Anda di halaman 1dari 6

118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)

VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129


JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

PENGANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN


ASET KOMUNITAS

Oleh:
Muhammad Fedryansyah1 & Risna Resnawaty2
1. Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR dan Pengembangan Masyarakat FISIP-Universitas Padjadjaran
2. Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR dan Pengembangan Masyarakat FISIP-Universitas Padjadjaran

(muhammad.fedryansyah@unpad.ac.id; risna.resnawaty@unpad.ac.id)

ABSTRAK

Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan yang dilakukan
di daerah. Terkait dengan hal tersebut, orientasi pembangunan yang bergeser dari top down menjadi
bottom up juga menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam merancang berbagai program
pembangunan. Begitupula yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sumedang, yang
berupaya untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada
penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan asset komunitas dengan mengambil kasus di
wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Pengembangan asset komunitas merupakan
salah satu kajian dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial, terutama dalam kajian pengembangan
masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan analisis
berdasarkan interpretasi dari data primer maupun sekunder. Proposisi dari penelitian ini adalah
penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui pengembangan asset komunitas yang ada di
masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari dari lima tipe asset komunitas (fisik,
sumberdaya manusia, sosial, lingkungan, dan finansial) yang ada di Kecamatan Jatinangor, asset yang
dapat dikembangkan adalah asset fisik, asset sumber daya manusia, dan asset sosial. Dengan demikian,
pemerintah daerah Kabupaten Sumedang dapat merancang program pembangunan dengan
memanfaatkan asset yang sudah ada tersebut (fisik, sumber daya manusia, dan sosial).
Kata kunci : kemiskinan, pengembangan masyarakat, asset komunitas.

ABSTRACT

Poverty is one of the problems faced by local governments. The transformation of development
paradigm from top down to bottom up, became guideline for local government to design their programs.
And also the government in Sumedang Regency, that had designed various programs to faced poverty
problems. This research will be focused on poverty alleviation through the development of community’s
assets in Jatinangor District. Community’s assets is one of the studies in the field of social welfare
science, especially in the study of community development. The method used in this research is
qualitative by doing analysis based on interpretation from primary and secondary data. The proposition
of this research is that poverty problem can be solved through the development of community’s assets.
The results of this study indicate that from the five types of assets (physical, human resource, social,
environmental, and financial) in Jatinangor, the potential assets are physical assets, human resources
assets and social assets. Therefore, the local government could directed programs that optimization
those assets (physical assets, human resource assets, and social assets).
Key words : poverty, community development, community’s assets.

124
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

1. Pendahuluan Sumedang Nomor 34 Tahun 2009 tentang


Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Dalam beberapa periode terakhir, paradigma
Kemiskinan Kabupaten Sumedang. Kebijakan
pembangunan mulai bergeser dari top down
tersebut diarahkan untuk membangun sinergitas
menjadi bottom up. Argumen yang muncul dari
pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di
pergeseran tersebut adalah keyakinan bahwa
Kabupaten Sumedang.
pembangunan yang bersifat top down hanya
menimbukan keseragaman dalam pembangunan, Secara teoritis, penanggulangan kemiskinan dapat
mengesampingkan perbedaan karakteristik, dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada
budaya serta kebutuhan yang ada di setiap daerah. di masyarakat. Potensi yang ada di masyarakat
Halligan dan Aulich (dalam Hoessein, 2004:4) juga dapat didefinisikan sebagai asset yang ada di
menyebutkan bahwa kebijakan ini (pendekatan top masyarakat. Menurut Green and Haines (2002 : 8),
down) telah menimbulkan dampak berupa peng- dalam pengembangan masyarakat dapat
abaian terhadap nilai-nilai demokrasi dan dipandang sebagai usaha yang terencana untuk
kemajemukan masyarakat. membangun aset yang meningkatkan kapasitas
penghuni untuk memperbaiki kualitas hidup
Pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk
mereka. Setidaknya terdapat lima tipe aset yang
meningkatkan kesejahteraan masyara-kat. Namun,
ada di komunitas yaitu asset fisik, asset manusia,
masih banyak program-program pembangunan
asset sosial, asset finansial, dan asset lingkungan.
yang ternyata tidak berdampak pada peningkatan
Pengembangan asset komunitas tersebut dapat
kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan, sebagai
menjadi salah satu solusi dalam upaya
salah satu indikator yang mengukur tingkat
penanggulangan masalah kemiskinan di
kesejahteraan masyarakat, masih menjadi masalah
Jatinangor.
yang dihadapi dalam pelaksanaan program-
program pembangunan. Kartasasmita (1996 : 234) Peneilitian ini mencoba untuk mendeskripsikan
juga menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan bentuk-bentuk dari asset komunitas yang ada di
masalah dalam pembangunan yang kemudian Jatinangor sebagai bagian dalam upaya
meningkat menjadi ketimpangan. penanggulangan kemiskinan di Jatinangor.
Permasalahan ini juga dihadapi oleh pemerintah
daerah Kabupaten Sumedang. Secara umum,
persentase kemiskinan dan pengangguran di
Kabupaten Sumedang masih di atas rata-rata 2. Metode Penelitian
tingkat provinsi dan pusat. Dari persentase tingkat
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji asset
kemiskinan dan pengangguran di provinsi dan
komunitas yang dapat dikembangkan dalam upaya
pusat rata-rata 8 persen, di Kabupaten Sumedang
penanggulangan kemiskinan di Kecamatan
mencapai 12 persen.
Jatinangor. Untuk mendapatkan gambaran
Terkait dengan kondisi tersebut, dapat dilihat pada mengenai bentuk-bentuk dari asset tersebut, maka
kondisi di salah satu kecamatan di Kabupaten dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
Sumedang, yaitu Kecamatan Jatinangor. Dimana, dan pendekatan kualitatif.
kondisi kemiskinan terjadi sebagai akibat dari
Pengumpulan data dalam kegiatan ini terdiri dari
perubahan dalam struktur pekerjaan. Terutama
data sekunder dan data primer. Data sekunder
terjadinya pergeseran dari sektor pertanian ke
diarahkan kepada dokumen-dokumen terkait
sektor industri dan jasa. Namun, lapangan kerja
dengan kebijakan dan program penanggulangan
tersebut tidak diserap oleh penduduk Jatinangor
kemiskinan yang ada di Kabupaten Sumedang.
melainkan penduduk pendatang. Hal ini
Sedangkan data primer diarahkan untuk menggali
disebabkan secara geografis Kecamatan Jatinangor
informasi secara langsung di lapangan terkait
berbatasan dengan kabupaten lain, sehingga
dengan asset komunitas, yang dilakukan dengan
tenaga kerja dari luar kabupaten banyak yang
cara menggunakan wawancara mendalam serta
bekerja di wilayah ini.
melakukan Focus Group Discussion. Penelitian ini
Hasil sensus tenaga kerja yang meliputi 12 desa di melibatkan 30 orang informan yang dipandang
Jatinangor, menunjukkan bahwa lebih dari 21% memiliki pengetahuan dan informasi mengenai
penduduk di Jatinangor adalah penganggur atau kondisi di desa-desa yang ada di Kecamatan
bekerja dengan pola dan penghasilan yang tidak Jatinangor. Informan tersebut terdiri dari aparat
jelas. pemerintahan desa, tokoh masyarakat, serta
masyarakat awam yang ada di setiap desa.
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan
tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Sumedang
juga telah mengeluarkan Peraturan Bupati

125
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

di wilayah Jatinangor juga memancing


pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
3. Asset Komunitas di Kecamatan
Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut
Jatinangor
dikarenakan adanya perguruan tinggi dan pabrik-
Asset komunitas merupakan asset yang ada dan pabrik yang mengundang pendatang untuk
dimiliki oleh masyarakat di setiap desa yang ada di beraktivitas di Jatinangor. Berbagai bank nasional
Kecamatan Jatinangor. Dari hasil penelitian telah ada saat ini seperti Bank Rakyat Indonesia
lapangan diketahui bahwa setiap desa memiliki (BRI), Bank Bukopin, Bank Nasional Indonesia
aset masing-masing, dengan ciri khas dan daya (BNI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara
tarik dari tiap-tiap desa. Untuk mendapatkan (BTN), Bank CIMB, Bank BJB, Bank Perkreditan
gambaran mengenai bentuk-bentuk asset Rakyat BPR berada di Desa Cibeusi, serta Bank
komunitas yang ada di tiap desa, pada bagian Pembangunan Daerah Jabar di Desa Hegarmanah.
berikut akan dideskripsikan bentuk-bentuk asset
Asset lingkungan merupakan asset yang
komunitas yang ada di Kecamatan Jatinangor.
berdasarkan kepada sumberdaya alam yang ada di
Adapun kelima asset tersebut antara lain : asset
setiap desa. Dari hasil temuan diketahui bahwa
fisik, asset sumberdaya manusia, asset sosial,
karakteristik dari asset lingkungan berbeda-beda di
asset finansial, dan asset lingkungan.
setiap desa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh letak
Asset fisik merupakan asset dasar meliputi geografis masing-masing desa. Sumberdaya alam
infrastruktur-infrastruktur yang ada di setiap desa yang ada di Kecamatan Jatinangor saat ini
untuk digunakan dalam membantu masyarakat ditentukan oleh pembangunan yang ada di setiap
mencapai kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan desa. Satu-satunya hasil sumberdaya alam yang
hasil penelitian lapangan diketahui asset fisik yang ada di Jatinangor adalah sumberdaya di sektor
dimiliki setiap desa berbeda sesuai dengan pertanian. Hal tersebut dikarenakan lahan-lahan
pembangunan dan kebutuhannya. Asset fisik pertanian dan perkebunan yang ada di Jatinangor
tersebut berupa infrastruktur atau sarana yang ada saat ini sudah mulai berkurang.
di masyarakat antara lain : sarana pendidikan,
Asset berikutnya yang ada di masyarakat
sarana kesehatan, pasar/mall, keagamaan,
Jatinangor adalah asset sosial. Sebagai sebuah
olahraga, perumahan, perhotelan, serta pabrik.
kesatuan, masyarakat memiliki nilai dan norma
Dari sarana tersebut yang ada di masyarakat yang mengatur hubungan satu sama lainnya. Nilai
tersebut, sarana pendidikan menjadi sarana yang dan norma tersebut dibentuk sebagai upaya
paling banyak dan ada di setiap desa. Status mempertahankan eksistensi dari suatu kelompok
Kecamatan Jatinangor yang dikenal sebagai masyarakat agar bisa bertahan ditengah
wilayah pendidikan memiliki infrastruktur modernisasi dan akulturasi budaya yang semakin
pendidikan dari jenjang pendidikan dasar sampai hari semakin menekan budaya asli dari suatu
pendidikan tinggi. Infrastruktur lain (kesehatan, masyarakat. Dalam konteks penelitian ini, nilai dan
pasar/mall, keagamaan, olahraga, perumahan, norma termasuk kedalam aset sosial yang dimiliki
perhotelan, dan pabrik), ada di masyarakat namun oleh masyarakat. Masyarakat Jatinangor mayoritas
tidak merata di setiap desa. merupakan suku sunda yang menerapkan nilai,
bahasa dan budaya didalam kehidupan sehari-hari.
Asset finansial merupakan asset dasar yang ada
Salah satu nilai sunda yang masih diterapkan yaitu
dan dimiliki masyarakat yang dapat dimanfaatkan
“Sabilulungan” yang berarti seiya, sekata, seayun
masyarakat Jatinangor untuk mencapai
selangkah, sepengertian sepemahaman, senasib
kesejahteraan. Berdasarkan hasil penelitian
sepenanggungan, saling mendukung, saling
lapangan diketahui bahwa asset finansial yang ada
menyayangi, dan saling membantu. Dengan
di masyarakat Jatinangor dibagi kedalam dua
demikian kegiatan yang ada di masyarakat
kelompok, kelompok pertama merupakan asset
haruslah mengendapankan kegotong royongan.
finansial yang muncul dari dalam masyarakat dan
Kegiatan lainnya yang ada di masyarakat adalah
yang kedua adalah asset finansial yang berasal dari
pengajian rutin yang dilakukan di setiap desa,
luar masyarakat. Asset finansial yang muncul dari
aktifitas kepemudaan melalui organisasi karang
dalam masyarakat yaitu kegiatan-kegiatan
taruna, serta organisasi PKK. Selanjutnya, aset
ekonomi yang dibentuk berdasarkan kebutuhan,
sosial juga dilihat dari lembaga-lembaga kesenian
keinginan dan adanya partisipasi masyarakat.
lokal. Beberapa jenis kesenian yang setiap desa
Sebagai gambaran, asset ekonomi tersebut seperti
miliki adalah reak, kuda renggong, marawis, dan
koperasi, BUMdes, lumbung pangan serta
qasidahan. Selanjutnya adalah kelompok karang
kelompok arisan. Asset finansial yang berasal dari
taruna.
luar masyarakat antara lain lembaga ekonomi yang
beroperasi dari masyarakat. Perkembangan pesat

126
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Asset terakhir adalah sumber daya manusia, yang infrastruktur kesehatan yang telah didirikan yaitu
dapat dilihat dalam beberapa hal seperti jumlah Puskesmas sebanyak 1 unit, Puskesmas Pembantu
penduduk, perkembangan penduduk, tingkat 3 unit, Posyandu sebanyak 127 unit. Infrastruktur
pendidikan, mata pencaharian penduduk. Tingkat kesehatan tersebut tersebar di setiap desa di
potensi sumber daya manusia yang ada di Kecamatan untuk mempermudah masyarakat
Kecamatan Jatinangor berdasarkan jenis kelamin dalam pengobatan kesehatan.
bahwa potensi sumber daya manusia sangat besar.
Sarana ibadah, masyarakat Jatinangor saat ini
Hampir di setiap desa jumlah laki-laki lebih banyak
masih tergolong sebagai masyarakat agamis.
dibandingkan dengan perempuan kecuali di Desa
Kegiatan-kegiatan keagamaan masih banyak
Cilayung. Potensi sumberdaya manusia tersebut
dilakukan di setiap desanya. Mayoritas pemeluk
juga dapat dilihat dari usia masyarakat Jatinangor.
agama di Kecamatan Jatinangor adalah Islam,
Dari data sekunder yang didapatkan maka dapat
sisanya beragama Katolik, Protesta, Budha, dan
dilihat bahwa potensi sumber daya manusia sangat
Hindu. Untuk memenuhi kebutuhan spiritual warga
besar, karena jumlah penduduk didominasi oleh
masyaraka Jatinangor, masyarakat desa melalui
penduduk pada usia produktif yaitu pada usia 16
swadaya dan pemerintah membangun masjid dan
sampai 45 tahun sebanyak 6.447 orang atau 43 %
mushola yang tersebar di setiap desa di Kecamatan
dari jumlah penduduk. Potensi sumber daya
Jatinangor. Sedangkan masyarakat yang beragama
manusia yang ada di Kecamatan Jatinangor
selain Islam, di dalam kampus IPDN terdapat
menurut tingkat pendidikan menunjukan bahwa
gereja katolik dan Gereja Protesta, serta vihara
tingkat pendidikan masih rendah karena tingkat
untuk digunakan sebagai tempat beribadah. Selain
pendidikan penduduk sebagian besar tamat SMP
di IPDN, terdapat pula gereja di Desa Hegarmanah
yaitu sebanyak 2.554 orang.
yang diperuntukan bagi jamaah pemeluk agama
kristen Protestan.
4. Pengembangan Asset Fisik, Asset Sarana olahraga, kegiatan berolahraga merupakan
Sumber Daya Manusia, dan Asset Sosial kegemaran dari masyarakat Jatinangor. Setiap
Di Kecamatan Jatinangor minggu pagi banyak warga yang melakukan
aktivitas berolhraga di sekitar kampus Universitas
Pengembangan asset komunitas dapat dilakukan
Padjadjaran dan ITB. Kegiatan olahraga tersebut
dengan melihat ketersediaan asset tiap desa di
juga rutin dilakukan di sekitaran desa tempat
Kecamatan Jatinangor. Dari hasil penelitian
warga bertempat tinggal.
lapangan, dapat diketahui bahwa semua desa yang
ada di Kecamatan Jatinangor memiliki asset fisik. Pasar, untuk menunjang perekonomian
masyarakat Jatinangor hanya terdapat satu pasar
Aset fisik merupakan aset dasar meliputi
tradisional yang berada di Desa Cibeusi. Pasar
infrastruktur-infrastruktur yang ada di setiap desa
tersebut yang menyediakan kebutuhan premier
untuk digunakan dalam membantu masyarakat
dan sekunder seperti sayur mayur, daging, ikan,
mencapai kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan
beras, perlengakapn rumah tangga sampai
hasil penelitian lapangan diketahui aset fisik yang
perlengkapan sekolah anak.
dimiliki setiap desa berbeda sesuai dengan
pembangunan dan kebutuhannya. Bentuk-bentuk Perhotelan, kegiatan ekonomi di Kecamatan
asset fisik yang ada antara lain sarana pendidikan, Jatinangor lambat laun semakin pesat seperti
sarana kesehatan, sarana ibadah, sarana olahraga, halnya di kota-kota besar. Kegiatan ekonomi
pasar, perhotelan, apartemen, mall, serta kawasan tersebut mengundang para pendatang untuk
pabrik. Berikut penjabaran dari asset fisik tersebut. melakukan aktivitas di sekitaran Wilayah
Kecamatan Jatinangor, akibatnya adalah
Sarana pendidikan, Kecamatan Jatinangor terkenal
kebutuhan akan hotel semakin mendesak. Untuk
sebagai wilayah pendidikan karena terdapat
memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibangunlah
berbagai Infrastruktur dari berbagai jenjang
beberapa hotel yang berdiri wilayah Kecamatan
pendidikan meliputi Paud, TK, SD, SMP, SMA/SMK
Jatinangor. Saat ini hotel yang telah didirikan di
dan Universitas. Tidak setiap desa memiliki
Kecamatan Jatinangor berjumlah 8 hotel tersebar
infrastrutktur pendidikan tersebut namun
di beberapa desa.
disesuaikan dengan kebutuhan dan letak geografis
desa tersebut berada. Apartemen, pembangunan di wilayah Kecamatan
Jatinangor saat ini salah satunya berpusat kepada
Sarana kesehatan, kesejahteraan masyarakat
pembangunan hunian atau tempat tinggal. Sampai
salah satunya ditentukan oleh tingkat kesehatan
saat ini setidaknya ada 11 apartemen yang sudah
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Dinas
mengantongi ijin operasional, 4 diantaranya sudah
Kesehatan berupaya untuk meningkatkan
berdiri sejak tahun 2010. Pembangunan
kesehatan masyarakat melalui penyediaan

127
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

apartemen tersebut tersebar di beberapa desa di pendidikan rendah karena tingkat pendidikan
Kecamatan Jatinangor. penduduk sebagian besar tamat SMP.
Mall, perkembangan Kecamatan Jatinangor Asset yang ketiga, yang secara umum dimiliki oleh
menuju wilayah perkotoan dibutikan dengan masyarakat Jatinangor adalah asset sosial.
hadirnya mall di kawasan tersebut. Jatinangor Nilai dan norma termasuk kedalam aset
Town Square atau yang lebih dikenal dengan nama sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat
JATOS adalah salah satu pusat perbelanjaan/mall Jatinangor mayoritas merupakan suku sunda yang
yang dibangun di atas area seluas 30.000 m² yang menerapkan nilai, bahasa dan budaya didalam
terdiri dari 4 lantai dengan luas bangunan ± kehidupan sehari-hari. Dimana, nilai gotong royong
24.000 m² yang berada di lokasi sangat strategis. masih berjalan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Beberapa desa masih memegang
Kawasan pabrik, selain dikenal sebagai kawasan
teguh nilai tersebut seperti di Desa Cileles, Desa
pendidikan, wilayah lainnya dari Kecamatan
Cilayung, Desa Jatimukti yang secara demografi
Jatinangor adalah Kawasan industri. Sejak tahun
masih belum terlalu banyak pendatang yang
1980 kawasan Jatinangor mulai didirikan pabrik-
tinggal dan menetap disana. Hadirnya pendatang
pabrik berskala nasional. Pabrik yang pertama kali
memiliki pengaruh dalam perubahan nilai-nilai
muncul adalah parik tekstil, antara lain Five Star,
yang ada dalam masyarakat. Kegiatan gotong-
Kewalraf, sedangkan Pabrik Kahatex terhitung
royong yang masih berlangsung di setiap desa
sebagai pabrik paling besar yang terletak di desa
adalah kegiatan ronda, membersihkan kampung,
Cintamulya. Kawasan pabrik yang saat ini
perayaan hari kemerdekaan, perayaan kegamaan.
beroperasi berada di Desa Cisempur, Desa
Cintamulya yaitu pabrik Kahatex, pabrik Yogi Kegiatan lainnya yang ada di masyarakat adalah
Saputra, Supratek dan Banon, di Desa Mekargalih pengajian rutin yang dilakukan di setiap desa.
yaitu Pabrik Insan Sindang dan Desa Cipacing yaitu Walaupun berbeda-beda hari pelaksanaannya,
Pabrik Wiska dan Polypin Canggih. pengajian merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan oleh masyarakat. pengajian untuk orang
Selain asset fisik, asset lain yang secara umum
dewasa biasanya dilakukan pada malam hari,
terdapat di desa-desa di Kecamatan Jatinangor
sedangkan untuk anak-anak dilakukan di surau
adalah asset sumber daya manusia. Pontesi
pada sore hari. Kegiatan pengajian ini
sumberdaya tersebut dapat dilihat dalam beberapa
dimaksudkan untuk memperdalam ilmu kegamaan
hal seperti jumlah penduduk, perkembangan
serta ajang silaturahmi dari setiap masyarakat
penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian
untuk mengetahui keadaan satu sama lainnya
penduduk.
masing-masing.
Tingkat potensi sumber daya manusia yang ada di
Kecamatan Jatinangor berdasarkan jenis kelamin
bahwa potensi sumber daya manusia sangat besar, 5. Penutup
jumlah laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa asset
Dimana, penduduk laki-laki berjumlah 53.509 jiwa
komunitas yang dapat dikembangkan dalam
dan penduduk perempuan berjumlah 51.362 jiwa.
penanggulangan kemiskinan di Jatinangor antara
Hampir di setiap desa jumlah laki-laki lebih banyak
lain adalah asset fisik, asset sumber daya manusia,
dibandingkan dengan perempuan kecuali di Desa
dan asset sosial. Adapun bentuk asset fisik yang
Cilayung.
dapat dikembangkan adalah pemanfaataan sarana
Potensi sumberdaya manusia tersebut juga dapat pendidikan dan kesehatan yang ada di setiap desa
dilihat dari usia masyarakat Jatinangor. Dari data di Jatinangor. Dimana, masyarakat didorong untuk
sekunder yang didapatkan maka dapat dilihat mendapatkan layanan pendidikan yang lebih baik
bahwa potensi sumber daya manusia sangat besar, serta promosi kesehatan masyarakat dapat lebih
karena jumlah penduduk di dominasi oleh digalakkan.
penduduk pada usia produktif yaitu pada usia 16
Terkait dengan pemanfaatan asset sumber daya
sampai 45 tahun.
manusia dan asset sosial, program
Usia produktif memegang peran penting dalam penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan
pembangunan di Kecamatan Jatinangor. dengan peningkatan kapasitas penduduk.
Disamping dengan banyaknya usia produkti, Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dalam
tingkat pendidikan masyarakat Jatinangor juga bentuk penyediaan pelatihan-pelatihan teknik bagi
bisa dijadikan sebagai potensi sumberdaya penduduk laki-laki yang sesuai dengan kebutuhan
manusia. Tingkat potensi sumber daya manusia pasar tenaga kerja di Jatinangor. Sedangkan,
yang ada di Kecamatan Jatinangor menurut untuk asset sosial, program-program
tingkat pendidikan menunjukan bahwa tingkat penanggulangan kemiskinan dapat dikembangkan

128
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

dengan mengedepankan nilai-nilai gotong royong Pemerintah Daerah”. Jakarta : Jurnal Bisnis
di masyarakat. dan Birokrasi No. 1/vol 1 Juli.
Adapun saran yang dapat direkomendasikan Kartasasmita, Ginanjar. 1993. “Kemiskinan”.
antara lain pelibatan para stakeholder dalam Jakarta : Balai Pustaka
pengembangan asset komunitas di Jatinangor.
Korten, David C. 2001. “Menuju Abad ke-21 :
Mengingat tanggungjawab penanggulangan
Tindakan Sukarela dan Agenda Global”.
kemiskinan tidak hanya dibebankan kepada
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
pemerintah saja, melainkan terdapat pula peran
dari pihak swasta dan masyarakat. Mardimin, Johanes (edd). 1996. “Dimensi Krisis
Proses Pembangunan di Indonesia”.
Yogyakarta : Penerbit Khusus
Daftar Pustaka
Rubin, Allen and Earl R. Babbie. 2008. “Research
Chambers, Robert. 1987. “Rural Development Methods for Social Work”. Belmont:
Putting the Last First”. New York : Jhon Thomson Brooks/Cole.
Wiley dan Son.
Soetrisno, Loekman. 2001. “Menuju Masyarakat
Colby, Ira. 2008. “Comprehensive Handbook of Partisipatif”. Yogyakarta : Kanisius.
Social Work and Social Welfare”. Volume 4.
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. “Kemiskinan :
Canada: John Wiley&Sons, Inc.
Teori, Fakta dan Kebijakan”. Jakarta :
Hall, Anthony & James Midgley. 2004. “Social Policy Penerbit IMPAC
for Development”. London: Sage
Supriatna, Tjahya. 2000. “Strategi Pembangunan
Publications.
dan Kemiskinan”. Bandung : Humaniora
Hilgartner, S. & Bosk, C.L. 1988. “The Rise and fall Utama Press
of social problems: A Public arena model”.
Suwandi, Made. 2000. “Struktur Pemerintah
The American Journal of Sociology, 94 (1),
Daerah”. Jakarta
53-78.
Thompson, Neil. 2005. “Understanding Social
Hoessein, Bhenyamin. 2004. “Hubungan
Penyelenggaraan Pemerintah Pusat dengan
Work”. London : Palgrave.

129

Anda mungkin juga menyukai