Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin.
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi
pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga
keperawatan serta aspek social, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Berdasarkan kerangka berpikir seperti tersebut di atas, mutlak
diperlukan manajemen keperawatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 1996). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual
yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan bermutu, berdaya guna dan

1
berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan
perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global
bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,
2002).
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, juga dituntut
untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial
yang handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui
pembelajaran di lahan praktek. Mahasiswa Ners FIKES UNIGAL dituntut
untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di ruang
H. Hasan Sobari Lantai 2 RSUD Ciamis dengan arahan dari pembimbing
lapangan maupun dari pembimbing Akademis yang intensif. Dengan adanya
praktek tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
didapatkan dalam pengelolaan ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di
Ruang H. Hasan Sobari Lantai 2, berlangsung selama 18 hari mulai dari
tanggal 13 Januari – 01 Februari 2020.

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 18 hari
yang dimulai dari tanggal 13 Januari – 01 Februari 2020 di Ruang H.
Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis, mahasiswa Ners dapat melakukan
pengelolaan unit pelayanan sesuai dengan konsep dan langkah-langkah
manjemen keperawatan.

2
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan dalam hal :
a. Melakukan kajian situasi di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 meliputi
kajian saran prasarana dan kebijakan sebagai dasar untuk menyusun
rencana strategi dan operasional unit.
b. Mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah yang ditemukan di
ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
c. Merencanakan alternatif pemecahan masalah yang disepakati oleh
kepala ruangan beserta staf ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
d. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan bersama-sama
perawat di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
e. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana strategi dan
operasional.
f. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program.

3
BAB II
HASIL KAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum Ruang Keperawatan


1. Gambaran Umum
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 merupakan ruangan rawat inap
kelas 1 di RSUD Ciamis. Pelayanan di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
meliputi pelayanan pasien dengan penyakit dalam, penyakit paru,
penyakit anak, penyakit jantung dan rehabilitasi medik.
2. Visi
Visi Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 yaitu :
“Mewujudkan pelayanan asuhan keperawatan yang professional, aman
dan memuaskan”.
3. Misi
Misi Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 yaitu :
a. Menyelenggarakan ashuan keperawatan yang komprehensif.
b. Bekerjasama dengan profesi lain untuk kesehatan pasien.
c. Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana agar terwujud
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi.
4. Motto
“Kesembuhan pasien adalah kebahagian kami”
5. Tujuan
Memberikan pelayanan yang professional, aman dan memuaskan
kepada pasien secara komprehensif.
6. Strategi
”Melayani secara professional dengan tepat waktu, cepat, ramah dan
terjangkau”.
7. Kapasitas Tempat Tidur
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 terletak disebelah barat, dengan
pembagian ruangan pada saat praktek stase manajemen dapat dilihat
dalam tabel berikut :

4
Tabel 2.1 Rekapitulasi Kapasitas Tempat Tidur (TT)
Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis
Jumlah
No Kelas Jumlah Kamar
TT Kamar
1 Kelas I 20 40
Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt . 2, Januari 2020

8. Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan kegaiatan sehari-hari di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
RSUD Ciamis adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Pelaksana Kegiatan
Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis
No. TENAGA KERJA JUMLAH
1 Dokter Spesialis 12
Perawat :
S1 Keperawatan Ners 9
2
S1 Keperawatan -
D3 Keperawatan 16
3 Administrasi 2
4 Cleaning Service 2
JUMLAH 41
Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

9. Tarif Rawat Inap


Tarif Rawat Inap di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD
Kabupaten Ciamis berdasarkan Perda No I Tahun 2012, dapat dilihat
dalam table berikut :
Tabel 2.3 Tarif Rawat Inap Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
RSUD Kabupaten Ciamis 2020
No Kelas Jumlah
1 Kelas I 225.000
Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

5
10. Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang H. Hasan Sobari Lt.2
RSUD Ciamis
Kabid Pelayanan Kepala Instalasi Ranap Kabid Keperawatan
dr.H. Ramdhan Pahsja dr.Primahati Riana, Sp. Pd Hj. Eros Rosmiati, S.Kep., Ners

Kepala Ruangan
Atik Kusmiati, AMK

Wakil Kepala Ruangan


Elis Kurniasari, S.Kep., Ners

Adminitrasi
Gina Y Garhadi, S. Ak

Ketua TIM I KETUA TIM II


Endah Wulan, S.Kep., Ners Yulia, S.Kep., Ners
1. Eka Saltika, Amd. Kep 1. Indriani S, S.Kep., Ners
2. Gina Yuliana, AMK 2. Enton Hendri, AMK
3. Dini Yuliani, Amd. Kep 3. Eka Yuliani, A.Md., Kep
4. Ago Juliana, S.Kep., Ners 4. Hilman Mustafa, Amd. Kep
5. Amanda W, S.Kep., Ners 5. Irna Heriani, AMK
6. Elis Astri, Amd. Kep 6. Desi Widiarti, A.Md., Kep
7. Panji Kurnia, AMK 7. Kautsar Maulana, Amd. Kep

KETUA TIM III


Nina Nurlina, Amd. Kep
1. Eko Susanto, AMK
2. Tommy S, A. Md., Kep
3. Pian Sandana, S.Kep., Ners
4. Fredy Eko W. A.Md., Kep
5. Tri Oka, S.Kep., Ners
6. Arif Oemara, Amd. Kep
6
B. Unsur Input
1. Pasien
a. Teori
Pasien yang dirawat di Ruang Hasan Sobari Lt. 2 yaitu pasien
dengan penyakit dalam, penyakit paru, penyakit saraf, penyakit
jantung, penyakit anak dan rehabilitasi medik.
Pasien yang di rawat di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 tahun
2019 sebanyak 1.450. Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 memiliki 40
tempat tidur, dengan maksimal jumlah pasien 40 orang.
Adapun kasus-kasus penyakit yang ada di ruang H. Hasan
Sobari Lt. 2 tercantum pada table berikut :
Tabel 2.4
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
Periode Juli - Desember 2019
No Kasus Jumlah Pasien
1 Thypoid Fever 155
2 Diarrhoea 82
3 Bronchopneumonia, unspecified 49
4 Cerebral infarction, unspecified 36
5 Dyspepsia 36
6 Essential (primary) hypertension 31
7 Bacterial infection, unspecified 28
8 Cardiovascular disease, unspecified 24
9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus 23
10 Gastritis, unspecified 23
Sumber : Buku Register Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, 2019

b. Analisa
Dilihat dari table 2.4 pasien yang di rawat di Ruang H. Hasan
Sobari Lt. 2 dengan penyakit terbesar adalah Thypoid Fever.

7
2. Mahasiswa Praktek
a. Teori
Rumah sakit dengan akreditasi pelayanan merupakan suatu
sarat penyelanggaran lahan praktek untuk dijadikan lahan
pendidikan bagi mahasiswa kesehatan baik itu medis, paramedis
atau adminsitrasi kesehatan.
b. Data
Rumah Sakit Umum Ciamis merupakan Rumah Sakit Tipe C
Non Pendidikan. Walaupun demikian sering dijadikan lahan
praktek lapangan oleh mahasiswa keperawatan, kebidanan, analis
kesehatan, farmasi, kedokteran dan siswa PPL dari sekolah
menengah kejuruan (SMK). Jauhnya lahan praktek dengan
akreditasi 12 pelayanan, letak geografis dan banyaknya institusi
yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan menjadi alasan
kenapa RSUD Ciamis menjadi salah satu tempat menggali
pendidikan kesehatan yang cukup diminati di Priangan Timur.
Tercatat sejak bulan Desember 2019 terdapat 14 Siswa SMK
Bhakti Kencana Banjar yang melakukan praktek kerja lapangan di
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2.
c. Analisa
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 sangat mendukung dengan
adanya praktikan kerena sedikit besarnya bisa menambah ilmu
pengetahuan perawat ruangan dan mendapat tenaga tambahan
untuk membantu memberikan pelayanan ke pasien.

3. Sumber Dana
a. Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan
kesehatan, baik medis maupun non medis dalam kaitan tersebut
agar pelanyanan rumah sakit dapat berjalan optimal dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat, maka untuk itu rumah sakit

8
mempersiapan perlatan atau bahan medis, non medis dan jasa
pihak ke tiga sarana peralatan medis, bahan obat habis pakai.
Sumber dana rumah sakit yaitu :
1) APBN
2) APBD Provinsi
3) APBD Kabupaten
Menurut Djojodibroto (1997) ada 3 komponen biaya tarif
pelayanan RS yaitu:
1) Jasa sarana rumah sakit
2) Jasa perawat anastesi, jasa keperawatan, jasa pelayanan
dan lainya.
3) Biaya bahan dan obat habis pakai.
b. Data
Sumber pembiayaan dan penggajian PNS dan honorer diperoleh
dari dana APBD dan BPJS Kesehatan (Bidang Keuangan RSUD
Ciamis).
c. Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku di RSUD Ciamis.

4. Material
a. Teori
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah di tetapkan
oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat,
bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan dan jumlah yang dibutuhkan.
Juga di dasarkan atas pertimbangan bahan yang dipakai, disimpan
maupun dicuci sehingga terjamin perawatannya.
b. Data
Penyediaan alat inventaris ruangan H. Hasan Sobari Lt. 2
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan, dan perenaenaan pengadaan alat dan bahan langsung

9
dikelola oleh panitia RS dan Kepala Ruangan memberikan usulan
untuk kebutuhan alat dan bahan ruangan. Akan tetapi kadang
terjadi inventaris tidak sesuai dengan permintaan.
Tabel 2.5 Daftar Inventaris Alat Kesehatan
Di Ruangan H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak
1 Ambu bag 2 √
2 Stethoskop 6 √
3 Pulse Oximeter 3 √
4 Thermometer 1 √
5 Therometer Digital 8 √
6 Sphygmomanometer 3 √
7 Tourniquet 6 √
8 Metlin 3 √
9 Pen Light 3 √
10 Mortir Stamper 1 √
11 6 √
Bak Spuit Sedang
12 Bak Spuit Besar 6 √
13 Bak Spuit Kecil 2 √
14 Bengkok 2 √
15 Spuit Gliserin 1 √
16 Klem Kocher 6 √
17 Klem 2 √
18 Gunting Jaringan 3 √
19 Pinset Chirurgis 6 √
20 Tongue Spatel 3 √
21 Gunting Plester 3 √
22 Timbangan Dewasa 3 √
23 Timbangan Bayi 1 √
24 Bedsite cabinet 41 √
25 Oksigen Sentral 42 √

10
26 Matras 43 √
27 Tempat Tidur Pasien 41 √
28 Tiang Infus 43 √
29 Tabung Oksigen Kecil 1 √
30 Trolly Besi 3 √
31 Bak Instrumen 2 √
32 Kom Kecil Tutup 1 √
33 Suction 1 √
34 Kursi Roda 1 √
35 Troley Emergency 1 √
Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

Tabel 2.6 Daftar Inventaris Rumah Tangga


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak
1 Kulkas 2 √
2 Ac 24 √
3 Tv 21 √
4 Jam Dinding 21 √
5 Wastafel 25 √
6 Dispenser 11 √
7 Galon 12 √
8 Lemari besi 2 pintu 7 √
9 Lemari besi 4 pintu 1 √
10 Loker 4 susun 11 √
11 Meja 6 √
12 Kursi 12 √
13 Sofa 2 √
14 Kursi Stainles 1 √
15 Rak Piring 1 √
16 Kursi plastik 1 √

11
17 Lemari Dokumen 3 √
18 Kompuer 1 √
19 CPU 1 √
20 Printer 1 √
21 Tempat Sampah 22 √
Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

Tabel 2.7 Daftar Inventaris Alat Tenun


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak
1 Sprei Besar 91 √
2 Sarung Bantal 64 √
3 Selimut 80 √
4 Gorden Besar 24 √
5 Gorden Kecil 42 √
6 Gorden Antibakteri
64 √
7 Bantal 42 √
Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

Tabel 2.8 Daftar Ruangan


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020

Tidak
No Nama Ruangan Ada
Ada

1 Ruang Perawatan √
2 Ruang Stasi Perawat ( Nurse Station ) √
3 Ruang Konsultasi √
4 Ruang Tindakan √
5 Ruang Administrasi/Kantor √
6 Ruang Dokter √
7 Ruang Perawatan √
8 Ruang Kepala instalasi rawat inap √

12
9 Ruang Linen Bersih √
10 Ruang Linen Kotor √

11 Gudang Kotor ( Spoolhoek/Dirty √


Utility)
12 KM/WC ( Pasien, petugas, pengunjung) √
13 Dapur Kecil ( Pantry ) √
14 Gudang Bersih √
15 Janitor/Ruang petugas kebersihan √
Ruang evakuasi pasien
16 √

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt.2, Januari 2020

Tabel 2.9 Daftar Alkes Sesuai Permenkes 56 Tahun 2014


Ruang Hasan Sobari
No Nama Alkes Lantai II
Ada Tidak Ada
1 Bed Side Monitor/ Bed-Patient Monitor/Patient √
2 Defibrilator √ √
3 ECG/EKG/Electrocardiograph 6 Channels √
4 EmergencyTrolley/Resucitation Cras Cart √
5 ENT Examination Set √
6 Film Viewer √
7 Infussion Pump √
Lampu Periksa/Examination Lamp/Hanging √
8
Lamp
9 Matras Dekubitus √
10 Minor Surgery Set √
11 Nebulyzer √
12 Pen Light / Medical Flash Light √
Pulse Oximeter/Pulse Oximetry/Oksigen √
13
Saturasi

13
14 Stethoscope/ Stetoskop √
15 Suction Pump Portable/ Aspirator/Vacuum √
Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √
16
Electric
Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √
17
Manual
Sphygmomanometer Aneroid/Tensi Meter √
18
Anaeroid
Sphygmomanometer Digital/Tensi Meter √
19
Digital
20 Termometer Digital √
21 Timbangan Pasien √
22 Diagnostic Set √
23 ECG/EKG/Electrocardiograph 3 Channels √
24 Oxygen Concentrator Portable √
25 Stetoskop pediatric/ anak √
26 Pediatric Hospital Bed/ Tempat Tidur anak √
27 Synginge Pump √
28 Spignomanometer digital anak √
29 Sphygmanometer Aneroid anak √

c. Analisis
Dari hasil analisa di dapatkan :
- Alat medis tidak lengkap sesuai standar permenkes No. 56
Tahun 2014
- Untuk sarana prasarana belum sesuai dengan permenkes
No.24 Tahun 2016 dan pedoman teknis sarana prasarana
Rumah sakit Kelas C Tahun 2007
- WC sebagian rusak, kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu.
- Tidak ada tangga darurat dan jalur evakuasi.

14
5. Mesin
a. Teori
Mesin adalah peralatan yang digerakan oleh mesin maupun
elektronik yang digunakan untuk membantu menangani klien baik
medis maupun keperawatan, seperti EKG, Suction/ Slim seguer,
alat ukur GDR, syringe pump, EEG, CT-Scan, Ultrasonografi,
Doppler, Komputer dokumentasi klien dan lain-lain.
b. Data
Tabel 2.9 Daftar Invetaris alat (Mesin)
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020

No Nama Mesin Ada/ Tidak Jumlah


ada
1 Suction Ada 1
2 Komputer Ada 1
3 Nebulizer Ada 1
4 EKG Tidak Ada -
5 Syinge Pump Ada 1
Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020
c. Analisa
Data Inventaris peralatan di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 belum
lengkap sesuai standar permenkes 56 Tahun 2014

C. Unsur Proses
1. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
a. Planning atau Perencanaan
1) Teori
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu
kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangkan kekuatan – kekuatan, kelemahan, peluang
yang nyata, dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam

15
upaya melakukan perbaikan/ improvisasi apabila dalam
perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak
diharapkan.Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi
tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Perencanaan meliputi :
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan Jangka panjang (untuk tahun mendatang).
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga
keperawatan di RS (1999) tugas kepala unit dalam
perencanaan (P1) meliputi :
a. Menyusun rencana kerja kepala unit di unit rawat yang
bersangkutan
b. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi untuk di unit rawat, koordinasi
dengan kepala Perawat Instalasi / Ka Instalasi.
2) Data
Dalam pembuatan perencanaan di Ruang Hasan Sobari Lantai
II disusun dan di buat oleh kepala ruangan, meliputi perencaan
strategi dan operasional. Perencanaan yang sudah dibuat akan
dijadikan pedoman di dalam kegiatan ehari-hari yang terdiri
dari : kebijakan, SOP, dan peraturan. Perencanaan yang
menjadi prioritas utama di ruanag Hasan Sobari Lantai II yaitu
mengenai pelaksanaan pemberian Asuhan Keperawatan sesuai
dengan SOP dan MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional).
3) Analisis
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, masih ada petugas
kesehatan yang belum melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan SOP, seperti : dalam pemasangan infus dan
pemeriksaan tanda-tanda vital.

16
b. Pengorganisasian
1) Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis
struktur formal paling sederhana dan tertua. Berdasarkan teori
(Simon 1977 cit. Gillies, 1996), dalam organisasi dengan
ukuran tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang
benar kemungkinan untuk berkembang melalui proses
evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan dalam jumlah pekerja yang mengerjakannya
ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas
khusus dan untuk mengatur pekerjaan yang terkait dalam tugas
yang sama kedalam kelompok yang jelas menurut definisi
pekerja yang logis.
Menurut Nursalam (2002), pengorganisasian meliputi :
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala unitan membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan logistik unitan.
f. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
g. Mendelegasikan tugas saat kepala unitan tidak berada di
tempat, kepada ketua tim.
h. Memberi wewenang kepada TU untuk mengurus
administrasi klien.
i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Menurut Hoffart & Woods 1996 (cit. Nursalam 20020),
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (Struktur, Proses, Nilai-nilai Profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

17
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung
pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen sub
sistem yaitu :
a. Nilai-nilai Profesional (inti MPKP)
b. Pendekatan Manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan Profesional
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Metode pendekatan yang digunakan berdasarkan standar
keperawatan adalah :
a. Metode atau model praktek keperawatan professional
(MPKP)
Keberhasilan suatu keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan tuntutan perkembangan
IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisisen.
b. Dasar pertimbangan pemilihan MPKP
Mc Laughun, Thomas dan Barterm (1995)
mengidentifikasi delapan (8) model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di Rumah
Sakit adalah asuhan keperawatan total : keperawatan tim,
keperawatan primer. Tetapi setiap unit keperawatan
mempunyai riwayat dalam menseleksi model dalam
pengelolaan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana dan posisi Rumah Sakit.

Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress


maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquin
& Huston, 1998)

18
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keperawatan harus di dasarkan pada visi dan misi
Rumah Sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting
terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada
pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh proses keperawatan.
3) Efisiensi dan efektifitas penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu
mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran aktivitasnya. Bagaimanapun baiknya suatu
model tanpa di tunjang oleh biaya yang memadai, maka
tidak akan di dapatkan hasil yang sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
atau pasien terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang
baik adalah asuhan keperawatan yang dapat menunjang
terhadap kepuasan pelanggan.
5) Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan
oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu
model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan
frustasi dalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat dengan tim
kesehatan lainnya, komunikasi secara profesional
sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan

19
keperawatan di harapkan akan dapat meningkatkan
hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan
tenaga kesehatan lainnya.
c. Jenis MPKP
Tabel dibawah menunjukan jenis MPKP menurut Grant &
Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998)
Tabel 2.10
Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant & Massey
Dan Marquis& Huston
Penanggung
Model Deskripsi
jawab
Fungsion  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan Perawat yang
al  Perawat melaksanakan tugas (tindakan tertentu) bertugas pada
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada tindakan
 Metode fungsional dilaksanakan tertentu
Oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di
bangsal
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistic dari filosofi Manajer
keperawatan keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu
 Setiap pasien di tugaskan kepada perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas.
Pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di
rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa di terapkan satu pasien
satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat

20
privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, dan
intensive care.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan Ketua TIM
 Enam-tujuh perawat profesional dan perawat associate
bekerja sebagai suatu tim, di supervise oleh ketua tim
 Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda memberikan asuhan keperawatan terhadap
kelompok pasien. Perawat ruangan terbagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu .
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari Perawat
filosofi keperawatan Primer (PP)
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
asuhan keperawatan, dari hasil pengkajian kondisi
pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan
 Ratio 1 :4 atau 1 : 5 (perawat : pasien) dari penugasan
metode
 Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Sumber : Nursalam, 2002

Di bawah ini merupakan penjabaran rinci tentang model pemberian asuhan


keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan

21
yang sudah ada dan akan terus menerus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi trend pelayanan keperawatan.
1) Model Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi semua pasien di
ruangan.

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat Syaraf Pengobatan Merawat Luka

Pasien/Klien

Gambar 2.2
Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Fungsional” (Marquis & Huston,
1998)

a) Kelebihan
(1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik.
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
(3) Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien di serahkan kepada perawat yunior dan
atau belum berpengalaman.
b) Kelemahan
(1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

22
(2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.
2) Model Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan di bagi menjadi tim / grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
a) Kelebihan
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim
b) Kelemahan
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya memmbutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c) Konsep metode tim
(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
(2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila di dukung oleh kepala ruangan.
d) Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat perencanaan
(2) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
e) Tanggung jawab anggota tim

23
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
(2) Kerjasama antara anggota tim dan antar tim
(3) Memberikan laporan
(4) Mengembangkan kemampuan anggota
(5) Menyelenggarakan konferensi
f) Tanggung jawab kepala ruangan
(1) Perencanaan
(a) Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing.
(b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
(c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi, dan persiapan pulang bersama ketua tim.
(d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/ penjadwalan.
(e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
(g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(i) Mengadakan diskusi pemecahan masalah
(j) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
(k) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(l) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
(m) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan rumah sakit
(2) Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan

24
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
(e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
(f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim
(i) Memberikan wewenang kepada TU untuk mengurus
administrasi pasien
(j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
(k) Identifikasi masalah dan cara penanganan
(3) Pengawasan
(a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
(b) Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga.
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah di susun bersama
ketua tim
 Audit keperawatan

25
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.3
Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing” (Marquis &
Huston, 1998)

3) Model Keperawatan Primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien di rawat.

Tim Medis Kepala Ruang Sarana RS

PP 1 PP 1
PA 1 PA 1
PA 2 P PA 2

Pa Pasien 12345 P Pasien 12345


26
Gambar 2.4
Bagan Pengembangan MPKP : Primer

Ti Tim medis Ti Tim Medis Ti Tim Medis

Perawat primer
pasien/klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana night jika diperlukan
evening days

Gambar 2.5
Diagram system asuhan keperawatan “Primary Nursing” (Marquis &
Huston, 1998)

a) Kelebihan
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah
sakit (Gillies, 1989)
(a) Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di
manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Sealain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
(b) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang
selalu di perbaharui dan komprehensif.

27
b) Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
c) Konsep dasar metode primer
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
d) Tugas perawat primer
(1) Menerima pasien dan mengkaji pasien secara komprehensif
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(3) Melaksanakan rencana yang sudah dibuat selama ia dinas
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(6) Menerima, menyesuaikan rencana dan memberikan penyuluhan
(7) Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga
social dan masyarakat
(8) Membuat jadwal perjanjian klinik
(9) Mengadakan kunjungan rumah
e) Peran kepala ruang/ bangsal dan pengendalian dalam metode primer
(1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
(2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(3) Menyusun jadwal dan memberi penugasan kepada perawat asisten
(4) Evaluasi kerja
(5) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
(6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
f) Ketenagaan metode primer
(1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

28
(2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk 1 perawat
(3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
(4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten
4) Metode manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat,
dalam hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat private atau untuk
keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
(a) Kelebihannya
(1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
(2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
(b) Kekurangannya
(1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.6
Metode Manajemen Kasus

5) Model modifikasi Tim Primer


Pda MPKP tim digunakan secara kombinasi dari dua sistem. Menurut
Ratna S Sudarsono (2000) penempatan sistem MPKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :

29
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S I
keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien ada pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuahn keperawatan terdapat pada
primer. Disamping itu karena saat jenis pendidikan perawat yang ada
di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan
contoh di kutif dari Ratna S Sudarso tahun 2002 untuk ruang MPKP ini
diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer (PP/PN)
dengan kualifikasi SI/DIV keperawatan. Perawat associate terdiri dari
D III keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan tim
pada setiap shift atau jaga terlihat pada gambar di bawah ini.

Kepala Ruangan

PP 1 PP 1 PP 1 PP 1

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7 – 8 Pasien 7 – 8 Pasien 7 – 8 Pasien 7 – 8 Pasien

30
Gambar 2.7

Metode Primary Tim (modifikasi)

Tabel 2.11
Peran masing-masing komponen kepala ruangan ; perawat primer ; dan
perawat associate

Kepala Ruang (Karu) Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)


 Menerima pasien baru  Membuat perencanaan  Memberikan askep
 Memimpin rapat askep  Mengikuti timbang
 Mengevaluasi kinerja  Mengadakan tindakan terima
perawat kolaborasi  Melaksanakan tugas
 Membuat daftar dinas  Memipin timbang yang di delegasikan
 Menyediakan material terima  Mendokumentasikan
 Perencanaan,  Mendelegasikan tugas tindakan keperawatan
pengarahan dan  Memimpin ronde
pengawasan keperawatan
mengevaluasi
pemberian askep
 Bertanggung jawab
terhadap pasien
 Memberikan petunjuk
jika pasien akan
pulang
 Memimpin timbang
terima
 Mengisi resume
keperawatan

2) Data
Dalam pengorganisasian di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
pembagian kerjanya dan dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada klien mengggunakan metode Tim. Enam-tujuh perawat

31
professional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, di
supervise oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok
pasien. Perawat ruangan terbagi menjadi 3 tim/grup yang terdiri
dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu.
Pembagian dinas dibagi dalam 3 shift, shift pagi terdiri dari
6-8 orang, shift sore terdiri 4 orang shift malam 4 orang.
3) Analisa
Metode keperawatan yang dilakukan sudah berjalan dengan
baik didukung dengan adanya kuantitas, kualitas dan motivasi SDM.
Berdasarkan dari tingkat ketergantungan pasien jumlah perawat yang
dinas pada sore dan malam hari dinilai kurang.
c. Menggerakan (Actuating)
1) Teori
Menurut Nursalam (2002) Fungsi manajemen ini merupakan
fungsi penggerakan semua kegiatan yang telah dituangkan dalam
fungsi pengorganisasian unrtuk mencapai tujuan organisasi yang
telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Menurut buku pedoman
uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas penanggung
jawab unitan/kepala unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2)
terdiri dari :
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
unit rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas
di unit rawatnya.
- Menyusun jadwal/daftar dnas tenaga keperawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
- Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga
lain yang akan kerja di unit rawat.
- Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan unit rawatnya sebagai lahan praktek.

32
- Memberi orientasi kepada klien/keluarganya meliputi : penjelasan
tentang peraturan RS, tata tertib unit rawat, fasilitas yang ada dan
cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.
- Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar.
- Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.
- Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala
instalasi/kepala bidang keperawatan.
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
- Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khusunya bila da perubahan program pengobatan klien.
- Mengelompokan klien dan mengatur penempatannya di unit
perawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan.
- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini
penting untuk tindakan keperawatan.
- Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan di unit rawat.
- Meneliti pengisian formulir sensus harian klien di unit rawat.
- Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan klien
berdasarkan macam dan jenis makan klien.
- Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan klien
sesuai dengan program dietnya.
- Menyiapkan berkas catatan medik klien dalam masa perawatan di
unit rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke

33
bagian medical record bila klien pulang/keluar dari unit rawat
tersebut.
- Membuat laporan harian megenai pelaksanaan asuhan
keperawatan serta kegiatan lainnya di unit rawat, disampaikan
kepada atasannya.
- Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan
unit rawatnya sebagai lahan praktek.
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien/keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya.
2) Data
Penggerakan dan pelaksanaan dilakukan oleh Kepala Ruangan
dengan memberikan komando, arahan, bimbingan serta motivasi
kepada setiap tim namun jika ada yang memerlukan penanganan
segera maka kegiatan dilakukan setiap saat sesuai dengan kondisi.
Bila Kepala Ruangan berhalangan maka pendelegasian dilakukan
pada Wakil Kepala Ruangan dan apabila tidak hadir maka
pendelegasian diberikan kepada perawat senior secara lisan.
3) Analisa
Di Ruang H.Hasan Sobari Lt. 2 sistem penggerakan dan
pelaksanaan sudah dilaksanakan. Sistem penggerakan yang
dilakukan oleh Kepala Ruangan dan atau Wakil Kepala Ruangan
sudah membimbing secara optimal staf keperawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.
d. Pengawasan (Controling)
1) Teori
Dalam Nursalam (2002) bahwa pengawasan adalah
membandingkan hasil kinerja dengan standar dan mengambil
tindakan korektif bila kerja yang didapat tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan melaluim komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
melalui supervisi, yaitu :

34
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lesan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir.
Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan, mendengar laporan tentang pelaksanaan
tugas)
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
- Audit keperawatan.
2) Data
Pengontrolan di ruang H. Hasan Sobari Lt.2 yang dilakukan
secara langsung dan tidak langsung untuk pelayanan oleh Kepala
Ruangan dan Supervisi akan tetapi belum dilaksanakan secara
optimal, Misalnya : evaluasi kinerja perawat secara periodik.
Apabila kepala Ruangan atau Supervisi tidak dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi, maka akan dimintakan bantuan kepada
tingkat yang lebih tinggi yaitu penyelia dan seterusnya sesuai dengan
garis koordinasi.
3) Analisa
Karena kurang optimalnya dalam perencanaan,
pengorganisasian, dan penggerakan sehingga dalam pengontrolan di
ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 oleh Kepala Ruangan dan Supervisi
belum dilaksanakan secara optimal.

2. Proses Manajemen Bimbingan Pakter Klinik Keperawatan


a. Teori
Dalam usaha meningkatnya keterampilan mahasiswa keperawatan
yang melaksanakan praktek klinik, mahasiswa harus mendapatkan
bimbingan dari Pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk

35
memberikan proses bimbingan yang baik kepada mahasiswa praktek
harus mengacu pada protap-protap yang dibuat (Nursalam, 2002).
Proses bimbingan diatur tehnis pelaksanaan bimbingan klinik
keperawatan. Bimbingan tersebut diorganisasikan sebagai berikut :
1) Planning
Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan
minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim
kerangka acuan lengkap ke unit perawatan yang akan dipakai
sebagai lahan praktek.
a) Penentuan lahan praktek
- Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai
dengan kompetensinya yang dikoordinasian dengan bidang
diklit.
- Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, menetapkan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk
praktek, maka secara tehnis bidang perawatan melakukan
koordinasi dengan institusi pendidikan dan menentukan
kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
b) Rencana Penerimaan dan Orientasi
Yang terdiri dari penerimaan peserta didik dan orientasi umum,
kunjungan keliling RS, orientasi khusus unti perawatan dan
orientasi tugas, penyiapan pembimbing praktek serta penjelasan
PKK.
c) Penyiapan pembimbing praktek yang dilakukan oleh bidang
keperawatan dan penanggungjawab pembimbing PKK.
d) Penjelasan pelaksanaan PKK.
2) Organising
1. Penerimaan

36
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing
pendidikan kepada direktur RSUD Ciamis atau pejabat yang
ditunjuk.
2. Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
- Orientasi unit perawatan
- Orientasi klien
3) Actuating
Penggerakan yang dilakukan melaluo bimbingan pre dan post
konference oleh CI, ronde keperawatan, bimbingan laporan kasus,
bed side techning dll yang dilakukan dengan koordinasi dengan
pembimbing akademik. Selain itu melalui penugasan selama praktek
meliputi penugasan harian, laporan asuhan keperawatan, seminar
kasus.
4) Controling
Controling terhadap mahasiswa praktek dievaluasi dari :
1. Tata tertib
2. Observasi
3. Reward dan punishment
4. Langsung dari pembimbing PKK dan pembimbing akademik
b. Data
Saat ini di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 ada mahasiswa Pra ners
Fikes Unigal Ciamis Periode 13 Januari – 01 Februari 2002 stase
manajemen keperawatan, Siswa SMK Bakti Kencana.
c. Analisa
Proses Manajeman Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan
(Penerapan Proses Manageman/POAC) untuk mahasiswa Pra Ners di
ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 sudah dialaksanakan optimal.
Berdasarkan kasus yang ada di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
cukup potensial untuk lahan praktek mengadakan proses bimbingan
mahasiswa praktikan.

37
6. Market
a. Teori
Menurtut Huber (19960, 90% pelayanan rumah sakit adalah
pelayanan keperawatan, sedangkan menurut Gillis (1994) sekitar
40%-60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan,
oleh karena itu, pengelolaan pelayanan keperawatan harus
mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena
pelayanan keperawatan sangat menentukan baik buruknta citra
sebuah rumah sakit.
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas
situasi visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses
manajemen. Manjemen diartikan sebagai suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu organisasi melalui
upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan
manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Data
Sebagai tempat yang nyaman bagi pasien penyakit dengan misi
- Menyelenggarakan asuhan keperawatan yang komperhensif
- Bekerjasama dengan profesi lain untuk kesehatan pasien
- Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana agar terwujud
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
- Pemberian surat keterangan pulang pasien agar ada data bila
kontrol atau habis obat
c. Analisa
Ruang Hasan Sobari Lantai II berupaya menjalankan sistem
pelayanan yang optimal guna menjaga citra rumah sakit
khususnya ruang Hasan Sobari Lantai II.

38
D. Unsur Output
1. Efisiensi Unit Rawat
a. Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan
kesehatan yaitu, BOR, LOS, TOI dan BTO
1) BOR (Brd Occupancy Rate), menunjukan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal. Standar
Nasional untuk dalam satu tahun adalah 75-85%

BOR = Jumlah hari perawatan x 100%

Jumlah TT x hari Perawatan

2) LOS ( Legth of Stay), menjunjukan rata-rata lama perawatan setiap


klien. Lama waktu rawat yang baik maksimum 12 hari, Standar
Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 6-9 hari

LOS = Jumlah Lama Rawat

Jumlah Pasien keluar (hidup mati)

3) TOI ( Turn Over Interval) menunjukan waktu rata rata suatu tempat
tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
klien sampai dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit
dalam satu tahun
TOR = Jumlah TT x Periode – Hari Rawat

Jumlah Pasien keluar (hidup/mati)

4) BTO (Bed Turn Over), menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur


rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit.
Standar 5-45 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun, sedangkan yang
baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997)

BTO = Jumlah Pasien keluar (hidup mati)

Jumlah tempat tidur


39
Tabel 2. 12
Indikator Efisiensi Unitan Standar Nasional RSUD Kab Ciamis
No Indikator Standar
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-9 hari
3 BTO 40-50 kali
4 TOI 1-3 hari
Sumber : Depkes RI

b. Data
Tabel 2.13
Indikator Efisiensi Unit Rawat
Di ruang Hasan Sobari Lantai II
INDIKATOR
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1 Oktober 67,18 3,78 2,07 4,93
2 Nopember 70,75 3,81 1,86 4,73
3 Desember 80,73 3,83 1,09 5,50

c. Analisa
Tabel 2.14
Perbandingan Efisiensi Unit Rawat Inap Hasan Sobari Lantai II dalam 1
Tahun
No Indikator Jumlah Standar Ketarangan
RSU
BOR 70,74 60-85% Sesuai
LOS 3,46 6-9 hari Sesuai
TOI 1,95 40-50 kali Sesuai
BTO 3,0 1-3 hari Sesuai
Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Desember 2019

BOR (pemakaian tempat tidur, di ruang Hasan Sobari Lantai II Tahun


2019 sebanyak 70,74 % sesuai dengan standar rumah sakit umum, dengan
demikaian pemakaian tempat tidur sudag efisien. LOS (lama rata-rata hari
rawat) klien di ruang Hasan Sobari Lantai II adalag 3, 46 % berarti sesuai

40
dengan standar rumah sakit yang dimiliki. BTO (frekuensi pemakaian
tempat tidur) yaitu 3 kali berarti sesuai dengan standar rumah sakit. TOI
(rata-rata tempat tidur kosong) di Ruang Hasan Sobari Lantai II adalag 1,95,
nilai ini sesuai dengan standar.

2. Kepuasan Kerja Karyawan


a. Teori
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang
perkerja mereka. Kepuasaan kerja mencerminkan kepuasaan seseorang
terhadap pekerjaanya dan Nampak dari sikap positif karyawan terhadap
pekerjaanya serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja
(Handoko, 1993)
Peningkatan suasana kerja yang kondusif seperti pemberian
dukungan dari perawat yang mempunyai posisi yang lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasaan kerja dan
menurunkan Turn Over perrawat sehingga diperlukan adanya rentang
dukungan yang kontinu bagi perawat sejak bekerja di unit atau tatanan
pelayanan kesehatan yang lain.
Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) keperawatan akan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Program oebingkatan mutu
keperawatan terkait erat dengan sponsorisasi pendidikan sehingga dapat
meningkatkan kepuasaan kerja. Kepuasaan kerja dapat dicapai dengan cara L
- Pengelola harus menjadi pendamping dan pembimbing
- Memperhatikan kebutuhan pribadi bawahan
- Dinamis dalam memberi tugas
- Mencipkatakan suasana kerja yang akrab dan terbuka
- Memberi tugas yang spesifik dan jelas
- Meningkatkan tanggung jawab pada pekerjaan sendiri
- Mengurangi kontrol pada tugas yang telah diberikan untuk
mengembangkan kemandirian dan pertanggung jawaban
- Memberikan reimforcement pada penampilan yang positif

41
- Program pendidikan berkelanjutkan baik formal maupun informal
SDM atau tenaga kerja adalah unsure penting dalam situasi RS. Jika
mutu tenaga kerja rendah maka dapat dipastikan mutu pengelolaan dan
pelayanan RS akan rendah. Untuk meningkatkan mutu tenaga kerja harus
diterpenuhi cara :
- Penempatan tenaga kerja yang sesuai
- Pemberian penghargaan yang wajar berdasar prestasi kerja
- Hubungan kerja yang manusiawi
- Adanya usaha untuk meningkatkan SDM
- Kejelasan siapa atasan fungsional dan atasan struktural
b. Data
Pada Kuesioner kepuasan kerja perawat yang terdiri dari 20 pertanyaan
dibagikan pada 12 perawat, hasil rekapitulasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 3.4
Rekapitulasi Kepuasan Kerja Perawat Ruang Hasan Sobari Lantai II
RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2020
NO KRITERIA JUMLAH %
1 SP (Sangat Puas) 3 25
2 CP (Cukup Puas) 6 50
3 TP (Tidak Puas) 3 25
TOTAL 12 100

c. Analisa
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tingkat kepuasan kerja perawat
di Ruang Hasan Sobari Lantai II yaitu 25 % sangat puas, 50 % puas dan 25 %
tidak puas dengan pekerjaannya sekarang dengan alasan tidak adanya
pemberian insentif tambahan dan reward atas prestasi atau kerja ekstra,
kemudian ketidaklengkapan persedian alat yang mendukung pekerjaan.

3. Hasil Evaluasi bimbingan PKK


a. Teori
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi :

42
- Mengorientasikan mahasiswa di unitan menyangkut : karakteristik
unitan, klien, protap, alat dan kegiatan unitan, serta staf perawat dan
medis dan non medis sebelum dimulai praktik
- Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
- Mengarahkan dan membimbing siswa dan mahasiswa dalam rangka
pencapaian kopetensi yang diharapkan
- Memotivasi minat dan semangat belajar untuk peningkatan
kemampuan siswa dan mahasiswa.
- Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan
hubungan serta pelaporan pada pihak terkait.
- Mengevaluasi bimbingan praktek meliputi : pengetahuan, sikap dan
keterampilan
- Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktek
mahasiswa/ mahasiswa kesatuan kerja yang terkait
- Mengikuti rapat yang diadakan satuan kerja yang terkait yang ada di
rumah sakit, dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan bimbingan praktek
- Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik asuhan
keperawatan yang telah dibuat mahasiswa pada saat evaluasi
keterampilan
- Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien
Ada beberapa metode bimbingan yang diberikan oleh seorang
pembimbing praktik klinik keperawatan diantaranya adalah orientasi, pre
comperence, post comperence, bedsite teaching, ronde keperawatan/
nursing round, role model dan konsultasi individu atau kelompok.
Untuk melaksanakan bimbingan dengan baikm, pembimbing PKK
harus memiliki waktu dan kesempatan yang cukup sehingga mampu
berperan sebagai model, pengamat, narasumber, fasilitator, penasehat.
Diperlukan suasana yang kondusif bagi praktikum untuk mempraktekan
pengetahuan dan keterampilan.

43
b. Data
Pada saat dilaksanakan praktek manajemen, terdapat mahasiswa yang
sedang praktek juga di ruang Hasan Sobari Lantai II yaitu Siswa dari SMK
Bakti Kencana Banjar sejumlah 14 orang.
c. Analisa
Di ruang Hasan Sobari Lantai II RSUD Kabupaten Ciamis telah memiliki
Clinical Instruktur dengan pendidikan S1 Keperawatan (S.Kep., Ners) dan
sudah mendapat pelatihan CI sehingga meningkatkan bimbingan klinik.

44
BAB III
ANALISA SWOT DAN RENCANA KEGIATAN

A. ANALISA SWOT
1. Analisa Faktor Internal

Tabel 3.1
Analisa Faktor Internal Ruang Hasan Sobari Lantai II RSUD Ciamis
2020
BOBOT RATING SKOR
NO KEKUATAN
STRENGHT
Sarana dan Fasilitas di Ruang Hasan Sobari
1 Sudah Memenuhi Standar Perawatan dengan 0.5 4 2
Kelas I
Ronde keperawatan di ruang Hasan Sobari
2 0.25 4 1
Lantai II dilaksanakan 100%.
Banyaknya daftar tunggu untuk rawat inap di
3 ruang Hasan Sobari Lantai II sehingga tidak 0,25 4 1
memerlukan marketing khusus.
TOTAL SKOR 1 8 4

BOBOT RATING SKOR


NO KELEMAHAN
WEAKNESSS
Jumlah kebutuhan alat kesehatan di ruang H.
1 Hasan Sobari belum memenuhi rasio sesuai 0.2 3 0.6
standar permenkes
Pengelolaan dan perawatan fasilitas sarana
dan prasarana ruangan kurang baik (WC
rusak, pegangan pintu rusak), di sebagian
2 0.2 2 0.4
wastafel belum ada bracket untuk hand
wash dan hand rub, di meja nurse station
belum ada penanda nurse station.
Sarana dan prasarana di ruang Hasan Sobari
masih ada kekurangan seperti: ruang
konsultasi, administrasi, ruang linen bersih,
3 0.2 2 0.4
gudang kotor, handwash dan handscrub
disetiap wastafel belum tersedia, tidak ada
tangga darurat, ruang evakuasi pasien
Belum terpampangnya SPO tindakan di
4 ruang tindakan 0.2 2 0,4

Sebanyak 10% pasien/keluarga tidak puas


5 terhadap pelayanan dan sarana di rumah 0,1 2 0,4
sakit.

45
Sebanyak 25 % perawat tidak puas dalam
6 0,1 2 0,4
hal kepuasan kerja

TOTAL SKOR 1 12 2,6

2. Analisa Faktor Eksternal

Tabel 3.2
Analisa Faktor Eksternal Ruang Hasan Sobari Lantai II RSUD Ciamis
2020
BOBOT RATING SKOR
NO PELUANG
OPPORTUNITY
1 Adanya anggaran APBN dan APBD Provinsi
untuk melengkapi fasilitasi pelayanan di 1,0 4 4
ruang Hasan Sobari Lantai II
TOTAL SKOR 1 8 4

BOBOT RATING SKOR


NO ANCAMAN
THTEAT
1 Adanya Rumah Sakit lain yang menyediakan
pelayanan yang sama seperti rumah sakit Permata
1,0 4 4
Bunda, RS al Arif, RS Dadi Keluarga dan Rs Kawali
yang akan segera ber operasi
TOTAL SKOR 1 4 4

3. Prioritas Masalah
a. Sarana prasarana dan alat kesehatan ada yang belum sesuai dengan
standar permenkes
b. Belum terpampangnya SPO tindakan di ruang tindakan

46
47
48
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Pelaksanaan praktik stase manajemen keperawatan dilakukan di Ruang


H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis mulai tanggal 13 Januari – 01 Februari
2020. Berdasarkan plan of action (POA) yang telah di susun, berikut ini
adalah laporan pelaksanaan kegiatan :
A. Sarana prasarana dan alat kesehatan ada yang belum sesuai dengan
standar permenkes
Tabel 4.1
Januari
No Jenis Kegiatan
27 28 29 30
Tahap Persiapan
1 Koordinasi awal
dengan Karu dan √
Staf
Tahap Pelaksanaan
2 Mengoptimalkan
penataan alat-
alat kesehatan
dan sarana √ √
prasarana yang
belum ada dan
belum memadai
Tahap Evaluasi
3 Evaluasi

bersama Karu

49
Penataan ruang terkait sarana prasarana dan alat kesehatan diruang H.
Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis, dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan
Koordinasi dan diskusi dengan karu dan staf tentang sarana prasarana dan
alat kesehatan yang ada di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 serta membahas
sarana prasarana dan alat kesehatan yang yang dimiliki ruang H. Hasan
Sobari Lt. 2 yang sesuai dengan permenkes, yang dilakukan pada tanggal
27 Januari 2020.
b. Tahap Pelaksanaan
 Bersama karu dan staf ruangan melakukan penataan ruangan terkait
sarana prasarana dan alat kesehatan.
 Melakukan pengajuan penyediaan sarana prasarana dan alat kesehatan
yang belum ada sesuai dengan standar Permenkes
 Membuat daftar inventarisir alat kesehatan dan sarana prasarana
ruangan
 Melakukan pengajuan pemeliharaan sarana prasarana
 Membuat tanda Nurse station dan menyediakan bracket serta hand wash
c. Tahap Evaluasi
Mengevaluasi tata ruang terkait sarana prasaran dan alat kesehatan
dilakukan pada tanggal 30 Januari 2020.
 Faktor pendukung
Adanya dukungan dari kepala ruangan dan staf di ruang H. Hasan
Sobari Lt. 2 dan Kasie Keperawatan RSUD Ciamis.
 Faktor Penghambat
Keterbatasan waktu dalam melakukan pengkajian dan pelaksaan
membuat kami belum begitu maksimal dalam hal proses analisis
ruangan Hasan Sobari Lantai II RSUD Kab. Ciamis

50
B. Belum terpasangnya SPO tindakan di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2

Tabel 4.2
Januari
No Jenis Kegiatan
27 28 29 30
Tahap Persiapan
1 Koordinasi awal
dengan Karu dan √
Staf
Tahap Pelaksanaan
2 Menyelenggara
kan pelayanan
keperawatan
√ √
yang profesional
yang mengacu
pada SPO
Tahap Evaluasi
3 Evaluasi

bersama Karu

Penyelenggaraan pelayanan keperawatan profesional yang mengacu


SPO diruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis, dilakukan dalam beberapa
tahap yaitu :
d. Tahap Persiapan
Koordinasi dan diskusi dengan karu dan staf tentang SPO yang ada di
ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 khususnya membahas SPO yang ada di ruang
tindakan , yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2020.
e. Tahap Pelaksanaan
 Bersama karu dan staf ruangan melakukan peninjauan SOP
 Membuat SPO tindakan secara lengkap dan tertera di ruang tindakan
f. Tahap Evaluasi
Mengevaluasi SPO apakah sudah tertera di ruang tindakan, dilakukan
tanggal 30 Januari 2020.
 Faktor pendukung

51
Adanya dukungan dari kepala ruangan dan staf di ruang H. Hasan
Sobari Lt. 2 dan Kasie Keperawatan RSUD Ciamis.
 Faktor Penghambat
Keterbatasan waktu dalam melakukan pelaksaan atau implementasi
membuat kami belum begitu maksimal dalam hal proses pelaksanaan
dan pembenahan ruangan Hasan Sobari Lantai II RSUD Kab. Ciamis

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktek manajemen keperawatan mahasiswa Ners
Fikes Unigal tahun angkatan tahun 2020 di Ruang H. Hasan Sobari Lantai 2
yang dilaksanakan selama 18 hari mulai tanggal 16 Januari 2020 sampai
dengan tanggal 1 Februari 2020, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian situasi dan identifikasi masalah
a. Unsur input
1) Pasien
Pasien yang di rawat di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 tahun 2019
sebanyak 1.450. Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 memiliki 40 tempat
tidur, dengan maksimal jumlah pasien 40 orang.
2) Mahasiswa praktek
Rumah Sakit Umum Ciamis merupakan Rumah Sakit Tipe C Non
Pendidikan. Walaupun demikian sering dijadikan lahan praktek
lapangan oleh mahasiswa keperawatan, kebidanan, analis
kesehatan, farmasi, kedokteran dan siswa PPL dari sekolah
menengah kejuruan (SMK). Jauhnya lahan praktek dengan
akreditasi 12 pelayanan, letak geografis dan banyaknya institusi
yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan menjadi alasan
kenapa RSUD Ciamis menjadi salah satu tempat menggali
pendidikan kesehatan yang cukup diminati di Priangan Timur.
3) Sumber dana
Sumber pembiayaan dan penggajian PNS dan honorer diperoleh
dari dana APBD dan BPJS Kesehatan (Bidang Keuangan RSUD
Ciamis).
4) Material
Penyediaan alat inventaris ruangan H. Hasan Sobari Lt. 2
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan, dan perenaenaan pengadaan alat dan bahan langsung

53
dikelola oleh panitia RS dan Kepala Ruangan memberikan usulan
untuk kebutuhan alat dan bahan ruangan. Akan tetapi kadang
terjadi inventaris tidak sesuai dengan permintaan. Dan masih ada
beberapa alat/bahan yang belum tersedia di Ruang H. Hasan
Sobari Lantai 2.
5) Mesin
Peralatan mesin yang berada di Ruang H. Hasan Sobari lantai 2
belum lengkap.
b. Unsur proses
1) Proses manajemen pelayanan keperawatan
Dalam pembuatan perencanaan di Ruang Hasan Sobari
Lantai II disusun dan di buat oleh kepala ruangan, meliputi
perencaan strategi dan operasional. Perencanaan yang sudah
dibuat akan dijadikan pedoman di dalam kegiatan ehari-hari yang
terdiri dari : kebijakan, SOP, dan peraturan.
Dalam pengorganisasian di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
pembagian kerjanya dan dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada klien mengggunakan metode Tim.
Pengontrolan di ruang H. Hasan Sobari Lt.2 yang dilakukan
secara langsung dan tidak langsung untuk pelayanan oleh Kepala
Ruangan dan Supervisi
2) Proses Manajemen Bimbingan Pakter Klinik Keperawatan
Saat ini di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 ada mahasiswa Pra ners
Fikes Unigal Ciamis Periode 13 Januari – 01 Februari 2002 stase
manajemen keperawatan, Siswa SMK Bakti Kencana.
c. Unsur output
a. Efisiensi unit rawat
BOR (pemakaian tempat tidur, di ruang Hasan Sobari Lantai II
Tahun 2019 sebanyak 70,74 % sesuai dengan standar rumah sakit
umum, dengan demikaian pemakaian tempat tidur sudag efisien.
LOS (lama rata-rata hari rawat) klien di ruang Hasan Sobari Lantai
II adalag 3, 46 % berarti sesuai dengan standar rumah sakit yang

54
dimiliki. BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) yaitu 3 kali
berarti sesuai dengan standar rumah sakit. TOI (rata-rata tempat
tidur kosong) di Ruang Hasan Sobari Lantai II adalag 1,95, nilai ini
sesuai dengan standar.
b. Kepuasan kerja karyawan
tingkat kepuasan kerja perawat di Ruang Hasan Sobari Lantai II
yaitu 25 % sangat puas, 50 % puas dan 25 % tidak puas dengan
pekerjaannya sekarang dengan alasan tidak adanya pemberian
insentif tambahan dan reward atas prestasi atau kerja ekstra,
kemudian ketidaklengkapan persedian alat yang mendukung
pekerjaan.
2. Prioritas masalah yang disepakati bersama kepala ruangan dan staf Ruang
H. Hasan Sobari Lantai 2 yaitu :
c. Sarana prasarana dan alat kesehatan ada yang belum sesuai dengan
standar permenkes
d. Belum terpampangnya SPO tindakan di ruang tindakan

B. Saran
Berkaitan dengan hasil pelaksanaan manajemen keperawatan di ruang H.
Hasan Sobari Lantai II RSUD Kab. Ciamis maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Institusi RSUD Kab. Ciamis
a. dengan adanya praktek Ners Stase manajemen Keperawatan dapat
dijadikan sebagai perbandingan situasi dan kondisi tempat praktek.
b. Bagi ruangan yang dijadikan lahan praktek dapat dijadikan sebagai
salah satu pegangan dalam peningkatan mutu pelayanan.
2. Bagi Institusi Fikes Unigal
Untuk pelaksanaan praktek Ners stase Manajemen Keperawatan
selanjutnya agar lebih meningkatkan koordinasi dengan institusi tempat
praktek tentang ruangan yang akan dilakukan praktek
3. Bagi Profesi Keperawatan

55
a. Mampu melaksanakan manajemen pelayanan secara optimal sesuai
dengan langkah-langkah manajemen keperawatan (POAC)
b. Meningkatkan profesionalisme dan termotivasi lagi dalam melakukan
pelayanan kesehatan.

56

Anda mungkin juga menyukai