Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa terjadinya proses awal kematangan

organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas.

Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang,

sedangkan remaja adolescence berasal dari kata adolescere yang

berarti menjadi dewasa. Umumnya pada masa remaja kematangan

fisik sudah tercapai sepenuhnya, namun kematangan psikologisnya

belum tercapai sepenuhnya (Nirwana, 2011).

Saat remaja, pertumbuhan fisik baik laki-laki maupun perempuan

sangatlah cepat tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan

tinggi badan (linier) terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik

laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan organ

reproduksinya, dimana akan diproduksi hormone yang berbeda,

penampilan berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat

berkembangnya tanda seks sekunder (Depkes RI 2007).

Perubahan yang paling terlihat jelas pada remaja putri di antaranya

payudara, panggul dan paha, tumbuh rambut dibagian ketiak dan

sekitar alat kelamin, bertambahnya berat badan dan tinggi badan,

pertumbuhan tulang dan otot serta kematangan organ seksual

sehingga mengalami menstruasi (Sarwono, 2005).

1
2

Masa pubertas akan dialami seorang anak pada waktu yang

bervariasi dan tergantung pada jenis kelamin. Biasanya tergambar

dengan adanya penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar

usia 11 sampai 12 tahun dan akan berakhir dengan ditandai

berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun

(Wong, 2009). Pubertas merujuk pada saat dimana terdapat

kemampuan reproduksi, matangnya organ reproduksi ditandai dengan

haid pada anak perempuan (Papaliadkk, 2009).

Permasalahan yang sering dialami remaja adalah masalah tidak

percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang atau tidak ideal baik oleh

orang lain maupun oleh dirinya sendiri dan merasa tidak memeliki

kelebihan yang bisa dipakai sebagai modal bergaul. Hal ini terjadi

karena perubahan fisik yang begitu cepat, sementara mereka belum

memiliki identitas diri yang jelas. Salah tugas perkembangan untuk

menjadi dewasa adalah menerima tubuh yang baru berkembang

(Hurlock, 2002).

Masalah-masalah yang timbul pada saat menghadapi masa

pubertas ini adalah hasil dari perubahan fisik dan hormonal yang

menimbulkan kecemasan, penolakan dan rasa malu (Kartono, 2006).

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-

R) tahun 2012 menyebutkan bahwa sebanyak 13,3% remaja putri

tidak tahu sama sekali mengenai perubahan fisiknya saat puber.

Bahkan 47,9% remaja putri tidak mengetahui waktu puber (BKKBN,


3

2012). Disaat remaja tidak tahu tentang perubahan yang akan mereka

alami, maka cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi

terutama masalah perubahan fisik (tubuh). Pada dasarnya sikap yang

sering ditunjukkan oleh remaja putri yaitu merasa malu dengan

perubahan yang terjadi seperti pertambahan besar dan perubahan

payudara, haid pertama (menarche), pertambahan berat badan, tinggi

badan dan mulai tumbuh jerawat yang menjadikan kurang percaya diri

untuk bergaul dengan yang lainnya, karena adanya masa pubertas,

maka remaja putri sangat memperhatikan penampilannya (Fitri, 2012).

Pengetahuan yang rendah sangat berdampak pada sikap dan

perilaku remaja saat menjalani masa pubertas. Ketidaktahuan akan

kesehatan reproduksi dan perawatan organ reproduksi dapat

mengakibatkan banyak kerugian dan penyakit bagi remaja. Remaja

yang memiliki kesiapan lebih matang akan merasa lebih siap

menghadapi masa pubertas dikarenakan dukungan dan keluarga dan

lingkungan sekitar yang memberikan informasi tentang kesehatan

reproduksi yang jelas, aman dan tuntas (Aisyah, Diah & Yuni 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Februari 2020 di SMP

Negeri 2 Masohi. Hasil wawancara penulis dengan lima orang remaja

yang memasuki masa pubertas didapatkan satu remaja putri tahu apa

itu pubertas tetapi belum siap dalam menghadapi saat menstruasi dan

seperti masih acuh tak acuh dengan penampilan fisiknya. Sedangkan

dua remaja putri dia belum tahu tentang pubertas, dia terlihat malu-
4

malu saat ditanya apakah sudah menstruasi atau belum dan dua

remaja putri belum mengetahui apa itu pubertas secara menyeluruh

dia hanya tahu sebatas bahwa kalau sudah puber berarti ada jerawat

dan membatasi pergaulannya dengan remaja putra dan dia lebih

senang berkumpul dengan sejenisnya.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan studi kasus tentang asuhan keperawatan

dengan pendidikan kesehatan pada remaja putri terkait dengan

perubahan fisik saat memasuki masa pubertas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu ‘’Bagaimanakah asuhan keperawatan melalui

pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik saat memasuki masa

pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 2 Masohi’’?

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah memberikan pendidikan kesehatan

tentang perubahan fisik saat memasuki masa pubertas pada remaja

putri di smp negeri 2 masohi.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Remaja putri

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja putri

tentang perubahan fisik sehingga remaja putri dan dapat


5

melakukan pendekatan tindakan yang tepat untuk mengatasi

masalah tersebut.

2. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan

pemberian pendidikan kesehatan pada remaja putri terkait dengan

perubahan fisik.

3. Bagi penulis

Meningkatkan kemampuan penulis untuk menerapkan

penelitian dalam bentuk studi kasus tentang pendidikan kesehatan

pada remaja putri terkait dengan perubahan fisik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pubertas

1. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat penyakit sekarang

c. Riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat penyakit keluarga

e. Riwayat psikososial

1) Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kali diperiksa

adalah tanda vital, termasuk tinggi badan, berat badan

dan perkembanganseksual. Pemeriksaan fisik yang lain

adalah sebagai berikut :

a) Keadaan umum :

(1) Anoreksia cachcksia, bradikardia, hiportensi, dan

hipotermi.

(2) Tumor hipofisc perubahan pada funduskopi,

gangguan lapang pandang, dan tanda-tanda saraf

kranial.

(3) Sindroma polikistik ovarium jerawat, akantosis,

dan obesitas.

6
7

(4) Inflammatory bowel discase fisura, skin tags,

adanya darah pada pemeriksaan rektal.

(5) Gonadal dysgenesis (sindroma turner) webbed

neck, lambatnya perkembangan payudara.

b) Keadaan payudara

(1) Galactorrhea palpasi payudara.

(2) Terlambatnya pubertas diikuti oleh rambut

kemaluan yang jarang.

(3) Gonadal dysgenesis (sindroma turner) tidak

berkembangnya payudara dengan normalnya

pertumbuhan rambut kemaluan.

c) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal

(1) Hiperandrogenisme distribusi rambut kemaluan

dan adanya rambut diwajah.

(2) Sindroma insensitifitas androgen tidak ada atau

jarangnya rambut ketiak dan kemaluan dengan

perkembangan payudara.

(3) Terlambatnya pubertas tidak disertai dengan

perkembangan payudara.

(4) Tumor adrenal atau ovarium elitoromegali,

virilisasi.

(5) Massa pelvis kehamilan, massa ovarium dan

genital anomaly.
8

d) Keadaan vagina

(1) Imperferasi hymen menggembung atau edema

pada vegina eksternal.

(2) Agenesis (sindroma rokitansky hauser)

menyempitnya vagina tanpa uterus dan rambut

kemaluan normal.

(3) Sindroma insensitifitas androgen menyempitnya

vagina tanpa uterus dan tidak adanya rambut

kemaluan.

e) Uterus

Bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan

f) Cervix

Periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan

mukosa vagina sekresi mucus. Adanya mucus adalah

tanda bahwa estradiol sedang diproduksi oleh

ovarium. Kekurangn mucus dan keringnya vagina

adalah tanda bahwa tidak adanya estradiol yang

sedang diproduksi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang didalamnya baik yang berlangsung aktual

maupun potensial (PPNI, 2017).


9

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan pada

pedoman PPNI, 2017. Diagnosa keperawatan yang dapat

ditegakkan pada pasien dengan perubahan fisik saat memasuki

masa pubertas pada remaja putri, yaitu :

a. Defisit pengetahuan

1) Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topic tertentu.

2) Berhubungan dengan (penyebab) :

a) Keteratasan kognitif

b) Gangguan fungsi kognitif

c) Kekeliruan mengikuti anjuran

d) Kurang terpapar informasi

e) Kurang minat dalam belajar

f) Kurang mampu mengingat

g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

3) Dibuktikan dengan (gejala dan tanda) :

a) Gejala dan tanda mayor :

(1) Subjektif :

(a) Menanyakan masalah yang dihadapi

(2) Objektif :

(a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

(b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap

masalah
10

b) Gejala dan tanda minor :

(1) Subjektif : tidak ada

(2) Objektif :

(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

(b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis, apatis,

bermusuhan, agitasi, hysteria)

4) Kondisi klinis terkait :

a) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien

b) Penyakit akut

c) Penyakit kronis

3. Perencanaan Keperawatan

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat,

klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan

rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang

dialami klien. Tahap perencanaan ini merupakan suatu petunjuk

tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan

keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnose keperawatan (Asmadi,

2008).

Penyusunan perencanaan keperawatan didasarkan pada

pedoman NIC (Bulechek, ef al., 2013) dan NOC (Moorhead, et

al., 2013).
11

a. Diagnosa keperawatan :

Defisit pengetahuan berhubungan dengan (penyebab) :

1) Keteratasan kognitif

2) Gangguan fungsi kognitif

3) Kekeliruan mengikuti anjuran

4) Kurang terpapar informasi

5) Kurang minata dalam belajaar

6) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

b. Kriteria hasil :

NOC : Pengetahuan Promosi Kesehatan

1) Pengetahuan sangat banyak tentang perilaku yang

meningkatkan kesehatan

2) Pengetahuan sangat banyak tentang strategi mengelola

stress

3) Pengetahuan sangat banyak tentang pemeriksaan

kesehatan yang direkomendasikan

4) Pengetahuan tentang sumber informasi peningkatan

kesehatan terkemuka

NIC : Pendidikan Kesehatan

1) Targetkan sasaran pada kelompok berisiko tinggi dan

rentang usia yang akan mendapat manfaat besar dari

pendidikan kesehatan
12

2) Identifikasi factor internal dan eksternal yang dapat

meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk

berperilaku sehat

3) Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup

perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau kelompok

sasaran

4) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak

perilaku yang tidak sehat atau berisiko dari pada

memberikan saran untuk menghindari atau mengubah

perilaku

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien. Berapa petunjuk-petunjuk

pada implementasi adalah :

a. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana

b. Ketrampilaan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan

dengan cermat pada situasi yang sangat tepat

c. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi

intervensi juga respon klien (Roman dan Walid 2009)

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan

sebagai proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian

dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai


13

dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau

standar sebelumnya.

B. Konsep Pubertas

1. Pengertian Pubertas

Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang

terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan

karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2009).

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih.

Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan

antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan

tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-

kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga

dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa

kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang

secara seksual, ia masih disebut anak puber, begitu matang

secara seksual ia disebut ‘’remaja’’ atau ramaja muda’’ (Al

Mighwar, 2006).

2. Tahap-tahap masa pubertas

Al-Migwar (2006) menjelaskan masa pubertas terjadi secara

bertahap, yaitu :

a. Tahap prapubertas (9-10 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada

satu atau dua terakhir masa kanak-kanak, yaitu periode


14

sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali

mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan

seksual. Pada masa ini anak dianggap sebagai

‘’prapubertas’’, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan

tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini seks sekunder

mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum

berkembang secara sempurna.

b. Tahap puber (12-15 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada

garis antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada

tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada

anak perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki-

laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang

ciri-ciri seks sekunder dan sel-sel diproduksi dalam organ-

organ seks.

c. Tahap pasca puber (17-18 tahun)

Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan

kedua masa remaja. Pada tahap ini ciri-ciri seks sekunder

sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga

berfungsi secara matang. Merupakan periode 1 sampai 2

tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah

lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup

baik.
15

3. Perubahan pada masa pubertas

Masa pubertas adalah masa dimulainya berbagai perubahan

baik biologis, psikologis maupun psikososial. Perubahan

biologis meliputi perubahan primer dan perubahan sekunder

disebut juga perubahan fisik.

a. Perubahan primer

Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya

organ-organ genetalia yang ada. Pada perempuan ditandai

dengan menarche atau haid pertama kali (Soetjiningsih,

2007). Secara normal menarche berlangsung kurang lebih

pada usia 11-16 tahun (Zein, 2005).

b. Perubahan sekunder (perubahan fisik)

Perubahan fisik pada perempuan yaitu berfokus pada

perkembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis, berat

badan, pertumbuhan, massa tulang, perubahan emosional

serta menstruasi. Penjelasan mengenai perubahan fisik

yang terjadi pada remaja putri sebagai berikut :

1) Payudara

Perkembangan payudara merupakan tanda awal

bahwa seorang perempuan memasuki pubertas.

Perkembangan kuncup payudara terjadi sekitar usia 10

tahun pada 85% anak perempuan, namun bisa pula lebih

dari pada usia 8 tahun.


16

2) Pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai

akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya

lemak dibawah kulit (Sarwono, 2005).

3) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan

lubang pori-pori bertambah besar. Kelenjar lemak dan

kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan dikelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat (Sarwono, 2005).

4) Rambut

Pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak

terjadi segera setelah perkembangan payudara namun

pada beberapa anak perempuan (15-20%) pertumbuhan

rambut ini bisa menjadi tanda pubertas yang pertama.

5) Menstruasi

Awal menstruasi biasanya menjadi 2-4 tahun setelah

kuncup payudara tampak dan rambut kemaluan tumbuh

jarang-jarang. Usia menarche biasanya dipengaruhi oleh

beberapa factor seperti social ekonomi dan lingkungan,

ras, indeks masa tubuh (IMT), nutrisi, serta kebiasaan

olahraga.
17

6) Berat badan dan bentuk tubuh

Pubertas adalah saat yang signifikan dimana terjadi

pertambahan berat badan. Selain itu bentuk tubuh akan

berubah selama pubertas. Pada perempuan pinggul akan

lebih lebar dan sedikit mengganggu dengan

perkembangan bentuk tubuh akibat timbunan lemak pada

daerah bokong, perut, pinggul dan paha.

7) Pertumbuhan

Pertumbuhan terlihat lebih cepat saat fase

prapubertas pada perempuan terjadi lebih awal namun

tidak pada laki-laki. Pertumbuhan tinggi perempuan kira-

kira 8-9 cm per tahun dan mulai meningkat sejak usia 16

tahun.

8) Massa tulang

Pada separuh dari massa tulang pada orang dewasa

sudah terjadi selama masa remaja. Olahraga yang teratur

dan diet yang cukup memberikan pengaruh yang positif.

Sedangkan, konsumsi minuman karbonat yang tinggi,

merokok dan alkohol memberikan penagruh yang

negative dan dapat mempengaruhi puncak massa tulang.


18

9) Suara

Suara menjadi lebih lembut dan semakin merdu.

Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada

anak perempuan (Sarwono, 2005).

C. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan atau health education adalah kegiatan

penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh

pengetahuan kesehatan sehingga nantinya berpengaruh

terhadap sikap dan perubahan perilaku kesehatannya.

Perubahan yang terjadi di masyarakat, juga dipengaruhi oleh

peran perawat dalam menyampaikan pesan kesehatan, sasaran

penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah

masyarakat, juga dipengaruhi oleh bagaimana pesan tersebut

sampai di masyarakat dengan memperhatikan aspek waktu,

kesesuaian metode dan media atau alat peraga yang

digunakan, ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di

masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan,

besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan

kesehatan dan kemampuan masyarakat dalam menerima pesan

kesehatan tersebut (Achjar, 2010).


19

2. Tujuan Pemilihan Metode Pendidikan Kesehatan

Pemilihan metode pendidikan kesehatan tergantung

daripada tujuan yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan

perilaku (apakah program mengharapkan terjadinya perubahan

pengetahuan, sikap dan tindakan). Berikut ini beberapa metode

pendidikan kesehatan untuk merubah masing-masing unsur

perilaku yang diharapkan seperti : (Achjar, 2010).

a. Perubahan pengetahuan/knowledge, dapat menggunakan

metode ceramah, seminar, studi kasus, curah pendapat,

panel, dan simposium.

b. Perubahan sikap/attitude, dapat menggunakan metode

diskusi kelompok, Tanya jawab, roleplay, pemutaran film,

dan siaran terpogram.

c. Perubahan tindakan/practice, dapat menggunakan metode

demonstrasi, bengkel kerja, latihan mandiri, dan eksperimen.

3. Macam-Macam Metode Pendidikan Kesehatan

Pada sasaran individu dan kelompok, perawat dapat

menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.

Sedangkan pada sasaran kelompok dan masyarakat, perawat

dapat menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, curah

pendapat (brain storming), demonstrasi, studi kasus, panel,

simposium, role play, film, dan siaran terprogram (Achjar, 2010).


20

a. Ceramah

Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian

informasi yang disampaikan oleh perawat kepada

masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian atau pesan

kesehatan disertai diskusi dan tanya jawab secara langsung.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok dapat dilakukan apabila peserta

diskusi kurang dari 15 orang. Agar semua peserta diskusi

dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk berhadapan

dan saling memandang satu sama lainnya, seperti saat

melakukan kegiatan refleksi diskusi kasus (RDK).

c. Curah pendapat (brain storming)

Curah pendapat merupakan proses pemecahan masalah

dimana anggota-anggotnya mengusulkan semua

kemungkinan pemecahan yang dipikirkan olehnya, tanpa

ada kritik dan evaluasi atas pendapat mereka..

d. Demonstrasi

Demonstrasi merupakan cara penyampaian ide yang

dipersiapkan dengan teliti untuk mengevaluasi adanya

perubahan psikomotor dengan memperlihatkan bagaimana

cara melaksanakan suatu tindakan, prosedur dengan disertai

alat peraga dan tanya jawab. Tujuan demonstrasi adalah

untuk mengajarkan bagaimana melaksanakan dan


21

memperagakan suatu tehnik yang baru, dengan cara

meyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru tersebut telah

memberikan manfaat.

e. Studi kasus

Studi kasus merupakan gambaran sekumpulan situasi

masalah termasuk detail-detail yang memungkinkan

kelompok menganalisa masalah.

f. Panel

Panel merupakan pembicaraan tentang sebuah topik

yang sudah direncanakan, dilakukan didepan pengunjung.

Diskusi panel memerlukan 3 atau lebih panelis yang menjadi

pembicara dalam diskusi, didampingi seorang moderator.

g. Simposium

Simposium merupakan serangkaian pidato pendek

didepan pengunjung dengan mengungkapkan aspek-aspek

yang berbeda dari suatu topik tertentu dan dipimpin oleh

moderator. Simposium bertujuan untuk mengupas aspek

yang berbeda dari topik tertentu, mengungkap pokok

pembicaraan yang sudah ditentukan dengan tidak

memerlukan reaksi peserta.

h. Bermain peran/role play

Role play merupakan permainan sebuah situasi dalam

hidup manusia dengan atau tanpa melakukan latihan


22

sebelumnya, dimainkan oleh beberapa orang untuk dipakai

sebagai bahan analisis oleh kelompok. Role play bertujuan

untuk menganalisis kemungkinan pemecahan bagi suatu

masalah yang melibatkan emosi dengan memberikan

gambaran tentang berbagai sikap yang berbeda dalam satu

masalah.

i. Pemutaran film

Pemutaran film merupakan penyampaian informasi

kepada sasaran melaui media film. Media pemutaran film

digunakan untuk mencapai sasaran yang lebih besar, lebih

menarik perhatian, membantu proses pengamatan atau

pengenalan dan ingatan karena bersifat visual.

j. Siaran terprogram

Siaran terpogram merupakan penyampaian informasi

secara terprogram melalui siaran radio dan televisi yang

bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat.

k. Interview/Tanya jawab

Interview merupakan tanya jawab yang diarahkan

kepada penyampaian tujuan yang telah ditentukan untuk

membahas topik masalah secara mendalam. Keuntungan

interview adalah topik pembahasan sesuai dengan minat

dan perhatian publik, tidak kaku seperti ceramah/kuliah


23

sehingga interviewer harus tahu permasalahan, tahu

kehendak publik serta menguasai tehnik wawancara.

4. Media (Alat Peraga) Pendidikan Kesehatan

Jenis alat peraga yang sederhana, yang sering dipakai pada

saat kunjungan keluarga dirumah, yaitu seperti leaflet, buku

cerita bergambar, diorama, flash card, benda nyata. Sedangkan

penggunaan diinstansi seperti kantor, rumah sakit, puskesmas

dan sekolah seperti papan tulis, poster, diorama, flannel graph,

flip chart, dan buku cerita bergambar. Media/alat peraga yang

sering digunakan dimasyarakat seperti leaflet, poster, flip chart,

lembar balik, pemutaran film, VCD, Over head projector (OHP),

papan tulis, televisi, stiker, dan majalah (Achjar, 2010).

a. Leaflet

Leaflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan

cetak tentang masyarakat kesehatan tertentu yang ingin

disampaikan, untuk menambah pengetahuan sasaran, dapat

digunakan sebagai bahan diskusi sehingga mencapai

sasaran yang lebih luas. Leaflet dapat disebarkan kepada

sasaran oleh perawat sebelum atau sesudah penyampaian

pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami

informasi yang disampaikan.


24

b. Poster

Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk

gambar untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik

terhadap pesan yang akan disampaikan. Poster dibuat

dengan gambar dan warna yang merangsang, dapat

menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas, dibuat

tidak lebih dari 7 kata dan dapat dibaca dengan jarak 6

meter. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum

atau ditempat banyak orang berkumpul seperti

pemberhentian bis, dekat pasar, persimpangan jalan, rumah

sakit, puskesmas, dan sekolah serta poster harus dapat

menggugah emosi bagi masyarakat yang melihatnya,

sehingga mudah untuk merubah perilaku masyarakat, poster

dapat dibuat dengan ukuran 50x70 cm atau 35x50 cm.

c. Papan tulis

Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat saat

melakukan pendidikan kesehatan pada setting sekolah.

Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk

mengungkapkan berbagai macam informasi yang akan

disampaikan.

d. Flip chart

Flip chart merupakan koleksi chart yang disusun dalam

urutan tertentu, dengan ukuran sama dengan poster. Flip


25

chart dapat dibawah kemana-mana, ururtan penyajian dapat

diatur dengan tepat. Penulisan dan jumlah flip chart

tergantung pesan yang ingin disampaikan dan waktu

penyampaian. Sebelum memulai pendidikan kesehatan

sebaiknya chart ditutup dahulu, urutan penyajian dapat diatur

dengan tepat sesuai kebutuhan.

e. Buletin

Buletin merupakan alat peraga yang berukuran 90x120

cm yang biasanya ditempelkan gambar, tulisan dari topik

tertentu. Prinsip pembuatan buletin, tempatkan pada tempat

yang mudah dilihat, gunakan pada peristiwa tertentu saja

seperti pada waktu libur, judul harus menarik, tentukan

jangka waktu pemasangan supaya tidak membosankan

seperti 1-2 minggu untuk sekolah dan 3 minggu untuk

ruangan umum.

f. Flash card

Flash card merupakan alat peraga berupa kartu

bergambar ukuran 25x30 cm untuk menyampaikan masalah

tertentu dan tulisan diletakkan dibelakang gambar.

Keuntungan penggunaannya, mudah dibawah kemana-

mana dan dapat disimpan.


26

g. Buku cerita bergambar

Buku cerita bergambar merupakan alat peraga berupa

buku yang berisi gambar, garis-garis, foto yang terdiri dari 12

halaman, dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok,

keterangan gambar ditulis pada setiap gambar. Keuntungan

penggunaannya adalah mudah dibuat, murah dan mudah

dibawa kemana-mana.

h. Chart

Chart merupakan penyampaian pesan dengan

menggunakan gambar atau diagram dengan ukuran 50x75

cm atau 75x100 cm, yang digunakan pada kelompok kecil.

Keuntungannya mudah dibuat dan pesan yang ruet dapat

diperlihatkan dengan cara sederhana.

i. Diaroma

Diorama merupakan visualisasi 3 dimensi yang disajikan

seolah-olah seperti bentuk nyata.

j. Flannel graph

Flannel graph merupakan alat peraga yang

menggunakan papan keras yang ditutup dengan flannel.


BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah desain

studi kasus deskriptif, yang menjelaskan pelaksanaan Asuhan

keperawatan melalui pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik

saat memasuki masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 2

Masohi.

B. Subjek Studi Kasus

Sebagai subjek dalam penelitian studi kasus ini adalah

sekurang-kurangnya 2 pasien remaja putri dengan kriteria :

1. Kriteria Inklusi

a. Remaja dengan usia 13 tahun.

b. Remaja belum mengalami menarche.

c. Bersedia menjadi subjek studi kasus.

2. Kriteria Eksklusi

a. Responden dalam keadaan tidak sadar.

b. Responden mengundurkan diri sebagai subjek penelitian.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

tentang perubahan fisik saat memasuki masa pubertas pada remaja

putri.
D. Definisi Operasional

1. Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi

(peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

2. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami

perubahan fisik, psikis, dan pematangan seksual. Pada wanita

pubertas ditandai dengan menstruasi pertama kali.

3. Pendidikan kesehatan adalah suatu tindakan pemberian

informasi pada remaja putri tentang masalah perubahan fisik

yang dialaminya, meliputi payuda membesar, pinggul membesar

dan timbul bulu-bulu disekitar kemaluan dan ketiak.

E. Tempat dan Waktu

Penelitian studi kasus ini direncanakan akan dilakukan dengan

waktu dan tempat sebagai berikut :

1. Waktu : Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret 2020.

2. Tempat : Penelitian akan dilakukan di Sekolah SMP Negeri 2

Masohi.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan

pedoman wawancara, observasi, pengkajian fisik, satuan acara

penyeluhan (SAP), Leaflet, dan lembar kuisoner.

1. Wawancara sebelum melakukan tindakan penelitian dan

wawancara setelah melakukan tindakan penelitian.

2. Pengkajian fisik
3. Satuan Acara Penyuluhan

4. Leaflet

5. Instrumen penelitian

6. Lembar kuisioner

G. Lembar observasi Penyajian Data

Untuk studi kasus ini, data disajikan secara tekstural/narasi dan

dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi

kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

memenuhi prinsip-prinsip the Five of Human Subjects in

Research.Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination,

hak terhadap privacy dan dignity, hak terhadap anonymity dan

confidentially, hak untuk mendapatkan penanganan yang adil dan

hak terhadap perlindungan dari ketidaknyaman atau kerugian

(Macnee, 2004).

1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak

untuk membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan

baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam

penelititan ini atau untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak terhadap privacy dan dignity, berarti bahwa klien memiliki

hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa

yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan


dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang

lain. Proses pengumpulan data juga berisiko mengungkap

pengalaman klien yang bersifat sangat rahasia bagi pribadinya,

peneliti menginformasikan bahwa klien juga berhak untuk tidak

menjawab pertanyaan wawancara yang mungkin menimbulkan

rasa malu atau tidak ingin diketahui oleh orang lain. Jika klien

merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih lanjut, klien

diperkenankan untuk mengundurkan diri dari proses penelitian

kapanpun ia inginkan. Semua ini dilakukan peneliti untuk

menghormati prinsip privacy dan dignity.

3. Hak terhadap anonymity dan confidentially, maka semua

informasi yang didapat klien harus dijaga dengan sedemikian

rupa sehingga informs individual tertentu tidak bisa langsung

dikaitkandengan klien, dan klien juga harus dijaga keberhasilan

(confidentially), maka peneliti menyimpan seluruh dokumen hasil

pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti

penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip wawancara

dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.

Dalam menyusun laporan penelitian, peneliti menguraikan data

tanpa mengungkap identitas klien (anonymous).

4. Hak terhadap penanganan yang adil, memberikan individu hak

yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa

diskriminasi dan diberikan penanganan yang sama dengan


menghormati seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk

memberikan penanganan terhadap masalah yang muncul

selama partisipasi dalam penelitian. Semua klien mempunyai

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

dan mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyaman dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian.

Pada penelitian, untuk memenuhi hak-hak tersebut peneliti

memberikan informed consent yang memungkinkan peneliti untuk

mengevaluasi kesediaan klien berpartisipasi dalam penelitian pada

berbagai tahap dalam proses penelitian. Maksud dari informed

consent adalah agar klien dapat membuat keputusan yang dipahami

dengan benar berdasarkan informasi yang tersedia dalam dokumen

informed consent. Klien diberikan penjelasan singkat tentang

penelitian yang meliputi tujuan penelitian, prosedur penelitian, durasi

keterlibatan klien, hak-hak klien dan diharapkan dapat berpartisipasi

dalam penelitian.Klien yang menyatakan untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini kemudian menasndatangani lembar persetujuan.

Anda mungkin juga menyukai