Anda di halaman 1dari 12

1. Jelaskan tentang SC (Sectio Cesaria) !

Definisi:
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Jenis :
a. Seksio saesaria klasik : pembedahan secara sanger
b. Seksio saesaria transperitoneal profunda
c. Seksio saesaria diikuti dengan histerektomi
d. Seksio saesaria ekstraperitoneal
e. Seksio saesaria vaginal

Indikasi Ibu:
a. Tidak memungkinkan persalinan per vaginam
b. Induksi persalinan gagal
c. Maternal distress atau fetal distress
d. Panggul sempit absolut
e. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
f. Stenosis serviks/vagina
g. Plasenta previa
h. Ruptur uteri

Indikasi janin:
a. Kelainan letak
b. Gawat janin

Pada umumnya seksio saesaria tidak dilakukan pada:


a. Janin mati.
b. Syok, anemia berat, sebelum di atasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)

Insisi SC sedapat mungkin pada SBR, tepat pada bekas insisi yang lama (untuk mengindari
avaskularitas dan penyembuhan yang buruk karena persilangan jaringan parut), kecuali jika tidak
memungkinkan, misalnya pada:
 Perlengketan SBR
 SBR belum terbentuk
 Gawat janin
 Plasenta previa
 Akan dilakukan sterilisasi
Skor Zatuchni-Andros
0 1 2
primigravida multigravida -
Paritas
Masa gestasi > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
TBJ > 3130 gr 3629 - 3175 gr < 3175 gr
Riwayat presbo - 1x 2x
Station -3 -2 cm -1/lebih rendah
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4cm
Interpretasi :
 < 4 : section saesaria
 4 : reevaluasi (*penilaian ulang)
 >4 : per vaginam

Sumber :
Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, dan Rachimhadi T., 2010, Ilmu Bedah Kebidanan., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.

2. Jelaskan Bishops Score!

Bishops score adalah system penilaian pra-persalinan untuk membantu dalam memprediksi
apakah induksi persalinan perlu dilakukan atau tidak.
Untuk menilai servik dapat menggunakan skor Bishops serta keberhasilan induksi persalinan juga
tergantung pada skor pelvis.

Bishops Score
FAKTOR SKOR
0 1 2 3
Bukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 >5
Panjang serviks
>4 3-4 1-2 <1
(cm)
Konsistensi Keras sedang lunak -
Posisi Posterior tengah anterior -
Turunnya kepala
(cm dari spina -3 -2 -1 , 0 +1 , +2
ischiadika)
Turunnya kepala
(system perlimaan 4/5 3/5 2/5 1/5
palpasi abdomen)
Pendataran servik 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Interpretasi:
 Jika skor > 6 : induksi cukup dengan oksitosin
 Jika skor < 6 : matangkan serviks terlebih dahulu dengan prostaglandin, misoprostol, atau kateter
foley
Sumber :
Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, dan Rachimhadi T., 2010, Ilmu Bedah Kebidanan., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.

3. Jelaskan tes lakmus !

Tes lakmus (tes nitrasin) dengan cara:


 Lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakahada cairan keluar melalui Ostium Uteri
Eksternum (OUE) atau terkumpul di forniks posterior
 Dengan pinset panjang atau klem panjang masukkan kertas lakmus ke dalam serviks
 Jika kertas lakmus berubah warna menjadi biru, maka tes lakmus positif atau menunjukkan
adanya cairan ketuban (alkalis). Teyapi darah dan infeksi vagina dapat menyebabkan positif
palsu.

Sumber :Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise.

4. Jelaskan KPD dan KPSW!

KPD (ketuban pecah dini) disebut juga preterm premature rupture of membrane (PPROM).

KPSW (ketuban pecah sebelum waktunya disebut juga premature rupture of the membrane (PROM)

KPD : ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung, Pecahnya membrane korioamnionik
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm)

KPSW : pecahnya ketuban sebelum masuk awal persalinan, terjadi pada pasien yang usia
kehamilannya melampaui 37 minggu (aterm).

Sumber: ACOG.2016. Premature rupture of Membran Practice Bulletin #160. The American College of Obstetricicians and
Gynecologist. Tersedia pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed 26695586/

DIAGNOSIS
 Ibu merasakan ketuban pecah tiba-tiba &/ keluar cairan melalui introitus vagina; tidak ada his
dalam 1 jam
 Jika cairan keluar sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar & nilai 1 jam kemudian
 Konfirmasi usia kehamilan, jika ada dengan USG
 Tentukan ada tidaknya infeksi
 Tentukan tanda-tanda in partu
 Pemeriksaan inspekulo: nilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau yang khas) & bedakan
dengan urin; nilai apakah cairan keluar ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
 Jika memungkinkan, lakukan:
Tes lakmus (tes nitrazin): lakmus berubah menjadi biru (alkalis) = positif. Tetapi darah dan
infeksi vagina dapat menyebabkan positif palsu.
Tes pakis : cairan ketuban diteteskan di gelas objek dan dibiarkan kering; pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan kristal cairan amnion & gambaran daun pakis.
 Pemeriksaan dalam (VT) tidak dianjurkan, karena tidak membantu diagnosis & dapat
mengundang infeksi

PENATALAKSANAAN
 Rawat di RS
 Jika ada perdarahan & nyeri perut -> pikirkan solusio plasenta
 Jika tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotik seperti
pada amnionitis.
 Jika tidak ada tanda infeksi & kehamilan < 37 minggu (KPD)
-Beri antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x500 mg p.o selama 7 hari atau
Eritromisin 3x25 mg p.o selama 7 hari
-Beri kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.
Betametason 2 x 12 mg IM atau
Dexametason 4x 6 mg IM
-Lakukan persalinan pada usia kehamilan 37 minggu, jika keluar lendir dan darah kemungkinan
terjadi preterm
 Jika tidak ada tanda infeksi & kehamilan >37 minggu (KPSW)
-Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk mengurangi risiko
infeksi Streptokokus grup.
Ampisilin 4x2 g IV
Penisilin G 2 juta unit setiap 6 jam sampai persalinan
 Nilai serviks, jika sudah matang : induksi persalinan dengan oksitosin
Jika belum matang : matangkan dengan prostatglandin & infus oksitosin atau SC

Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise

5. Jelaskan HAP!

DEFINISI
HAP (haemoragic ante partum) adalah perdarhan di jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu.
Klasifikasi;
a. plasenta previa
b. solusia plasenta
c. perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya

Hati-hati HAP bila:


- Usia > 35 tahun
- Anak > 5 orang
- Bagian terbawah masih terapung diatas PAP
- Preeklamsi atau hipertensi kronis
- Letak lintang
PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah Rahim (SBR), sehingga menutupi
sebagian atau seluruh OUI (orifisium uteri interna).

Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis : seluruh OUI tertutup oleh jaringan plasenta (23-31,3%)
2. Plasenta previa parsialis : sebagian OUI tertutup oleh jaringan plasenta (20,6-33%)
3. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada tepi OUI
4. Plasenta letak rendah : plasenta letaknya pada SBR tapi belum menutupi OUI (tepi plasenta
berada 3-4 cm diatas tepi OUI )

Gambar 1.1 Klasifikasi Plasenta Previa

Etiologi / Presdisposisi
Etiologi belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor predisposisi:
1. Vaskularisasi desidua berkurang (umur tua, multiparitas, anemia)
2. Kerusakan endometrium/myometrium (riwayat SC, Kuretase, kecurigaan plasenta akreta)
3. Plasenta besar (hamil kembar, eritroblastosis fetalis, merokok)
4. Sebab-sebab lain (kehamilan dengan mioma, riwayat plasenta previa, dll)

Patogenesis
- Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan implantasi kurang baik, sehingga plasenta
berimplantasi pada SBR.
- Kebutuhan nutrisi melebihi normal (misal: gemelli, bayi besar sehingga plasenta melebar hingga
mencapai SBR/OUI.

Gejala
 Bercak darah (gejala awal)
 Keluar darah segar per vaginam
 Biasanya malam hari saat pembentukan SBR
 Perdarahan sebagian besar berasal dari ibu, sebagian kecil dari janin.
Diagnosis
 Anamnesis: perdarahan dari jalan lahir, tanpa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida
 Palpasi : bagian terbawah janin belum masuk PAP, biasanya disertai kelanan letak
 Pemeriksaan in spekulo: perdarahan berasal dari OUI
 USG : penentuan letak plasenta secara tidak langsung
 Penentuan letak plasenta secara langsung : dengan perabaan forniks, melalui pemeriksaan
kanalis servikalis.

Penatalaksanaan
Ekspektatif
 Syarat:
 Usia kehamilan < 37 minggu
 Perdarahan tidak aktif
 Belum in partu
 KU ibu baik (Hb > 8 g%)
 Janin baik
 Tindakan:
 Masuk RS, tirah baring
 Tokolitik (*MgSO4 atau Nifedipin)
 Antibiotik
 USG: implantasi plasenta, usia gestasi,profil biofisik, letak & presentasi
 Amniosentesis: tes kocok (bubble test) untuk uji maturitas paru
 Pada usia kehamilan <32 minggu -> dexamethasone / betametahasone
Aktif
 Syarat:
 Usia kehamilan > 37 minggu atau TBJ > 2500 gr
 Perdarahan aktif dan banyak
 In partu
 KU ibu jelek, syok
 Janin mati, ada anomali kongenital mayor
 Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (3/5-2/5)
 Tindakan:
 Perbaikan KU: infus, transfusi, atasi syok
 Setelah KU membaik -> pastikan diagnosis dan tentukan cara terminasi kehamilan
Bila KU jelek -> langsung SC
Bila KU baik -> coba per vaginam

SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal sebelum janin lahir pada kehamilan
> 28 minggu
Etiologi / Presdisposisi
1. Hipertensi dalam kehamilan 7. Defisiensi gizi, As folat
2. Multiparitas 8. Trauma
3. Usia ibu tua 9. Konsumsi alcohol
4. Tali pusat pendek 10. Merokok
5. Dekompresi uterus mendadak 11. Tumor uterus
6. Tekanan pada v.cava inferior 12. Kelainan uterus
Patogenesis
Perdarahan dalam desidua basalis -> hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin
membesar kea rah pinggir pasenta -> amniokhorion terlepas -> perdarahan keluar melalui OUI.
Bila amniokhorion tak terlepas -> perdarahan tersembunyi (tidak keluar darah melalui OUI)
Perdarahan akan mengaktifkan system pembekuan darah -> tromboplastin masuk ke sirkulasi ->
DIC -> fibrinogen habis terpakai.

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi


 KU relatif lebih baik  KU lebih jelek
 Plasenta lepas sebagian  Plasenta lepas luas, uterus en bois
 Jarang berkaitan dengan HT  Sering berkaitan dengan HT
Gejala
 Perdarahan dengan rasa nyeri
 Warna kehitaman
 Anemia/syok
 Uterus tegang
 Bagian janin sukar dinilai
 DJJ (-)
 Plasenta cekungan
Diagnosis
 Anamnesis: perdarahan dari jalan lahir, nyeri perut terus-menerus, warna darah kehitaman
 Anemia/syok yang tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar
 Palpasi : uterus tegang seperti papan (en bois, wooden womb) bagian janin sukar diraba
 DJJ (-)
 Setelah plasenta lahir terdapat cekungan
Derajat Solusio Plasenta
Ringan Sedang Berat
Perdarahan <200 cc >200 cc -
Uterus tegang - + Tertarik
Syok - Pre syok +
Keadaan janin Hidup Gawat/mati Mati
Bag plasenta 1/6 ¼ - 2/3 >2/3
Uji beku darah Baik Masih ada lisis 1-2 jam Lisis setelah 6 jam
Kadar fibrinogen >250 mg% 120-250 mg% <120 mg %
% Kejadian Jarang 14% 86%
Penatalaksanaan
Ekspektatif
 Kriteria:
 KU baik
 Usia kehamilan <37 minggu atau TBJ < 2500 g
 Solusio plasenta ringan
Aktif
 Syarat:
 KU jelek
 Usia kehamilan > 37 minggu atau TBJ > 2500 g
 Solusio plasenta

Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise

6. Jelaskan HODGE !
Bidang Hodge digunakan untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun
dalam panggul selama persalinan.
 Hodge I : Antara PAP dengan bagian atas simfisis & promontorium
 Hodge II : Sejajar hodge I, terletak setinggi tepi bawah simfisis
 Hodge III : Sejajar hodge I&II, terletak setinggi spina ischiadika kiri dan kanan
 Hodge IV : Sejajar hodge I,II,& III, terletak setinggi artikulasio sakrokosigea

Gambar 1.2 Bidang Hodge

Ada cara lain dalam menentukan turunnya kepala ialah dengan istilah stasion. Disebut stasion 0 (=
stasion zero) bila turunnya kepala anak setinggi spina ischiadika. Bila di atas iskhiadika dipakai
istilah minus (-1 cm, -2 cm, -3 cm atau floating= mengambang). Bila di bawah spina iskhiadika
dengan istilah plus (+1 cm, +2cm, +3cm, dan di perineum)
7. Jelaskan Partus Kasep!

Definisi

Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung lama dan tidak
mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau keduanya

Partus lama: Partus Kasep:


 Tidak ada komplikasi - Komplikasi maternal atau fetal

Partus kasep : partus terlantar(neglected labour), ada kemungkinan terjadi kurang dari 24 jam atau
lebih

Etiologi
a. Distosia: Faktor kekuatan, janin, dan panggul
b. Penolong salah: salah pimpin, pemberian uterotonik kurang pada tempatnya
Gejala:
Pada ibu:
a. Tanda-tanda kelelahan dan intake yang kurang
 Dehidrasi, nadi cepat dan lemah
 Meteorismus
 Febris
 His (-) melemah
 Asidosis: respirasi cepat / cuping hidung
 Ggn psikis: takut, gelisah, cemas, apatis
b. Tanda-tanda infeksi intrauterine
 Air ketuban keruh kehijauan, berbau, kd bercampur meconium
 Suhu rektal > 38 derajat celcius
c. Tanda-tanda rupture uteri

Pada janin:
a. Ketuban bercampur meconium
b. DJJ lemah (-)
c. Gerak anak (-)

Penatalaksanaan
-Perbaiki KU: rehidrasi untuk memulihkan keseimbangan cairan maternal dan fetal
- Akhiri persalinan:
cara, tergantung : -sebab kemacetan
 Janin hidup/mati
Sedapat mungkin pervaginam
Pasang drain dari DC

Sumber: Manuaba, dan Ida bagus Ade, 2003., Penuntun kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Edisi 2., jakarta: EGC
Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise

8. Jelaskan Abortus !
Definisi
Perdarahan pervaginam pada kehamilan < 22 minggu (sebelum janin mencapai viabilitas)
Penatalaksanaan Umum
 Lakukan penilaian cepat tentang keadaan umum pasien
 Periksa tanda-tanda syok (pucat, pingsan, keringat banyak TDS <90 mmHg, nadi >112
x/menit) -> lakukan penanganan syok
Diagnosis Banding
 KET
Gejala
Abortus: pada wanita usia reproduktif, riwayat terlambat haid > 1bulan, perdarahana pervaginam,
kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi (biasanya berupa jaringan-gumpalan warna
keputihan), serviks berdilatasi, uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan : penghentian kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu secara alami,
meliputi tahapan abortus imminens, insipiens, inkomplit, komplit.
2. Abortus provokatus: proses dihentikannya kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu
3. Abortus septik: abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi
4. Abortus tidak aman: tindakan abortus oleh orang yang tidak berpengalaman medis -> sering
mengakibatkan abortus septik

Abortus imminens
Diagnosis:
 Perdarahan bercak-sedang, kram perut bawah
 Serviks tertutup,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
 Bedrest (tirah baring) total
 Hindari aktivitas fisik berlebihan, hindari coitus
 Jika perdarahan berhenti -> lakukan ANC seperti biasa
 Jika perdarahan terus berlangsung:
- Nilai kondisi janin (PP Test atau USG)
- Cari kemungkinan penyebab lain
 Tidak perlu terapi hormonal dan obat tokolitik karena tidak dapat mencegah abortus

Abortus insipiens
Diagnosis:
 Perdarahan sedang-banyak, kram atau nyeri perut bawah, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
 Serviks terbuka,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
 Usia gestasi < 16 minggu
- Lakukan evakuasi dengan AVM (aspirasi vakum manual)
- Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
 Usia gestasi > 16 minggu
- Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi
- Jika perlu berikan infus Oksitosin 20 U dalam 500 mL cairan RL/NaCL 40 tetes/ menit
untuk membantuekspulsi hasil konsepsi
- Pantau kondisi ibu setelah penanganan

Abortus inkomplit
Diagnosis:
 Perdarahan sedang-banyak, kram atau nyeri perut bawah, ekspulsi sebagian hasil konsepsi
 Serviks terbuka,uterus sesuai usia gestasi
Penatalaksanaan:
 Perdarahan tidak terlalu banyak, Usia gestasi < 16 minggu
- Dapat dilakukan evakuasi secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi
- Jika perdarahan berhenti:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
 Perdarahan banyak, Usia gestasi < 16 minggu
- evakuasi sisa konsepsi dengan AVM atau kuretase
- Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
Beri metilergometrin 0,2 mg IM
Beri Misoprostol 400 mcg per oral
 Perdarahan banyak dan kontinyu, Usia gestasi > 16 minggu
- Berikan infus Oksitosin 20 U dalam 500 mL cairan RL/NaCL 40 tetes/ menit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu beri Misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (max 800 mcg)
- Evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
- Pantau kondisi ibu setelah penanganan

Abortus komplit
Diagnosis:
 Perdarahan bercak-sedang, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, riwayat ekspulsi hasil konsepsi
 Serviks tertutup/ terbuka,uterus lebih kecil dari usia gestasi
Penatalaksanaan:
 Tidak perlu evakuasi lagi
 Observasi perdarahan
 Pantau kondisi ibu
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan Sulfas Ferrous 600 mg/hari selama 2 minggu, anemia
berat berikan transfuse
 Konseling pasca abortus

Sumber: Mirzanie H , dan Kurniawati D., 2010., OBGYNACEA., Yogyakarta: Tosca Enterprise

9. Jelaskan kuldosentesis!
Kuldosententesis adalah prosedur klinik diagnostic untuk mengidentifikasi adanya perdarahan
intraperitoneal, khususnya pada KET. Untuk pengambilan bahan specimen dari kavum
intrapelvicum, digunakan jarum tertentu (panjang) atau dengan bantuan needle extender, yang
ditusukkan melalui forniks posterior, selain kasus KET, perdarahan intraperitoneal dapat juga
disebabkan oleh keadaan lainseperti misalnya, perdarahan korpus luteum, trauma alat visera atau
rupture kistoma ovarii. Kuldosentesis sulit dilakukan apabila pasien tidak kooperatif atau uterus
sangat retrofleksi sehingga fundus berada di dalam “cul de sac”, pada keadaan demikian dapat
dilakukan laparoskopi.
Indikasi : Pengambilan specimen diagnostic (darah, pus, ascites, cairan peritoneal)
- Hamil ektopik
- Abses pelvik

Anda mungkin juga menyukai