Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN BENCANA

“Asuhan Kegawatdaruratan Pada Gigitan Binatang ”

Disusun Oleh

Eva holifah

Fiska nurmala

TINGKAT 3A

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG

Jl.Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810

Telepon/Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id

Email : info@akperisvill.ac.id, akperislamicvillage@yahoo.co.id


KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok Mata Kuliah “KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DAN BENCANA”.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, halitu di
karenakan kemampuan kami yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dan kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.
Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
sendiri dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Tangerang, 02 februari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Pengertian Gigitan Binatang 2
2.2. Penyebab 3
2.3. Patofisiologi 4
2.4. Jenis-Jenis Gigitan Binatang 5
2.5. Pemeriksaan fisik pada gigitan binatang 6
2.6. Penatalaksanaan gigitan binatang 6
2.7. Askep gigitan binatang 8
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan 10
4.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit kadang kala dapat
mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan jahitan, sedangan
beberapa lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan sendirinya.Dalam kasus
tertentu gigitan binatang (terutama oleh binatang liar) dapat menularkan penyait rabies,
penyakit yang berbahayaterhadap nyawa manusia.kelelawar, musang juga anjing
menularkan sebagian besar kasus rabies. Sedangkan binatang memiliki bisa (racun) yang
berfungsi untuk melindungi dirinya dan berfungsi untuk menaklukan mangsanya, banyak
kasus terkena racun dari binatang berbisa ini dapat diatasi dengan baik apabila berhasil
ditangani sejak dini, diantara binatang berbisa ini adalah ular, liapan, ikan teruma sejenis
ikan lele (sembilang).
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi gigitan binatang
2. Mahsiswa mengetahui penyebab gigitan binatang
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari gigitan binatang
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis gigitan binatang
5. Mahasiswadapat mengetahui pemeriksaan fisik gigitan binatang
6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan gigitan binatang
7. Mahasiswa dapat mengetahui askep gigitan binatang

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gigitan Binatang


Gigitan binatang dan sengatan,biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk
mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan
jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis, yang berbisa (beracun) dan yang
tidak memiliki bisa.Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar
daripada luka biasa.Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari
pada luka biasa.Seseorang yang tergigit mempunyi resiko infeksi.Pada umumnya bila
tergigit binatang, perlu mendapatkan pemeriksaan medis.
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam tubuh melalui
suntikan.Gigitan binatang atau sengatan serangga dapat menyebabkan nyeri yang hebat
atau pembengkakan.Gigitan dan sengatan berbagai binatang walaupun tidak selalu
membahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan bahkan kadang-
kadang dapat berakibat fatal.
Kesadaran akan penyebab dari gigitan dan sengatan ini dapat mengurangi atau
mencegah timbulnya korban. Pengetahuan tentang penanganan yang cepat dari tindakan
pertolongan pertama dapat mengurangi parahnya cedera akibat gigitan dan sengatan
tersebut dan menjaga penderita dari sakit yang parah.
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Racun
ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan
beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Ular berbisa dapat dibagi menurut reaksi bisanya yaitu neurotoksik, hemolitik, dan
neurotoksik dan hemolitik. Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa
tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus.
Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid
yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya
terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama
protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

2
2.2. Penyebab
a. Penyebab gigitan binatang
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa
virus,famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi
pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama
anjing, kucing, dan kera. Adapun penyebab dari rabies adalah virus rabies, gigitan
hewan atau manusia yang terkena rabies, air liur hewan atau manusia yang terkena
rabies.
b. Penyebab binatang berbisa
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan
pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi
pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat
lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan
stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur
dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,
mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar
luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan
tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis).
Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan
jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung.
Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
3. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin.
Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.

3
4. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
5. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
6. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
gigitan.
7. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias
2.3. Patofisiologi
a. Patofisiologi gigitan binatang
Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan
kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit
yang tidak utuh. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan
otak, yang merupakan tempat mereka berkembang biak dengan kecepatan 3mm/jam.
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke
dalam air liur.
Pada 20% penderita,rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah
yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode
yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan
akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan
mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa
sakit yang luar biasa kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang
mengatur proses menelan dan pernafasan.
b. Patofisiologi gigitan binatang berbisa
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik
tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system.
Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan.Pada gangguan
sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan
sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan,
sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat
4
mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat
mengakibatkan gagal napas.
2.4. Jenis-Jenis Gigitan Binatang
Hewan yang paling sering menggigit manusia adalah anjing.Kucing walaupun
agakjarang, kadang-kadang juga menggigit manusia. Gigitan kucing lebih berbahaya
karena banyak masuk kuman yang berasal dari mulut kucing,sehingga lebih sering
menimbulkan infeksi pada luka.gigitan tikus, dan anjing sering mengandung virus rabies.
Hewan yang mengandung virus rabies bila menggigit atau menjilat luka goresan kulit
dapat menularkan penyakit gila anjing (rabies).
1. Gigitan binatang darat
a) Gigitan anjing, kucing, kera, tikus, dll
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera mengancam kecuali bila gigitan
terjadi di kepala atau di leher.Gigitan anjing biasanya lebih bersih dibandingkan
dengan gigitan binatang lainnya.Bekasnya tidak begitu dalam dan mudah
dibersihkan, dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi, serta
robekan dari jaringan.Gigitan kucing dapat membawa akibat lebih serius.Bahaya
infeksi jauh lebih besar daripada gigitan anjing.Bekas gigitan kucing biasanya
dalam dan dapat mengenai urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau
ditangan. Maka infeksi yang ditimbulkannya akan lebih hebat. Gigitan tikus dapat
menjalarkan beberapa jenis penyakit, antara lain demam tinggi
b) Gigitan Arthropoda (Laba-laba,tawon, kelabang, kala)
Gigitan atau sengatan dari berbagai jenis serangga,laba-laba, kala dan kelabang,
walaupun tidak selalu membahayakan jiwa, dapat menimbulkan reaksi alergi yang
gawat dan bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Musibah yang diderita
akibat dari gigitan,pagutan, sengatan, atau mungkin hanya sentuhan binatang atau
bagian tubuhnya
c) Gigitan kelelawar
Kelelawar dapat membawa kuman rabies. Oleh karena itu, jika digigit kelelawar
bahaya rabies juga harus difikirkan
d) Gigitan kalajengking
Binatang ini tergolong serangga yang mempunyai racun pada ujung ekornya.
Racun dimasukkan oleh ekor serangga ke kulit, sehingga pada saat itu juga, orang
yang disengat kalajengking atau lipan merasa kesakitan.

5
e) Ular
Binatang ini tergolong reptilia berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di
dunia. Semua jenis ular dikelompokkan dalam satu subordo, yaitu serpentes dan
juga merupakan anggota dari ordo squamata (reptilia bersisik). Bersama-sama
dengan kadal
2.5. Pemeriksaan fisik pada gigitan binatang
Pada pengkajian fisik dilakukan tindakan pemeriksaan
1) tanda-tanda vital
suhu, pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, tekanan nadi
2) hasil pemeriksaan kepala fontanel
3) menonjol, rata atau cekung, bentuk umum kepala, reaksi pupil, ukuran, reaksi
terhadap cahaya, kesamaan respon
4) tingkat kesadaran kewaspadaan
respon terhadap panggilan, iritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi
terhadap diri sendiri dan orang lain, afek, alam perasaan, labilitas, aktivitas kejang,
jenis, lamanya
5) fungsi sensori
reaksi terhadap nyeri, reaksi terhadap suhu, reflex, reflex tendo superficial, reflek
patologi
2.6. Penatalaksanaan gigitan binatang
1) Tindakan pengobatan
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang
digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies.Tetapi
bila digigit binatang buas maka diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-
hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2) Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang disemprot
dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah
mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin
rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan ditempat gigitan.
3) Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan
pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan
6
pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan, jarang terjadi reaksi alergi
yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4) Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin
(pada hari 0 dan 2)
5) Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia). Kejang
kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat
dihindarkan,tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang
perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan
otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobin rabiestampaknya efektif jika suatu saat
penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

a. Prinsip penanganan pada pasien gigitan ular:


1) Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular.
2) Menetralkan bisa.
3) Mengobati komplikasi.
b. Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari
pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT,
yaitu:
R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat
menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.
I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk
tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak
datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar
gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada
korban.
c. Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):
Balut tekan pada kaki:
1) Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.
7
2) Keringkan sekitar luka gigitan.
3) Gunakan pembalut elastis.
4) Jaga luka lebih rendah dari jantung.
5) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke
atas.
6) Biarkan jari kaki jangan dibalut.
7) Jangan melepas celana atau baju korban.
8) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap
pink).
9) Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.

Balut tekan pada tangan:


1. Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).
2. Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.
3. Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.
4. Pasang papan sebagai fiksasi.
5. Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
2.7. Askep gigitan binatang
a) Pengkajian
1. Status pernafasan : peningkatan tingkat pernafasan, takikardi, suhu umumnya
meningkat (37,90 C), menggigil
2. Status nutrisi : kesulitan dalam menelan makanan, berat badan pasien, mualdan
muntah, porsi makanan dihabiskan, status gizi
3. Status neurosensory : adanya tanda-tanda inflamasi, keamanan,kejang, kelemahan
4. Integritas ego : klien merasa cemas, klien kurang paham tentang penyakitnya.
b) Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhdap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Demam berhubungan dengan viremia
c) Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak
adekuat
Intervensi :
8
Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
ubah posisi klien sesering mungkin minimal 2 jam sekali
batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
lakukan infeksi terhadap luka alat infasive setiap hari
lakukan teknik steril pada waktu penggantian balutan
gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuka atau antisipasi dari
kontak langsung dengan eksresi atau sekresi
pantau kecenderungan suhu menggigil dan diaforesis
inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
berikan obat antibiotik
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
Intervensi :
Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
Kaji bagaimana makanan dihidangkan
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemik sesuai program dokter
Ukur berat badan pasien setaip minggu
3. Demam berhubungan dengan viremia
Intervensi :
Kaji saat timbulnya demam
Observasi tanda-tanda vital
Berikan kompres hangat
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Salah satu
penyebab keracunan adalah gigitan binatang. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan
saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya
disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang
menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang
pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan
meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air
liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa
3.2. Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang gigitan binatang buas dan berbisa
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan
menambah wawasan tentang gigitan binatang buas dan berbisa

10
DAFTAR PUSATAKA

Noer Syaifullah.1996. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius. FKUI :
Jakarta

Suzanne C.Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Marilyn E.Doenges.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerjemah kariasa I Made.EGC :


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai