Info Unik,sejarah Nusantara, Sejarah Islam, Tips dan Trik, Cerita Lucu, Ilmu
Pengetahuan, Berbagai Materi Semuanya ada disini
Sunday, February 21, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Pada lambung normal, terdapat dua mekanisme yang bekerja dan mempengaruhi
kondisi lambung, yaitu faktor pertahanan (defense) lambung dan faktor perusak (aggressive)
lambung. Kedua faktor ini, pada lambung sehat, bekerja secara seimbang, sehingga lambung
tidak mengalami kerusakan atau luka. Faktor perusak lambung meliputi (1) Faktor perusak
endogen atau berasal dari dalam lambung sendiri antara lain HCL, pepsin dan garam empedu;
(2) faktor perusak eksogen, misalnya (obat-obatan, alkohol dan bakteri). Faktor pertahanan
lambung tersedia untuk melawan atau mengimbangi kerja dari faktor tersebut diatas.
Faktor atau sistem pertahanan pada lambung, meliputi lapisan (1) pre-epitel; (2)
epitel; (3) post epitel.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua faktor di atas, baik faktor pertahanan
yang melemah ataupun faktor perusak yang semakin kuat, dapat mengakibatkan kerusakan
pada sel-sel lambung, yang pada akhirnya akan membentuk ulkus lambung/ peptikum.
Pemberian paparan eksogen yang berlebihan seperti kortikosteroid, OAINS dan kafein dapat
memicu terjadinya ulkus lambung. Lambung memiliki mekanisme penyembuhan ulkus sendiri.
Mekanisme ini merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan migrasi sel, proliferasi,
reepitelisasi, angiogenesis dan deposisi matriks yang selanjutnya akan membentuk jaringan
parut. Nyeri di ulu hati adalah tanda khas dari penyakit ini dan gejala ini pasti sering didengar.
Dari data di atas, membuat perawat sebagai tenaga kesehatan, harus mampu
memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyakit ulkus
peptikum tentang bagaimana pengertian ulkus peptikum, anatomi dan fisiologi, etilogi ulkus
peptikum, patofisiologi ulkus peptikum, tanda dan gejala, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik(laboratorium), penatalaksanaan dan asuhan keperawatan ulkus peptikum. Maka
dari itu kami membuat buku ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan System Pencernaan Akibat Ulkus Peptikum.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika kosong berbentuk tabung J
dan jika penuh seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung adalah
sebesar 1-2 L. Bagian utama dari lambung terdiri dari :
2. Badan lambung
3. Pylorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau
sering disebut duodenum.
1. Mucosa.
2. Submucosa
Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat
ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus
untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel
tersebut.
3. Muscularis
4. Serosa
1. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih
kecil.
3. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan
sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu
sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair
akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
4. HCl (Asam Klorida) merupakan enzim yang berguna untuk membunuh kuman
dan bakteri pada makanan.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi
lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian
pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot
pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim
yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan
berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba
di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena
makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut
dicerna sehingga keasamanya menurun.
Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk
membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum.
Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal
demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5
jam, lambung kosong kembali.
Pada lambung terdapat kelenjar oksintik (bahasa Inggris: oxyntic gland) yang
memproduksi hormon GHS. Hormon lain yang disekresi antara lain adalah GHIH.
Lambung memproduksi kimus yang merupakan material yang terdiri atas : cairan
perekat, asam kuat dan komponen pencerna makan. Ada 3 fase kerja lambung yang
dipengaruhi oleh sekresi kimus:
Biasanya, ini terjadi secara tunggal, tetapi dapat terjadi dalam bentuk multipel.
Ulkus peptikum kronis cenderung terjadi pada kurvatura minor dari lambung, dekat
pilorus. Sindrom Zollinger-Ellison sering dianggap sebgai tipe ulserasi peptikum. Ulkus
stres, yang secara klinis berbeda dari ulkus peptikum, adalah ulserasi pada mukosa
yang dapat terjadi pada area gastroduodenal. Kedua kondisi ini akan mengarah pada
ulkus peptikum (Brunner dan Suddarth’s, 2002).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ´ulkus´
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada
setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus,
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price,
2006).
Bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab.
Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan
pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut beberapa
pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor
predisposisi.
Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini
factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak
sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan
pada individu dengan golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan
darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus
peptikum mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum
alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus
lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori.
Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin
yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas- sindrom zolinger-
ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi
penuh stress. (Brunner and Suddart, 2001)
Penyebab terjadinya ulkus peptikum belum jelas tetapi banyak teori yang
menerangkan terjadinya ulkus peptikum, diantaranya adalah :
1. Resistensi mukosa terhadap asam getah lambung. Ulkus kronis terjadi karena
adanya sekresi asam lambung yang berlebihan.
2. Kerusakan pada susunan saraf pusat seperti neoplasma dan hipertensi maligna
menyebabkan chusing, erosi akut dan ulkus lambung, esophagus, dan
duodenum.
3. Kondisi psikologi seseorang berpengaruh pada munculnya ulkus lambung. Pada
beberapa orang yang ambisius dan beban stress yang tinggi serta hidup tidak
teratur berisiko menderita peptic ulcer.
4. Stress akut pada keadaan terancam atau operasi darurat dan stress koronik
dapat memperburuk kondisi penderita ulkus peptikum.
5. nfark pada dinding lambung karena asam lambung. Infark tersebut menjadi
jaringan trombus dan meninggalkan ulkus pada dinding lambung.
kemudian sel G terstimulasi oleh hipergastrinemia tersebut dan menyebabkan sel parietal
lambung meningkatkat sekresi HCl. Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan
gangguan aliran darah, spingter pilorus tidak berfungsi normal atau tidak berespon
terhadap sekretin atau kolesistokinin, suatu subtrat yang meningkatkan tekanan dilambung
dan mencegah refluk. Tanpa adanya asam empedu dan klorida yang berlebih di lambung
menyebabkan difusi balik ion hidrogen, memacu terjadinya inflamasi pada mukosa dan
timbulnya ulkus. Berlebihnya produksi HCL, akan mengiritasi lapisan epitel usus di
duodenum sehingga dapat teriritasi dan memicu terjadinya metaplasia perubahan epitel
tipe intestin menjadi epitel tipe gaster H.pylori dapat berkolonisasi di duodenum dan
memicu kerusakan lebih lanjut serta ulserasi.
1. Rasa Nyeri :
Sifatnya periodik : timbul beberapa saat setelah makan dan tidur tengah malam
3. Rasa terbakar
kemudian sel G terstimulasi oleh hipergastrinemia tersebut dan menyebabkan sel parietal
lambung meningkatkat sekresi HCl. Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan
gangguan aliran darah, spingter pilorus tidak berfungsi normal atau tidak berespon
terhadap sekretin atau kolesistokinin, suatu subtrat yang meningkatkan tekanan dilambung
dan mencegah refluk. Tanpa adanya asam empedu dan klorida yang berlebih di lambung
menyebabkan difusi balik ion hidrogen, memacu terjadinya inflamasi pada mukosa dan
timbulnya ulkus. Berlebihnya produksi HCL, akan mengiritasi lapisan epitel usus di
duodenum sehingga dapat teriritasi dan memicu terjadinya metaplasia perubahan epitel
tipe intestin menjadi epitel tipe gaster H.pylori dapat berkolonisasi di duodenum dan
memicu kerusakan lebih lanjut serta ulserasi.
1. Rasa Nyeri :
3. Rasa terbakar
4. Regurgutasi asam
6. Colonic symptom :
- Mengeluh konstipasi
1. Perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan. Klien ulkus lambung
cenderung megalami penurunann berat badan karena mereka takut untuk
makan, sebaliknya klien ulkus duodenum mungkin mengalami penambahan
berat badan karena mereka makan untuk menghilangkan nyeri. Mual, muntah
dan anoreksia sering terjadi pada ulkus lambung (Braunwald et al, 2001)
2. Nyeri lambung yang sangat hebat. Nyeri epigastrium pada ulkus doudenum terjadi
1-2 jam setelah makan, biasanya diatasi dengan minum antasida atau makan.
Nyeri waktu malam hari khas untuk ulkus duodenum yang menyebabkan pasien
bangun pada pertengahan malam dan jam 3 pagi. Nyeri terjadi disebelah kanan
midline, pada 20% pasien.
3. Muntah yang berdarah dan feses yang berdarah atau hitam, bila terjadi kerusakan
kapiler di lambung.
4. Takikardi mengindikasikan dehidrasi dikarenakan muntah dan perdarahan saluran
pencernaan.
1. Test Helicobacter pylori, dilakukan pada pengujian feses, darah dan nafas. Pada
uji nafas, pasien diberikan cairan untuk ditelan dan akan dipecahkan oleh H.
pylori menjadi gas. Gas yang terkandung pada nafas pasien tersebut di tes
dengan menggunakan alat. Bila terdeteksi adanya gas pada udara pernafasan
tersebut menunjukkan bahwa helicobacter pylori terdapat pada lambung.
4. Analisis lambung.
5. Rontgen abdomen.
H. Penatalaksanaan
a. Jika ulkus disebabkan oleh H. pylori, dengan dua macam anti-biotik dan inhibitor
po0mpa proton sebagai contoh : Omeprazole 2 mg 2x/hari + Metronidazole 400
mg 2x/hari + kalritromicin 250 mg 2x/hari, atau Omeprazole 2 mg 2x/hari +
metronidazole 400 mg/hari + 1 gr amoksisilin 2x/hari.
3. Manajement stres.
4. Pembendahan
Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang
digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I.
Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal, diameter 1-
1,5 cm, kadang-kadang terdapat perdarahan, cepat sembuh dan dapat
meninggalkan bekas.
2. Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun, pasien memiliki riwayat penyakit nyeri
ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan makanan atau
minuman, lama sembuh dan berdiameter 2,5-4 cm.
4. Analisis lambung.
5. Rontgen abdomen.
H. Penatalaksanaan
a. Jika ulkus disebabkan oleh H. pylori, dengan dua macam anti-biotik dan inhibitor
po0mpa proton sebagai contoh : Omeprazole 2 mg 2x/hari + Metronidazole 400
mg 2x/hari + kalritromicin 250 mg 2x/hari, atau Omeprazole 2 mg 2x/hari +
metronidazole 400 mg/hari + 1 gr amoksisilin 2x/hari.
3. Manajement stres.
4. Pembendahan
Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang
digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I.
1. Ulkus Peptikum Akut. Timbul mendadak dan terjadi oleh adanya penyebab seperti
luka bakar yang berat dan operasi berat karena obat-obatan. Lokasi ulkus
peptikum ini sering ditemukan pada duodenum dan lambung.
Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal, diameter 1-
1,5 cm, kadang-kadang terdapat perdarahan, cepat sembuh dan dapat
meninggalkan bekas.
2. Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun, pasien memiliki riwayat penyakit nyeri
ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan makanan atau
minuman, lama sembuh dan berdiameter 2,5-4 cm.
1. Ulkus derajat I : Ulserasi hanya pada mukosa saja, dan disebut erosi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini
bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau
dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali
tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat
dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit
di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan
tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat
menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan
jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang
mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau
tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan
dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Anoreksia.
7. Penggunaan obat-obatan.
Pengkajian meliputi :
I. dentitas pasien
c. Muntah darah
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
GCS :
2. Head to toe
a. Kepala
b. Wajah
c. Mata
- Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosasclera.
d. Hidung
e. Mulut
f. Leher
g. Dada
i. Abdomen
j. Genitalia
k. Integumen
l. Ekstremitas Atas
m. Ekstrimitas Bawah
- Inspeksi : warna kulit, bentuk kaki.
1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau
distensi abdominal.
5. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
terhadap darah samar.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus serta tes serologis
terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
B. Analisis Data
No Problem Etiologi Symptom
1. Nyeri Kelemahan/kerusakan DS :
mukosa
Klien
lambung mengatakan
sering
meringis
Konsentrasi dan kerja kesakitan
asam DO :
pepsin meningkat - Tekanan
nadi 96
kali/menit
Erosi pada membran
mukosa - Ekskpresi
wajah
lambung meringis
- Nyeri pada
skala 3
Korteks cerebri
Nyeri dipersepsikan
2. Nutrisi Kelemahan/kerusakan DS :
kurang mukosa
Klien
dari
lambung mengatakan
kebutuhan
nafsu
tubuh makannya
Konsentrasi dan kerja berkurang
asam DO :
pepsin mengingkat - Porsi makan
tidak
dihabiskan
Erosi pada membran
mukosa - BB menurun
lambung
Disfungsi lambung
Anoreksia
Mal nutrisi
Prioritas Masalah
1) Nyeri
3) Ansietas
C. Diagnosa Keperawatan
DO :
DO :
BB menurun
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal dan pasien tidak Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
keletihan terjadi
E. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
A: Tujuan tercapai,
masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
cemas lagi
A : Tujuan tercapai,
masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
P : Pertahankan kondisi
4. Kurang S : Pasien mengatakan sudah
pengetahuan mengerti dengan penjelasan yang
mengenai diberikan dan tidak merasa cemas
pencegahan gejala lagi
dan
O : Pasien tampak mengagguk
penatalaksanaan
saat
kondisi
berhubungan diberi penjelasan dan saat ditanya
dengan informasi
pasien bisa menjawab
yang tidak adekuat.
A : Tujuan tercapai, masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk mahasiswa agar memahami dengan benar mengenai konsep dasar
ulkus peptikum dan memahami asuhan keperawatan ulkus peptikum yaitu dapat
membuat pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), implementasi
dan evaluasi. Sehingga untuk mencapai asuhan keperawatan dalam merawat klien,
pendekatan dalam proses keperawatan harus dilakukan secara sistematis. Perawat
hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik atau kolaburasi baik
kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.