Anda di halaman 1dari 86

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
PASIEN TB PARU DI BANGSAL PARU
RSUP DR. M.DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

AGNESA RAMADANI
NIM : 163110153

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
PASIEN TB PARU DI BANGSAL PARU
RSUP DR. M.DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli


Madya Keperawatan Program Studi Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

AGNESA RAMADANI
NIM : 163110153

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019

i
Poltekkes Kemenkes Padang
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Istirahat dan Tidur Pada Pasien TB Paru di Bangsal Paru RSUP Dr.M.
Djamil Padang Tahun 2019”.

Peneliti menyadari bahwa dengan bantuan dan bimbingan dari bapak NS. Suhaimi,
S.Kep.M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep.M.Kep
selaku pembimbng ke II yang telah menyediakan waktu , tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa
juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Burhan Muslim. SKM.M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA(K), MARS selaku pimpinan RSUP Dr.
M.Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk pengambilan data dan
melakukan survey awal
3. Ibu Hj. Efitra, S.Kp.M.Kes selaku penguji 1 dan Ibu Herwati, SKM.M.Biomed
selaku penguji 2 yang telah menyediakan waktu dalam menguji peneliti.
4. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini, M.Kep. Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Prodi Keperwatan Padang
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Teman- temanku senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Padang Program Studi DIII Keperawatan Padang Tahun 2019

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu peneliti mengharapkan saran dan
masukannya untuk perbaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Padang, Juni 2019

Peneliti

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISNALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik di
kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Agnesa Ramadani


NIM : 163110153

Tanda Tangan :
Tanggal :

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Agnesa Ramadani

NIM : 163110153

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 02 januari 1998

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Syafaruddin

Ibu : Nurhayani

Alamat : Jln. moh yunus no 19 kelurahan lubuk lintah


kecamatan kuranji Padang

Riwayat Pendidikan

NO Pendidikan Tahun Ajaran

1 SDN 08 Anduring 2004-2010

2 SMPN 10 Padang 2010-2013

3 SMA Kartika 1-5 Padang 2013-2016

4 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan 2016-2019


Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019
AGNESA RAMADANI
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan
Tidur Pada Pasien TB paru di Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang
Tahun 2019
Isi: xi + 49 halaman, 1 tabel, 12 lampiran
ABSTRAK
Penyakit pernafasan seringkali mempengaruhi tidur salah satunya TB paru. Angka
kejadian TB paru nomor 3 penyakit tertinggi didunia sesebsar 10,0 juta orang dari
data hasil riskesdas tahun 2018 sebesar 0,42% dan dari data RSUP Dr. M.Djamil
padang sebanyak 97,4% yang mengalami TB paru BTA positif. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur pada pasien TB paru di ruang paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun
2019.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dimulai
dari awal bulan November 2018 sampai Juni 2019. Populasi adalah pasien TB
paru yang mengalami gangguan istirahat dan tidur. Sampel 1 orang, dengan teknik
simple random sampling. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara,
pengukuran, pemeriksaan fisik. Analisis data dilakukan untuk menentukan apakah
ada kesesuaian antara teori dengan kondisi partisipan yang ditemukan.
Hasil penelitian didapatkan pasien tidak bisa tidur dengan nyaman, sulit untuk
memulai tidur, sering terjaga di malam hari karena batuk dan sesak nafas, pasien
hanya tidur 3-4 jam dalam sehari selama sakit. Didapatkan diagnosa keperawatan
insomnia. Rencana keperawatan manajemen peningkatan tidur, manajemen
lingkungan, managemen jalan nafas, terapi relaksasi. Evaluasi teratasi pada hari
kelima dengan adanya peningkatan pola tidur dan jam tidur 8 jam sehari pada
pasien, pasien tampak lebih segar, tidak gelisah, konsentrasi baik.
Disarankan kepada perawat melalui direktur rumah sakit untuk mempertahan dan
memaksimalkan ventilasi dan kenyamanan lingkungan pasien, relaksasi dalam
mengurangi stress, serta memberikan promosi kesehatan tentang meningkatkan
pola tidur pada pasien TB paru yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, istirahat dan tidur, TB paru
Daftar Pustaka : 19 (2013-2017)

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... V
LEMBAR ORISNALITAS ............................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur ......................................................................... 11
1. Pengertian......................................................................................................... 11
2. Fisiologi............................................................................................................ 12
3. Tahapan ............................................................................................................ 12
4. Siklus................................................................................................................ 14
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ................................................................. 15
6. Gangguan ........................................................................................................ 17
B. Konsep Dasar TB Paru........................................................................................... 19
1. Pengertian......................................................................................................... 19
2. Etiologi............................................................................................................. 19
3. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 20
4. Patofisiologi ..................................................................................................... 20
5. Hubungan ......................................................................................................... 21
C. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................ 22
1. Pengkajian ........................................................................................................ 22
2. Diagnosa keperawatan...................................................................................... 25
3. Intervensi keperawatan..................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................................................... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 32
E. Analisis Data .......................................................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus ..................................................................................................... 35
B. Pembahasan Kasus ................................................................................................ 41

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 46
B. Saran ...................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 49
LAMPIRAN

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ganchart
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Inst Rekam medis
Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data Irna Non Bedah
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. M.Djamil Padang
Lampiran 9 Absensi Penelitian
Lampiran 10 Inform Consent
Lampiran 11 Format Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Lampiran 12 Surat Keterangan Selesai

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh
setiap individu untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Mashlow
manusia memiliki lima tingkatan prioritas dalam mengatur kebutuhan dasar
atau dikenal dengan istilah hierarki kebutuhan dasar manusia. Tingkatan yang
paling dasar atau tingkatan yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis,
tingkatan kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan rasa aman, tingkatan
ketiga meliputi kebutuhan cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, tingkatan
keempat meliputi kebutuhan harga diri, serta tingkatan kelima meliputi
aktualisasi diri (Saputra,2013).

Kebutuhan fisiologis dalam teori mashlow merupakan kebutuhan sangat


primer dan mutlak yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan
kehidupan manusia, yang meliputi: kebutuhan akan oksigen dan pertukaran
gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, aktifitas serta kebutuhan seksual
(Saputra,2013).

Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan


posisi pada rentang sehat-sakit. Manusia akan memenuhi kebutuhan dasarnya
sesuai dengan tingkat prioritas masing-masing. Kebutuhan dasar yang harus
segera dipenuhi adalah kebutuhan dasar dengan tingkat prioritas yang paling
utama, walaupun kebutuhan dasar umumnya harus dipenuhi, sebagian dari
kebutuhan tersebut dapat ditunda. Adanya keinginan untuk memenuhi
kebutuhan dasar, yang harus dipenuhi oleh stimulus internal maupun
eksternal. Kebutuhan dasar saling berhubungan dan saling mempengaruhi

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

sama halnya dengan kebutuhan oksigen dengan kebutuhan istirahat dan tidur
(Perry&Potter,2012).

Istirahat dan Tidur merupakan salah satu bagian kebutuhan fisiologis yang
merupakan kebutuhan dasar dan harus dipenuhi dan dibutuhkan semua orang
untuk tubuh agar dapat berfungsi secara optimal baik yang sehat dan yang
sakit. Istirahat dan tidur pada tubuh melakukan proses pemulihan untuk
mengembalikan kondisi yang optimal dan diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting bagi orang yang sakit agar lebih
cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Seseorang yang sedang sakit
mengalami gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur akan
memperlihatkan kondisi dengan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu, apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, sakit kepala, dan sering menguap dan mengantuk,
sehingga berdampak pada waktu pemulihan dari sakitnya,
(Muhtar&A.haris,2015).

Istirahat merupakan keadaan rileks dan tenang tanpa ada tekanan emosional
dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur
dan tidak melakukan aktivitas. Membaca buku, menonton TV atau melakukan
kegemaran yang lain dapat juga disebut sebagai istirahat (Saputra, 2013).
Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Pola istirahat dan
tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan
(Saputra, 2013).

Kebutuhan istirahat dan tidur pada orang dewasa memerlukan 7-8 jam per
harinya (Saputra,2013). Keteraturan dan lamanya istirahat dan tidur dari setiap
individu seperti juga halnya dengan masa sakit, maka istirahat dan tidur
merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Ada orang yang memerlukan lebih
banyak istirahat dan tidur dibandingkan yang lain. Ada orang yang mudah

Poltekkes Kemenkes Padang


3

tidur dan sulit untuk tidur, ada istirahat dan tidur dengan tenang tetapi ada juga
yang istirahat dan tidurnya tidak tenang. Kebiasaan-kebiasaan memegang
peran penting dalam mempengaruhi kebutuhan istirahat dan tidur, akan lebih
mudah jika kebiasaan-kebiasaan tersebut tetap diikuti. Permasalahan-
permasalahan di atas disebut dengan gangguan istirahat dan tidur. Pola tidur
dan istirahat yang baik dan teratur akan memberikan efek yang bagus untuk
kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola istirahat dan tidur seseorang
biasanya terganggu, sehingga diperlukan upaya perawat untuk membantu
pasiennya dalam mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan akan istirahat dan
tidur (Potter & Perry, 2012).

Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada
biasanya. Siklus bangun tidur bagi individu selama sakit sering mengalami
gangguan. Dampak yang dapat ditimbulkan pada pasien yang mengalami
gangguan istirahat dan tidur salah satunya akan berpengaruh pada tanggung
jawab dan peran. Selain itu juga berdampak pada psikologis (kelelahan,
depresi), dan fisiologis (pusing, menurunnya tingkat konsentrasi, kinerja
motorik berkurang, respon kekebalan terganggu, tingkat energy menurun, dan
akan berpengaruh dalam melakukan aktivitas sehari-hari) (Vaughans, 2013).

Istirahat dan tidur sebagai dasar kebutuhan dasar manusia sangat dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor yang berakibat timbulnya gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur seseorang. Faktor yang
mempengaruhi istirahat dan tidur antara lain: faktor pengaruh psikologis
seperti peran dan dukungan, pola kerja, stress atau depresi, faktor gaya hidup,
faktor kondisi lingkungan, serta faktor dalam penyimpangan kesehatan
(Vaughans,2013). faktor yang mempengaruhi penyimpangan kesesehatan
dalam kebutuhan tidur diantaranya kelelahan, stress psikologis, gaya hidup,
motivasi, stimulan alkohol dan obat-obatan, diet dan nutrisi, lingkungan,
penyakit (Saputra, 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


4

Penyakit yang mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan


istirahat dan tidur diantaranya penyakit yang menyebabkan nyeri,
ketidaknyamanan fisik seperti sesak nafas atau masalah suasana hati
(kecemasan atau depresi), penyakit pernafasan seperti emfisema, bronchitis,
TB Paru, rhinitis alergi mengubah irama pernafasan dan mengganggu tidur
(Potter & Perry,2012). Penyakit pernafasan sering mempengaruhi istirahat dan
tidur. Klien yang berpenyakit paru kronik seringkali tidak dapat tidur tanpa
dua atau tiga bantal untuk meninggikan kepala mereka (Potter & Perry,2012).
Menurut data international of sleep disorder penyakit gangguan pernafasan
diantaranya TB paru memiliki prevelensi cukup tinggi 40-50% yang
mengalami gangguan istirahat dan tidur (H.yunesia, 2013) .

Seorang pasien dengan gangguan pernafasan mengalami kesulitan untuk


memulai tidurnya, kesulitan untuk tidur ini dipengaruhi karena struktur fungsi
pernafasan sedang terganggu seperti penyempitan (konstriksi) pada pasien TB
Paru. Perubahan fungsi pernafasan akan menimbulkan gangguan pola tidur,
padahal tidur diperlukan pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya
(Potter & Perry,2012).

TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis yang juga dikenal sebagai bakteri tahan asam
(BTA). Terpapar penderita TB paru melalui batuk, bersin, dihirup masuk ke
paru yang lama-lama kuman mycobacterium membentuk sarang primer
menyerang bronkus, terjadi iritasi dan peradangan pada bronkus yang
membuat pasien penderita TB batuk-batuk. Dan terjadi Infiltrasi pada
setengan bangian paru, penumpukan secret yang menghambat jalan nafas dan
membuat penderita sesak nafas hingga distress pernafasan (Tabrani,2010).

Pasien TB paru, penyakit yang disertai terjadinya nyeri dada, batuk, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, kualitas tidur terganggu, malaise,
dan berkeringat pada malam hari mengakibatkan terganggunya kenyamanan
istirahat dan tidur pasien (Riskesdas,2018). Selain itu, kondisi ruang rawat

Poltekkes Kemenkes Padang


5

inap juga dapat menyebabkan gangguan pola tidur pasien tuberculosis, seperti
aktifitas yang menimbulkan kegaduhan, lampu yang menyala terang,
temperature udara yang panas karena kurangnya ventilasi, terganggu oleh
dengkuran pasien lain ataupun yang terpaksa dibangunkan karena adanya
prosedur tindakan tertentu (H.Yunesia,2013).

Faktor lainnya yang mengganggu pola tidur pasien tuberculosis adalah


masalah stress dan emosi yang diakibatkan karena perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik, dan lain sebagainya,
mengalami perasaan isolasi karena penyakit menular, adanya proses
pengobatan yang lama, dan perasaan cemas sehubungan dengan adanya
ancaman kematian yang dibayangkan akibat ketidakmampuan untuk bernafas
(H.Yunesia,2013).

Menurut WHO (2018) TB paru merupakan salah satu penyebab kematian


terbesar di dunia, pada tahun 2017 terdapat 10,0 juta orang mengalami TB
paru dengan pria 5,8 juta, wanita 3,2 juta. Kasus TB paru terjadi di 30 negara
dengan beban TB paru yang tinggi. Delapan negara diantaranya India, Cina,
Indonesia, Filipina, Parkistan, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Indonesia
menduduki urutan ke-3 terbanyak penderita TB paru.

Hasil RISKESDAS (2018) didapatkan hasil pendataan penyakit menular tahun


2018 yang berhubungan dengan TB Paru di peroleh prevelensi penduduk
Indonesia (0,42%) yang didiagnosis TB Paru tertinggi adalah papua (0,77%),
papua barat (0,53%), kalimantan utara (0,52%) aceh (0,49%) sumatera utara
(0,30%), sumatera barat (0,31%), Bangka belitung (0,9%).

Prevelensi kejadian TB Paru di sumatera barat, kasus TB Paru tahun 2017


BTA positif sebesar 4.597 per 100.000 penduduk atau sekitar 5.258 kasus TB
Paru BTA positif (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,2017). Prevelensi
kejadian TB Paru dengan BTA positif di kota Padang 1,6/1000 penduduk.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Jumlah kasus TB Paru mengalami peningkatan dari 1.557 tahun 2016 menjadi
2.029 tahun 2017. Pada penderita yang dicurigai / suspek TB Paru tahun 2017
berjumlah 13.397 kasus, persentase TB Paru terhadap suspek adalah 7,40%
(Profil Kesehatan Kota Padang,2017).

Pengkajian dan penanganan gangguan istirahat dan tidur pasien yang


dilakukan perawat adalah tujuan penting kesehatan pada pasien TB Paru.
Untuk meningkatkan isirahat dan tidur yang nyenyak yang normal bagi
pasien, perawat mengkaji pola tidur mereka dengan menggunakan riwayat
kesehatan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang
biasanya mempengaruhi pola tidur antara lain kuantitas dan kualitas tidur,
aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur, lingkungan tidur,
pengunaan obat tidur (Saputra, 2013).

Tahapan pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian yang berguna


untuk mengumpulkan informasi dari pasien. Pengkajian yang akan dilakukan
menggunakan metode wawancara yang berkaitan dengan keluhan pasien
diantaranya meliputi; pola tidur antara lain kuantitas (lama tidur) dan kualitas
tidur, aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur, lingkungan tidur
(kondisi penerangan,kebisingan), penggunaan obat tidur, perubahan pola tidur.
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan fisik yang ditandai dengan terdapat
lingkaran kehitaman di daerah sekitar mata, konjungtiva merah. Indikasi
perilaku yang menunjukkan adanya masalah tidur meliputi rasa gelisah, bicara
lambat, dan tidak fokus, lelah karena kekurangan energik (Saputra, 2013).

Masalah keperawatan yang mungkin mengalami gangguan istirahat dan tidur


diantaranya gangguan pola tidur, deprivasi tidur, insomnia, kelelahan,
intoleran aktivitas, pola pernafasan tidak efektif. Diagnosa keperawatan lain
yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan istirahat dan tidur nantinya
disusun berdasarkan kebutuhan pasien dan rencana keperawatan
(Vaughans,2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


7

Perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur


bertujuan untuk mempertahankan atau membentuk pola tidur yang
memberikan energi cukup untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Perencanaan keperawatan meliputi tindakan identifikasi faktor yang
menyebabkan gangguan tidur, kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang
dapat mengganggu tidur, tingkatkan aktivitas pada siang hari, bantu pasien
untuk memicu tidur, kurangi kemungkinan cedera selama tidur, berikan
pendidikan kesehatan (Saputra, 2013).

Implementasi yang akan dilakukan dalam gangguan pemenuhan kebutuhan


istirahat dan tidur, antara lain; perubahan lingkungan seperti melibatkan
pasien dalam membuat jadwal aktivitas, berikan lingkungan yang dapat
membuat pasien tenang dan nyaman, jelaskan dan berikan dukungan kepada
pasien agar tidak takut dan cemas, mengurangi hal-hal yang dapat
mengganggu tidur, posisikan pasien untuk tidur lebih nyaman (Saputra,2013).
Meditasi, Relaksasi, pengalihan juga dapat dilakukan untuk mengendalikan
pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
secara non farmakologis.

Menurut penelitian muhtar, A haris(2011) salah satu tindakan yaitu relaksasi


progresif sebagai salah satu teknik relaksasi otot telah terbukti atau mendapat
hasil yang memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot yang
mampu mengatasi masalah keluhan ansietas, insomnia, kelelahan, tekanan
darah tinggi. Dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah dengan
distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, mengatur posisi yang nyaman untuk
pasien, massase punggung, pengelolaan psikologis, mendengarkan music
lembut, serta mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

Teknik relaksasi dapat membantu dan mencegah gejala fisik akibat stress,
dengan teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang.
Teknik relaksasi selain menenangkan fisik juga dapat menenangkan pikiran.
Teknik relaksasi terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, terapi music,

Poltekkes Kemenkes Padang


8

latihan fisik, pernafasan diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi (Muhtar,


A haris, 2011).
Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr M.Djamil Padang tahun 2017
didapatkan pasien yang menderita TB Paru dengan BTA positif, rawat jalan
sebanyak 3% orang dan rawat inap 97,4% orang. Pada penderita suspek TB
Paru, rawat jalan sebanyak 72,86% orang dan rawat inap sebanyak 27,14%
orang (rekam medik RSUP Dr M.Djamil Padang,2018).

Hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 20 desember 2018 di bangsal
paru RSUP Dr. M.Djamil padang didapatkan jumlah pasien yang sedang di
rawat inap yang menderita TB Paru berjumlah 6 orang, salah satu diantaranya
Tn. R mengeluh batuk, sesak nafas, nyeri dada, keringat malam, badan terasa
lemah, dahak yang sulit dikeluarkan tidak dapat tidur dengan telentang, sering
terjaga pada malam hari dan terpaksa dibangunkan terkait prosedur tindakan
tertentu. Pasien mengatakan sering minum susu sebelum tidur, menutup mata
untuk memulai tidurnya dan mendengarkan music untuk tidur. Perawat sudah
mengakaji keadaan istirahat dan tidur pasien, istirahat dan tidur merupakan
diagnose ketiga dalam dokumentasi keperawatan namun dalam implementasi
perawat hanya menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur, dan belum
maksimal mengajarkan cara untuk memperbaiki pola tidur kepada pasien
tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti memahami lebih lanjut dan telah
melakukan asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur pada pasien TB
Paru di rumah sakit RSUP Dr. M.Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien
TB Paru di bangsal paru RSUP Dr. M.djamil Padang tahun 2019.

Poltekkes Kemenkes Padang


9

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan Asuhan Keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di bangsal paru RSUP
Dr. M.djamil Padang tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di
bangsal paru RSUP Dr. M.djamil Padang tahun 2019.
b. Dideskripkan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB
Paru di bangsal paru RSUP Dr. M.djamil Padang tahun 2019.
c. Dideskripsikan intervensi asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di bangsal paru
RSUP Dr. M.djamil Padang tahun 2019.
d. Dideskripsikan implementasi asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di
bangsal paru RSUP Dr.M.djamil Padang tahun 2019.
e. Dideskripsikan hasil evaluasi asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di
bangsal paru RSUP Dr. M.djamil Padang tahun 2019.

D. Manfaat penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi peneliti
Kegiatan penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menerapkan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien TB Paru serta dalam menulis karya tulis ilmiah.

Poltekkes Kemenkes Padang


10

b. Bagi direktur RSUP Dr. M.Djamil Padang Hasil dari penelitian ini
dapat menjadi salah satu informasi bagi perawat melalui direktur RSUP
Dr. M.Djamil Padang untuk meningkan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB Paru di bansal
paru RSUP Dr. M.Djamil Padang.

2. Pengembangan Keilmuan
a. Institusi Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang
Melalui direktur data dan hasil penelitian yang diperoleh dari laporan
karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
dan pembelajaran khususnya untuk mengetahui asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB
Paru bagi mahasiswa jurusan keperawatan padang.

b. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
peneliti selanjutnya untuk menambah pengetahuan dan data dasar
dalam penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur


1. Pengertian istirahat dan tidur
Istirahat merupakan keadaan rileks dan tenang tanpa adanya tekanan
emosional (Saputra,2013). Istirahat adalah keadaan diam, relaksasi tanpa
stress emosi, Perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan, dan
tenang secara fisik (Ambarwati,2014). Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur dan tidak melakukan aktivitas apapun namun
dapat berupa membaca buku, melihat TV, atau berjalan-jalan ditaman juga
bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Saputra,2013).

Tidur berasal dari bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode
pemulihan, keadaan fisiologi untuk tubuh dan pikiran beristirahat. Tidur
merupakan status perubahan kesadaran sehingga memerlukan stimulus
dengan tingkatan yang berbeda untuk ‘bangun’. Tidur merupakan
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun. Dalam hal ini, tidur dikarakteristikan dengan
aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan
proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus
(Ambarwati,2014).

Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum,


aktivitas dan lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan
pengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Pasien yang sedang dirawat
inap membutuhkan istirahat tidur yang cukup sehingga dapat membantu
proses penyembuhan penyakitnya (Vaughans, 2013).

Tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Tanda-

11

Poltekkes Kemenkes Padang


12

tanda tidur secara umum ditandai dengan aktifitas fisik minimal,tingakatan


kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh
dan penurunan respon terhadap rangsangan dar luar (Saputra, 2013).

2. Fisiologi Tidur
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun (Ambarwati, 2014).
Aktivitas dan tidur di atur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak.
yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR) . RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran;
memberi stimulasi visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba ; serta
emosi dan proses berpikir. pada saat sadar , RAS melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR
menimbulkan rasa kantuk yang menyebabkan tidur. Terbangun atau
terjaganya seseorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima
di pusat otak dan system limbik (Saputra, 2013).

3. Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga pola tidur biasa, tahapan tidur ini
disebut juga dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otak bergerak dengan sangat lambat (Saputra, 2013).

Tidur NREM ditadai dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh


termasuk juga metabolisme, kerja otot dan tanda-tanda vital, misalnya
tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Hal lain yang juga terjadi pada
saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata melambat dan mimpi
berkurang (Saputra, 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1) Tahap I
Tahap ini merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai
dengan individu yang keadaan rileks, masih sadar dengan
lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping
ke samping, mudah terbangun dan dapat dibangunkan dengan mudah.
Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari
total tidur.

2) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap tidur,
tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Pada tahap II otot mulai
relaksasi, mata pada umumnya menetap, dan proses-proses didalam
tubuh terus menurun ditandai dengan penurunan denyut jantung,
frekuensi nafas, suhu tubuh, dan metabolism. Tahap II normalnya
berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total
tidur.

3) Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur nyenyak.
Tahap ini individu ditandai dengan relaksasi otot menyeluruh serta
perlambatan denyut nadi, frekuensi nafas, dan proses tubuh yang lain.
Pada tahap III individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap III
berlangsung 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

4) Tahap IV
Tahap IV, individu tidur semakin dalam atau tidur nyenyak. Tahap ini
individu ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG gelombang
otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus

Poltekkes Kemenkes Padang


14

otot, metabolism, dan suhu tubuh. Pada tahapini individu jarang


bergerak dan sulit dibangunkan selama 15-30 menit dan 10% dari total
tidur.

b. Tidur REM
Tidur REM disebut juga dengan paradoksikal karena hal ini
bersifat paradoks yaitu seseorang yang dapt tertidur walapun
aktivitas otaknya nyata. Tahapan ini biasanya terjadi rata-rata
setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-20 menit. Tidur REM
tidak senyenyak tidur NREM dan biasanya sebagian besar mimpi
terjadi pada tahap ini. Selama tdiur malam kedua pola tersebut
terjadi secara bergantian sebanyak 4-6 siklus.

Tidur NREM ditandai dengan :

1) Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba.


2) Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukkan inhibasi kuat proyeksi
spinal atas system pengaktivasi retikularis.
3) Sekresi lambung meningkat
4) Frekuensi denyut jantung dan pernafasan sering kali menjadi tidak
teratur.
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6) Mata cepat tertutup dan terbuka.
7) Metabolisme meningkat.
(Saputra,2013)

4. Siklus Tidur
Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang didalamnya terdapat
pergantian siklus antara tahp tidur NREM dan REM secara berulang
(Saputra, 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


15

Siklus tidur yang terjadi antara lain:


a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit.
b. Pergeseran dari tidur NREM tahp III ke tahap IV. Tahap IV ini
berlangsung selama 20 menit.
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II
yang berlangsung selama 20 menit.
d. Pergeseran dari tidur NREM pada tahap II ke tidur REM. Tidur
REM ini berlangsung selama 10 menit.
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II.
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan
tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umunya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur.

5. Faktor –faktor yang mempengaruhi tidur


Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur banyak faktor
yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah
(Saputra,2013):

1) Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Di samping itu,
siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.

2) Lingkungan.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak
nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan
tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

3) Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang .
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.

4) Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengaturaktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

5) Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya
siklustidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur.

6) Kafein dan alcohol


Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.

7) Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga
di malam hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


17

8) Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan
mudahterbangun di malam hari.

9) Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,
metabloker Dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.

10) Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi
untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

6. Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur


Masalah – masalah dalam kebutuhan tidur duiantaranya adalah
(Perry&Potter,2012) :
1) Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
pertama inisial insomnia yaitu kesulitan untuk memulai tidur, kedua
intermiten insomnia yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, ketiga terminal insomnia yaitu bangun terlalu dini
dan sulit untuk tidur kembali.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat menganggu tidur atau mucul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umunya terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan dari parasomnia antara lain adala sering terjaga
(misalnya tidur berjalan), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya
mengingau), parasomnia yang berkaitan dengan tidur REM (misalnya
mimpi buruk) dan lain-lain.

3) Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada
hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis;
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari.

4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tidak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari.

5) Apnea saat tidur


Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas
secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang
yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

B. Konsep Dasar TB Paru


1. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai parenkim paru. TB menyebar
ke setiap bagian tubuh termasukmeninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Brunner & Suddarth,2013).

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama


menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari
tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem
kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru
ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin
atau bicara. Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan
asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Bruner &
Suddarth, 2013).

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis, yakni kuman aerob yang hidup di paru atau berbagai organ
lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi
(Tabrani,2010).

2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang
dengan partikel kecil ukuran diameter 1 sampai 5 mm dan bersifat aerob.
Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi
penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap

Poltekkes Kemenkes Padang


20

gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu


melalui droplet. Droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa,
bersin kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Tabrani,2010).

3. Manifestasi Klinis
Tanda tanda klinis dari Tuberkulosis terdapat keluhan-keluhan diantaranya
(Tabrani,2010) ;
1) Batuk berdarah lebih dari 2 minggu
2) Sputum mukoid atau purulen
3) Nyeri dada
4) Hemoptisis
5) Dispne
6) Deman dan berkeringat, terutama pada malam hari
7) Berat badan berkurang
8) Anoreksia
9) Malaise
10) Ronki basah di apeks paru

4. Patofisiologi TB paru
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
Tuberculosis melalui udara ke paru-paru. Bakteri yang terhirup akan
melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga ke
alveolus untuk memperbanyak diri. Selanjutnya, system kekeblam tubuh
memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
magrofag melakukan fagsitosis (menelan bakteri). Sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi
mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh yang menyebabkan suhu
tubuh meningkat Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar (Muttaqin, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


21

Interaksi antara basil dan system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh magrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut
ghon turbercle. Materi yang terdiri atas magrofag dan bakteri menjadi
nekrosis yang membentuk seperti keju ( necrotizing caseosa), hal ini akan
menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi non-aktif (Tabrani,2010).

Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi
aktif. Pada kasusu ini ghon tubercle mengalami ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia (Wahid
dan Suprapto, 2013), membentuk turbekel, dan seterusnya , yang ditandai
dengan gejala sesak nafas dan batuk terus menerus sehingga
mempengaruhi dalam istirahat dan tidur.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus
di fagosit atau berkembang biak di dalam sel.

5. Hubungan Gangguan Pemenuhan Istirahat dan Tidur Pada Pasien


TB Paru
Pasien TB Paru sering ditemukan gejala penurunan berat badan,
berkeringat dingin pada malam hari, batuk berdarah lebih dari dua minggu,
sesak nafas. Gejala tuberculosis, primer terdapat dalam bentuk pleuritis
dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat, berupa nyeri
pleura dan sesak nafas (Tabrani,2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Setiap penyakit yang ditandai dengan nyeri ketidaknyamanan fisik (sesak


nafas) atau masalah ketenangan psikologis seperti kecemasan dan depresi
dapat menyebabkan masalah pada istirahat dan tidur pasien. Penyakit fisik
antara lain seperti nyeri dan sesak nafas seringkali mempengaruhi istirahat
dan tidur pasien yang mempunyai penyakit paru kronik salah satunya TB
Paru membutuhkan 2-3 bantal untuk meninggikan kepala mereka untuk
bisa istirahat dan tidur dengan nyaman (Potter & Perry,2012).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat Dan Tidur Pada


Pasien TB Paru
Pengkajian tentang istirahat dan tidur klien meliputi riwayat kesehatan,
riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan
diagnostic (Saputra,2013).

1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,pendidikan, agama,
status perkawinan dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a) keluhan utama
sesak nafas, nyeri pada dada, badan menggigil, dan suhu panas.

b) Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien sering terbangun disaat tidur, tidur singkat, dan
pada saat disiang hari klien tampak kelelahan, mengantuk,
stress dan cemas. Klien biasanya juga mengeluh nyeri dada,
sesak nafas.

c) Riwayat kesehatan dahulu


Pada pasien gangguan istirahat dan tidur, pernah minum obat-
obatan hipnotik yang berlebihan, riwayat merokok dan juga

Poltekkes Kemenkes Padang


23

mengkaji asupan kafein sehari-hari, riwayat terpapar dengan


penderita TB paru.

d) Riwayat kesehatan keluarga


Perawat perlu mengkaji apakah penyakit ini dan penyakit
lainnya seperti DM, kanker paru, dan penyakit TB paru yang
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi di dalam rumah.

3) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a. Keadaan umum
TD : biasanya ditemukan tekanan darah tinggi karena
kurang istirahat
Nadi : pada umumnya takikardia
RR : Biasanya pernafasan pasien meningkat
Suhu : biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seringkali
demam.

b. Kepala
Inspeksi : biasanya ditemukan bentuk kepala simetris, warna
rambut hitam, kulit kepala bersih.
Palpasi : biasanya ditemukan tidak ada lesi dan benjolan
pada kepala, rambut tidak mudah rontok.
c. Mata
Inspeksi : biasanya ditemukan mata tampak simetris, terdapat
lingkaran hitam disekitar mata.
Palpasi : biasanya ditemukan reflek kedip baik, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

d. Hidung
Inspeksi : biasanya ditemukan bentuk hidung simetris,
hidung tampak bersih, tidak ada pernafan cuping
hidung
Palpasi : biasanya tidak diemukan nyeri tekan
e. Telinga
Inspeksi : biasanya ditemukan bentuk telinga normal dan
simetris, telinga tampak bersih
Palpasi : biasanya tidak diemukan nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi : biasanya tidak ditemukan kelainan congenital pada
mulut, tampak pucat dan kering. Pasien biasanya
tampak batuk-batuk.
g. Leher
Inspeksi : biasanya bentuk leher tampak normal dan simetris
Palpasi : biasanya tidak ditemukan pembesaran pada
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
h. Thoraks
Inspeksi :biasanya ditemukan pergerakan dinding dada
simetris, bentuk dada simetris, tampak penggunaan
otot bantu pernafasan, pergerakan dinding dada
tampak cepat dan dangkal.
Palpasi :biasanya ditemukan nyeri tekan pada dada
Perkusi : biasanya ditemukan sonor
Auskultasi :biasnya ditemukan bunyi nafas ronchi
i. Abdomen
Inspeksi : biasanya ditemukan abdomen tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi : biasanya ditemukan tympani
Auskultasi : biasa ditemukan normal5-32 x/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


25

j. Ekstermitas
Biasanya ditemukan CRT >2 detik, akral teraba dingin, kulit
lembab, tampak pucat, dan tidak tampak oedema yang
ditemukan pada pasien TB Paru.

4) Pola aktivitas sehari-hari


a. Pola nutrisi
Biasanya ditemukan penderita TB Paru memiliki nutrisi yang
cukup dikarenakan TB Paru akan banyak sel yang mati
makanan dengan protein dan kalori yang cukup akan
membantu sel-sel baru tumbuh.

b. Pola istirahat dan tidur


Biasanya ditemukan penderita TB Paru akan kesulitan
beristirahat karena respirasi yang terganggu menyebabkan
nyeri. Pengkajian dilakukan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, dan penggunaan
obat tidur.

c. Pola aktivitas
Biasanya ditemukan penderita TB Paru akan mengalami
penurunan aktivitas baik untuk aktivitas sehari-hari bahkan
untuk bekerja biasanya nyeri sangat mengganggu aktifitasnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (Nanda,2015)
2) Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama penyakit
(mis: fisik, psikologis) (Nanda,2015)
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan tidur (Nanda,2015)

Poltekkes Kemenkes Padang


26

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Insomnia Setelah dilakukan 1. Peningkatan Tidur
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1) Jelaskan
ketidaknyamanan diharapkan klien pentingnya tidur
fisik (sesak nafas, mampu mengatasi selama sakit
batuk, nyeri dada) masalah insomnia 2) Monitor/catat
dengan kriteria hasil : pola tidur pasien
Batasan 1. Kepuasan klien : dan jumlah jam
Karakteristik : lingkungan fisik tidur
1) Gangguan pola 1) kontrol 3) Monitor pola
tidur pencahayaan tidur pasien dan
2) Bangun terlalu ruangan catat kondisi
dini 2) control terhadap fisik(mis:nyeri/ke
3) Kesulitan suara rebut tidaknyamanan,
memulai tidur 3) kenyamanan gangguan nafas)
4) Kesulitan tidur kelembaban 4) Anjurkan pasien
nyenyak ruangan untuk memantau
5) Pola tidur tidak 4) control suhu pola tidur
menyehatkan ruangan 5) Sesuaikan
6) Tidur tidak 5) control terhadap lingkungan
memuaskan jumlah orang (misalnya :
diruangan pencahayaan,
kebisingan, suhu)
6) Bantu untuk
2. Status menghilangkan
kenyamanan situasi stress
lingkungan sebelum tidur
1) Suhu ruangan 7) Terapkan
2) Kebersihan langkah-langkah
lingkungan kenyamanan
3) Pencahayaan seperti pijat,
ruangan pemberian posisi
4) Privasi nyaman, dan
5) Tempat tidur sentuhan afektif.
yang nyaman 8) Ajarkan
bagaimana
melakukan
relaksasi otot atau
non-farmakologi
untuk memulai
tidur.

Poltekkes Kemenkes Padang


27

2. Deprivasi tidur Setelah dilakukan 1. Fasilitasi kehadiran


berhubungan dengan tindakan keperawatan keluargaa
ketidaknyamanan diharapkan klien 1) Tentukan
lama penyakit (mis: mampu mengatasi kesesuaian
fisik, psikologis) masalah deprivasi tidur lingkungan fisik
dengan kriteria hasil : untuk kehadiran
Batasan 1. Status keluarga
Karakteristik : kenyamanan fisik 2) Beritahu tim
1) Gelisah 1) Posisi yang pengobatan akan
2) Ansietas nyaman reaksi emosional
3) Mengantuk 2) Intake makanan keluarga
4) Peningkatan 3) Intake cairan terhadap kondisi
sensitivitas 4) Kepatenan jalan pasien, yang
terhadap nyeri nafas sesuai
5) Perubahan 5) Saturasi oksigen 3) Advokasi
konsentrasi 6) Sesak nafas keluarga dengan
6) Keletihan tepat
4) Dapatkan
2. Tingkat Stress informasi
1) Peningkatan mengenai status
tekanan darah pasien, respon
2) Peningkatan terhadap
denyut nadi pengobatan,
radialis kebutuhan yang
3) Peningkatan laju teridentifikasi
pernafasan
4) Sakit kepala 2. Terapi Relaksasi
berat 1) Gambarkan
5) Telapak tangan rasionalisasi dan
berkeringat manfaat relaksasi
6) Kegelisahan serta jenis
7) Gangguan tidur relaksasi yang
8) Perubahan tersedia (mis:
dalam asupan music, meditasi,
makanan teknik nafas
dalam)
2) Berikan deskripsi
detail terkait
intervensi
relaksasi yang
dipilih
3) Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan tanpa
distraksi dengan
lampu yang redup
dan suhu

Poltekkes Kemenkes Padang


28

lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan.
4) Dorong pasien
untuk mengambil
posisi yang
nyaman
5) Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
pasien
6) Dorong pasien
untuk mengulang
praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinkan

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Manajemen


berhubungan dengan tindakan keperawatan lingkungan :
gangguan diharapkan klien kenyamanan
pernafasan mampu mengatasi 1) Ciptakan
Batasan masalah gangguan pola lingkungan
Karakteristik : tidur dengan kriteria yang nyaman
1) Kesulitan hasil : dan
untuk 1. Tidur mendukung
memulai 1) Jam tidur 2) Identifikasi
tidur 2) Pola tidur kebutuhan
2) Ketidakpuas 3) Kualitas tidur pasien
an tidur 4) Perasaan segar berdasarkan
3) Perubahan setelah tidur fungsi fisik
pola tidur 5) Kesulitan 3) Pertimbangan
normal memulai tidur penempatan
4) Sering 6) Tidur yang tidak pasien di
terjaga tepat kamar dengan
7) Suhu ruangan beberapa
yang nyaman tempt tidur
8) Apnea saat tidur 4) Sediakan
9) lingkungan
yang aman
2. Status Pernafasan dan bersih
: ventilasi 5) Sesuaikan
1) Frekuensi suhu ruangan
pernafasan untuk
2) Penggunaan otot menyamanka
bantu pernafasan n untuk
3) Dispnea saat pasien, jika
istirahat perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


29

2. Manajemen jalan
nafas
1) Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
jalan nafas
2) Lakukan
fisioterapi dada
3) Instruksikan
bagaimana agar
bisa melakukan
batuk efektif
4) Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
5) Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi

Sumber : NIC-NOC,2016

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif atau
pendekatan studi kasus yaitu suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian (Sugiyono,2014).
Didalam penelitian yang dilakukan berfokus untuk mendeskripsikan
bagaimana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur pada pasien TB Paru melalui pengkajian, merumuskan diagnose
keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, penatalaksanaan
intervensi, serta evaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan pada
pasien di bangsal paru RSUP Dr. M Djamil Padang tahun 2019.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di ruangan paru RSUP Dr. M.Djamil Padang.
Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2018 sampai Maret 2019.
Asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien TB paru dilakukan pada tanggal 25 – 29 Maret 2019.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek dan objek generalisasi yang terkait
dalam penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk penelitiannya (sugiyono, 2014).
Populasi dari penelitian yang akan dilakukan pada tanggal 25 mei 2019
sebanyak 2 orang pasien dengan diagnosis TB Paru yang mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
2. Sampel
a. Pengertian sampel
Sampel adalah jumlah kecil yang ada dalam populasi dan dianggap
mewakilinya melalui sampling. Sampling adalah suatu proses cara

30

Poltekkes Kemenkes Padang


31

atau teknik yang digunakan dalam menyeleksi pengambilan sampel


penelitian (sugiyono, 2014). Sampel penelitian yang akan
dilakukan adalah satu orang pasien TB Paru yang mengalami
gangguan pemenuhan istrahat dan tidur.

b. Kriteria sampel
Adapun kriteria sampel dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah :
a) Kriteria Inklusi
(1) Pasien TB Paru yang mengalami gangguan istirahat dan
tidur
(2) Pasien bersedia menjadi responden
(3) Pasien kooperatif
b) Kriteria Ekslusi
(1) Pasien TB Paru yang mengalami penurunan kesadaran

c. Cara Pengambilan Sampel


Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling
dengan melakukan pengundian untuk menentukan satu sampel.
Adapun cara pengambilan sampel yaitu, populasi yang ditemukan
saat melakukan penelitian sebanyak 2 orang pasien TB paru yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
Keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel penelitian. Maka digunakan dengan metode
pengundian, kedua pasien tersebut diberi kode berdasarkan inisial
nama pasien diatas kertas, kemudian kertas tersebut digulung lalu
diaduk secara bersamaan. Setelah diaduk, peneliti mengambil satu
buah kertas secara acak, kemudian kertas yang didapatkan
berinisial pasien tersebut yang dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian.

Poltekkes Kemenkes Padang


32

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data:
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian seperti
pengakajian yang dilakukan kepada pasien meliputi; identitas
pasien, riwayat kesehatan pasien, pola istirahat dan tidur pasien.
b. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung
dari objek atau subjek penelitian seperti rekam medis pasien yang
diperoleh secara langsung di bangsal paru RSUP Dr. M Djamil
Padang. Data sekunder berupa; bukti, data penunjang, catatan
lainnya yang terkait dengan kesehatan pasien.

2. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument dalam pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah format pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Alat yang digunakan berupa stetoskop, tensi
meter, penlight, meteran, refleks hammer, timbang badan, dan
meteran.

3. Pengumpulan Data
a. Wawancara / anamnesa
Wawancara adalah menanyakan kepada pasien, keluarga, dan
perawat ruangan atau Tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi pasien sesuai format pengkajian dalam
asuhan keperawatan berupa identitas, riwayat kesehatan sekarang,
dahulu, keluarga, pola aktivitas, masalah psikologis mengunakan
teknik komunikasi terapeutik .

b. Pengukuran
Pengukuran yaitu cara pengumpulan data penelitian dengan
mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu. Pengukuran yang

Poltekkes Kemenkes Padang


33

dilakukan antaranya: pengukuran tekanan darah, pengukuran suhu,


melakukan pertimbangan berat badan, tinggi badan, menghitung
frekuensi nafas, dan menghitung frekuensi nadi.

c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien,
pemeriksaan fisik yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi (IPPA) secara menyeluruh (head to toe) kepada pasien
TB Paru yang mengalami gangguan istirahat dan tidur.

d. Studi dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan medis pasien yang ada di ruang
rawatan yang dapat digunakan untuk menunjang penelitian yang
akan dilakukan di RSUP Dr. M Djamil Padang tahun 2019.

4. Langkah-langkah Pengumpulan Data Dalam Studi Kasus


a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari institusi yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang
b. Peneliti memasukkan surat izin penelitian yang diberikan oleh
instalasi asal penelitian ke RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Setelah dapat surat izin dari RSUP Dr. M.Djamil Padang surat
tersebut diserahkan ke pihak Instalasi Non Bedah dan meminta izin
untuk pengambilan data yang dibutuhkan peneliti
d. Meminta izin Kepala Ruangan di Ruangan Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang
e. Melakukan pemilihan sampel satu orang pasien dengan diagnosis
TB paru yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dengan cara simple random sampling
f. Peneliti mendatangi pasien dan menjelaskan tujuan penelitian
tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada responden

Poltekkes Kemenkes Padang


34

g. Peneliti memberikan inform consent kepada pasien dan


menandatanganinya untuk bersedia diberikan asuhan keperawatan
oleh peneliti.

E. Analisis dan pembahasan


Data yang telah didapatkan dari hasil pengkajian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan objektif. Hasil analisa tersebut dirumuskan dalam
menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan panduan Nursing
American Diagnosis (NANDA) 2015-1017 dan menyusun rencana
keperawatan, melaksanakan implementasi keperawatan, melakukan
evaluasi keperawatan, melakukan dokumentasi keperawatan. Hasil analisa
akan dinarasikan dan dibandingkan dengan hasil penelitian yang terkait
mengenai pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien
tuberculosis paru. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan
apakah ada kesesuaian antara teori dengan kondisi partisipan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Pada bab ini peneliti membahas tentang penerapan asuhan keperawatan
pada Ny. D yang telah dilakukan pada tanggal 25 maret – 29 maret 2019
dengan diagnosa medis TB Paru dan akan membahas gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada partisipan tersebut yang
dirawat di ruangan isolasi paru RSUP Dr. M.Djamil Padang. Tahapan
pembahasan sesuai dengan asuhan keperawatan dasar dimulai dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Ny. D berusia 61 tahun seorang ibu rumah tangga yang beralamat
di jalan karya bakti kecamatan pondok tinggi kota sungai penuh
provinsi jambi. Ny. D dirujuk dari RSU Maijen Thalib ke RSUP
Dr. M.Djamil padang pada tanggal 24 maret 2019 dengan diagosa
medis TB Paru dan dirawat di bangsal paru.

b. Keluhan utama saat masuk


pasien Ny D masuk melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil padang pada
tanggal 24/3/19 rujukan dari RSU Mayjen Thalib dengan keluhan
sesak nafas meningkat 2 hari yang lalu, batuk berdahak hilang
timbul, dahak berwarna putih kental, sukar dikeluarkan demam
sejak 7 hari yang lalu, tidak menggigil. Pasien berkeringat pada
malam hari, Pasien mengeluh mual dan nyeri dada ketika batuk.

35
Poltekkes Kemenkes Padang
36

c. Riwayat kesehatan saat pengkajian


Pada tanggal 25 maret 2019 dilakukan pengkajian pada Ny. D
mengeluh tidak bisa tidur, sulit untuk memulai tidur, sering terjaga
di malam hari karena batuk dan nafas sesak, Ny. D mengatakan
tidak bisa tidur, pola tidur terganggu, berkeringat pada malam hari,
Ny. D tampak gelisah dan cemas, tidur kurang lebih 3-4 jam/hari.

d. Riwayat kesehatan yang lalu


pasien mengatakan sesak nafas dan batuk sudah dirasakan 3 tahun
yang lalu, pasien sering kontrol ke puskesmas. Sesak nafas dan
batuk bersifat hilang timbul.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat kesehatan keluarga Ny. D, keluaraga tidak ada yang
memiliki riwayat TB Paru, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma,
serta penyakit keganasan lainnya.

f. Kebutuhan dasar
1) Pola Nutrisi
keluarga mengatakan saat pasien sehat makan 3x sehari dengan
nasi, lauk, sayur dengan porsi sedang dan minum 8 gelas. Saat
sakit pasien makan 3x sehari dengan diit (MB TKTP ) yang
diberikan di rumah sakit, pasien menghabiskan ½ dari yang di
berikan dan minum air putih 7-9 gelas sehari.

2) Pola istirahat dan tidur


saat sehat pasien mengatakan tidur 7-8 jam sehari, kualitas
tidur baik, pasien mengatakan tidur dengan nyaman. Saat sakit
pasien mengatakan tidur 3-4 jam sehari, sulit untuk memulai

Poltekkes Kemenkes Padang


37

tidur, dan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari


serta pasien berkeringat pada malam hari.

3) Pola mandi
pada saat sehat pasien mandi 2 kali sehari dan mandi secara
mandiri. Saat sakit pasien mengatakan mandi 1x sehari dan di
bantu oleh perawat serta keluarga.

4) Pola Eliminasi
Pada saat sehat pasien BAK sendiri kurang lebih 5 x sehari dan
BAB l x sehari.Saat sakit pasien BAK menggunakan kateter,
dan BAB 1X 2 hari.

5) Aktifitas pasien
Pada saat sehat pasien seorang IRT dan sekali2 bertani dan
memasak menggunakan kayu di rumah. Saat sakit pasien
mengatakan hanya tidur di tempat tidur saja.

g. Pemeriksaan Fisik
Hasil Pemeriksaan fisik pada Ny. D hasil Pemeriksaan TTV di
dapatkan tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 100 x/menit,
pernafasan 25 x/menit, suhu 36,60c, berat badan 38 kg, tinggi
badan 155 cm. konjungtiva tampak tidak anemis, mata tampak
merah dan sekitar mata tampak berwarna hitam , dan penglihatan
baik.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dengan mengelompokan data,
memvalidasi data dan menganalisa data berdasarkan data subjektif
daan objektif. Pada diagnosa keperawatan, peneliti akan menganalisis
perumusan diagnosa keperawatan pada pasien berdasarkan teori dan

Poltekkes Kemenkes Padang


38

kasus. Ditemukan diagnosa keperawatan yang yang teridentifikasi


yang berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan istrahat dan tidur, yaitu:

Diagnosa keperawatan : Insomnia berhubungan dengan


ketidaknyamanan fisik. Diagnosa ini diangkat dan diperkuat dengan
data subjektif pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur, sering
terjaga dimalam hari karena nafas terasa sesak, Nyeri dada, dan mual
saat batuk, pola tidur terganggua 3-4 jam/hari. sedangkan data objektif
tampak lingkaran hitam disekitar mata, kurang konsentrasi, pasien
tampak gelisah.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat
kesehatan optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau
keparahan gejala gangguan pernafasan, hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri, seperti prilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan.

Diagnosa keperawatan, Insomnia berhubungan dengan


ketidaknyamanan fisik. Rencana tindakan yang akan dilakukan dengan
kriteria hasil kenyamanan lingkungan, Suhu ruangan, Kebersihan
lingkungan, Pencahayaan ruangan, Privasi pasien, Tempat tidur yang
nyaman Sedangkan untuk rencana intervensi yang akan dilakukan
sesuai dengan NIC , yaitu menjelaskan pentingnya tidur selama sakit,
Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur, monitor pola
tidur pasien dan catat kondisi fisik(nyeri/ketidaknyamanan, gangguan
nafas), anjurkan pasien untuk memantau pola tidur, bantu untuk
menghilangkan situasi stress sebelum tidur, ajarkan bagaimana
melakukan relaksasi otot atau non-farmakologi untuk memulai tidur,
gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
yang tersedia, ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman, jika

Poltekkes Kemenkes Padang


39

memungkinkan, dorong pasien untuk mengambil posisi yang nyaman,


tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada pasien, dorong pasien
untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinkan,
posisikan pasien untuk memaksimalkan jalan nafas, lakukan fisioterapi
dada, motivasi pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif, sediakan
tempat tidur yang nyaman dan bersih untuk pasien, batasi pengunjung,
instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif, posisikan
untuk meringankan sesak nafas, monitor status pernafasan dan
oksigenasi. ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien,
Selanjutnya monitor tekanan darah, nadi, frekuensi pernfasan, monitor
suhu tubuh dan lingkungan, serta kelembapan lingkungan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
kepada pasien sesuai dengan rencana tindakan yang telah dirumuskan.
Implementasi yang dilakukan pada tanggl 25 Maret 2019 sampai
dengan tanggal 29 Maret 2019. Dari pertemuan pertama sampai
dengan pertemuan ke lima pada diagnosis keperawatan.

diagnosis, Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik


tindakan yang dilakukan dari tanggal 25-29 Maret 2019 adalah
menjelaskan pentingnya tidur bagi pasien selama pasien sakit dan
dirawat, Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur, monitor
pola tidur pasien dan catat kondisi fisik(nyeri/ketidaknyamanan,
gangguan nafas), anjurkan pasien untuk memantau pola tidur, bantu
untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur, ajarkan bagaimana
melakukan relaksasi otot, distraksi, massase punggung untuk memulai
tidur, posisikan pasien untuk memaksimalkan jalan nafas, lakukan
fisioterapi dada, motivasi pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif,
Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif, posisikan
untuk meringankan sesak nafas, monitor status pernafasan dan
oksigenasi. memposisikan pasien semi fowler 450 untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


40

memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea, mengajarkan dan


membantu pasien untuk nafas dalam, menginstruksikan dan
mengajarkan pasien batuk efektif untuk mengeluarkan secret dengan
mudah,monitor pernafasan dan status oksigen yang sesuai, ciptakan
lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien, sediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih untuk pasien, batasi pengunjung. Selanjutnya
monitot tekanan darah, nadi, frekuensi pernfasan, monitor suhu tubuh
dan lingkungan, serta kelembapan lingkungan, gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia, ciptakan
lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang nyaman, dorong pasien untuk mengambil
posisi yang nyaman, tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi nafas
dalam, distraksi, massase punggung pada pasien, dorong pasien dan
keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutknnyaa akan
dilakukan evaluasi selama lima hari ( 7 Maret – 13 Maret 2019 ).
Dengan menggunakan SOAP hasil yang diperoleh pada hari ke-5,
tepatnya hari Jum’at tanggaal 29 Maret 2019 adalah sebagai berikut:

Diagnosa, Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik


didapatkan evaluasi subjektifnya bahwa Ny. D mengatakan sesak nafas
sudah berkurang, batuk hilang timbul, dahak sudah berkurang, Ny.D
mengatakan sudah nyaman dengan tidur posisi semi fowler, sudah
tidur dengan nyaman pada malam hari Ny.D mengatakan tidur malam
dengan nyaman, tidur kurang lebih 7 jam sehari, mengatakan tidur
sudah lebih nyenyak dari sebelumnnya dan keluarga mengatakan paien
sudah bisa tidur dengan nyenyak hanya terbangun di tengah malam
ketika minum air putih hangat. Sedangkan evaluasi objektif yang
didapatkan dari diagnosa ini adalah Ny.D tampak lebih segar, tampak
lebih tenang, tampak tidak gelisah lagi, mata merah sudah mulai

Poltekkes Kemenkes Padang


41

berkurang, lingkaran hitam disekitar mata sudah mulai berkurang.


tampak melakukan nafas dalam, dan batuk efektif, tampak terpasang
terpasang O2 binasal 3 Liter/ Menit, tampak terpasang infuse Nacl
0,9% dengan tetesan 28x/menit. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD :120/80 mmhg, RR : 20 x/menit, HR:85 x/menit.

B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dan
laporan kasus peneliti. Pembahasan kasus meliputi pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, dan evaluasi pada
asuhan keperawatan yang diberikan. Pembahasan dilakukan dengan
membandingan hasil proses keperawatan dengan teori.

1. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan Utama
Pada tanggal 25 maret 2019 dilakukan pengkajian pada Ny. D
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak berwana putih kental, dahak
sukar dikeluarkan, nyeri pada ulu hati saat batuk, Ny. D sering
merasa mual, tidak bisa tidur, sulit untuk memulai tidur, sering
terjaga di malam hari, berkeringat pada malam hari. Ny. D tampak
gelisah, lesu, kehitaman disekitar mata, mata tampak merah.
Menurut penetian (Muhtar&A.haris,2015) Seseorang yang sedang
sakit mengalami gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur
akan memperlihatkan kondisi dengan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman didaerah sekitar
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, sakit kepala, dan
sering menguap dan mengantuk, sehingga berdampak pada waktu
pemulihan dari sakitnya.

Hal ini sejalan dengan teori (Saputra,2013) Faktor yang


mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, di antaranya adalah:

Poltekkes Kemenkes Padang


42

Penyakit, Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik


yang dapat menyebabkan gangguan tidur yang ditandai dengan
gelisah, apatis, mata bengkak, kehitaman disekitar mata, sakit
kepala, sering terjaga di malam hari.

Menurut penelitian (H.Yunesia,2013) yang mengganggu pola tidur


pasien TB paru adalah masalah stress dan emosi yang diakibatkan
karena perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik, dan lain sebagainya, mengalami perasaan
isolasi karena penyakit menular, adanya proses pengobatan yang
lama, dan perasaan cemas sehubungan dengan adanya ancaman
kematian yang dibayangkan akibat ketidakmampuan untuk
bernafas. Hasil pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan
cemas akan penyakitnya, dan ingin segera pulang. Hal ini sejalan
dengan teori (Vaughans,2013) Faktor yang mempengaruhi istirahat
dan tidur antara lain: faktor pengaruh psikologis seperti peran dan
dukungan, pola kerja, stress atau depresi, faktor gaya hidup, faktor
kondisi lingkungan, serta faktor dalam penyimpangan kesehatan

b. Pemeriksaan fisik
Hasil Pemeriksaan fisik pada Ny. D hasil Pemeriksaan TTV di
dapatkan tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 100 x/menit,
pernafasan 25 x/menit, suhu 36,60c, berat badan 38 kg, tinggi
badan 155 cm IMT 16 kg/m2. Dalam penelitian
(Muhtar&A.haris,2015) konjungtiva tampak tidak anemis, mata
tampak merah dan sekitar mata tampak berwarna hitam , dan
penglihatan baik. Hal ini sejalan dengan teori (saputra,2013) hasil
pemeriksaan fisik seseorang yang mengalami gangguan istirahat
dan tidur diantaranya: TD meningkat, pada umumnya takikardi,
pernafasan meningkat, suhu biasanya tidak bermasalah.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan kasus, didapatkan tiga
diagnosa keperawatan (NANDA, 2015-2017), yang ditemukan pada
pasien TB paru saat dilakukan pengkajian pada pasien ditemukan
masalah yaitu: insomnia.
Diagnosa insomnia, pada kasus Ny. D yaitu insomnia berhubungan
dengan ketidaknyaman fisik adalah NANDA (2015-2017),
difefinisikan sebagai gangguan pada kualitas dan kuantitas tidur yang
menghambat fungsi yang mempunyai beberapa batasan krakteristik
antara lain, gangguan pola tidur, bangun terlalu dini, gangguan status
kesehatan, kesulitan tidur, ketidakpuasan tidur, menyatakan tidak
merasa cukup istirahatnya, dan sering terbangun ditengah malam. Hal
ini sejalan dengan teori (Vaughans,2013) Masalah keperawatan yang
mungkin mengalami gangguan istirahat dan tidur diantaranya
gangguan pola tidur, deprivasi tidur, insomnia, kelelahan, intoleran
aktivitas, pola pernafasan tidak efektif.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan perencanaan yang akan dilakukan
dalam mengatasi masalah keperawatan. Intervensi keperawatan
berpedoman kepada Nursing Interventions Clasification (NIC) dan
Nursing Outcomes Clasification (NOC). Perensanaan tindakan disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu insomnia berhubungan
dengan ketidaknyamanan fisik.

Dalam menyusun rencana keperawatan yang akan dilakukan pada


pasien sama dengan teori diantaranya manajemen peningkatan tidur
pasien, manajemen lingkungan, manajemen jalan nafas, serta terapi
relaksasi pada pasien dalam mengurangi masalah psikologis yang
dialaminya.

Poltekkes Kemenkes Padang


44

4. Implementasi Keperawatan
Peneli melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dilakukan. Implementasi keperawatan adalah
tindakan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disiapkan. Implementasi dilakukan pada kasus dimulai tanggal 25
sampai 29 Maret 2019 selama 5x pertemuan, Implementasi yang
dilakukan pada pasien hanya berhubungan dengan tujuan tercapainya
pemecahan masalah istirahat dan tidur pada pasien TB paru. Hasil
implementasi yang dilakukan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan
konsep keperawatan.

Pada diagnosa insomnia berhubungan dengan ketidaknyaman fisik


yaitu pasien mengeluh sering terjaga pada malam hari karena sesak
nafas dan batuk, sulit untuk memulai tidur, gangguan pola tidur3-4
jam/hari, tidur tidak nyenyak. Implementasi yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan keperawatan yaitu manajemen peningktan tidur
pasien, manajemen lingkungan, manajemen jalan nafas, dan
melakukan terapi relaksasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi
sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi
semuanya. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk melihat keefektifan
intervensi yang sudah dilakukan dengan metode SOAP. Hasil evaluasi
yang dilakukan pada pasien adalah selama 5 hari pada diagnosa
keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Evaluasi pada diagnosa insomnia berhubungan dengan


ketidaknyamanan fisik setelah dilakukan implementasi kepada pasien
didapatkan pada hari ke tiga masih banyak keluhan, namun ada
peningkatan pada hari keempat dan sudah mulai hilang pada hari
rawatan kelima.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien TB paru di bangsal paru RSUP
Dr. M.Djamil Padang tahun 2019, peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien. Pasien Pada tanggal 25
maret 2019 dilakukan pengkajian pada Ny tidak bisa tidur, sulit untuk
memulai tidur, sering terjaga di malam hari, Ny. D mengatakan tidak
bisa tidur, pola tidur terganggu, tidur kurang lebih 3-4 jam/hari.
berkeringat pada malam hari. Ny. D tampak gelisah dan cemas. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 140/80mmhg, HR: 100
x/menit, RR : 25 x/menit, suhu : 36,6 oc, terpasang oksigen nasal kanul
3 L/menit, dan terpasang infuse Nacl 0,9%.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien adalah gangguan pola


tidur berhubungan dengan gangguan pernafasan, insomnia
berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, dan deprivasi tidur
berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (psikologi).

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah


keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi yang
dilakukan dalam asuhan keperawatan ini antara lain memposisikan
pasien agar bisa tidur dengan nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam
dan batuk efektif, mengajarkan teknik distraksi, terapi music,
memperhatikan lingkungan pasien tetap bersih, memonitor pola tidur,
suhu lingkungan.

46
Poltekkes Kemenkes Padang
47

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan


dan diagnosa keperawatan yang sudah ditentukan. Pada diagnosa
dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur yaitu; memposisikan
pasien semi fowler untuk pasien tidur dengan nyaman, monitor pola
tidur, mengajarkan teknik relaksasi berupa distraksi, nafas dalam, dan
terapi music.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan metode SOAP, untuk melihat


efektifitas tindakan yang dilakukan peneliti selama memberikan
asuhan keperawatan. Masalah diagnosa deprivasi tidur teratasi pada
tanggal 28 maret 2019 sedangkan diagnosa gangguan pola tidur dan
insomnia sudah teratasi pada tanggal 29 maret 2019.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui direktur rumah sakit diharapkan perawat ruangan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif serta professional
sesuai dengan diagnosa dan rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai NANDA, NIC, NOC. Mempertahankan dan
memaksimalkan asuhan keperawatan pada pasien TB paru khususnya
yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur dan mengajarkan kepada pasien serta melibatkan keluarga dalam
salah satu intervensi dalam kenyamanan dan meningkatkan istirahat
dan tidur dalam melakukan teknik relaksasi seperti distraksi, nafas
dalam, dan terapi music.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat menjadi bahan belajar dan masukan bagi
mahasiswa khususnya teknik ada pasien TB paru dalam asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi bahan
pembanding pada penelitian selanjutnya dan memberikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien TB paru

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati.2014.Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:


Dua Satria Offset.
Bulecheck, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.).
Brunner & Suddarth.2013.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Dinas kesehatan kota Padang. 2017. Profil Kesehatan Kota Padang. Tersedia
pada http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/profilkabkota2017
/1371SumbarKotaPadang2017.pdf. Diakses pada tanggal 19 desember 2018
kemenkes.2017. Profil Dinas kesehatan. Tersedia pada http://www.depkes.go.
id/resources/download/profil/profil_kes_provinsi2017/03_Sumbar_2017.
Pdf. Diakses pada tanggal 19 desember 2018
Moorhead, S., Johnson, M., L.Mass, M., & Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classifications (NOC) (5th ed.).
Muhtar; A haris AB. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien diruangan VIP-B Rumah Sakit
Umum Daerah Bima. Tersedia pada http://poltekkes-mataram.ac.id/wp-
content/uploads/2015/08/6.-718-725-a-haris-ab-dkk-pengaruh-tehnikrelaks
asi-progresif-terhadap-pemenuhan-kebutuhan-istirahat-%E2%80%93 -
tidur-klien-di-ruangan-VIP-B.pdf. Diakses pada tanggal 28 desember 2018
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta:EGC.
NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,dan
Praktik. Jakarta: EGC
Rab,Tabrani.2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM

Riskesdas.2018.Hasil Utama Riskesdas.tersedia pada http://www.depkes.go.


id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesd
as%202018. Pdf. Diakses pada tanggal 15 desember 2018
Saputra, Lyndon. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif,Dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Poltekkes Kemenkes Padang


Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Wahid dan Imam Suprapto.(2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem


Respirasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info Medika.

WHO.2018. Global Tuberculosis Report. Tersedia pada


https://www.who.int/tb/publications/global_report/en/. Diakses pada tanggal
15 januari 2018
Yusnesia, Hesty.2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Tidur
Pasien Rawat Inap Tuberculosis paru di Rumah Sakit Paru Dr. Ario
Wirawan Salatiga. Tersedia pada http://repository.uksw.edu/bitstream/1234
56789/6698/7/T1462007047 Judul.pdf. diakses pada tanggal 30 desember
2018

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751)
7051300 PADANG 25146

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

NAMA MAHASISWA : Agnesa Ramadani

NIM : 163110153

RUANGAN PRAKTIK : bangsal paru RSUP Dr. M.Djamil Padang

A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


1. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTP
Alamat : Jl. Karya Bakti Kecamatan Pondok Tinggi Kota
Sungai Penuh Provinsi Jambi

2. Identifikasi Penanggung jawab


Nama : Tn. Z
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Karya Bakti Kecamatan Pondok Tinggi Kota
Sungai Penuh Provinsi Jambi
Hubungan : suami-istri

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 24 maret 2019

No. Medical Record : 01.04.40.89

Ruang Rawat : isolasi paru

Diagnosa Medik : TB Paru

Yang mengirim/merujuk : RSU Mayjen Thalib

Alasan Masuk : Sesak nafas, Batuk, Demam

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk

pasien Ny D masuk melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil padang pada


tanggal 24/3/19 rujukan dari RSU Mayjen Thalib dengan keluhan sesak
nafas meningkat 2 hari yang lalu, batuk berdahak hilang timbul, dahak
berwarna putih kental, sukar dikeluarkan demam sejak 7 hari yang lalu,
tidak menggigil. Pasien berkeringat pada malam hari, Pasien mengeluh
mual dan nyeri ketika batuk.

- Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) :

Pada tanggal 25 maret 2019 dilakukan pengkajian pada Ny. D mengeluh


sesak nafas, batuk berdahak hilang timbul dan berwana putih kental,
dahak sukar dikeluarkan, nyeri dada saat batuk, Ny. D sering merasa
mual, tidak bisa tidur, sulit untuk memulai tidur, sering terjaga di malam
hari, Ny. D mengatakan tidak bisa tidur, pola tidur terganggu, tidur
kurang lebih 3-4 jam/hari. berkeringat pada malam hari. Ny. D tampak
gelisah dan cemas, Ny. D mengatakan imgin cepat pulang kerumahnya
dan takut anak, suami, dan keluarga akan tertular dengan penyakit yang
dialaminya.

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk sudah dirasakan 3 tahun yang
lalu, pasien kontrol ke puskesmas dan sesak nafas bersifat hilang timbul,
pasien seorang IRT, tidak merokok, Ny. D memasak dengan kayu selama
45 tahun paparan asap > 6 jam/hari.
Ny. D tidak memiliki riwayat HT, DM, Asma.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga :


keluarga tidak ada yang menderita TB Paru, DM, HT, Kanker dalam
keluarga

5. Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
Sehat : keluarga mengatakan saat pasien
sehat makan 3x sehari dengan nasi,
lauk, sayur dengan porsi sedang dan
minum 8 gelas.

Sakit : pasien makan 3x sehari dengan diit


(MB TKTP ) yang diberikan di rumah
sakit, pasien menghabiskan ½ dari
yang di berikan dan minum air putih 7-
9 gelas sehari.
b. Tidur

Sehat : saat sehat pasien mengatakan tidur 7-8 jam


sehari, kualitas tidur baik, pasien
mengatakan tidur dengan nyaman.

Sakit : saat sakit pasien mengatakan tidur 4-5 jam


sehari, sulit untuk memulai tidur, dan pasien
mengatakan sering terbangun di malam hari
serta pasien berkeringat pada malam hari

c. Mandi
Sehat : pada saat sehat pasien mandi 2 kali
sehari dan mandi secara mandiri
Sakit : saat sakit pasien mengatakan mandi
1x sehari dan di bantu oleh perawat
serta keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Eliminasi
Sehat : saat sehat pasien BAK sendiri
kurang lebih 5 x sehari dan BAB l x
sehari.
Sakit : saat sakit pasien BAK menggunakan
kateter, dan BAB 1X 2 hari

e. Aktifitas pasien
Sehat : saat sehat pasien seorang IRT dan
sekali2 bertani dan memasak
menggunakan kayu di rumah
Sakit : saat sakit pasien mengatakan hanya
tidur di tempat tidur saja

6. Pemeriksaan Fisik
- Tinggi / Berat Badan : 155 cm / 38 kg

- Tekanan Darah : 140/80 mmHg

- Suhu : 36,60C

- Nadi : 100 X / Menit

- Pernafasan : 25 X / Menit

- Rambut : bersih tidak rontok

- Telinga : simetris kiri kanan dan pendengaran baik

- Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, mata


tampak merah dan tampak disekitar mata
berwarna hitam

- Hidung : simetris, bersih dan tidak ada lesi

- Mulut : bersih dan tampak kering

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


dan tyroid

Poltekkes Kemenkes Padang


- Toraks : I : normal, pergerakan dinding dada tampak
simetris

P: tidak ada nyeri dada

P: sonor

A: ronhki, bronkovesikuler

- Abdomen : I : simetris, tidak ada asites dan lesi


P: hepar tidak teraba

P: tympani

A: bising usus 6xmenit

- Kulit : turgor kulit baik


- Ekstremitas : tidak ada edema, akral teraba hangat, tangan
kiri terpasang infuse NaCl 0,9%

7. Data Psikologis
Status emosional : baik

Kecemasan : pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya

Pola koping : baik

Gaya komunikasi : pasien berkomunikasi lancar

8. Data Ekonomi Sosial : pasien seorang IRT


9. Data Spiritual : pasien beragama islam selama sakit pasien
tamak berdoa untuk kesembuhan penyakitnya

Poltekkes Kemenkes Padang


10. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pria Wanita
Haemoglobin 17,6 g/dl 14-18 12-16
Leukosit 2970 /mm3 5.000 s/d 10.000
Trombosit 16.4000 /mm3 150.000 400.000
Hematokrit 53 % 40-48 37-43

a. Pemeriksaaa Diagnostik :
- Pemeriksaan Radiologi :
_______________________

Dll ....................................

11. Program Terapi Dokter


No Nama Obat Dosis Cara

12. Catatan Tambahan :

Mahasiswa,

(____________________ )

NIM :

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny. D


NO. MR :

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: pasien mengatakan tidak Insomnia Ketidaknyamanan
bisa tidur pada malam hari, fisik
nafas sesak, baruk hilang
timbul, berkerigat malam, pola
tidur tidak teratur, pasien
mengatakan sulit untuk
memulai tidur selama di
rawat, pasien mengatakan
cemas akan penyakitnya yang
menular.

DO: waktu tidur pasien 3-4


jam sehari, pasien sering
terbangun di tengah malam,
mata pasien tampak merah,
dan diseliling mata tampak
berwarna hitam, pasien
tampak lesu, tampak sesak
nafas, tampa batuk-batuk,
tampak memengangi dada
ketika batuk, Pasien tampak
gelisah, pasien tampak lemas
dan lesu.
TD : 140/80 mmhg
HR : 100 x/i
RR : 25 x/i
Suhu : 36,6 o

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. D

NO. MR :

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan
1 Insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. D


NO. MR :

Perencanaan
N Diagnosa
o Keperawatan Tujuan Intervensi
( NOC ) ( NIC )
1 Insomnia 1) Tidur 1) Manajemen Lingkungan
berhubungan
a. Observasi jam a. Ciptakan lingkungan
dengan
ketidaknyaman tidur yang nyaman dan aman
an fisik
b. Pola tidur bagi pasien
c. Kualitas tidur b. Sediakan tempat tidur
d. Perasaan segar dengan ketinggian yang
setelah tidur sesuai
e. Tempat tidur c. Sediakan tempat tidur dan
yang nyaman lingkungan yang bersih
f. Suhu ruangan dan nyaman
yang nyaman d. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien, jika
diperlukan

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Status e. Batasi pengunjung
Pernafasan :
ventilasi 2) Managemen jalan nafas
4) Frekuensi a. Mengatur semi fowler
pernafasan atau posisi yang nyaman
5) Penggunaan bagi pasien
otot bantu b. Ajarkan teknik nafas
pernafasan dalam dan batuk efektif
6) Dispnea saat c. Catat karakteristik dan
istirahat lamanya batuk
d. Monitor TTV
3) Kepuasan klien :
3) Peningkatan Tidur
lingkungan fisik
9) Jelaskan pentingnya tidur
6) kontrol
selama sakit
pencahayaan
10) Monitor/catat pola tidur
ruangan
pasien dan jumlah jam
7) control
tidur
terhadap suara
11) Monitor pola tidur pasien
rebut
dan catat kondisi
8) kenyamanan
fisik(mis:nyeri/ketidaknya
kelembaban
manan, gangguan nafas)
ruangan
12) Anjurkan pasien untuk
9) control suhu
memantau pola tidur
ruangan
13) Sesuaikan lingkungan
10) control
(misalnya : pencahayaan,
terhadap
kebisingan, suhu)
jumlah orang
14) Bantu untuk
diruangan
menghilangkan situasi
stress sebelum tidur
15) Terapkan langkah-langkah
kenyamanan seperti pijat,

Poltekkes Kemenkes Padang


4) Status pemberian posisi nyaman,
kenyamanan dan sentuhan afektif.
lingkungan 16) Ajarkan bagaimana
6) Suhu ruangan melakukan relaksasi otot
7) Kebersihan atau non-farmakologi
lingkungan untuk memulai tidur.
8) Pencahayaan 4) Terapi Relaksasi
ruangan 7) Gambarkan rasionalisasi
9) Privasi dan manfaat relaksasi
10) Tempat tidur serta jenis relaksasi yang
yang nyaman tersedia (mis: music/
distraksi, meditasi, teknik
5) Tingkat Stress nafas dalam)
9) Peningkatan 8) Berikan deskripsi detail
tekanan darah terkait intervensi relaksasi
10) Peningkatan yang dipilih
denyut nadi 9) Ciptakan lingkungan yang
radialis tenang dan tanpa distraksi
11) Peningkatan dengan lampu yang redup
laju pernafasan dan suhu lingkungan yang
12) Sakit kepala nyaman, jika
berat memungkinkan.
13) Telapak 10) Dorong pasien untuk
tangan mengambil posisi yang
berkeringat nyaman
14) Kegelisahan 11) Tunjukkan dan praktikkan
15) Gangguan teknik relaksasi pada
tidur pasien
16) Perubahan 12) Dorong pasien untuk
dalam asupan mengulang praktik teknik
makanan relaksasi, jika
memungkinkan

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. D


NO. MR :

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi


/Tgl Keperawatan Keperawatan Keperawatan Paraf
( SOAP )
Insomnia Pukul 11.00 S: pasien
26/03/19 berhubungan a. Memberikan mengatakan pola
dengan lingkungan yang tidur masih tidak
ketidaknyaman fisik nyaman
teratur, tidur tidak
b. Sediakan tempat
tidur yang bersih nyenyak, sering
c. Batasi pengunjung terbangun di tengah
d. Memposisikan malam
pasien semi fowler O : pasien tampak
e. Mengajarkan teknik lemas, kurang
nafas dalam dan konsentrasi
batuk efektif
TD : 140/90mmhg
f. Catat karakteristik
dan lama batuk HR : 95 x/i
g. Monitor TTV RR : 25 x/i
Suhu : 36,5oc
A : masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan

Pukul 11.00 S : pasien


27/03/19 Insomnia a. Menjelaskan mengatakan cemas
berhubungan pentingnya tidur dengan penyakitnya,
dengan selama sakit
pasien mengatakan
ketidaknyaman fisik b. Monitor/catat pola
tidur pasien dan sulit untuk memulai
jumlah jam tidur tidur
c. Catat kondisi fisik O : pasien tampak
pasien gelisah, lesu, mata
d. Anjurkan pasien tampak merah.
untuk pantau pola TD : 140/90mmhg
tidur
HR : 95 x/i
e. Sesuaikan
lingkungan RR : 25 x/i
(pencahayaan, Suhu : 36,5oc
kebisingan) A : masalah belum

Poltekkes Kemenkes Padang


f. Bantu untuk teratasi
menghilangkan P : intervensi
situasi stress dilanjutkan
g. Mengajarkan
relaksasi otot untuk
memulai tidur
h. Lakukan massase
punggung.

28/03/19 Insomnia Pukul 11.00 S : pasien


berhubungan a. Mengajarkan teknik mengatakan masih
dengan relaksasi untuk belum bisa tidur
ketidaknyaman fisik memulai tidur, dengan nyenyak,
diantaranya : sering terjaga di
distraksi, terapi
malam hari, nafas
music, nafas dalam.
b. Ciptakan masih terasa sesak,
lingkungan yang batuk masih sulit
tenang dikeluarkan.
c. Dorong pasien O : pasien tampak
untuk mengambil hitam disekililing
posisi yang nyaman
mata, mata tampak
d. Dorong pasien
bersama keluarga merah, masih
untuk mengulangi tampak sesak
teknik relaksasi TD : 130/90 mmhg
tersebut. HR : 93 x/i
RR : 25 x/i
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan.

29/03/19 Insomnia Pukul 11.00 S : pasien


berhubungan a. Memberikan mengatakan sudah
dengan lingkungan yang nyaman dengan
ketidaknyaman fisik nyaman
b. Sediakan tempat posisi semi fowler,
tidur yang bersih masih sering terjaga
c. Batasi pengunjung di malam hari,
d. Memposisikan pasien mengatakan

Poltekkes Kemenkes Padang


pasien semi fowler hanya tidur 4 jam
e. Mengajarkan teknik sehari
nafas dalam dan O : pasien tampak
batuk efektif
kurang konsentrasi
f. Catat karakteristik
dan lama batuk TD : 130/90 mmhg
g. Monitor TTV HR : 93 x/i
h. Menjelaskan RR : 25 x/i
pentingnya tidur A : masalah belum
selama sakit teratasi
i. Monitor/catat pola P : intervensi
tidur pasien dan
dilanjutkan
jumlah jam tidur
j. Catat kondisi fisik
pasien
k. Anjurkan pasien
untuk pantau pola
tidur
l. Sesuaikan
lingkungan
(pencahayaan,
kebisingan)
m. Bantu untuk
menghilangkan
situasi stress
n. Mengajarkan
relaksasi otot untuk
memulai tidur
o. Lakukan massase
punggung

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai