Anda di halaman 1dari 5

KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP

TINGKAT PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS

PENDAPATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah

dan pembangunan nasional. Sebagai negara berkembang, Indonesia

memerlukan adanya pembangunan nasional agar dapat tetap bersaing

dengan negara berkembang lainnya. Jika pengeluaran pemerintah

meningkat, maka pemerintah harus berupaya untuk menaikkan penerimaan

pajak. Hal ini karena pajak merupakan penyumbang penerimaan negara

yang paling besar. Peran pajak bagi bangsa amatlah besar, kontribusi

penerimaan pajak terhadap APBN mencapai lebih dari tujuh puluh tujuh

persen (DJP 2013). Iuran pajak dari masyarakat tersebut akan diolah oleh

pemerintah untuk pembayaran upah para pekerja tidak langsung dan juga

untuk melakukan pembangunan dan pengembangan negara. Sejak tahun

1999 penetapan pajak menurut wewenang pemungutan pajak dipisahkan

menjadi pajak pusat dan pajak daerah.

Pajak yang menjadi wewenang daerah akan menjadi salah satu sumber kas

keuangan daerah. Pemerintah daerah harus mengelola keuangan daerah

dengan baik, yaitu mengelola daerah sesuai dengan kemampuan daerah


tersebut dalam memenuhi kebutuhannya tanpa memaksakan input yang

dimiliki. Hal ini dikarenakan adanya pemberian hak otonomi daerah yang

menentukan bahwa pengelolaan dan resiko pembangunan akan ditanggung

oleh daerah sendiri. Hal ini disebutkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang

pemerintah daerah, yang menyebutkan bahwa setiap daerah berkewajiban

mengatur, mengurus dan melaksanakan kepentingan rumah tangganya

sendiri secara nyata dan bertanggung jawab. Melalui otonomi daerah

diharapkan agar daerah lebih mandiri dalam menentukan seluruh

kegiatannya sendiri dan pemerintah pusat tidak perlu terlalu aktif mengatur

daerah. Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam rangka meningkatkan

kemampuan keuangan daerah, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Tahun

2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997

tentang pajak daerah khususnya yang berasal dari pajak sehingga

diharapkan mampu untuk membiayai seluruh kegiatan daerah. Salah satu

bentuk penerimaan pajak adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang

memberikan kontribusi besar dalam pembangunan daerah. Pajak Bumi dan

Bangunan objek yang termasuk dalam pembayaran atas pajak bumi

bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan bangunan yang

bersangkutan. Pajak Bumi dan Bangunan memberikan potensi yang lumayan

besar dibandingkan dengan sumber pendapatan daerah lainnya karena

objeknya mencakup seluruh bumi dan bangunan yang ada di wilayah pajak.
Fatmawati A. Rahman, Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Utara, 2018 , dari penelitian yang telah dilakukan maka dihasilkan:


Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini yang dapat disimpulkan dari hasil

penelitian ini sebagai berikut :


1. Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana, diketahui bahwa

pemeriksaan pajak atas SPT PPh wajib pajak badan berpengaruh terhadap

penerimaan PPh Badan.


2. Berdasarkan hasil analisis korelasi, diketahui bahwa besarnya korelasi

pemeriksaan pajak atas SPT PPh wajib pajak badan terhadap penerimaan

PPh Badan menunjukkan hubungan yang sedang. Artinya, pemeriksaan

pajak atas SPT PPh Badan yang diperiksa tidak memberikan pengaruh yang

besar (sedang) terhadap penerimaan PPh Badan.


3. Berdasarkan hasil analisis uji-t, diketahui bahwa nilai signifikan > taraf

nyata (0.440 > 0.05), maka hipotesis yang diajukan ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan pajak atas SPT PPh Wajib Pajak

Badan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PPh Badan pada

KPP Pratama Makassar Utara di Kota Makassar.

Selly Novicadisa dkk, Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Hotel

Kategori Rumah Kos Di Kota Malang , 2016, dari penelitian yang telah

dilakukan maka dihasilkan :


Implementasi Perda Nomor 16 Tahun 2010 tentang pemungutan pajak hotel

kategori rumah kos di Kota Malang sudah berjalan dengan efektif namun

tidak efisien. Adapun faktor pendukung dan penghambat dari implementasi

kebijakan tersebut. Penyebab utamanya adalah bentuk komunikasi antara

implementor dan sasaran yang belum terjalin dengan baik. Peraturan yang
lebih terperinci terkait penarikan pajak hotel kategori rumah kos juga dirasa

diperlukan, karena akan membantu implementor dalam menjalankan

kebijakan ini yang tergolong masih baru di kota Malang. Faktor pendukung

pemungutan pajak hotel kategori rumah kos adalah kualitas sumber daya

manusia yang berkompeten, sistem komputer yang baik, dan sarana

prasarana yang memadai. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat

pemungutan pajak hotel kategori rumah kos adalah peraturan yang belum

efektif dan tingkat kesadaran pemilik kos yang rendah.

Devira Nourma Anjani dan MI Mitha Dwi Restuti, Analisis Faktor-Faktor

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku Usaha Pada KPP Pratama

Salatiga, 2016. Dari Penilitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

pelaku usaha sesuai dengan PP No. 46 Tahun 2013 yaitu sikap, kontrol

perilaku yang dipersepsikan, dan niat. Penelitian ini menemukan bahwa

norma subyektif tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

pelaku usaha di Salatiga. Selain itu, sikap, norma subyektif, dan kontrol

perilaku yang dipersepsikan juga tidak memiliki interaksi yang saling

berpengaruh satu sama lain.

Penulis mengangkat judul ini karena keingin tahuan penulis terhadap

kontribusi yang diberikan oleh Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap

pendapatan daerah

Rencananya penilitian ini akan dilakukan di kantor salah satu kantor

kelurahan yang berada di kota Makassar.


B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENILITIAN DAN MANFAAT PENILITIAN


D. HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI DAN KONSEP


1. .................
2. .................
3. .................

Dst . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. DEFINISI KONSEPSIONAL
C. OPERASIONALISASI
D. HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
C. POPULASI DAN SAMPEL
D. TEKNIK DAN PENGUMPULAN DATA
E. ALAT PENGUKURAN DATA
F. TEKNIK ANALISIS DATA

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai