Penyusun:
Nama Lengkap : Sekplin Andries Semuel Sekeon, dr, S.Ked, MPH, Sp.S
Alamat rumah : Tataaran II, Link. 3, No. 167
Telepon rumah :(-)
Nomor ponsel : 0812-4405-8656
Surel pribadi : sekplin@gmail.com
Alamat kantor : Kompleks Kampus Unsrat Kleak Manado
Telepon kantor : 0431 – 827129
Faksimili kantor : 0431 -827130
Riwayat pendidikan
Tahun Lulus Perguruan Tinggi Bidang spesialisasi
S1. 2001 Universitas Sam Ratulangi Manado Dokter Umum
S2. 2008 Vrije Universiteit Amsterdam Public Health
S2. 2015 Universitas Sam Ratulangi Spesialis Saraf
Sekplin A. S. Sekeon 2017 Hubungan kadar glukosa Public Health Vol. 7, No. 1,
Mieke A. H. N. darah sewaktu dengan Journal 2017
Kembuan disfungsi eksekutif pada
Junita M. P. cedera kepala
Sampoerno
Sekplin A. S. Sekeon 2015 The association of sleep E-clinic Vol. 3, No. 3,
quality and stroke Journal 2015
disability Unsrat
Nama(‐nama)
Judul Buku Tahun Penerbit ISBN
penulis
Belum ada
(1). Prakata
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan
dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia.
Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9%
pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab
kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif
kronis. Kematian akibat PTM terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia
45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM
(utamanya stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi,
yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%).
PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas
fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas
merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan
PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM adalah
penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya.
Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah, Swasta, Organisasi Profesi,
Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh lapisan masyarakat. Dunia akademisi, terutama para
mahasiswa kesehatan masyarakat harus mengenal masalah PTM dan mengenal apa saja PTM utama
baik global maupun di Indonesia.
Bahan ajar ini dimaksudkan untuk menjadi bahan referensi bagi mahasiswa kesehatan
masyarakat secara khusus, dan seluruh mahasiswa di bidang kesehatan secara umum. Bahan ajar ini
dirancang untuk memperkenalkan masalah yang timbul akibat perkembangan epidemiologi penyakit
tidak menular. Beberapa penyakit menular utama dan yang diprediksi akan menjadi masalah utama
di kemudian hari juga diperkenalkan secara praktis.
Semoga bermanfaat.
(2). Daftar Isi
Prakata
Daftar Isi
BAB 1: Pendahuluan
1.1. Konsep dasar epidemiologi Penyakit Tidak Menular
1.2. Peran ilmu epidemiologi dalam pencagahan dan kontrol Penyakit Tidak Menular
BAB 3. Berbagai transisi dan pengaruhnya terhadap epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3.1. Transisi epidemiologi
3.2 Transisi demografi
3.3. Transisi nutrisi
3.4. Transisi gaya hidup
1.2. Peran ilmu epidemiologi dalam pencagahan dan kontrol Penyakit Tidak Menular
Upaya pembangunan sektor kesehatan tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan banyak
pihak, baik itu dari lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha hingga masyarakat.
Semua komponen bangsa diharapkan dapat berpartisipasi untuk terus menyehatkan bangsa. Kualitas
hidup manusia Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan kesehatan. Dalam
pelaksanaannya, pembangunan kesehatan menghadapi pelbagai permasalahan. Kini Indonesia
tengah mengalami perubahan pola penyakit yang sering disebut transisi epidemiologi.
Perubahan ini ditandai dengan meningkatnya kasus kematian dan kesakitan akibat penyakit
tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, diabetes atau kanker. Dampak meningkatnya kejadian
PTM adalah meningkatnya pembiayaan pelayanan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat
dan pemerintah; menurunnya produktivitas masyarakat; menurunnya daya saing negara yang pada
akhirnya mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya perlu adanya
perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat untuk lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif. Situasi inilah yang melatarbelakangi pemerintah melahirkan GERMAS.
Gerakan ini didasari oleh Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 yang memerintahkan
kepada seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk membuat kebijakan dan
melakukan tindakan untuk membangun kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Saat ini GERMAS difokuskan pada: 1) melakukan
aktivitas fisik, 2) mengonsumsi sayur dan buah, dan 3) memeriksakan kesehatan secara berkala.
Penyebab kematian di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM) serta tidak
terlepas dari aspek lingkungan. Karena itu, perlu dukungan dalam pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Menurut data Sample Registration System (SRS)
Indonesia tahun 2014 ada 10 penyakit yang paling banyak diderita, yaitu penyakit stroke 21,1%,
penyakit jantung 12,9%, Diabetes Meliitus 6,7%, Tuberkulosis 5,7%, Komplikasi tekanan darah tinggi
5,3%, Paru kronik 4,9%, Penyakit hati ,2,7%, Kecelakaan lalu lintas 2,6%, Pneumonia 2,1%, serta
gabungan diare dan gastroenteritis karena infeksi 1,9%.
Tingginya PTM yang terjadi di Indonesia membutuhkan inovasi dalam peningkatan pelayanan
kesehatan. Salah satunya dengan Pendekatan Keluarga sebagai cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan
mendatangi keluarga. Di lapangan, pelaksanaan pendekatan keluarga dilakukan dengan pelatihan
yang diikuti oleh tenaga Pembina keluarga, tenaga teknis, tenaga pengolah data dan tenaga
manajemen Puskesmas. Selain itu, pendataan dan Info Kesehatan dengan pedoman 12 indikator
keluarga sehat. Terakhir, analisis data keluarga dan intervensi.
Secara operasional dalam tahap persiapan pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, Puskesmas perlu melakukan integrasi program, SDM dan pembiayaan.
Pelaksanaan dalam pembiayaan dapat menggunakan berbagai sumber pembiayaan yang ada, yakni
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD, Dana Kapitasi JKN (dari 40% untuk dukungan
operasional), dan dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik
dan non Fisik Anggaran Dana Desa (ADD).
(4) Daftar pustaka
(5) glosarium
(6) Indeks