Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen :
Arif Bintoro Johan, S.Pd.T.,M.Pd.
Disusun Oleh :
NIM : 2015006021
Kelas : 1A
YOGYAKARTA
2015
Aliran- Aliran pendidikan
1. Empirisme Aliran
Misalnya, ketika 2 anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan
yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani miskin, yang satu
dididik di lingkungan keluarga kaya raya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah
modern, dan ternyata pertumbuhan kedua anak tersebut tidak sama.
Dalam kenyataan sering ditemukan anak mirip orang tuanya(secara fisik)dan anak juga
mewarisi bakat-bakat orangtua. Tetapi pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan,masih banyak faktor lain yang mampengaruhinya.
Pandangan konvergensi akan memberikan penjelasan tentang kedua faktor yaitu
pambawaan(hereditas) dan dan lingkungan dalam perkembangan anak.Terdapat suatu
pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu
terdapat suatu “inti“ pribadi (G.Leibnitz;Monad) yang mendorong manusia untuk
mewujudkan diri, menentukan pilihan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia
sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandanga-pandangan tersebut
tampak antara lain humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun phenomenologi/
humanistik lainnya.
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non-direktif (client centered) dari Cart R.Rogers dan
Abraham Maslow.
2. Pendekatan ’’Pendekatan Constructs’’ (George A.Kelly)yang menekankan memahami
hubungan ’’transaksional’’ antara manusia dan lingkungannya sebagai bekal memahami
perilakunya.
3. Pendekatan ’’Gestalt’’ baik yang klasik (Max Wertheimer dan Wolgang K) maupun
pengembangan selanjutnya (K.Lewin dan F.Perls).
4. Pendekatan ’’Search for Meaning’’ dengan aplikasinya sebagai Logoterapy dari Victor
Franki yang mengungkapkan batapa pentingnya semangat (human spirit) untuk
mengatasi berbagai tantangan/masalah yang dihadapi.
3. Aliran Naturalisme
Tokoh aliran ini adalah J.J.Rousseau seorang filsuf Prancis (1712-1778). Naturalisme
mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunya pembawaan
baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan,
sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme, karena berpendapat bahwa
pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain
pendidikan tidak diperlukan.
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya
secara alami.
4. Aliran Konveregensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939),seorang ahli pendidikan Jerman.
Aliran ini merupakan kombinasi dari Aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran ini
berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah mamiliki bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi,
faktor pebawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Anak yang mempunyai
pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan yang baik akan menjadi baik. Sedangkan
bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan
lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak
didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.Dengan demikian, aliran Konferegensi
menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan/bakat dan
lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan
pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut
belum bisa ditetapkan.
Oleh karena itu, teori W. Stern disebut teori konveregensi (konveregen artinya memusat
kesatu titik). Jadi, menurut teori konveregensi :
5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran Progresivisme adalah Jonh Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi
masalah yang bersifat menekan,ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam
dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mampunyai akal dan kecerdasan.
Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika disbanding
makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif dan didukung oleh
kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan
kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta
didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga
termanivestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam
pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya,
peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian
dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul
di dalam maupun di luar sekolah.
6. Aliran Esensialisme
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran Esensialisme menghendaki agar
landasan pendidikan adalah nilai-nilai esnsial, yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat
menuntun, dan telah turun menurun dari zaman ke zaman sejak zaman Renaisans.
7. Aliran Perenialisme
Tokoh aliran Perenialisme adalah Plato, Aris Toteles, dan Thomas Aquino. Perenialisme
memandangbahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu
dijadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah
belajar untauk berpikir. Oleh sebab itu, pesrta didik harus dibiasakan untuk berlatih
berpikir sejak dini. Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapan dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula kemampuan yang lebih
tinggi seperti berlogika, retorika, dan bahasa.
8. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini dawali oleh Giambatista Vico, seorang estimolog Italia. Ia
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Konstruksionisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Bagi Vico,
pengetahuan dapat menunjuk pada skruktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak
bisa lepas dari subyek yang mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan interaksi kontinyu antara individu satu dengan
lingkungannya. Artinya, pengatahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang.
Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian
baru (Paul Supamo).
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses
dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru
dengan struktur kognitif yang dimiliki.Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif
terhadap situasi baru, dan Ekuilibrasi adalah penyesuain kembali yang secara terus
menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi).
Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam dari seseorang, melalui pemgalaman yamg diterima lewat
panca indera, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan perasa.
Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan
dengan seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu
akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembalajaran ini ditujukan
untuk menggali pengalaman.
1.Tutwuri Handayani
Asas Tutwuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk dapat melakukan usaha
sendiri, dan ada kemungkinan megalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan
(hukuman) pendidik (karya Ki Hadjar Dewantara, 1962: 59). Hal itu tidak menjadikan
masalah, karena menurut Ki Hadjar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak
didik akan membawa pidananya sendi, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang
mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang di
alami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut asas Tutwuri Handayani(1) pendidikan
dilakukan tidak dilakukan menggunakan syarat paksaan. (2) pendidikan adalah
penggulowenthah yang mengandung makna momong, among, ngemong,(karya Ki Hadjar
Dewantara, hal 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.
Momong memiliki mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya.
Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yzng ingin di usahakan anak sendiri dan
memberi bantuan pada saat anak membutuhkan. (3) pendidikan menciptakan tertib dan
damai (orde envrede). (4) pendidikn tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan
menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri diatas kaki
sendiri (mandiri dalam diri anak didik).
”Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah illmu sejak
buaian hingga lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
Maksud dari petikan kalimat diatas adalah jangan pernah berhenti belajar dan belajar.
Belajar tidak hanya secara formal tetapi juga informal belajar formal adalah belajar
melalui pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA/K, dan perguruan tinggi dan lain-
lainnya. Belajar informal adalah belajar dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi
apapun. Dimana saja maksudnya adalah tidak harus memilih tempat dalam dalam belajar,
seperti harus dirumah, harus ditempat yang aman dan lain sebagainya. Kapan saja
maksudnya, belajar tidak pilih-pilih waktu, setiap waktu luang, atau kesempatan yang ada
dapat dijadikan bahan pembelajaran dari setiap langkah hidupnya. Dalam kondisi apapun,
maksudnya tidak pilih pada saat gembira/bahagia saja tetapi sedih gembira, duka lara dan
lain-lainnya di jadikan pembelajaran.
Kemandirian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melakukan aktivitas
belajar dengan cara mandiri atas dasar motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi
tertentu sehingga bisa dipakai untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Sehingga dalam kemandirian belajar,seorang siswa harus proaktif serta tidak tergantung
kepada guru. Sikap mandiri seseorang tidak terbentuk dengan cara yang mendadak,
namun melalui proses sejak masa anak-anak. Dalam perilaku mandiri antara tiap individu
tidak sama, kondisi ini dipengaruhi oleh banyak hal. Hal yang mempengaruhi atau faktor
penyebab sikap mandiri seseorang itu dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam
individu dan faktor dari luar individdu.
Kemandirian belajar siswa, akan menuntut mereka untuk aktif sebelum pelajaran
berlangsung dan sesudah proses belajar. Murid yang mandiri akan mempersiapkan materi
yang akan dipelajari sesudah proses belajar mengajar selesai, murid akan belajar kembali
mengenai materi yang sudah disampaikan sebelumnya degan cara membaca atau
berdiskusi sehingga murid yang menerapkan belajar mandiri akan mendapat prestasi
lebih baik jika dibandingkan dengan murid yang tidak menerapkan prinsip mandiri.
Contoh masalah aktual pendidikan dan solusinya
Referensi:
http://bagoes1st.blogspot.co.id/2013/12/pengantar-pendidikan-tugas-pengantar.html
http://soddis.blogspot.co.id/2014/01/aliran-aliran-pendidikan.html
http://qym7882.blogspot.co.id/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html
http://sancanation.blogspot.co.id/2011/01/problem-aktual-pendidikan.html
http://blogterpercayaku.blogspot.co.id/2015/03/masalah-masalah-pendidikan-di-
indonesia.html
http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-
dan.html?m=1