Anda di halaman 1dari 6

Analisis Faktor Penyebab Kalkulus di Klinik drg.

Ratna
Handayani
Namira Putri Imani
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
namiraputriimani@student.uns.ac.id

Abstract. Teeth are the first place for food to enter. These foods contain many bacteria, which if left unchecked
can be a cause of other more dangerous diseases. In Indonesia, periodontal disease ranks second, which is still
a health problem in the community to date. Calculus or tartar is one of the causes of periodontal disease. The
main cause is the lack of oral hygiene. This study is expected to be able to find other causes of dental calculus
in addition to lack of oral hygiene. This type of research is a verivative study with a retrospective study.
Information that researchers got from dentist Ratna was cross checked with patients who had been handled by
dentist Ratna. The data obtained is then analyzed. The results showed that the five respondents on average had
one factor that caused the calculus mentioned by dentist Ratna. These factors include thick saliva, consumption
of sweet foods, and lack of water intake. While stress factors were not found in the five respondents. Suggestions
for people are expected to drink more water more often, control the consumption of sweet foods and drinks, and
keep and calm the mind to avoid stress.

Keyword : calculus, tartar, periodontal disease, periodontitis

1. PENDAHULUAN

Masyarakat sering meremehkan masalah mengenai kesehatan gigi. Padahal, hampir semua
penyakit berasal dari sistem pencernaan. Gigi adalah tempat pertama makanan masuk. Makanan –
makanan tersebut mengandung banyak bakteri yang apabila dibiarkan dapat menjadi penyebab
penyakit lain yang lebih berbahaya.
Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua yang masih merupakan masalah
kesehatan di masyarakat sampai saat ini. Penelitian Wijayanti (2008), melaporkan bahwa penyakit
periodontitis dapat menyebabkan stroke karena di dalam periodontitis terdapat bakteri yang berperan
antara lain P. gingivalis yang mampu menyebabkan agregasi platelet dan hiperkoagulasi sehingga
akan meningkatkan pembentukan trombus yang akan menyebabkan serangan stroke iskemik akut.
Kalkulus atau karang gigi merupakan salah satu penyebab penyakit periodontal
(Kusumaningrum, 2011). Menurut Putri, Herijulianti, & Nurjannah (2010), kalkulus merupakan
kumpulan plak yang mengalami kalsifikasi dan melekat erat pada permukaan gigi serta objek solid
lainnya di dalam mulut, sehingga gigi menjadi kasar dan terasa tebal. Tungga (2011) dan Astuti
(2009) mengatakan bahwa kalkulus terbentuk oleh adanya pengendapan sisa makanan dengan air
ludah serta kumankuman maka terjadilah proses pengapuran yang lama kelamaan menjadi keras.
Kalkulus yang terus dibiarkan di dalam mulut dapat menyebabkan iritasi, radang pada gusi dan
kerusakan pada jaringan penyangga gigi, serta dapat mengakibatkan gigi menjadi goyang dan lepas
dengan sendirinya. Komponen pembentukan kalkulus terdiri dari bahan-bahan mineral seperti
kalsium dan fosfor. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2011) menunjukkan bahwa
faktor risiko terbesar terjadinya kalkulus adalah perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Di era modern ini, kondisi psikologis seseorang mudah terganggu. Berdasarkan hasil dari
kajian literatur yang dilakukan oleh Quamilla (2016), subjek stres berpotensi mengalami periodontitis
daripada subjek normal. Pengaruh hormon stres dan perubahan perilaku subjek yang mengalami stres
meningkatkan risiko terjadinya periodontitis. Mekanisme stres dalam memperparah penyakit
periodontal melalui dua jalur, yaitu pengaktivasian sistem neuro-endokrin hipotalamus-pituitary-
adrenal axis (aksis HPA) dan symphatetic-adrenal-medullary axis (aksis SAM) yang akan
mempengaruhi sistem imun dengan cara menurunkan pertahanan tubuh. Selain itu stres
mempengaruhi faktor perilaku dan gaya hidup seperti merokok dan oral hygiene yang buruk.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah stres pada seseorang juga dapat
menyebabkan kalkulus pada gigi. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga mampu mencari penyebab
lain dari kalkulus gigi selain kurangnya oral hygiene atau kebersihan mulut yang merupakan
penyebab terbesar dari kalkulus gigi.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian verivikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji
kebenaran dari suatu ilmu atau pernyataan. Sedangkan berdasarkan metode penelitian, penelitian ini
merupakan penelitian Retrospective Study, yaitu penelitian yang berupa pengamatan terhadap
peristiwa – peristiwa yang yang telah terjadi untuk mencari faktor yang berhubungan dengan
penyebab. Peneliti menanyakan kepada drg. Ratna tentang penyebab lain dari kalkulus gigi selain
faktor kebersihan mulut. Setelah mendapat data dari drg. Ratna, peneliti melakukan cross-check
kepada pasien – pasien drg. Ratna. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien drg. Ratna yang
mengalami kalkulus gigi dengan jumlah 5 responden.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Adapun karakteristik
responden yang dilihat adalah kondisi air liur, jumlah asupan cairan per hari, jumlah konsumsi gula
per hari, dan kondisi psikologis saat memeriksakan diri ke drg. Ratna. Terdapat total pertanyaan 4
pertanyaan. Pertanyaan nomor 1 dan 4, jika memilih jawaban B maka nilainya 1 (satu) dan jika A
nilainya 0 (nol). Pertanyaan nomor 2 dan 3, jika memilih jawaban A maka nilainya 1 (satu) dan jika B
nilainya 0 (nol). Data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2019. Penulis melakukan wawancara langsung
kepada drg. Ratna melalui tatap muka. Sedangkan dengan pasien – pasien drg. Ratna, peneliti
menghubungi melalui pesan whatsapp. Sebelum pengambilan data, peneliti menjelaskan secara
singkat mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Peneliti juga
menjelaskan bagaimana cara menjawab pertanyaan – pertanyaan pada kuesioner tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Drg. Ratna memberikan jawaban yaitu faktor lain yang menyebabkan terjadinya kalkulus gigi
selain kebersihan mulut adalah kekentalan air liur dan konsumsi makanan manis dan lengket yang
dapat dengan mudah menempel pada gigi. Saat ditanyakan apakah kondisi stres dapat menyebabkan
kalkulus pada gigi, drg. Ratna menjawab stres tidak menyebabkan pembentukan kalkulus pada gigi.

pasie 1 2 3 4
n A B A B A B A B
1                
2                
3
4                     : bukan faktor penyebab
5                   : faktor penyebab

Jawaban responden merupakan kondisi responden saat mengalami masalah kalkulus gigi atau sebelum
berobat ke drg. Ratna.

a. Kekentalan air liur


Pertanyaan nomor 1 adalah mengenai kekentalan air liur responden. Jawaban A berupa ‘kental’
dan jawaban B ‘encer dan bening’. Sebanyak 2 responden memiliki air liur yang kental
sedangkan 3 lainnya memiliki air liur normal, yaitu bening dan encer. Kondisi saliva yang dapat
memengaruhi pembentukan kalkulus yakni saliva yang konsistensinya kental. Kondisi saliva
yang dapat memengaruhi pembentukan kalkulus yakni saliva yang konsistensinya kental
(Wungkana, Kepel, & Ratulangi, 2014). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Dewi & Restadiamawati (2008) mengenai efek dari mengunyah permen karet yang dapat
meningkatkan aliran saliva dalam rongga mulut. Saliva dapat menetralkan asam yang dihasilkan
oleh bakteri plak, oleh karena itu selama mengunyah permen karet derajat keasaman saliva akan
naik. Peningkatan produksi saliva dapat mengurangi endapan sisa makanan di permukaan gigi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air liur yang lebih banyak dan tidak kental dapat
mengurangi kemungkinan terbentuknya kalkulus pada gigi.
b. Asupan air putih per hari
Pertanyaan nomor 2 adalah mengenai asupan cairan responden per hari. Jawaban A berupa ‘1,5
liter atau lebih’ dan jawaban B ‘kurang dari 1,5 liter’. Sebanyak 2 responden mengonsumsi
kurang dari 1,5 liter air per hari, sedangkan 3 lainnya mengonsumsi 1,5 liter air atau lebih per
hari. Banyak minum akan membantu melarutkan sisa – sisa makanan yang menempel pada gigi
sehingga kemungkinan terjadinya kalkulus gigi juga akan berkurang.
c. Konsumsi gula per hari
Pertanyaan nomor 3 adalah mengenai jumlah konsumsi gula per hari. Jawaban A berupa ‘5-9
sendok teh’ dan jawaban B ‘lebih dari 9 sendok teh’. Sebanyak 1 responden menjawab B,
sedangkan sisanya menjawab A yang mengonsumsi gula dalam jumlah normal per hari. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh drg. Ratna bahwa mengonsumsi makanan manis merupakan
salah satu penyebab dari terbentuknya kalkulus pada gigi. Penelitian dari Purnamasari (2017)
juga menunjukkan bahwa semakin banyak konsumsi makanan atau minuman dengan kadar
sukrosa yang tinggi, maka akan semakin tinggi indeks karies giginya. Sukrosa mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan dimetabolisme
dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan yang menempel pada permukaan gigi
jika dibiarkan akan menghasilkan zat asam lebih banyak, sehingga mempertinggi risiko terkena
karies gigi. Dalam hal ini, karies gigi didahului oleh adanya plak pada gigi yang apabila
dibiarkan dapat menjadi kalkulus pada gigi. Sesuai dengan peneletian Savitri, Primarti, &
Gartika (2017), bahwa ada hubungan antara frekuensi asupan minuman manis dengan
akumulasi plak. Frekuensi asupan minuman manis yang tinggi menyebabkan ketersediaan
glukan dan fruktan untuk bakteri tidak terhenti, sehingga bakteri akan terus bertambah dan
menetap di permukaan gigi. Ketersediaan glukan yang tidak terhenti akan mempercepat proses
koloni bakteri di permukaan gigi sehingga meningkatkan akumulasi plak.
d. Stres
Pertanyaan nomor 4 adalah mengenai kondisi psikologis responden. Dalam hal ini, peneliti
menanyakan apakah responden saat itu sedang menghadapi tekanan atau banyak pikiran.
Kelima responden menjawab tidak sedang menghadapi tekanan atau banyak pikiran. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh drg. Ratna bahwa kondisi stres bukan merupakan faktor
penyebab terjadinya kalkulus pada gigi. Namun, pada beberapa penelitian, kondisi stres dapat
mempengaruhi kesehatan gigi. Seperti pada kajian literatur yang dilakukan oleh Quamilla
(2016), subjek stres berpotensi mengalami periodontitis daripada subjek normal. Pengaruh
hormon stres dan perubahan perilaku subjek yang mengalami stres meningkatkan risiko
terjadinya periodontitis. Mekanisme stres dalam memperparah penyakit periodontal melalui
dua jalur, yaitu pengaktivasian sistem neuro-endokrin hipotalamus-pituitary-adrenal axis
(aksis HPA) dan symphatetic-adrenal-medullary axis (aksis SAM) yang akan mempengaruhi
sistem imun dengan cara menurunkan pertahanan tubuh. Selain itu stres mempengaruhi faktor
perilaku dan gaya hidup seperti merokok dan oral hygiene yang buruk. Penelitian yang
dilakukan oleh Monteiro da Silva, Newman, & Oakley (1995) yang dirangkum oleh Quamilla
(2016) melaporkan bahwa gangguan psikososial dapat menyebabkan pasien tidak
memperdulikan kebersihan mulut dan menyebabkan terjadinya akumulasi plak. Kondisi stres
dapat memodifikasi asupan makanan yang secara tidak langsung berefek pada status
periodontal. Konsumsi karbohidrat dan makanan yang lunak mengakibatkan berkurangnya
mastikasi dan menjadi faktor predisposisi terhadap akumulasi plak pada bagian proksimal.
4 dari 5 responden memiliki rata – rata 1 faktor yang menyebabkan terbentuknya kalkulus gigi.
1 responden lain tidak memiliki faktor yang menyebabkan terbentuknya kalkulus gigi. Namun, di
samping itu, masih ada banyak faktor lain yang tidak ditanyakan oleh peneliti yang bisa
menyebabkan terbentuknya kalkulus pada gigi. Meskipun dari kelima responden tidak ada yang
mengalami stres atau tekanan atau banyak pikiran, namun bukan berarti stres bukan merupakan faktor
penyebab kalkulus gigi, karena pada beberapa penelitian sebelumnya sudah dibuktikan bahwa stres
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi. Hanya saja seluruh responden pada penelitian ini tidak
sedang mengalami gangguan psikologis ; stres atau mendapat tekanan dan banyak pikiran.

4. SIMPULAN

Kalkulus merupakan kumpulan plak yang mengalami kalsifikasi dan melekat erat pada
permukaan gigi serta objek solid lainnya di dalam mulut, sehingga gigi menjadi kasar dan terasa tebal.
Apabila dibiarkan, kalkulus dapat menyebabkan penyakit – penyakit lain yang berbahaya. Ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya kalkulus pada gigi. Di antaranya adalah tingkat
kekentalan air liur. Semakin kental air liur, maka kemungkinan untuk terjadi kalkulus gigi juga
semakin besar. Kedua adalah jumlah asupan air putih per hari. Semakin banyak air yang diminum,
maka kemungkinan terjadi kalkulus gigi akan berkurang karena sisa – sisa makanan yang masih
menempel pada gigi dapat larut dalam air. Ketiga adalah banyaknya konsumsi gula. Semakin banyak
konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula, maka kemungkinan terjadinya kalkulus
gigi semakin besar. Faktor yang terakhir adalah kondisi psikologis. Meskipun dalam penelitian ini
tidak dapat dibuktikan, namun pada penelitian – penelitian sebelumnya, dapat dibuktikan bahwa stres
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, di antaranya kalkulus, yang diawali oleh penempelan plak
pada gigi.

5. SARAN

Masyarakat saat ini memiliki kemudahan dalam mendapatkan atau menemukan berbagai
produk olahan makanan. Makanan manis terutama banyak dicari dan disukai oleh masyarakat. Selain
itu, di era modern ini, manusia dituntut untuk memiliki etos kerja tinggi. Kemungkinan untuk stres
menjadi tinggi. Selain itu masyarakat yang seharusnya semakin membutuhkan banyak asupan cairan,
justru lupa dan tidak memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini, masyarakat menjadi lebih sering minum air putih, mengontrol konsumsi
makanan dan minuman yang manis, serta menjaga dan menenangkan pikiran untuk menghindari stres.
Selain untuk mencegah pembentukan kalkulus pada gigi, hal – hal tersebut juga dapat menjaga
kesehatan tubuh secara keseluruhan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Astuti, F. Y. (2009). Penelitian Pengaruh Kehamilan terhadap Kesehatan Periodontal. Sei


Rampah : Universitas Sumatra Utara. h. 13.
Dewi, P. F., & Restadiamawati. (2008). The Effect of Xylitol Containing Chewing Gum
Consumption on Dental Plaque Forming. Artikel Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Kusumaningrum, D. P. (2011). Faktor Risiko Terjadinya Kalkulus (Karang Gigi) Supragingival dan
Subgingival (Studi di Masyarakat Desa Tlaga Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas).
Undergraduate Thesis Diponegoro University.
Purnamasari, N. L. (2017). Perilaku Menggosok Gigi Kebiasaan Makan dan Minum Tinggi Sukrosa
dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa di MIN Jejeran. Naskah Publikasi Skripsi Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.
Putri M. H., Herijulianti. E., & Nurjannah. N. (2010). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
Quamilla, N. (2016). Stres dan Kejadian Periodontitis. Journal of Syiah Kuala Dentistry Society,
1(2), 161-168.
Savitri, G. A., Primarti, R. S., & Gartika, M. (2017). Hubungan Frekuensi Asupan Minuman Manis
dengan Akumulasi Plak pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad, 29(2), 77-82.
Tungga, D. M. (2011). Hubungan Tingkat Kandungan Kapur Dalam Air Minum dengan
Pembentukan Indeks Kalkulus pada Siswa Usia 12-14 tahun di SMP Negeri 2 Soko, Tuban.
Tugas Akhir Universitas Brawijaya.
Wijayanti, P. M., Setyopranoto, I. 2008. Hubungan Antara Periodontitis, Aterosklerosis Dan Stroke
Iskemik Akut. Mutiara Medika, 8(2): 120-128.
Wungkana, W. S., Kepel, B. J., & Wicaksono, D. A. (2014). Gambaran Kalkulus pada Masyarakat
Pesisir yang Mengonsumsi Air Sumur Gali di Desa Gangga II. Jurnal e-GiGi (eG), 2(2).
LAMPIRAN

Wawancara dengan drg. Ratna Handayani


A. Pertanyaan :
1. Apakah yang menyebabkan terjadinya kalkulus gigi?
2. Apakah ada penyebab lain selain faktor kebersihan mulut? Apa saja?
3. Apakah kondisi psikologis / stres dapat menyebabkan terjadinya kalkulus gigi?
B. Jawaban :
1. Kurangnya kebersihan mulut
2. Konsumsi makanan manis dan lengket seperti permen, faktor kekentalan air liur, semakin
kental maka semakin besar kemungkinan terjadinya kalkulus gigi
3. Tidak. Kondisi psikologis seseorang tidak memengaruhi terjadinya kalkulus pada gigi

Wawancara dengan pasien drg. Ratna yang mempunyai kalkulus gigi


A. Pertanyaan :
Jawaban dari pertanyaan ini adalah jawaban saat sebelum periksa ke drg. Ratna
1. Bagaimana kondisi air liur bapak/ibu?
A. kental
B. encer, bening
2. Berapa asupan cairan bapak / ibu per hari?
A. 1,5 liter atau lebih
B. kurang dari 1,5 liter
3. Seberapa banyak bapak/ibu mengonsumsi gula dalam sehari?
A. 5-9 sendok teh
B. lebih dari 9 sendok teh
4. Apakah saat itu bapak / ibu sedang menghadapi tekanan / banyak pikiran?
A. Ya
B. tidak
B. Jawaban :
pasie 1 2 3 4
n A B A B A B A B
1    √   √      √      √
2  √     √      √       √
3  √  √  √  √
4   √       √  √        √
5    √      √   √       √
.

Anda mungkin juga menyukai