimhadi T., 2010, Ilmu Bedah Kebidanan., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Sumber :Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.
KPD (ketuban pecah dini) disebut juga preterm premature rupture of membrane (PPROM).
KPSW (ketuban pecah sebelum waktunya disebut juga premature rupture of the membrane (PROM)
KPD : ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung, Pecahnya membrane korioamnionik
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm)
KPSW : pecahnya ketuban sebelum masuk awal persalinan, terjadi pada pasien yang usia
kehamilannya melampaui 37 minggu (aterm).
Sumber: ACOG.2016. Premature rupture of Membran Practice Bulletin #160. The American College of Obstetricicians and
Gynecologist. Tersedia pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed 26695586/
DIAGNOSIS
Ibu merasakan ketuban pecah tiba-tiba &/ keluar cairan melalui introitus vagina; tidak ada his
dalam 1 jam
Jika cairan keluar sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar & nilai 1 jam kemudian
Konfirmasi usia kehamilan, jika ada dengan USG
Tentukan ada tidaknya infeksi
Tentukan tanda-tanda in partu
Pemeriksaan inspekulo: nilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau yang khas) & bedakan
dengan urin; nilai apakah cairan keluar ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
Jika memungkinkan, lakukan:
Tes lakmus (tes nitrazin): lakmus berubah menjadi biru (alkalis) = positif. Tetapi darah dan
infeksi vagina dapat menyebabkan positif palsu.
Tes pakis : cairan ketuban diteteskan di gelas objek dan dibiarkan kering; pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan kristal cairan amnion & gambaran daun pakis.
Pemeriksaan dalam (VT) tidak dianjurkan, karena tidak membantu diagnosis & dapat
mengundang infeksi
PENATALAKSANAAN
Rawat di RS
Jika ada perdarahan & nyeri perut -> pikirkan solusio plasenta
Jika tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotik seperti
pada amnionitis.
Jika tidak ada tanda infeksi & kehamilan < 37 minggu (KPD)
-Beri antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x500 mg p.o selama 7 hari atau
Eritromisin 3x25 mg p.o selama 7 hari
-Beri kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.
Betametason 2 x 12 mg IM atau
Dexametason 4x 6 mg IM
-Lakukan persalinan pada usia kehamilan 37 minggu, jika keluar lendir dan darah kemungkinan
terjadi preterm
Jika tidak ada tanda infeksi & kehamilan >37 minggu (KPSW)
-Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk mengurangi risiko
infeksi Streptokokus grup.
Ampisilin 4x2 g IV
Penisilin G 2 juta unit setiap 6 jam sampai persalinan
Nilai serviks, jika sudah matang : induksi persalinan dengan oksitosin
Jika belum matang : matangkan dengan prostatglandin & infus oksitosin atau SC
Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise
5. Jelaskan HAP!
DEFINISI
HAP (haemoragic ante partum) adalah perdarhan di jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu.
Klasifikasi;
a. plasenta previa
b. solusia plasenta
c. perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis : seluruh OUI tertutup oleh jaringan plasenta (23-31,3%)
2. Plasenta previa parsialis : sebagian OUI tertutup oleh jaringan plasenta (20,6-33%)
3. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada tepi OUI
4. Plasenta letak rendah : plasenta letaknya pada SBR tapi belum menutupi OUI (tepi plasenta
berada 3-4 cm diatas tepi OUI )
Etiologi / Presdisposisi
Etiologi belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor predisposisi:
1. Vaskularisasi desidua berkurang (umur tua, multiparitas, anemia)
2. Kerusakan endometrium/myometrium (riwayat SC, Kuretase, kecurigaan plasenta akreta)
3. Plasenta besar (hamil kembar, eritroblastosis fetalis, merokok)
4. Sebab-sebab lain (kehamilan dengan mioma, riwayat plasenta previa, dll)
Patogenesis
- Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan implantasi kurang baik, sehingga plasenta
berimplantasi pada SBR.
- Kebutuhan nutrisi melebihi normal (misal: gemelli, bayi besar sehingga plasenta melebar hingga
mencapai SBR/OUI.
Gejala
Bercak darah (gejala awal)
Keluar darah segar per vaginam
Biasanya malam hari saat pembentukan SBR
Perdarahan sebagian besar berasal dari ibu, sebagian kecil dari janin.
Diagnosis
Anamnesis: perdarahan dari jalan lahir, tanpa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida
Palpasi : bagian terbawah janin belum masuk PAP, biasanya disertai kelanan letak
Pemeriksaan in spekulo: perdarahan berasal dari OUI
USG : penentuan letak plasenta secara tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara langsung : dengan perabaan forniks, melalui pemeriksaan
kanalis servikalis.
Penatalaksanaan
Ekspektatif
Syarat:
Usia kehamilan < 37 minggu
Perdarahan tidak aktif
Belum in partu
KU ibu baik (Hb > 8 g%)
Janin baik
Tindakan:
Masuk RS, tirah baring
Tokolitik (*MgSO4 atau Nifedipin)
Antibiotik
USG: implantasi plasenta, usia gestasi,profil biofisik, letak & presentasi
Amniosentesis: tes kocok (bubble test) untuk uji maturitas paru
Pada usia kehamilan <32 minggu -> dexamethasone / betametahasone
Aktif
Syarat:
Usia kehamilan > 37 minggu atau TBJ > 2500 gr
Perdarahan aktif dan banyak
In partu
KU ibu jelek, syok
Janin mati, ada anomali kongenital mayor
Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (3/5-2/5)
Tindakan:
Perbaikan KU: infus, transfusi, atasi syok
Setelah KU membaik -> pastikan diagnosis dan tentukan cara terminasi kehamilan
Bila KU jelek -> langsung SC
Bila KU baik -> coba per vaginam
SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal sebelum janin lahir pada kehamilan
> 28 minggu
Etiologi / Presdisposisi
1. Hipertensi dalam kehamilan 7. Defisiensi gizi, As folat
2. Multiparitas 8. Trauma
3. Usia ibu tua 9. Konsumsi alcohol
4. Tali pusat pendek 10. Merokok
5. Dekompresi uterus mendadak 11. Tumor uterus
6. Tekanan pada v.cava inferior 12. Kelainan uterus
Patogenesis
Perdarahan dalam desidua basalis -> hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin
membesar kea rah pinggir pasenta -> amniokhorion terlepas -> perdarahan keluar melalui OUI.
Bila amniokhorion tak terlepas -> perdarahan tersembunyi (tidak keluar darah melalui OUI)
Perdarahan akan mengaktifkan system pembekuan darah -> tromboplastin masuk ke sirkulasi ->
DIC -> fibrinogen habis terpakai.
Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise
6. Jelaskan HODGE !
Bidang Hodge digunakan untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun
dalam panggul selama persalinan.
Hodge I : Antara PAP dengan bagian atas simfisis & promontorium
Hodge II : Sejajar hodge I, terletak setinggi tepi bawah simfisis
Hodge III : Sejajar hodge I&II, terletak setinggi spina ischiadika kiri dan kanan
Hodge IV : Sejajar hodge I,II,& III, terletak setinggi artikulasio sakrokosigea
Ada cara lain dalam menentukan turunnya kepala ialah dengan istilah stasion. Disebut stasion 0 (=
stasion zero) bila turunnya kepala anak setinggi spina ischiadika. Bila di atas iskhiadika dipakai
istilah minus (-1 cm, -2 cm, -3 cm atau floating= mengambang). Bila di bawah spina iskhiadika
dengan istilah plus (+1 cm, +2cm, +3cm, dan di perineum)
7. Jelaskan Partus Kasep!
Definisi
Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung lama dan tidak
mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau keduanya
Partus kasep : partus terlantar(neglected labour), ada kemungkinan terjadi kurang dari 24 jam atau
lebih
Etiologi
a. Distosia: Faktor kekuatan, janin, dan panggul
b. Penolong salah: salah pimpin, pemberian uterotonik kurang pada tempatnya
Gejala:
Pada ibu:
a. Tanda-tanda kelelahan dan intake yang kurang
Dehidrasi, nadi cepat dan lemah
Meteorismus
Febris
His (-) melemah
Asidosis: respirasi cepat / cuping hidung
Ggn psikis: takut, gelisah, cemas, apatis
b. Tanda-tanda infeksi intrauterine
Air ketuban keruh kehijauan, berbau, kd bercampur meconium
Suhu rektal > 38 derajat celcius
c. Tanda-tanda rupture uteri
Pada janin:
a. Ketuban bercampur meconium
b. DJJ lemah (-)
c. Gerak anak (-)
Penatalaksanaan
-Perbaiki KU: rehidrasi untuk memulihkan keseimbangan cairan maternal dan fetal
- Akhiri persalinan:
cara, tergantung : -sebab kemacetan
Janin hidup/mati
Sedapat mungkin pervaginam
Pasang drain dari DC
Sumber: Manuaba, dan Ida bagus Ade, 2003., Penuntun kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Edisi 2., jakarta: EGC
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise
8. Jelaskan Abortus !
Definisi
Perdarahan pervaginam pada kehamilan < 22 minggu (sebelum janin mencapai viabilitas)
Penatalaksanaan Umum
Lakukan penilaian cepat tentang keadaan umum pasien
Periksa tanda-tanda syok (pucat, pingsan, keringat banyak TDS <90 mmHg, nadi >112
x/menit) -> lakukan penanganan syok
Diagnosis Banding
KET
Gejala
Abortus: pada wanita usia reproduktif, riwayat terlambat haid > 1bulan, perdarahana pervaginam,
kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi (biasanya berupa jaringan-gumpalan warna
keputihan), serviks berdilatasi, uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan : penghentian kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu secara alami,
meliputi tahapan abortus imminens, insipiens, inkomplit, komplit.
2. Abortus provokatus: proses dihentikannya kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu
3. Abortus septik: abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi
4. Abortus tidak aman: tindakan abortus oleh orang yang tidak berpengalaman medis -> sering
mengakibatkan abortus septik
Abortus imminens
Diagnosis:
Perdarahan bercak-sedang, kram perut bawah
Serviks tertutup,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
Bedrest (tirah baring) total
Hindari aktivitas fisik berlebihan, hindari coitus
Jika perdarahan berhenti -> lakukan ANC seperti biasa
Jika perdarahan terus berlangsung:
- Nilai kondisi janin (PP Test atau USG)
- Cari kemungkinan penyebab lain
Tidak perlu terapi hormonal dan obat tokolitik karena tidak dapat mencegah abortus
Abortus insipiens
Diagnosis:
Perdarahan sedang-banyak, kram atau nyeri perut bawah, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Serviks terbuka,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
Usia gestasi < 16 minggu
- Lakukan evakuasi dengan AVM (aspirasi vakum manual)
- Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
Usia gestasi > 16 minggu
- Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi
- Jika perlu berikan infus Oksitosin 20 U dalam 500 mL cairan RL/NaCL 40 tetes/ menit
untuk membantuekspulsi hasil konsepsi
- Pantau kondisi ibu setelah penanganan
Abortus inkomplit
Diagnosis:
Perdarahan sedang-banyak, kram atau nyeri perut bawah, ekspulsi sebagian hasil konsepsi
Serviks terbuka,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
Perdarahan tidak terlalu banyak, Usia gestasi < 16 minggu
- Dapat dilakukan evakuasi secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi
- Jika perdarahan berhenti:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
Perdarahan banyak, Usia gestasi < 16 minggu
- evakuasi sisa konsepsi dengan AVM atau kuretase
- Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
Perdarahan banyak dan kontinyu, Usia gestasi > 16 minggu
- Berikan infus Oksitosin 20 U dalam 500 mL cairan RL/NaCL 40 tetes/ menit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu beri Misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (max 800 mcg)
- Evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
- Pantau kondisi ibu setelah penanganan
Abortus komplit
Diagnosis:
Perdarahan bercak-sedang, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, riwayat ekspulsi hasil konsepsi
Serviks tertutup/ terbuka,uterus lebih kecil dari usia gestasi
Penatalaksanaan:
Tidak perlu evakuasi lagi
Observasi perdarahan
Pantau kondisi ibu
Apabila terdapat anemia sedang, berikan Sulfas Ferrous 600 mg/hari selama 2 minggu, anemia
berat berikan transfuse
Konseling pasca abortus
Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise
9. Jelaskan kuldosentesis!
Kuldosententesis adalah prosedur klinik diagnostic untuk mengidentifikasi adanya perdarahan
intraperitoneal, khususnya pada KET. Untuk pengambilan bahan specimen dari kavum
intrapelvicum, digunakan jarum tertentu (panjang) atau dengan bantuan needle extender, yang
ditusukkan melalui forniks posterior, selain kasus KET, perdarahan intraperitoneal dapat juga
disebabkan oleh keadaan lainseperti misalnya, perdarahan korpus luteum, trauma alat visera atau
rupture kistoma ovarii. Kuldosentesis sulit dilakukan apabila pasien tidak kooperatif atau uterus
sangat retrofleksi sehingga fundus berada di dalam “cul de sac”, pada keadaan demikian dapat
dilakukan laparoskopi.
Indikasi : Pengambilan specimen diagnostic (darah, pus, ascites, cairan peritoneal)
- Hamil ektopik
- Abses pelvik