Anda di halaman 1dari 54

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : Lanjutan Pemenuhan Standar Runway Strip


Di Sisi Utara
BAB I
PERSYARATAN UMUM

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Direksi Keet
Penyedia barang dan jasa diwajibkan membuat Direksi Keet dengan luas sekitar 30
m2 dan gudang-gudang bahan. Lokasi Direksi Keet harus disetujui oleh Direksi
Teknis di lapangan. Spesifikasi pembuatan Direksi Keet harus disesuaikan dengan
gambar rencana dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis di
lapangan.
Direksi Keet terdiri dari pondasi batako, dinding triplek, rangka kayu berkualitas
baik, atap seng gelombang dan lantai diplester.
Perlengkapan pada Direksi Keet terdiri dari beberapa set meja, kursi tamu,
papan tulis/ white board, filing kabinet, gambar rencana, time schedule, grafik
cuaca, buku tamu, buku harian dan mingguan standar.

1.2 Laboratorium
Laboratorium digunakan sebagai pengendalian mutu dalam pelaksanaan
proyek atau uji kualitas. Uji kualitas ini bertujuan untuk membuktikan
kesesuaian batas minimal nilai ukur (parameter) dari bahan yang akan dan telah
/ sedang dilaksanakan termasuk bahan maupun campuran bahan yang telah
terpasang, yang dituangkan melalui dokumen spesifikasi teknis pekerjaan.
Laboratorium pengujian bahan, meliputi uji kualitas material di bidang aspal,
beton dan tanah Pelaksana harus membangun laboratorium dan menyiapkan
staff, tenaga laboratorium dan peralatan pengujian laboratorium sesuai
dengan pekerjaan yang ada di kontrak. Bangunan laboratorium disesuaikan
dengan kondisi dilapangan dengan mernpertimbangkan sernua material yang
akan di tes.
Semua biaya yang dikeluarkan dalam penyediaan laboratorium / test
laboratorium sudah termasuk dalam biaya proyek

1.3 Pemasangan Patok dan Pengukuran


Persyaratan umum untuk pengukuran dan persiapan kerja.
1) perlindungan terhadap titik acuan (reference point) I marka yang
diperlukan,
2) melakukan semua pekerjaan dengan hati-hati dalam rangka
melindungi / mempertahankan semua benchmarks, monumen dan titik
acuan lain:
3) apabila ternyata ada "reference marks or point" tergeser atau
terganggu maka penyedia barang dan jasa harus melaporkan ke
Konsultan Pengawas serta Direksi Teknis dan secara hati-hati
memasang kembali sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
Persyaratan umum
1) Yang menjadi lingkup pekerjaan pengukuran meliputi "Tranverse
Survey. Center Line Survey. Profile leveling cross section survey and existing
services survey" pada lokasi yang menjadi lingkup pekerlaan di bawah
kontrak untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan lebih lanjut. Semua
hasil pengukuran dan informasi ketinggian harus di transfer dalam
bentuk gambar dan disampaikan ke Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis untuk mendapatkan persetujuan. Apabila hasil pengukuran
dan gambar sudah betul / akurat dan memuaskan, Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis serta penyedia barang dan jasa akan
menanda tangani gambar tersebut, dimana gambar tersebut harus
menjadi acuan pelaksanaan konstruksi,
2) pelaksanaan pengukuran harus dilaksanakan oleh personil yang
mendapat kendali langsung dari tenaga ahli pengukuran
(geodetic engineer) dan mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis

Benchmarks existing
1) Sistem koordinat X dan Y sesuai dengan gambar rencana:
2) Terdapat beberapa Benchmarks di lokasi proyek seperti yang
terdapat pada gambar rencana yang dapat dipakai sebagai
acuan.

Metoda pengukuran
Penyedia barang dan jasa harus menyampaikan proposal metoda pelaksanaan
pengukuran dimana metoda tersebut harus dilaksanakan mengikuti
standar internasional. Pelaksanaan pengukuran belum dapat dimulai
sebelum proposal metoda pelaksanaan tersebut disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis. Penyedia barang dan jasa harus
memperhatikan hal-hal di bawah ini selama melakukan pelaksanaan
pengukuran, yaitu
1) Tranverse Sclrvey
a) Semua ukuran haws dimulai dan berakhir pada benchmark
yang pertarna
- "triangle survey adopting a tranverse method" harus
digunakan untuk menentukan titik awal untuk setiap
pengukuran area; sudut horizontal harus diukur tiga kali untuk
kedua arah jarum jarn dan berlawanan jalur jam dan sudut
yang dipakai adalah rata-rata dari enam pembacaan;

b) Pengukuran jarak harus dilakukan dua kali. Rata-rata dari


dua pengukuran yang diambil sebagai ukuran jarak Hal ini
apabila dua ukuran tersebut tidak berbeda melebihi dari
toleransi standard;
c) Kesalahan "angular and linier" akhir tidak boleh melebihi
ketentuan-ketentuan standar.

2) Levelling Survey
a) "Levelling Survey" harus dimulai dan berakhir pada bench
mark yang permanent
b) Toleransi kesalahan akhir tidak boleh melebihi clan 10 qD
dalam satuan mm, dimana D adalah jarak loop (loop distance)
dalam km',
c) Akurasi peralatan harus dalam batas-batas toleransi
spesifikasi produsen / pabrik peralatan.

3) Centerline Survey and Profit Levelling


a) Penyedia barang dan jasa harus memasang patok, paku
untuk memudahkan penentuan lokasi dari titik awal dan
levelling pada setiap interval 20 m sepanjang "center line" dari area
pengukuran,
b) Semua elevasi dari titik-titik ini dan titik-titik yang mengalami
perubahan elevasi, tepi perkerasan dan bangunan sepanjang Cross
Section Levelling harus tercatat.

4) Cross Section Levelling


a) "Cross Section Levelling" harus dilaksanakan tegak lurus
terhadap arah "center line" yang telah ditentukan untuk
setiap pengukuran kawasan pada setiap interval 3 m sepanjang
"center line";
b) Sepanjang arah tegak lurus "center line" elevasi / level harus
diukur setiap interval 5 m dan setiap perubahan titik/point, tepi
perkerasan, struktur lain seperti drainase, pagar dan lain-lain

5) Penyusunan Data dan Pembuatan Peta (Compiling and Mapping)


a) Data pengukuran lapangan harus disusun dan diprosesdengan
cara yang akan dijelaskan berikut ini;
b) Data pengukuran selanjutnya diketik dan ditanda tangani oleh
pengawas lapangan (field supervisor) yang harus berisi item-item di
bawah ini
- Narna dan koordinat dari benchmark yang digunakan sebagai
titik acuan (referensi acuan) untuk pertalian dan titik utama
(linkage and principal points);
- Perhitungan ketidakcocokan evaluasi antara elevasi point
utama awal dan elevasi point utama akhir; Nama dan tipe
peralatan yang dipakai, Ukuran panjang poligon, Metoda
perhitungan sudut dan koreksi poligon;
- Lokasi peta dan uraian benchmark harus disampaikan dalam
gambar;
- Semua sketsa lapangan dan hasil perhitungan;

Koordinat dan elevasi dari titik kritis/utama dan kemiringan


elevasipada titik pertemuan selama pelaksanaan survey lapangan,
termasuk titik awal dan titik akhir pada area survey;
Hasil pengukuran harus diproses untuk menunjukan semua level, kontur
setiap 25 cm interval dan data lapangan dan diplot pada gambar
dengan ukuran Al dengan skala sebagai berikut
- Layout Plan Skala 1 1000
- Profil Skala Vertikal 1 100, Horizontal 1 : 1000
- Potongan Melintang Skala 1 100 untuk vertikal dan horizontal.

Benchmarks Sementara
Setiap interval 500 m harus dibuatkan benchmarks sementara Lokasi
dan konstruksi benchmarks sementara harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

Persyaratan Gambar Topografi


1) Selama satu minggu sesudah pelaksanaan pengukuran selesai.
Penyedia barang dan jasa harus sudah menyampaikan gambar blue
print tiga set ke Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis untuk
pengecekan dan persetujuan / approval;
2) Setelah mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis. Penyedia barang dan jasa harus
menyampaikan gambar topografi hasil pengukuran ke Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis sebanyak 5 (lima) set blue print
dan 1 (satu) set asli kalkir;
3) Lima set blue print gambar topografi harus dijilid dengan rapi
dengan cover yang mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.

6) Penyedia barang dan jasa harus menyediakan patok dari kayu kaso
ukuran 4/6 cm, tinggi 200 cm atau sesuai kebutuhan, dicat warna
putih dan hitam, tiiap satu km dibutuhkan 80 buah patok.
7) Pengukuran dilakukan Penyedia barang dan jasa bersama
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dari mulai Sta. awal sampai Sta.
akhir. Hasil pengukuran merupakan saiah sate dasar awal
pekerj�aan (MGO), bagian dasar perhitr.€ngan penmb<yaran dan
ciasar perhitungan akhir pekerjaan (Fir€al Quantity).

1.4 Papan Nama Proyek


Penyedia barang dan jasa harus menyediakan papan nama proyek berukuran
120 x 80 cm yang terbuat dari triplek, diberi rangka kayu kaso ukuran 4/6 cm, dan
tiang dengan ukuran 5/7 cm dicat dengan warna yang sesuai dengan gambar
rencana dan diberi penamaan sesuai informasi dari Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis.

2. PENGUJiAN LAPANGAN
1.1 Unmum
A. Penyedia barang dan jasa harus menyelenggarakan pengujian
bahan-bahan dan keterampilan untuk pengendalian mutu yang
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan menurut perintah
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis;
B. Pengujian untuk persetujuan material dan komposisi campuran
akan dilaksanakan oleh laboratorium independen yang sesuai
dengan pengaturan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
Pengujian khusus di laboratorium pusat harus juga dilaksanakan
bila diminta demikian oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis;
C. Penyedia barang dan jasa harus menyediakan laboratorium
lapangan untuk kebutuhan pengujian lapangan.

1.2 Pemenuhan Terhadap Spesifikasi


Semua pengujian harus memenuhi seperangkat standar di dalam
spesifikasi. Bilamana hasil pengujian tidak memuaskan, Penyedia barang dan
jasa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan perbaikan dan peningkatannya
jika diperlukan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dan harus
melengkapi pengujian-pengujian untuk menunjukkan terpenuhinya spesifikasi.

1.3 Pengukuran dan Penibayaran


Penyedia barang dan jasa harus bertanggungjawab membayar biayabiaya
semua pengujian yang dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan spesifikasi.
Biaya pengujian yang ditentukan dalam spesifikasi ini harus dimasukan dalarn
item pembayaran, dan tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk
pengujian. Alat-alat yang harus disediakan oleh Penyedia barang dan jasa adalah
sebagai berikut
a. 2 (dua) set ASTM Sieves berkisar dari 3" sampai No 200, centrifuge extractor
untuk bitumen dari bituminocrs paving mixture,
b. alat-alat untuk menentukan besarnya berat jenis dan void ratio dalam
campuran bituminous, terdiri dari analytical balance sensitive 0,1 gr dan
dilengkapi dengan pan straddle atau stationery support yang lain,
picnometer dengan isi 500 atau 750 ml; alat nnatshall lengkap untuk
penentuan dari resistance to plastic flow menurut ASTM D1559-65,
c. 2 (dua) 4" diamond crown drills dengan portable core drilling
machine untuk drilling cilinder dari perkerasan bituminous dan semen
beton:
d. compaction set lengkap untuk penentuan moisture density yang
berhubungan dengan tanah dengan memakai modified compaction test
menurut ASTM D1557-66;
e. alat untuk penentuan California Bearing Ratio laboratorium dari tanah
yang dipadatkan menurut ASTM D1883-67 dan CBR Lapangan (Proofing
Ring); alat untuk penentuan liquid limit dan plastic limit dari tanah menurut AS
TIM D423-61 T dan D 424-59, field density set / sand cone lengkap untuk
penentuan kepadatan tanah dengan memakai metode sand replacment
menurut ASTM D1556-64

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1 Umum
A. Uraian
Untuk menjamin kualitas, ukuran-ukuran dan penampilan pekerjaan yang
benar, Penyedia barang dan jasa harus menyediakan staf teknik
berpengalaman yang cocok sebagaimana ditentukan dan memuaskan
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis. Staf teknik tersebut jika dan
bilamana diminta harus mengatur pekerjaan lapangan, melakukan
pengujian fapangan untuk pengendalian mutu bahan-bahan dan
keterampilan kerja.
Mengendalikan dan mengorganisir tenaga kerja Penyedia barang dan jasa dan
mernelihara catatan-catatan serta dokumentasi proyek.

B. Pemeriksaan lapangan
Sebelum pengaturan lapangan dan pengukuran, Penyedia barang dan jasa
harus mempelajari gambar-gambar kontrak dan bersamasama dengan
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis mengadakan perneriksaan daerah
proyek dan melakukan pemeriksaan yang terinci semua pekerjaan yang
diusulkan. seperti
1) Patok-patok stasiun harus diperiksa;
2) Pada lokasi dimana pelebaran harus dilaksanakan, potongan melintang
asli harus direkam dan diperlihatkan;
3) Pada daerah-daerah perkerasan dimana satu pekerjaan
perataan dan/atau lapis permukaan harus dibangun, satu profil
memanjang sepanjang sumbu taxiway, sebagian runway harus diukur,
serta penampang melintang diambil pada interval tertentu untuk
menentukan kelandaian dan kemiringan melintang, dan untuk
menentukan pengukuran ketebalan serta lebarnya konstruksi
barn.

3.2 Pengendalian Mutu Bahan dan Keterampilan Kerja


Semua bahan yang dipasok harus sesuai dengan spesifikasi dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis. Sertifikat ujian
pabrik pembuat harus diserahkan untuk semua item-item yang dibuat pabrik
termasuk aspal, semen, kapur, alat konstruksi dan kayu. Penyedia
barang dan jasa harus menyediakan contoh-contoh semua bahan-bahan yang
diperlukan untuk pengujian dan mendapatkan persetujuan sebelum digunakan
dilapangan dan bilamana Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis merninta
demikian, sertifikasi selanjutnya harus dilakukan atau pengujian-pengujian
dilaksanakan untuk menjamin kualitas: Semua ketrampilan kerja harus
memenuhi uraian dan persyaratan spesifikasi dokurnen kontrak dan hams
dilaksanakan sampai mernuaskan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis;
Bahan harus diuji di lapangan atau di laboratorium atas permintaan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis dan Penyedia barang dan jasa hams membantu
dan menyediakan peralatan dan tenaga untuk perneriksaan, pengujian dan
pengukuran;
Desain campuran untuk aspal, asphalt treated base course harus disiapkan
dan diuji sesuai dengan spesifikasi dan tidak ada campuran boleh
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan terkecuali is memenuhi persyaratan
spesifikasi dan memuaskan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis;
Hasil semua pengujian termasuk pemeriksaan kualitas bahan dilapangan
dan desain campuran, haws direkam dengan balk dan dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

3.3 Pengelola Lapangan dari Penyedia barang dan jasa


A. Penyedia barang dan jasa harus menunjukan seorang pimpinan
lapangan untuk memberikan nasehat dan mengatur pekerjaan
kontrak, termasuk pengorganisasian tenaga dan peralatan, Penyedia
barang dan jasa bertanggung jawab bagi pengadaan bahan-bahan yang
sesuai dengan persyaratan kontrak, Pimpinan lapangan harus memiliki
pengalaman paling sedikit selama sepuluh tahun pada pekerjaan proyek dan
harus tenaga ahli di bidang sipil yang mampu. Untuk perbaikan-
perbaikan kecil dan pekerjaan pemeliharaan, persyaratan ini dapat tidak
harus dan tergantung kepada konfirmasi tertulis dari Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
Penyedia barang dan jasa harus menyediakan layanan pelaksana lapangan
dan quality control yang mampu dan berpengalaman untuk
mengendalikan pekerjaan lapangan dalam kontrak, termasuk pengawas
lapangan, kualitas dan keterampilan kerja, sesuai dengan syarat-syarat
kontrak.

3.4 Pengendalian Lingkungan dan Keselamatan Kerja.


Penyedia barang dan jasa harus menjamin bahwa akan diberikan perhatian
yang penuh terhadap pengendalian pengaruh lingkungan dan bahwa semua
penyediaan desain serta persyaratan spesifikasi yang berhubungan dengan
polusi lingkungan dan perlindungan lahan serta lintasan air disekitarnya akan
ditaati. Penyedia barang dan jasa tidak boleh menggunakan
kendaraankendaraan yang memancarkan suara sangat keras (gaduh), dan di
dalam daerah pemukiman suatu saringan kegaduhan harus dipasang
serta dipelihara selalu dalam kondisi balk pada semua peralatan dengan
motor, di bawah pengendalian Penyedia barang dan jasa . Penyedia barang
dan jasa harus juga menghindari penggunaan peralatan berat yang berisik
dalam daerah-daerah tertentu sampai larut malam atau dalam daerah-
daerah rawan seperti dekat Pemukiman, Perkantoran dan lain-lain Untuk
mencegah polusi debu selama musim keying. Penyedia barang dan jasa
harus melakukan penyiraman secara teratur kepada jalan angkutan tanah
atau jalan angkutan kerilkil dan harus menutupi truk angkutan dengan terpal.
3.5 Pengaturan Pekerjaan di Lapangan
A. Aliriyernen midway, beserta patok stasiun yang dipasang secarabenar
akan diambil sebagai acuan untuk pengaturan lapangan pekerjaan-
pekerjaan proyek. Bilamana tidak ada patok stasiun yang ditemukan,
patok-patok marka atau patok-patok referensi akan didirikan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis sebelum dimulainya pekerjaan-pekerjaan
kontrak.
Jika dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis,
Penyedia barang dan jasa harus mengadakan survai secara cermat
dan memasang patok beton (Benchmarks) pada lokasi yang tetap.
sepanjang proyek untuk memungkinkan desain, survai perkerasan,
atau pengaturan di lapangan pekerjaan yang harus dibuat. dan juga
untuk maksud sebagai referensi dimasa depan.
Penyedia barang dan jasa harus memasang tonggak-tonggak
konstruksi untuk membuat garis dan kelandaian bagi pembetulan ujung
perkerasan, lebar bahu runway, ketinggian perkerasan, drainase
samping dan gorong-gorong, sesuai dengan gambar-
gambar proyek menurut perintah Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
Persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis atas garis dan
ketinggian tersebut akan diperoleh sebelum pelaksanaan pekerjaan
konstruksi berikut sebagai modifikasi (perubahan) yang mungkin
diperlukan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis yang harus
dilaksanakan tanpa penundaan.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pelebaran dan
pembangunan baru, penampang melintang harus diambil pada setiap
jarak 5 meter, atau satu jarak lain yang dianggap perlu oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis, digunakan sebagai satu dasar untuk
penghitungan volume pekerjaan yang dilaksanakan. Penarnpang
melintang tersebut harus digambar pada profil dengan skala dan ukuran-
ukuran ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis: serta
garis-garis dan permuaaan penyelesaian yang diusulkan kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis untuk mendapatkan
persetujuan dan tandatangan, serta untuk suatu pengesahan yang
diperlukan. Yang ash dan satu copy akan ditahan oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis dan dua copy yang suciah ditanda tangani
dikembalikan kepada Penyedia barang dan jasa
Pekerjaan-pekerjaan ini harus ditata di lapangan di bawah
pengendalian dan pengaturan penuh oleh Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis, serta dalam satu kesesuaian yang tinggi terhadap
gambar-gambar dan spesifikasi. Setiap koreksi atau perubahan dalarn
alinyemen atau ketinggian harus atas dasar penyelidikan serta
pengujian lapangan lebih lanjut dan harus dilaksanakan
sebagaimana yang diperlukan dengan pengawasan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
Jika diharuskan dernikian oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis,
Penyedia barang dan jasa harus menyediakan semua instrumen
yang diper[ukan, personil, tenaga dan bahan yang diminta untuk
pemeriksaan penataan di lapangan atau pekerjaan lapangan yang relevan_

4. STANDAR RUJUKAN
4.1 Umurn
Peraturan-peraturan dan standar yang dijadikan acuan dalam dokumen
kontrak akan membentuk persyaratan kualitas untuk berbagai jenis
pekerjaan yang harus di selenggarakan beserta caracara yang digunakan untuk
pengujian-pengujian yang memenuhi persyaratan-persyaratan ini.
Penyedia barang dan jasa harus bertanggung jawab untuk penyediaan
bahan-bahan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk memenuhi atau
melampaui peraturan-peraturan khusus atau standar-standar yang
dinyatakan demikian dalam spesifikasispesifikasi atau yang dikehendaki
oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

4.2 Jaminan Kualitas


A. Selama Pengadaan
Penyedia barang dan jasa harus bertanggung jawab untuk melakukan
pengujian sernua bahan-bahan yang diperiukan dalarn pekerjaan, dan
rnenentukan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi dan melebihi
persyaratan khusus.
Selama Pelaksanaan
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis mempunyai wewenang Untuk
menolak bahan-bahan, barang-barang dan pekerjaanpekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan tanpa
konpensasi bagi Penyedia barang dan jasa .
Tanggung Jawab Penyedia barang dan jasa
Penyedia barang dan jasa harus melengkapi bukti yang diperlukan seperti
bahan-bahan, keterampilan kerja atau keduanya sebagairnana diminta
oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis atau yang ditentukan oleh
dokurnen kontrak sehingga memenuhi atau melebihi yang ditentukan dalam
standar-standar yang diminta.
Bukti-bukti tersebut harus dalam bentuk yang dimintakan oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis secara tertulis, dan harus masuk
copy hasil-hasil pengujian yang resmi

4.3 Referensi
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini, dapat juga memperhatikan standar-
standar sebagai berikut :
1) Buku Buku Petunjuk Pelaksanaan Bina Marga
2) Standar Industri Indonesia (SiI)
3) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982)
4) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2-1971) dan (SK SN103-XXX-
2002)
5) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1984) dan (SNI
03-179-2002)
6) AASHTO = American Associate Of State Highway And Transportation
Officials (Bagian 1 dan 2)
7) ASTM = American Society For Testing And Materials
8) BS = British Standards Institution
9) MPBJ = Manual Pemeriksaan Bahan Jalan
10) AWS = American Welding Society
11) its = Japanese Industrial Standard
12) SII = Standard Industrial Indonesia
13) PUBI = Persyaratan Umum Bahan bangunan Indonesia (1982)
14) ACI = American Concrete Institute Standard
15) ISO = International Organization for Standardization
16) FAA 15015370110c = Federal Aviation Administration tentang standard
spesifikasi
17) ICAO = International Civil Aviation Organization
18) Aerodrome Manual Design Part 3 tentang Pavement
19) Anex 14

5. BAHAN-BAHAN DAN PENYIMPANAN


5.1 Umum
A. Uraian
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut
1) Memenuhi dengan standar dan spesifikasi yang dapat dipakai.
2) Untuk kekuatan, ukuran, buatan. tipe dan kualitas hares sepertiyang
ditentukan pada gambar rencana atau spesifikasispesifikasi lain
yang dikeluarkan atau yang disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis-
3) Semua produksi hares baru, atau dalam kasus tanah, pasir dan
agregat harus diperoleh dari suatu sumber yang disetujui.

Penyerahan
1) Sebelum mengadakan satu pesanan atau sebelum perubahan sate
daerah galian untuk suatu bahan, Penyedia barang dan jasa harus
menyediakan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis contoh-
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan. Contoh tersebut
harus disertai informasi mengenai sumber, lokasi sumber, dan setiap
kiasifikasi lain yang diperlukan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis untuk memenuhi persyaratan-persyaratan spesifikasi.
2) Penyedia barang dan jasa harus menyelenggarakan,
menempatkan, memperoleh dan memproses bahan-bahan clam yang
sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi ini serta harus memberitahu
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis paling sedikit 30 hari sebelumnya
atau suatu jangka waktu lain yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis secara tertulis bahwa bahan tersebut
digunakan dalam pekerjaan Laporan ini harus berisi semua
informasi yang diperlukan. Persetujuan sebuah sumber tidak berarti
bahwa semua bahan-bahan dalam sumber tersebut disetujui.
3) Dalam kasus bahan-bahan aspal, semen, dan kayu struktural dan bahan-
bahan lainnya, sertifikat uji pabrik pembuat diperlukan sebelum
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis diberikan.
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis memberikan persetujuan ini
secara tertulis. Pengiriman bahan ke lapangan harus dilakukan dalam
jam kerja proyek dan untuk bahan aspal langsung dilakukan
pemeriksaan penetrasi dan titik lembek Selanjutnya bahan yang
sudah sarnpai di lapangan harus diuji ulang dibawah
pengawasan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

5.2 Sumber Bahan-Bahan


Sumber-somber
1) Lokasi sumber bahan yang mungkin, diperlihatkan dalam dokumen-
dokumen atau yang diberikan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis, yang disediakan sebagai satu petunjuk saja. lni adalah tanggung
jawab Penyedia barang dan jasa untuk mengadakan identifikasi dan
memeriksa kecocokan semua sumber-sumber bahan yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan dan untuk mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
2) Sumber bahan tidak boleh dipilih dalam sumber alam dilindungi,
hutan lindung, atau dalam daerah yang mudah terjadi longsoran atau erosi.
3) Penyedia barang dan jasa akan menentukan berapa banyak peralatan dan
pekerjaan yang diperlukan untuk memproduksi bahan-bahan tersebut
memenuhi spesifikasi ini. Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
akan menolak atau menerirna bahan-bahan dari sumber-sumber
bahan atas dasar persyaratan kualitas yang ditentukan dalam kontrak.
4) Tidak boleh ada kegiatan pada lokasi sumber bahan yang akan
menimbulkan erosi atau longsoran tanah, hilangnya tanah produktif
secara lain berpengaruh berlawan dengan daerah sekelilingnya.

Persetujuan
1) Pemesanan bahan-bahan akan diberikan jika Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis telah memberikan persetujuan untuk
menggunakannya. Bahan-bahan tidak boleh digunakan untuk maksud-
maksud lain daripada yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis.
2) Jika kualitas atau gradasi bahan tersebut tidak sesuai dengan kualitas
yang telah disetujui Direksi, maka Direksi dapat menolak bahan
tersebut dan minta diganti.

5.3 Pengangkutan
A. Umum
Seksi ini menetapkan ketentuan-ketentuan untuk transportasi dan
penanganan tanah, bahan campuran panas, bahan-bahan lain,
peralatan, dan perlengkapan. Pelaksanaan pekerjaan hares mengacu
pada Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupatenl
Kota, Peraturan Kawasan Bandara yang berlaku, maupun ketentuan-
ketentuan tentang pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
Koordinasi
Penyedia barang dan jasa harus memperhatikan koordinasi yang
diperlukan dalam kegiatan transportasi baik untuk pekerjaan yang
sedang dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan dalam
bentuk-bentuk lainnya, maupun untuk pekerjaan dengan Sub
Penyedia barang dan jasa atau perusahaan utilitas dan lainnya yang
dipandang perlu.
Apabila terjadi tumpang tindih pelaksanaan antara beberapa
Penyedia barang dan jasa , maka Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
mempunyai keluasan penuh untuk memerintahkan setiap Penyedia
barang dan jasa dan berhak untuk menentukan urutan pekerjaan
selanjutnya untuk menjaga kelancaran penyelesaian seluruh proyek.
Pembatasan Beban Lalu Lintas
Bilamana diperlukan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis dapat
mendapat batas beban dan muatan sumbu untuk melindungi jalan atau
jembatan yang ada di lingkungan proyek.

5.4 Penyimpanan Bahan


A. Umum
Bahan-bahan harus disimpan dalam cara sedemikian rupa sehingga
bahan-bahan tersebut tidak rusak dan kualitasnya dilindungi dan
sedemikian sehingga bahan tersebut selalu slap digunakan serta
dengan mudah dapat diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis.
Ternpat penyimpanan harus bersih dan bebas dari sarnpah dan air, bebas
penggalian air dan kalau perlu ditinggikan. Bahan-bahan tidak boleh
bercampur dengan tanah dasar, dan bila diperlukan satu lapisan alas dasar
pelindung harus disediakan Tempat penyimpanan berisi semen, kapur dan
bahan-bahan sejenis harus terlindungi dari hujan dan banjir.

Penumpukan Agregat
1) Agregat bate harus ditumpuk dalam satu cara yang disetujui
sedemikian sehingga tidak ada segregasi serta untuk menjamin
gradasi yang memadai. Tinggi tumpukan maksimum adalah lima meter.
2) Masing-masing jenis berbagai agregat harus ditumpuk secara terpisah,
atau dipisahkan dengan partisi kayu.
3) Penempatan tumpukan material dan peralatan, harus ditempat-
tempat yang memadai dan tidak boleh menimbulkan kemacetan lalu-lintas
dan membendung lintasan air.
4) Tumpukan agregate untuk ATB dan AC hares dilindungi dari hujan
untuk mencegah kejenuhan agregat yang akan mengurangi mutu
bahan yang di hampar.
5) Penyedia barang dan jasa harus melaksanakan penyiraman yang
teratur pada jalan-jalan angkutan, daerah lalu lintas berat lainnya serta
penumpukan material lainnya, khususnya selama musim kering_

Penyimpanan Bahan-bahan Aspal


Tempat Penimbunan drum-drum aspal hares pada ketinggian yang layak dan
dibersihkan dari tumbuh-tumbuhan rendah dan sampah-sampah.

Cara penumpukan untuk berbagai bahan-bahan aspal adalah sebagai


berikut :
1) Drum-drum yang berisi oli pembersih harus ditumpuk diatas Ujung
dengan lubang pengisian arah ke atas dan dimiringkan (dengan
menempatkan sebuah sisinya diatas sepotong kayu) untuk mencegah
terkumpulnya air diatas tutup drum.
2) Drum-drum yang berisi minyak tanah, bensin, dan aspal cut back harus
ditumpuk diatas sisinya dengan lubang pengisian di sebelah atas.
Penutup lubang harus diuji mengenai kekencangannya ketika
ditumpuk dan pada selang waktu yang teratur sewaktu penyimpanan.
3) Drum-drum emulsi aspal dapat ditumpuk diatas ujung atau diatas
sisinya tetapi bila disimpan untuk suatu jangka waktu yang panjang,
drum-drum tersebut harus digulingkan secara teratur_

Bahan-bahan yang dltumpuk di pinggir jalan


Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis akan memberikan petunjuk mengenai
lokasi yang tepat untuk menumpuk bahan-bahan di pinggir jalan, dan
semua tempat yang dipilih harus keras, tanah dengan drainase yang baik,
bebas dari menjadi adonan dan keying serta sama sekali tidak boleh
melampaui batas jalan tersebut dimana bahan-bahan tersebut dapat
menimbulkan bahaya atau kemacetan lalu lintas yang lewat. Tempat
penumpukan harus dibersihkan dari tumbuhan rendah dan sampah, dan
bila perlu tanah tersebut ditinggikan dengan grader. Agregat dan kerikil harus
ditumpuk secara rapi menurut ukuran mal, dengan sumbu memanjang
tumpukan tersebut biasanya sejajar dengan garis tengah jalan. Aspal
dalam drum-drum harus ditumpuk seperti diuraikan pada item (3) diatas
dan dibentuk ke dalam tempat yang teratur (tidak berserakan sepanjang jalan).

5.5 Biaya-Biaya
A. Pembayaran
Semua biaya untuk kompensasi bagi pemilik lahan atau sumber bahan,
misalnya sewa, royalty (pajak) dan biaya-biaya semacam, akan dimasukan
dalam harga satuan dalam bahan-bahan yang bersangkutan serta
tidak ada pembayaran terpisah kepada Penyedia barang dan jasa untuk
biaya-biaya ini.
Pekerjaan-pekerjaan Lapangan untuk Sumber Bahan
1) Penyedia barang dan jasa akan menyelenggarakan semua
pengaturan untuk membuka sumber bahan, kecuali
diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
secara tertulis.
2) Semua biaya yang diperlukan untuk pembukaan sumber-sumber
bahan, seperti pembongkaran tanah selimut dan tanah bagian atas,
serta menimbun kembali lapangan tersebut setelah galian
diselesaikan, akan disediakan dalam harga satuan, dan tidak ada
pembayaran terpisah bagi pekerjaan ini.

6. DOKUMEN REKAMAN PROYEK


6.1 Umum
A. Penyedia barang dan jasa akan menyimpan satu rekaman pekerjaan
kontrak dan akan menyelesaikan rekaman semua perubahan
pekerjaan dalam kontrak sejak dimulai sampai selesainya pekerjaan
proyek dan harus memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam
Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian pekerjaan.

Penyerahan-penyerahan
1) Penyedia barang dan jasa akan meyerahkan kepada
KonsultanPengawas dan Direksi Teknis untuk persetujuannya
rekaman Proyek tersebut yang selalu dilaksanakan pada hari ke 25
tiap-tiap bulan, atau tanggal lain menurut perintah Pimpinan Proyek.
Persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis terhadap dokumen ini
diperlukan untuk persetujuan pembayaran.
2) Penyedia barang dan jasa akan menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuannya Dokumen
Rekaman Proyek Akhir (final) pada waktu permohonan untuk Sertifikat
Penyelesaian Utama, dilengkapi dengan catatan-catatan berikut
- Tanggal
- Nomor dan Jadwal Proyek
- Nama dan alamat Penyedia barang dan jasa
- Nomor dan judul masing-masing dokumen rekaman
- Sertifikat bahwa masing-masing dokumen yang diserahkan adalah
lengkap dan akurat
- Tanda tangan Penyedia barang dan jasa atau wakilnya yang diberi
kuasa

6.2 Dokumen Rekaman Proyek


A. Perangkat Dokumen Proyek
Dengan pemenangan kontrak, Penyedia barang dan jasa akan
mendapatkan seperangkat lengkap semua dokumen dari Pimpinan Proyek
tanpa beban biaya, yang berkaitan dengan Kontrak, Dokumen tersebut
akan meliputi
1) Persyaratan Umum Kontrak
2) Gambar Rencana Kontrak
3) Spesifikasi
4) Addendum
5) Modifikasi-modifikasi lain terhadap Kontrak (jika ada)
6) Catatan Pengujian Lapangan (jika ada).

Penyimpanan
Dokurnen proyek tersebut harus disimpan di dalam kantor lapangan dalam
satu file dan rak dan Penyedia barang dan jasa harus menjaga serta
melindunginya dari kerusakan dan hilang sampai pekerjaan selesai serta
harus memindahkan data rekaman tersebut kepada Dokumen Rekaman
Proyek Akhir (final).
Dokumen rekaman tersebut tidak boleh digunakan untuk tujuan
pelaksanaan dan dokumen itu harus dapat diperoleh setiap waktu untuk
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

6.3 Bahan Rekaman Proyek


Segera setelah sernua bahan, aspal, agregat, bahan-bahan runway,
campuran aspal panas, dan sebagainya disetujui, maka semua contoh yang
telah disetujui harus disiapkan dengan baik di lapangan.

6.4 Pemeliharaan Dokumen Pelaksanaan Proyek


Penyedia barang dan jasa harus melimpahkan tanggung jawab
pemeliharaan Dokumen Rekaman kepada salah seorang staf yang ditunjuk
sebagaimana yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis sebelumnya. Segera setelah diterimanya Dokumen Kerja (Job Set),
Penyedia barang dan jasa harus memberi tanda pada setiap dokumen
dengan judul "Dokumen Rekaman Proyek - Dokumen Kerja dengan huruf
cetak setinggi 5 cm.

B. Pemeliharaan
Pada saat penyelesaian kontrak, kemungkinan sejumlah Dokumen Kerja
harus dikeluarkan untuk mencatat masukan-masukan baru dan untuk
pemeriksaan dan dalam kondisi-kondisi yang demikian kegiatan seperti ini
akan dilaksanakan, maka Penyedia barang dan jasa hares mencari cara yang
cocok untuk melindungi Dokumen Kerja tersebut untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
BAB II
PEKERJAAN TANAH

1. PEMBERSIHAN (CLEARING), PENGGUSURAN (GRUBBING) DAN PENGUPASAN


(STRIPPING)
1.1 Pembersihan (Clearing)
Terdiri dari pekerjaan pembersihan dan pembuangan potion, semak belukar
dan material lain yang tidak digunakan termasuk pemindahan pagan apabila
diperlukan.

1.2 Penggusuran (Grubbing)


Tanah yang digusur clan pekerjaan jika terdapat bekas pohon, akar, tunggul-
tunggul kayu dan material lain yang tidak berguna, mengganggu, harus
bongkar sampai bersih dan semua lubang-lubang yang terjadi akibat gusuran
hares ditutup dengan bahan/ material lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dan dipadatkan lapisperlapis serta diperoleh kepadatan yang
sama dengan kepadatan tanah sekitarnya

1.3 Pengupasan Tanah Bagian Atas (Stripping Topsoil)


Semua tanah bagian teratas sampai sedalam yang diperintahkan oleh
konsultan pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen atau sekurang-
kurangnya 20 cm hares dibuang dari daerah-daerah yang akan
direncanakan sebagai lapisan teratas.
Bila pengupasan topsoil dirasa perlu dalam perencanaan pekerjaan ini.
maka pada waktu pengangkatan stripping, topsoil agar ditempatkan di
lokasi yang disetujui.

1.4 Penempatan Tanah Buangan


Semua bahan-bahan bongkaran, hasil pembersihan, pembongkaran dan
lapisan teratas harus diatur sedemikian rupa sehingga penempatannya
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen. Apabila bekas tanaman-
tanaman atau tonggak-tonggak harus dibakar, maka pembakarannya dapat
dilakukan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen dan diijinkan oleh Hukum
atau Peraturan setempat, apabila diijinkan pembayaran harus dilakukan
pengawasan.

1.5 Pengukuran
Banyaknya pembersihan serta pembongkaran ditentukan dalam meter
persegi,dari Hasil pembersihan serta pembongkaran yang
sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam pekerjaan itu.
Banyaknya tanah bagian teratas yang dikupas ditentukan dalam meter persegi,
dan hasil pengupasan sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam
pekerjaan itu. Volume dari clearing dan grubbing ditunjukan dengan
perencanaan atau permintaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen akan
banyaknya m2 untuk pekerjaan tanah clearing dan grubbing.
Untuk pembersihan pohon, volume dari pohon, ditentukan menurut ukuran
diameter, ukuran cm dari pohon, akan dibayar menurut schedule dari
ukuran pohon.

1.6 Pembayaran
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang
kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Pembayaran dibuat pada harga satuan kontrak per meter-persegi untuk
clearing. Harga ini termasuk ganti-rugi penuh untuk semua material dan
semua tenaga kerja, perlengkapan, dan alat-alat , dan yang diperlukan.
Pembayaran dibuat pada harga satuan kontrak untuk clearing pohon. Harga ini
termasuk ganti-rugi penuh untuk semua material dan semua tenaga kerja.
perlengkapan, dan alat-alat yang diperlukan.

TIMBUNAN
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah
atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan
kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan
pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya
dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan
yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih
curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah factor yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan
digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara
yang diatur dalam Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai
landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous yang dipakai
untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah
akibat proses penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari
Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan derek, dikerjakan
sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2
cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil
yang ditentukan.
d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau
dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari Spesifikasi ini,
Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan
sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan :
- Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan timbunan; ii) Hasil pengujian kepadatan yang
membuktikan bahwa pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan
yang akan dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal 3.2.3.(1).(b)
di bawah ini.
b) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling lambat
14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan
timbunan :
- Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh harus disimpan
oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode Kontrak;
- Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk bahan
timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan
bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal 3.2.2.
c) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada Direksi
Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas
pekerjaan timbunan sebelumnya :
- Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
- Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa toleransi
permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3) dipenuhi.
4) Jadwal Kerja
a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan menggunakan pelaksanaan
setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok sayap jembatan,
Kontraktor harus menunda sebagian pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di
lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk
mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya dapat diperkenankan
untuk menyelesaikan oprit dengan lancer tanpa adanya resiko gangguan atau kerusakan
pada pekerjaan jembatan.
5) Kondisi Tempat Kerja
a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan
selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus
memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase
yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke
dalam sistim drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan
pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.
b) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar
air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.
6) Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3) harus diperbaiki
dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan
lain yang disetujui.
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batasbatas kadar
air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b) atau seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor
grader atau alat lainnya secara berulangulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak
dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan
diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak
memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan dari
Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air
dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah
pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti
yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(8).(c) dari Spesifikasi ini.
7) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya
harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai
kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.
8) Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan
tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang
yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.(3).(b).
9) Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8. Pemeliharaan dan
Pengaturan Lalu Lintas.

3.2.2 BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Seksi 1.11
"Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian
tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan
dalam Pasal 3.1.1.(1) dari Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified
atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas
tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada
30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar
bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03- 1744-
1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra
high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan
antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-
3422-1994).

3) Timbunan Pilihan
a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Timbunan Pilihan" bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau disetujui secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang
sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal
tersebut sesuai dengan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa dan sebagai
tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya,
seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh
timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling
sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh
atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir
bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
d) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan
atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan
dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu
atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas
rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan
dipikul.
4) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir
bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
5) Timbunan Batu Pilihan
Batu harus keras dan awet dan disediakan dalam rentang ukuran yang memenuhi ketentuan di
bawah ini. Jika tidak disebutkan lain dalam Gambar atau dalam Spesifikasi Khusus, maka
semua batu harus mempunyai volume lebih besar dari 120 centimeter kubik. Untuk timbunan
batu dengan manual, 75% batu terhadap volume total tidak boleh lebih kecil dari ukuran batu
untuk rip-rap sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 7.10.(2) agar dapat mengunci batu-
batu besar tersebut sampai rapat dan yang terpenting dapat mengisi rongga-rongga antar
batuan besar yang dipasang sebagai timbunan. Bagian muka batu yang terekspos harus
seragam, tanpa adanya tonjolan lebih dari 30 cm untuk timbunan batu dengan derek dan 15
cm untuk timbunan batu dengan manual, di luar garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN


1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan
harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal
3.1.1.(11) dan 3.1.2.(2) dari Spesifikasi ini.
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan)
sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan
untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar
yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng
lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3). Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan
yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan
untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan
sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan
drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan
tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit
ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan
sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi,
sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam
setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan
dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat
bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus
ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan
jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.

3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum.
Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum
yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.(2) di bawah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas
pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat
menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua
sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok
sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat
yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment
sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas,
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
khusus untuk mencegah timbulnya rongga rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4) Penyiapan Tanah Dasar Pada Timbunan
Ketentuan dari Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan harus berlaku.

3.2.4 JAMINAN MUTU


1) Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu
bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup
seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh
yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan
yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi
Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber
bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(2).(c).
2) Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”,
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang
berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang
dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal
3.2.1.(8) dari Seksi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari
200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk
goronggorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis
penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu
rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik
bahan timbunan yang dihampar.
3) Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu
Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan
penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa.
Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi
luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang
tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan
seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahanpecahan batu sebelum lapis
berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan
batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan
teratas ini.

4) Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai
tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan
yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti : Percobaan lapangan harus
dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai
kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil
percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis
peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

GALIAN
3.1.1 UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk
pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng
dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa
bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada
perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai
dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk semua jenis
galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa :
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu
iii) Galian Struktur
iv) Galian Perkerasan Beraspal

d) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu,
galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal
e) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau
lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak
praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar dengan
penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan
tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan
sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur. Galian
Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok beton penahan tanah, dan
struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian
struktur mencakup : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan drainase,
pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam
beserta pembongkarannya.
g) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan
bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas
perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pemanfaatan kembali bahan
galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum
bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Transportasi dan Penanganan. : Seksi 1.5
b) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Selokan Tanah dan Saluran Air : Seksi 2.1
f) Gorong-gorong dan Drainase Beton : Seksi 2.3
g) Drainase Porous : Seksi 2.4
h) Timbunan : Seksi 3.2
i) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
j) Beton : Seksi 7.1
k) Pasangan Batu : Seksi 7.9
l) Pembongkaran Struktur Lama : Seksi 7.15
m) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
n) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada Jalan Berpenutup Aspal : Seksi 8.2
o) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi
a) Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak
boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan
beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.
b) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan


a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang
melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan dan
pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.
b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar detil seluruh struktur
sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti penyokong
(shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan dinding penahan rembesan (cut-off wall), dan
gambar-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum
melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang
diusulkan.
c) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah dasar,
formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan lainnya
tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan pondasi
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3.1.2.
d) Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan, yang
menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor untuk diperiksa
Direksi Pekerjaan.
e) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan tertulis tentang
lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal yang akan dikupas atau digali.
Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah
dikupas atau digali.

5) Pengamanan Pekerjaan Galian


a) Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja,
yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi
galian.
b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu
menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang
waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang
bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor
harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan
dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut. Untuk menjaga
stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 meter
harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1meter atau sebagaimana yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan.
c) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-
gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur
lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali
dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.
d) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan
air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk
menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan
cepat, tidak akan terjadi.
e) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana
kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan
tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja
yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian,
peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia
pada tempat kerja galian.
f) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan
digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang ekstra ketat sesuai dengan
Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus bertanggungjawab
dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak
dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang
berpengalaman dan bertanggungjawab.
g) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian
terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu
tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta
lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
h) Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8, Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas
harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah Milik Jalan.

6) Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound), dengan
mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan gangguan dari
operasi pekerjaan berikutnya.
b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan dengan
pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap
saat.
c) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasi-operasi pekerjaan
lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan
tersebut dari pihak yang berwenang dan juga dari Direksi Pekerjaan.
d) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan maka setiap galian perkerasan beraspal
harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada hari yang sama sehingga dapat dibuka
untuk lalu lintas.

7) Kondisi Tempat Kerja


a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua
bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan
(cut-off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan
dengan pompa.
b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air
atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus
senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh
pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal 3.1.1(3) di
atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor
sebagai berikut :
- Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
- Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau lokasi yang
mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan
timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
- Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang melebihi yang
telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggunakan bahan-
bahan yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai mencapai elevasi rancangan.

9) Utilitas Bawah Tanah


a) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan
lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau
wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam
Kontrak.
b) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah
tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau
struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul
akibat operasi kegiatannya.

10)Restribusi Untuk Bahan Galian


Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal
atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan,
Kontraktor harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsesi dan
restribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan
mengangkut bahan-bahan tersebut.

11)Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian


a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan
lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau penimbunan kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah
besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat
Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan
setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak
disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang
dan diratakan oleh Kontraktor di luar Daerah Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan.
d) Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang
diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi
syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian yang diuraikan dalam
Pasal 3.1.1.(8).(ii) dan (iii), juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat
pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(2).(f)
dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut
akan dilakukan.
12)Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
a) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementara seperti
cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh
Kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus
dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi
yang telah selesai.
b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Kontraktor atau
bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk
pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan
yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor
harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang
stabil dan saluran drainase yang memadai.

3.1.2 PROSEDUR PENGGALIAN


1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan
semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak
memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan
diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi
untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan,
atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm
lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang
runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu
yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan
harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan dipadatkan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru
(ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan
memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya,
peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana
dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan anyaman
pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan
selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang
diuraikan oleh Direksi Pekerjaan.
g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya,
sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin.
Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya
terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang
baru maupun yang lama.
2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan Talud.
Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam
Seksi ini.

3) Galian untuk Struktur dan Pipa


a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan
atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan
dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling
pekerjaan.
b) Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan
untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau penyokong atau
pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki,
dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang
diperlukan selama pelaksanaan. Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat
untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
c) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka
timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-
masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya
galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi sisi yang setegak mungkin sebagaimana
kondisi tanahnya mengijinkan.
d) Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat
menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap
pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling
sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar
acuan beton tersebut.
e) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

4) Galian pada Sumber Bahan


a) Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus
digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama
harus diperoleh secara tertulis dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap operasi penggalian
dimulai.
c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan
mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat
mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong
berikutnya tanpa genangan.
f) Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap
timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

3.1.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran
Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar menurut Seksi
ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk
berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti pasangan batu
(stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan
untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah :
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang disetujui
tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bilamana :
- Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak memenuhi syarat
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(c) di atas, atau untuk membuang batu
atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(d) di atas;
- Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur sementara
penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau cofferdam) yang sebelumnya
telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu, tidak
akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan Pembayaran harus
dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan ke
dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masingmasing bahan tersebut, sesuai
dengan Seksi 2.3 dari Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi
(reinstatement)perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk
pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk
masing-masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Seksi 8.1 dari Spesifikasi ini.
e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali untuk
galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan pembayaran akan
dilaksanakan sesuai Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan diukur
untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam harga
penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang tercakup
dalam Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini.
g) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari sumber
bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah kerja tidak boleh
diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan dalam harga
satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.
h) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.(1).(a) selain untuk
tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi
untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk
masing-masing operasi pembongkaran struktur lama sesuai dengan Seksi 7.15 dari
spesifikasi ini.

2) Pengukuran Galian Untuk Pembayaran


a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah dikurangi bahan
galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan
faktor penyesuaian berikut ini :
- Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan penyusutan
(shrinkage) sebesar 0,85.
- Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1,2. Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang
melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan
galian akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang
melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut
Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian tersebut tidak
digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat digunakan
sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor sebagai bahan timbunan,
maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk
kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
- Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui titik
terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
- Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
- Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di atas
atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.

e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan Seksi 8.1
Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang melebihi 5 km harus diukur
untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik meter bahan yang dipindahkan
per jarak tempat penggalian sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam
kilometer.

3) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-
masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong,
pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.
Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam Mata
Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan dibayar
menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini; pekerjaan ini
mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan semua
cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk
dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

BETON
7.1.1 UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan
Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi lain yang
berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
d) Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini yang
harus dipakai.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak
pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan
rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8
b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Pasangan batu dengan mortar : Seksi 2.2
d) Gorong-gorong dan Drainase Beton : Seksi 2.3
e) Drainase Porous : Seksi 2.4
f) Excavation : Seksi 3.1
g) Timbunan : Seksi 3.2
h) Baja Tulangan : Seksi 7.3
i) Adukan Semen : Seksi 7.8
j) Pembongkaran Struktur : Seksi 7.15

4) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir
harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dalam
Pasal 7.1.1.(6) di bawah ini.
5) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
- Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m.
- Panjang keseluruhan lebih dari 6 m
- Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala jembatan
b) Toleransi Bentuk :
- Persegi (selisih dalam panjang diagonal)
- Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untuk
panjang s/d 3 m
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m
c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :
- Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana
- Kedudukan permukaan horizontal dari rencana
- Kedudukan permukaan vertikal dari rencana
d) Toleransi Alinyemen Vertikal :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm
e) Toleransi Ketinggian (elevasi) :
- Puncak lantai kerja di bawah pondasi
- Puncak lantai kerja di bawah pelat injak
- Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang
f) Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
g) Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :
- Selimut beton sampai 3 cm
- Selimut beton 3 cm - 5 cm
- Selimut beton 5 cm - 10 cm
6) Pen
gaj
uan
Kesiapan Kerja
a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam
Pasal 7.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu
beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia
atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian kuat tekan beton yang harus
dilaksanakan minimum meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7
hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
d) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
e) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.4.(1) di bawah.

7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca
yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya
dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu, tumpukan kantung
semen harus ditutup dengan lembar plastik.

8) Kondisi Tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan
temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di bawah
30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan
pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara penuh
debu atau tercemar.

9) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.(4), atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang
memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3), harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi :
- Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
- Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;
- Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan
yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Kontraktor
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian
tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan
ketentuan dari Pasal 2.2.1.(8).(b) dari Spesifikasi ini.

7.1.2 BAHAN
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan
oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung
udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland
yang dapat digunakan di dalam proyek.

2) A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO
T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak
dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen
+ pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum.
Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum
pada periode perawatan yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat


a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 7.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak
perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton
yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan dalam Pasal
7.1.3.(3).

Tabel 7.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran ayakan Persen berat yang lolos untuk agregate
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 ½” 38,1 - 95-100 100 - -
1” 25,4 - - 95-100 100 -
¾” 19 - 35-70 - 95-100 100
½” 12,7 - - 25-60 - 90-
3/8” 9,5 100 10-30 - 20-55 100
No.4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 40-70
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-15
No.16 1,18 45-80 - - - 0-5
No.50 0,30 10-30 - - - -
No.100 0,15 2-10 - - - -
-

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih
dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor

4) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel
7.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/AASHTO
yang berhubungan.

Tabel 7.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat


Batas Maksimum yang
Metode Pengujian diijinkan untuk gregat
Sifat-sifat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan SNI 03-2417-1991 - 40 %
Mesin Los Angeles pada 500
putaran
Kekekalan Bentuk Batu SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
terhadap Larutan Natrium
Sulfat atau Magnesium
Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SK SNI M-01-1994- 0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah 03

Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-1994- 3% 1%


No.200 03

5) Batu Untuk Beton Siklop


Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu yang disetujui mutunya, keras dan awet
dan bebas dari retak dan rongga serta tidak rusak oleh pengaruh cuaca.. Batu harus
bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi
ikatannya dengan beton.

7.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN


1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang
disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel
7.1.3.(1).
2) Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat
campuran yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3) di bawah.

Tabel 7.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran


Rasio Air / Kadar
Mutu Ukuran Agregat
Semen Maks. Semen Min.
Beton Maks.(mm)
(terhadap (kg/m3 dari
berat) campuran)
K600 - - -
K500 - 0,375 450
K400 37 0,45 356
25 0,45 370
19 0.45 400
K350 37 0,45 315
25 0,45 335
19 0.45 365
K300 37 0,45 300
25 0,45 320
19 0.45 350
K250 - 0,50 290
- 0,50 310
0,50 340
K175 0,57 300
K125 0,60 250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.3.(2), atau yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996- 03 (AASHTO T23),
SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel 7.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran


Mutu Kuat Tekan Karakteritik Min. “SLUMP” (mm)
Beton (kg/cm2)
Benda Uji Benda Uji Digetarkan Tidak
Kubus 15 x 15 Silinder 15cm Digetarkan
x 15 cm3 x 30 cm
7 hari 28 7 hari 28
hari hari
K600 390 600 325 500 20-50 -
K500 325 500 260 400 20-50 -
K400 285 400 240 330 20-50 -
K350 250 350 210 290 20-50 50-100
K300 215 300 180 250 20-50 50-100
K250 180 250 150 210 20-50 50-100
K225 150 225 125 190 20-50 50-100
K175 115 175 95 145 30-60 50-100
K125 80 125 70 105 20-50 50-100

Catatan : bila menggunakan concrete pump slump bisa berkisar antara 75 + 25 mm


b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan
ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.3.(2), maka Kontraktor tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah
tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakantindakan
yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan
pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.(10)
di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan
lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan
dalam Pasal 7.1.6.(2).(c).
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas
dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan
Direksi Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada
berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi,
tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif)
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan
baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan,
dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat
penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum
waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran
untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang
lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan
tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus
dibatasi pada beton non-struktural.

7.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN


1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat
yang disyaratkan dalam Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika
diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan
mudah dan aman.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau
bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
e) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Seksi 2.4 dari
Spesifikasi ini.
f) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton
dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman
tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup
tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi. Bilamana dijumpai kondisi tanah
dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan
untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan
mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam
Acuan harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
3) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan
tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat
proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang
cukup sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik
sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik Tremi
atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan
beton yang telah dicor sebelumnya
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini,
bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

4) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat
yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.
5) Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah
campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 7.1.4.(5).
Tabel 7.1.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

6) Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan batu-batu
pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah
harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi
sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding-dinding penahan tanah
atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm dapat digunakan batu-batu pecah berukuran
maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm;
batu pecah tidak boleh lebih dekat dari 30 cm dalam jarak terhadap permukaan atau 15
cm dalam jarak terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup
(coping).

7.1.5 PENGERJAAN AKHIR


1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai.
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertical yang
terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan
tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.
2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan
untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, harus dibuang
atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan.
b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan minor yang
tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan
harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
c) Bilaman Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan
yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan
adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan
lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
3) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a) Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai halus dan rata
dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh cara
lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas
acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.
4) Perawatan Dengan Pembasahan
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperature
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar
air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperature yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya
pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap
air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan
perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah
untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara. Bilamana digunakan
acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari
setelah beton dicor.
c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21
hari.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi
atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif),
harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari.
5) Perawatan dengan Uap
a) Beton dirawat dengan uap untuk maksud mendapatkan kekuatan yang tinggi pada
permulaannya. Bahan tambah (aditif) tidak diperkenankan untuk dipakai dalam hal
ini kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan di luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380C
selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65 0C dengan kenaikan
temperatur maksimum 14 0C / jam secara ber-sama-sama.
- Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang uap tidak
boleh melampaui 5,5 0C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 11 0C per jam.
- Temperatur beton pada saat dikeluarkan dari penguapan tidak boleh 11 0C lebih
tinggi dari temperatur udara di luar.
- Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu jenuh
dengan uap air.
- Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
c) Kontraktor harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya agar
beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.

7.1.6 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN


1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian
harus dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau
wakilnya.
2) Pengujian Kuat Tekan
a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk
setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu
pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus minimum harus
mencakup empat benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan
sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14 hari dan yang
keempat sesudah 28 hari.
b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40 meter kubik
dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan
kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus
dilaksanakan dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang
dipilih secara acak (random).
c) Kuat Tekan Karakteristik Beton (  bk) diperoleh dengan rumus berikut ini :
σbk = σbm – K.S
n
Σ σ1

Σbm = 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎


𝛴 ( )
𝑆= 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑛−1

σi = hasil pengujian masing-masing benda uji


n = jumlah benda uji
K = 1,645 untuk 20 sampel rancangan campuran dan untuk persetujuan
pekerjaan.

d) Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 (satu) harga diantara 20
harga (5%) hasil pengujian, terjadi kurang dari σ’bk .
e) Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4 sampel kubus
berturut-turut kurang dari σ’bm,4 >(σ’bk + 0.8225 S)
f) Setelah diperoleh 20 hasil pengujian kuat tekan ( misalnya 4 sampel kelompok
pertama hingga 4 sampel kelompok kelima) dan dihitung harga rata-rata  bm dan
standar deviasi S maka harus dipenuhi :
σ’bk > (σbm + 1.645 S)
g) Dalam hal pengedalian di lapangan pengujian kuat tekan dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil (misal 4 sampel dari 5 kelompok) dengan menggunakan
grafik kontrol (control chart) yang terdiri dari garis terendah hingga garis tertinggi
berturut-turut adalah garis batas spesifikasi, batas control dan garis tengah.

h) Apabila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok  ’bm,n <  ’bk,n (sekali) maka
kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki mutu beton, bila hasil
pengujian kuat tekan kelompok rata-rata berikutnya  ’bm,n <  ’bk,n (kedua kali)
maka berarti kontraktor tidak mampu mencapai  ’bk yang dipersyaratkan, dan
pekerjaan beton yang sudah dilakukan harus ditolak.
3) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan
mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji
lainnya;
b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
d) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

7.1.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran
a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan dan
diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan
untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau
oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water-stop", baja tulangan, selongsong pipa
(conduit) atau lubang sulingan (weephole).
b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
c) Tidak ada pengukuran dan pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pelat
(plate) beton pracetak untuk acuan yang terletak di bawah lantai (slab)beton
Pekerjaan semacam ini dianggap telah termasuk di dalam harga penawaran untuk
beton sebagai acuan.
d) Kuantitas bahan untuk landasan, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan dalam pada Seksi lain
dalam Spesifikasi ini.
e) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur
atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah beton yang disyaratkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih tinggi dan Beton Tak
Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui untuk K175 atau K125.
Bilamana beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk
digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya
harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
a) Bilamana pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 7.1.1.(10) di atas, kuantitas yang
akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (aditif), juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai
mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
3) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam Seksi ini.

BAB V
DRAINASE

1. DRAINASE PASANGAN BATU


1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini terdiri dari pasangan tepi dasar selokan dan saluran air,
dan pembuatan lantai olak, kantong Lumpur dan bangunan saluran air
kecil lainnya dengan pasangan bate adukan semen yang dibangun
diatas suatu dasar yang dipersiapkan untuk menjamin aliran air yang
bebas dan tanpa genangan, sesuai dengan spesifikasi ini dan sesuai
dengan garis, kelandaian dan ukuran yang terlihat pada gambar atau
sebagaimana diarahkan oleh konsultan pengawas dan Direksi Teknis.
b. Pekerjaan tersebut juga meliputi pembangunan lubang saluran air,
termasuk penyediaan dan pemasangan acuan lubang air atau pipa.
c. Pada umumnya batu adukan tidak akan digunakan untuk bangunan-
bangunan yang menahan beban seperti gorong-gorong plat, tembok
penahan tanah sepanjang jalur lalu lintas, atau tembok kepala
gorong-gorong pada gorong-gorong.

1.2 Toleransi Dimensi


a. Permukaan setiap pasangan batu tidak akan berbeda lebih dari 30 mm
terhadap profit permukaan rata-rata pasangan batu disekitarnya.
b. Untuk pasangan selokan dan saluran air, profile permukaan rata-rata
yang dibentuk dengan pasangan bate tidak boleh berbeda lebih dari 20 mm
terhadap profile lantai dasar saluran yang ditentukan atau disetujui. Juga
tidak berbeda lebih dari 50 mm terhadap profit penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui.
c. Ketebalan setiap pasangan batu adukan harus ?100 mm.
d. Profil akhir untuk bangunan kecil yang tidak menahan beban seperli
kantong lumpur dan lantai olak tidak boleti berbeda lebih dari 20 mm
terhadap yang ditentukan atau disetujui.

1.3 Pengajuan Persetujuan


a. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia barang dan jasa harus
mengajukan kepada Direksi Teknis dua contoh seberat 50 kg yang
masing-masing mewakili bate yang diusulkan untuk digunakan.
Salah satu dari contoh ini akan ditahan oleh Direksi Teknis untuk
rujukan selama periode kontrak. Hanya bate yang disetujui oleh
Direksi Teknis akan digunakan didalam pekerjaan.
b. Pekerjaan pasangan batu adukan tidak boleh dimulai sampai
konsultan pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen teiah
menyetujui penyiapan pembentukan dimana pekerjaan tersebut
ditempatkan.

1.4 Penjadwalan Kerja


a. Jumlah pasangan batu adukan yang dilaksanakan pada suatu waktu
tertentu harus dibatasi sesuai dengan kecepatan pemasangan untuk
menjamin agar semua batu ditempatkan dengan adukan.
b. Bila pasangan batu adukan akan dipasang pada lereng atau sebagai
pasangan selokan, maka pembentukan harus dipersiapkan dalam
tahap pertama seperti tidak akan ada pasangan. Pembentukan
terakhir sampai garis yang diperlukan harus dibuat segera sebelum
pemasangan pasangan batu.

1.5 Kondisi Tempat Kerja


a. Mempertahankan suatu tempat kerja secara terus menerus keying
dan menjamin fasilitas sanitasi yang layak, dengan menyediakan
peralatan dan tenaga kerja untuk pengeringan pengalihan saluran air
dan pembangunan saluran sementara, menjamin tidak ada gangguan
dalam kontinuitas prosedur pengeringan.
b. Bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau
daerah lain dimana aliran bawah tanah dapat tercemar, maka
Penyedia barang dan jasa harus memelihara sepanjang waktu pada
tempat pekerjaan yang sebenarnya suatu persediaan air dari kualitas
air minum untuk digunakan oleh para pekerjaan untuk mencuci,
bersama dengan persediaan secukupnya dari sabun dan disinfektan.
1.6 Bahan-Bahan Konstruksi Pasangan Batu Adukan
a. Batu
b. Adukan / Mortar
Campuran antara semen dengan pasir harus mempunyai kuat tekan paling
sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari dan material sesuai dengan
persyaratan dari spesifikasi ini.

1.7 Konstruksi Pasangan Batu Adukan


1. Persiapan Pembentukan atau Pondasi
Pembentukan untuk lapisan pasangan adukan harus dipersiapkan sesuai dengan
ketentuan seksi selokan dan saluran air.
Pondasi atau parit untuk tembok kepala atau bangunan dari pekerjaan
pasangan batu adukan harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan.

2. Persiapan Batu
Batu-batu harus dibersihkan dari cacat dan bahan-bahan yang merusak, yang
dapat mengganggu ikatan dengan adukan.
Sebelum pemasangan, maka batu harus dibasahi seluruhnya dan
diberikan waktu yang cukup untuk menyerap air sampai jenuh.
3. Penempatan Lapisan Batu
Suatu alas dari adukan baru paling sedikit setebal 30 mm harus
ditempatkan pada bentuk yang dipersiapkan. Alas adukan ini harus
dibentuk sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga batu-batu
permukaan tersebut selalu tertanam dalam adukan sebelum mengeras.
Batu-batu harus tertanam dengan kuat satu dengan lainnya untuk
mendapatkan ketebalan lapisan yang diperlukan, diukur tegak lurus
terhadap lereng. Adukan tambahan harus ditempatkan untuk mengisi semua
ruang antara batu-batu dan harus diselesaikan hampir sama rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak menutupi batu-batu.
Pekerjaan harus dilanjutkan dari dasar lereng menuju ke atas dan
permukaan harus diselesaikan segera setelah pengerasan awal dari
adukan dan menyapunya dengan sebuah sapu kaku.

4. Permukaan yang diselesaikan harus dirawat.


Lereng dan batu-batu yang berdampingan harus dirapikan dan
disempurnakan untuk menjamin pertemuan yang halus dan rata dengan
pekerjaan pasangan batu adukan yang memungkinkan drainase yang lancar
dan mencegah penggeseran pada tepi-tepi pasangan.

5. Pembangunan Struktur Pasangan Batu Adukan


Tembok kepala yang akan dibangun dalam parit atau bangunan lainnya dengan
menggunakan dukungan tanah atau acuan, harus dibangun dengan
pengisian parit atau acuan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran
maksimum batu-batu dalam adukan yang belum mengeras. Adukan
tambahan kemudian harus diberikan dan diproses tersebut diulangi sampai
acuan itu terisi penuh. Adukan berikutnya ditambahkan kemudian sampai
bagian atas untuk memperoleh suatu permukaan atas yang rata halus.
Bila bentuk batu adalah sedemikian sehingga saluran mengunci dengan cukup
kuat, dan bila suatu adukan digunakan maka bangunan pekerjaan pasangan batu
adukan dapatjuga dibangun tanpa acuan.

6. Pengukuran
Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai
volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan
disetujui.
Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang
disetujul harus tidak diukur atau dibayar.
Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan
bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai
Drainase Porous, seperti yang disebutkan dalam spesifikasi ini. Tidak ada
pengukuran atau pembayaran terpisah yang hares dilakukan untuk
penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk
acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.

7. Pembayaran
Kuantitas, hares dibayar dengan Harga Kontrak per satuan meter kubik
dari pengukuran. Dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua
bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau
pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk
pemornpaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan
pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang
diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini.

2. DRAINASE POROUS
2.1 Lingkup Pekerjaan
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari perolehan, pengangkutan penempatan dan
pemadatan urugan kembali dengan bahan-bahan porous yang diperlukan
untuk pembuatan alas saluran beton atau pipa-pipa atau untuk drainase
bawah tanah (sub drain) atau untuk mencegah penghanyutan atau
penggerusan buti-butir tanah halus oleh rembesan air tanah atau untuk
menstabilkan pekerjaan terhadap pengaruh aliran air tanah. Pekerjaan
tersebut juga meliputi penyediaan dan penempatan pipa-pipa berpori (pipa-
pipa berlubang) dan anyaman saringan tanah dimana bahan-bahan ini
ditentukan dalam gambar atau diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Bahan-bahan ini harus digunakan pada bagian betakang kepala jembatan,
tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan batu kosong dan
dinding bronjong batu, dan dalam konstruksi saluran dibawah perkerasan
jalan, saluran beton, gorong-gorong, selimut pasir dan drainase vertikal
untuk pekerjaan stabilisasi, kantong lubang pembangunan air, saringan di
kaki talud dan pekerjaan lainnya, sesuai dengan Spesifikasi ini atau
sebagaimana diarahkan oleh konsultan pengawas .

b. Toleransi Dimensi
Profit akhir untuk timbunan butiran drainase porous tidak boleh berbeda
dart profit yang ditentukan atau disetujui lebih dart 20 mm.
Permukaan akhir dan ketandaian dart bahan-bahan alas pipa dan saluran
beton tidak botch berbeda dart yang ditentukan atau disetujui tebih dart 10 mm.
Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang dan ketebatan dinding
pipa-pipa berpori harus seperti yang ditentukan dalam AASHTO M179.
Celah maksimum antara kedua ujung pipa berpori pada waktu ditetakkan harus 5
mm.
Kemiringan minimum dart saluran yang dibuat dengan menggunakan pipa-pipa
berpori harus 1 : 1.000 atau 0,01%.
Permukaan pondasi yang merupakan urugan kembati bahan-bahan berpori
yang digunakan untuk selimut drainase harus rata dan teratur dengan suatu
kemiringan merata sehingga akan mencegah terjadinya genangan. Kelandaian
minimum untuk permukaan tersebut itu harus 1: 200 atau 05%.

c. Pengajuan
Sekurang-kurangnya 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan suatu bahan, contoh-contoh yang mewakili harus diajukan
kepada konsultan pengawas dan Direksi Teknis. Dalam hal urugan kembali
dengan bahan-bahan berpori, atau bahan-
bahan penyaring, sekurang-kurangnya 50 kg contoh untuk setiap bahan-
bahan yang diusulkan untuk digunakan harus diajukan bersama dengan 5
kg contoh bahan-bahan yang akan berada di hulu dan hilir perembesan air
melalui urugan kembali dengan bahan berpori tersebut. Hasil pengujian
gradasi basah (AASHTO T28) juga harus diserahkan untuk setiap contoh yang
diajukan. Contoh pipa berpori atau anyaman saringan yang diusulkan untuk
digunakan harus diajukan bersama dengan spesifikasi pabrik dan data
pengujuannya, Penyedia barang dan jasa harus memberitahu Pimpro
secara tertulis bila penempatan bahan tersebut telah selesai dan sebelum
pekerjaan tersebut ditutup oleh bahan-bahan atau pekerjaan lainnya.
Pemberitahuan tentang selesainya pekerjaan harus disertai dengan hasil
pengujian kepadatan.

d. Penjadwalan Pekerjaan
Bahan-bahan berbutir untuk drainase berpori yang bersih harus
ditempatkan segera sebelum penempatan bahan-bahan lapisan diatasnya.
Bahan-bahan berbutir untuk drainase vertikal untuk timbunan
ditempatkan dalam lapisan-lapisan horizontal pada waktu yang bersamaan
dengan penempatan lapisan-lapisan timbunan tanah lain.

2.1 Bahan-Bahan
Pengurugan Kembali dengan Bahan-bahan Berpori atau Bahanbahan
Penyaringan.
Butir-butir bahan-bahan berpori untuk pengurugan kembali atau bahan-
bahan penyaring harus keras, tahan lama dan bersih. Butirbutir harus bebas
dari bahan-bahan organik, gumpalan tanah lint dan bahan-bahan yang
merusak lainnya. Bahan-bahan laterite atau bekas beton tidak boleh
digunakan.
Gradasi partikel bahan-bahan yang disyaratkan tergantung pada fungsi
bahan yang bersangkutan dalam pekerjaan dan pada sifat bahan-bahan
dihulu dan hilir yang merembes melaluinya. Gradasi yang diperlukan dalam
setiap kasus akan diarahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, dimana
perkiraannya harus menjamin bahwa "piping" (hanyutnya butir-butir halus)
tidak akan terjadi pada bahanbahan hulu ke dalam urugan bahan-bahan berpori
yang bersangkutan atau dari bahan-bahan urugan bahan-bahan berpori ke
dalam bahanbahan di hilirnya. Kriteria berikut harus dipakai
Dimana D15, D50 dan D85 adalah ukuran partikel yang diperoleh dari kurva
gradasi yaitu masing-masing untuk 15 %, 50 % dan 85 %, lebih halus dalam
berat. lstilah "saringan" menunjukkan pada bahanbahan pelindung yang
lebih kasar; istilah "tanah" menunjukkan pada bahan-bahan lebih halus yang
dilindungi dari "piping".
Selubung gradasi untuk pengurugan kembali dengan bahan-bahan berpori
yang khas dan bahan-bahan panyaring yang akan mengalirkan
rembesan air dengan tanpa "piping" dari timbunan tanah fiat yang khan ke
pasangan batu kosong berdiameter 300 mm tidak digambarkan dalam
gambar, tetapi tersedia untuk pemeriksaan. Pada umumnya pasangan batu
kosong harus dilindungi oleh kerikil, kerikil oleh pasir, dan pasir oleh pasir
kelanauan atau membran saringan. Data ini hanya merupakan penuntun
umum dan tidak harus digunakan sebagai dasar untuk menyetujui atau
menolak bahan-bahan.
Di many terdapat lubang pembuangan air atau pipa performasi dihilir
pengurugan kembali dengan bahan-bahan berpori, dan tidak ada bahan-
bahan berbutir, maka pemilihan dan persetujuan akan pengurugan
kembali dengan bahan-bahan berpori harus berdasarkan pada kriteria berikut :
(I) D85 (urugan kembali) > 0.2 x D (iubang)
(ii) D50 (urugan kembali) >0,04 x D (lubang)
Dimana D85 dan D50 adalah seperl:i ditentukan dalam Pasal ini dan D (lubang)
adalah diameter dalam dari lubang pembuangan air atau pipa perforasi.
Segala ukuran bahan-bahan berpori untuk pengurugan kembali dapat digunakan
secara aman di bagian hilir suatu membran saringan. Misalnya, dalam hal
drainase dibawah permukaan perkerasan, bahan-bahan berpori untuk
pengurugan kembali dapat berupa kerikil bulat yang uniform jika sisi parit
dilindungi dengan membran saringan yang cocok. Suatu pasir harus, yang dipilih
sesuai dengan ayat (b) di atas, harus digunakan jika tidak terdapat membran
saringan. Dalam hal apapun tidak diperkenankan menggunakan ijuk sebagai
pengganti membran saringan yang ditentukan.
a. Bahan-bahan Alas untuk Pipa dan Saluran Beton
Bahan-bahan berbutir yang digunakan sebagai bahan alas dapat
berupa pasir, kerikil berpasir atau batu dan harus sesuai dengan
persyaratan berikut :
b. Membran Saringan
Membran saringan harus merupakan suatu bahan-bahan geotekstil
sintetis yang berupa anyaman khusus atau yang bukan berbentuk
anyaman yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Pemilihan
ukuran lubang anyaman yang paling cocok (MOS) untuk bahan-bahan
seringan yang berupa anyaman harus didasarkan pada kurva distribusi
ukuran partikel untuktanah di bagian hula dari bahan-bahan anyaman
saringan yang bersangkutan, diambil yang terkecil antara :
MOS < 5 x D85 (tanah)
dan
MOS < 25 x D50 (tanah)
Dirnana D85 dan D50 adalah sebagaimana ditentukan diatas.

c. Pipa Berpori dan Pipa Lubang Pembuangan Air


Pipa berpori untuk drainase bawah tanah harus berupa pipa tanah fiat yang
berdiameter dalam kira-kira 100 mm dan memenuhi persyaratan AASHT0
€M179.
Pipa-pipa yang ditempatkan melalui tembok dari beton atau pasangan atau
lapis pelindung dinding saluran sebagai pipa pembuangan air harus
berdiameter dalam 50 mm dan hares terbuat dari bahan-bahan yang
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang cukup kuat untuk
menahan perubahan bentuk dalam masa pembangunan dan pengerasan
adukan atau beton.

2.2 Penempatan drainase Porous


a. Pengurugan kembali dengan Bahan Berpori
Sebelum urugan dari bahan-bahan berpori ditempatkan pada suatu
daerah, maka semua kegiatan pembersihan dan pengaruan harus
sudah diselesaikan.
Penempatan urugan dari bahan-bahan berpori di sekeli€ing pipa-pipa
atau saluran atau dibelakang bangunan harus dilaksanakan secara
sistematis dan sesegera mungkin sesudah penempatan pipa-pipa
atau bangunan yang bersangkutan. Sesudah sambungan pipa diberi
adukan atau penempatan bangunan tersebut, suatu periode minimum
selama 14 had harus diberikan sebelum pengurugan kembali boleh
dilaksanakan.
Pengurugan kembali dengan bahan-bahan berpori harus dipadatkan
secara seksama lapis demi lapis dengan masing-masing lapis dalam
keadaan padat tidak lebih tebal dari 15 cm sampai mencapai
kepadatan melebihi 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan AASHTO T99. setiap Cara pemadatan
yagn disetujui dapat digunakan untuk mencapai kepadatan yang
diinginkan.
Tingkat pemadatan harus dimonitor dengan pengujian kepadatan
sesuai dengan AASHTO T191, dan bila hasil pengujian tersebut
menunjukkan kepadatan yang tidak memadai maka Penyedia barang
dan jasa harus melakukan pemadatan tambahan atau memperbaiki
pekerjaan tersebut sebagaimana diarahkan oleh konsultan
pengawas.
Selimut Drainase tipis (kurang daripada 200 mm) dari urugan kembali
dengan bahan-bahan berpori yang akan ditutup dengan timbunan
tanah hanya boleti dipadatkan secara nominal sebelum lapisan
pertama dari timbunan tanah ditempatkan diatasnya. Lapisan
timbunan tanah kemudian harus dipadatkan sepenuhnya sampai
urugan kembali dengan bahan berpori di bawahnya telah mencapai
kepadatan yang ditentukan.
Sebelum ditutupi dengan bahan-bahan lainnya, bahan-bahan
drainase porous harus dilindungi secara hati-hati gangguan lalu-lintas
atau pejalan kaki. Papan-papan kayu sementara mungkin perlu
diletakkan di atas selimut pasir untuk memungkinkan Para pekerja
melaluinya, dan lapisan pertama timbunan di atas bahan-bahan
berpori harus ditebarkan hati-hati dengan tangan untuk menghindari
bercampurnya kedua jenis bahan tersebut.
Perhatian harus diberikan untuk menjamin pencemaran yang minimal
terhadap urugan kembali dengan bahan-bahan berpori oleh tanah
atau timbunan yang berdampingan. Dimana, menurut pendapat
Konsultan Pengawas bahwa hal ini terjadi atau nampaknya akan
terjadi, maka suatu acuan harus digunakan untuk memisahkan kedua
bahan-bahan tersebut pada waktu penempatan. Acuan tersebut
harus terbuat dari pelat baja berukuran tebal 3 mm atau yang serupa
dan harus diangkat secara bertahap sewaktu pengurugan kembali
berlangsung. Acuan tersebut harus dikeluarkan seluruhnya dari
timbunan yang telah selesai.

b. Bahan Alas
Parit galian atau lubang pondasi untuk gorong-gorong pipa, saluran
beton, saluran bawah tanah atau pekerjaan lain yang memerlukan
suatu lapisan alas harus digali sesuai dengan Spesifikasi ini dan
suatu alas yang kokoh yang dipadatkan dengan merata dipersiapkan
menurut kelandaian yang diperlukan, dikurangi ketebalan yang
diperlukan untuk bahan-bahan lapisan alas.
Tebal alas untuk pipa-pipa harus tidak kurang daripada 10 % dari
diameter pipa, juga tidak kurang dari 50 mm untuk segala
pekerjaan.
Alas untuk pipa harus dibentuk menggunakan suatu mal setengah
lingkaran yang berdiameter sama dengan diameter luar pipa agar
cocok dengan bagian bawah pipa, sehingga akan memberikan
dukungan yang merata.
Bila pipa berlidah dan bersoket digunakan, maka ceruk-ceruk juga
harus digali untuk menampung sambungan yang bersangkutan.

c. Membran Saringan
Membran saringan harus dipasang sesuai dengan prosedur yang
diusulkan oleh pabrik dan sebagaimana diarahkan oleh konsultan
pengawas.

d. Pipa Berpori
Alas untuk pipa berpori harus dipersiapkan seperti diatas tetapi
menggunakan bahan-bahan urugan seperti yang ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (1), bukan bahan-bahan alas seperti yang ditentukan
dalam Pasal 2 ayat (2).
Pipa berpori tersebut harus ditempatkan pada alas yang telah
dipersiapkan dan diletakkan dengan hati-hati sehubungan dengan
alinyemen maupun kelandaiannya.Pipa-pipa tersebut
harusdisambung ujungnya dengan suatu jarak antara 1
sampai 5 m.
Sambungan tersebut harus dibungkus dengan suatu anyaman
saringan yang telah disetujui, sehingga memungkinkan lewatnya air
tetapi menahan bahan-bahan berpori yang digunakan untuk urugan.
Setengah bagian atas dari setiap sambungan selanjutnya harus
dilindungi dengan kertas, aspal atau bahan-bahan penutup yang tidak
akan lapuk lainnya. Setiap sambungan harus dikunci ditempat, tetapi
tidak direkat; dengan menggunakan sejumlah kecil adukan semen
yang ditempatkan pada salah satu sisinya.
Setelah pipa-pipa tersebtu diletakkan, diperiksa dan disetujui, maka
urugan dari bahan-bahan berpori harus ditempatkan dan dipadatkan.

e. Pembuatan Lubang Pembuangan Air (Weephole)


Dimana lubang pembuatan air perlu dibentuk menembus suatu
tembok atau konstruksi lainnya dengan tanpa memasang suatu pipa
atau acuan lainnya secara permanen ke bangunan yang
bersangkutan maka cara pembentukan lubang pembuangan air yang
digunakan harus mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen.
Semua bagian acuan yang tidak tahan lama harus dikeluarkan pada
waktu bangunan selesai. Lubang pembuangan air harus dibentuk
secara horizontal kecuali diarahkan lain oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
Pipa-pipa yang akan ditanam dalam beton sebagai lubang
pembuangan air, atau acuan lubang pembuangan air, harus ditahan
atau diikat dengan kuat selama pengecoran beton.
Lubang pembuangan air harus diberi jarak antara tidak lebih besar
dari 2 m dalam arch horizontal dan 1 meter dalam arch vertikal,
kecuali ditentukan atau diarahkan lain oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
Bila perlu dibuat kantong sar lubang pembuangan air, maka
bahanbahan penyaring harus dilanjutkan sampai ke dalam alas atau
urugan sejarak sekurang-kurangnya 300 mm dari ujung lubang
tersebut ke segala arah, kecuali ditentukan atau diarahkan lain
oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

3. GORONG-GORONG DAN BOX CCULVERT


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini akan terdiri dari konstruksi bate dari gorong-gorong pipa dan saluran
beton termasuk tembok kepala gorong-gorong, bangunan lubang pemasukan dan
lubang pengeluaran dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan
perlindungan terhadap erosi untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa
genangan, semuanya sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini dan pada
lokasi yang diunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Pekerjaan juga hares termasuk pemasangan saluran berlapis beton, dengan
pelat penutup dimana diperlukan, pada lokasi yang disetujui dan dimana air
rembesan dari saluran air yang tidak diperkeras dapat mengakibatkan ketidakstabilan
lereng pada timbunan.

2. Penetapan Titik Ukur Dan Lokasi Pekerjaan


Pada gambar pengukuran penampang memanjang yang diajukan dalam
spesifikasi ini, maka Penyedia barang dan jasa harus memperlihatkan, sebagai
tambahan untuk profit dasar saluran dari semua aliran dan saluran gorong-gorong
yang dilintasi oleh proyek tersebut, ketinggian dasar saluran bagian hulu dan bagian
hilir dan ukuran bagian dalam dari semua gorong-gorong yang ada. Gambar
Penampang memanjang yang ditandai demikian untuk setiap bagian kontrak
tertentu harus diajukan kepada Pelaksana Kegiatan sekurang-kurangnya
30 hari sebelum memulai tanggal rencana Penyedia barang dan jasa untuk
setiap pekerjaan gorong-gorong dalam seksi itu.
Penyedia barang dan jasa juga harus memeberi tanda pada gambar penampang
memanjang yang diusulkan mengenai panjang dan kelandaian semua selokan dan
saluran, balk yang diberi pasangan maupun tidak dan termasuk pula saluran beton.
Usulan yang telah ditandai harus dimaksudkan dalam setiap lokasi.
Dalam waktu 30 hari sejak penerimaan dari gambar penampang
memanjang, yang telah ditandai seperti diuraikan diatas untuk setiap seksi dari
Penyedia barang dan jasa maka Pejabat Pembuat Komitmen akan
menyetujui atau memperbaiki usulan Penyedia barang dan jasa untuk saluran
beton dan harus memberitahu Penyedia barang dan jasa secara tertulis
mengenai lokasi, sifat dan batas pekerjaan gorong-gorong yang diperlukan dalam
seksi itu.

3. Penjadwalan Kerja
Pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton tidak akan dimulai sebelum
persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen dilingkup pekerjaan yang
telah dikeluarkan. Drainase yang memuaskan harus berada dalam keadaan
berfungsi dan efektif sebelum suatu penggalian atau pekerjaan timbunan
dilaksanakan. Pada umumnya, pekerjaan-gorong-gorong diselesaikan
secara khusus sebelum pekerjaan timbunan dapat dimulai, kecuali dipasang
sementara adalah drainase yang memadai dan dijamin oleh Penyedia barang dan jasa.
Sesuai dengan ketentuan spesifikasi ini, maka tidak ada persiapan tanah dasar
atau pekerjaan pelapisan perkerasan, baik pada jalur kendaraan maupun pada
daerah bahu jalan, dapat dimulai sebelum gorong-gorong, tembok kepala gorong-
gorong dan bangunan Iainnya dibawah permukeen tanah dasar telah diselesaikan.

4. Box Culvert
Pekerjaan box culvert atau saluran beton tidak akan dimulai sebelum persetujuan dan
memenuhi ketentuan berikut :

Box culvert dan pelat harus dibuat sesuai dengan bentuk dan dimensi yang diberikan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas. Seluruh
pekerjaan beton bertulang hares remenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi Beton dan Spesifikasi Baja Tulangan. Seluruh pekerjaan pasangan batu
harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Pasangan Batu
Adukan.

5. Gorong-Gorong Pipa Logam Gelombang


Pipa logam bergelombang (corrugated) dapat dirakit di lokasi
penempatannya atau dirakit di dalam galian parit yang telah disiapkan. Pipa
logam bergelombang (corrugated) yang telah dirakit lebih dahulu hares
diturunkan ke tempatnya dengan tali baja (slings) dan pipa tidak boleti terlalu
panjang karena dapat menyebabkan tertekuknya sambungan. Perhatian
khusus harus diberikan untuk menghindari kerusakan pada ujung pipa dan
kemungkinan jatuhnya pipa selama pengangkutan dan pemasangan. Semua pipa
logam bergelombang (corrugated) yang telah dirakit harus dibaut dengan
tepat dan alur sambungan harus terpasang dengan benar untuk menghindari
adanya regangan yang bertebihan.

6. Perbaikan Pekerjaan yang Kurang Mem uaskan


Pekerjaan pengukuran yang menunjukkan profit permukaan yang ada atau yang
telah dibangun, permukaan lantai dasar atau ukuran gorong-gorong yang ada
harus diulangi sebagaimana diperlukan untuk memperoleh suatu catatan yang
teliti mengenai kondisi fisik sehingga memuaskan Pejabat Pembuat Komitmen.
Setiap pekerjaan konstruksi tambahan yang diakibatkan oleh kesalahan atau
ketidak cocokan data-data yand dipertihatkan pada gambar penampang
memanjang yang diajukan harus dilaksanakan oleh Penyedia barang dan jasa atas
biaya sendiri. Semua pekerjaan dan bahan-bahan untuk konstruksi gorong-
gorong maupun saluran beton harus sesuai dengan toleransi dimensi dan sesuai
dengan berbagai ketentuan. Untuk memperbaiki pekkerjaan yang kurang
memuaskan yang diberikan dalam seksi-seksi sepesifikasi ini dan relevan
dengan pekerjaan atau bahan-bahan yang bersangkutan.

7. Persiapan Tempat Kerja


Penggalian dan persiapan parit serta pondasi untuk saluran beton dan gorong-
gorong harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Bahan-bahan alas harus
ditempatkan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.

8. Penempatan Pipa Gorong-Gorong


Pipa-pipa harus diletakan dengan hati-hati, nap atau ujung berulir ke arah hulu, (klep
spigot) atau Ujung berlidah dimasukan seluruhnya kedalam nap atau alur-alur yang
berdampingan, dan tepat menurut garis maupun kelandaian yang dipersyaratkan.
Sebelum bagian-bagian pipa selanjutnya diletakkan, maka setengah bagian bawah
nap tersebut sebelumnya harus diberi adukan semen pada sisi dalam dengan
ketebalan yang cukup sehingga permukaan sebelah dalam dari pipa berikutnya
rapat dan rata. Pada waktu yang sama setengah bagian atas dari lidah pipa
berikutnya harus diberi adukan sama. Setelah pipa tersebut diletakkan, maka sisa
sambungan harus diisi dengan adukan dan tambahan yang cukup untuk membentuk
sebuah selimut disekeliling sambungan tersebut. Bagian dalam dari sambungan
dibersihkan dan dirapikan sampai halus. Adukan pada bagian luar harus dibiar
lembab selama dua hari atau hingga Pejabat Pembuat Komitmen mengijinkan urugan
kembali dimulai. Pengurugan kembali dan pemerataan disekitar dan diatas
pipa gorong-gorong harus dilaksanakan, dengan menggunakan bahanbahan
yang sesuai dengan persyaratan yang diberikan untuk timbunan pilihan.
Bahan-bahan tersebut harus terdiri dari tanah dan kerikil yang bebas dari gumpalan
tanah fiat dan bahan-bahan organik serta tidak mengandung batu-batu yang akan
tertanam pada suatu saringan 25 mm. Timbunan harus dilaksanakan sampai
ketinggian minimum 300 mm diatas puncak pipa dan untuk jarak minimum 1,5 x
diameter dari sumbu pipa ke salah satu sisi, kecuali didalam suatu parit. Perhatian
khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa urugan kembali dibawah
selubung pipa harus cukup padat. Alat berat untuk memindahkan dan memadatkan
tanah tidak boleh beroperasi lebih dekat dari 1,50 meter hingga gorong-gorong telah
tertutup dengan material pilihan dengan kedalaman sekurang-kurangnya 600
mm diatas puncak pipa-pipa tersebut. Alat ringan boleh dioperasikan
didalam batas-batas diatas asal saja urugan kembali telah ditempatkan dan
dipadatkan serta memberikan suatu perlindungan minimum 300 mm diatas bagian
atas pipa. Meskipun demikian, Penyedia barang dan jasa harus bertanggung javvab
dan harus memperbaiki setiap kerusakan yang diakibatkan operasioperasi
tersebut. Pipa-pipa harus diselimuti dengan beton sesuai dengan perincian
yang terlihat pada gambar atau sebagairnana diarahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen bila ketebalan lapis perlindungan yang ditempatkan lebih dari
pada maksimurn atau kurang dari pada minimum sebagaimana ditunjuk pada
gambar atau spesifikasi pabrik pipa untuk ukuran dan kelas tertentu.

9. Kepala Gorong-Gorong
Kecuali diperlihatkan sebaliknya pada gambar, maka pekerjaan Iantai olak dan
perlindungan erosi yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong harus
dibuat dengan menggunakan pasangan batu adukan. Pada umumnya pekerjaan
pasangan batu adukan juga harus digunakan untuk tembok kepala gorong-
gorong kecil dan bangunan lainnya yang tidak diperlukan untuk memikul
beban konstruksi yang berat. Tembok kepala gorong-gorong besar atau dibawah
timbunan yang tinggi, atau bangunan pendukung beban lainnya yang berhubungan
dengan perkerjaan gorong-gorong harus dibuat dengan pasangan batu, atau bila
pembebanan cukup tinggi, dengan beton bertulang. Bahan-bahan yang akan
digunakan harus sesuai yang diarahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, dan harus
memperhitungkan kualitas dan bentuk dari bate yang tersedia untuk pekerjaan
pasangan batu, dan juga ketrampilan dari tukang batu yang mengerjakan.

10.Pengukuran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran gorong-gorong pipa beton bertulang
maupun tanpa tulangan haruslah jumlah meter panjang dari pipa baru atau
perpanjangan yang dipasang, yang diukur dari ujung ke ujung pipa yang dipasang.
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran gorong-gorong pipa logam gelombang
(corrugated) haruslah jumlah ton dari struktur pipa bare atau perpanjangan yang
dipasang dan diterima oleh Pemberi Tugas. Kuantitas yang diukur untuk struktur
lainnya yang diuraikan disini haruslah kuantitas dari berbagai macam bahan yang
digunakan, yang dihitung seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Kecuali untuk
galian batu dan bahan drainase porous yang digunakan, tidak ada pengukuran
yang terpisah untuk pembayaran akan dilakukan untuk pekerjaan galian atau
timbunan, biaya pekerjaan ini dipandang sebagai pelengkap untuk
melaksanakan pekerjaan gorong-gorong pipa dan sudah termasuk dalam harga
penawaran untuk gorong-gorong pipa termasuk berbagai macam bahan
yang digunakan dalam pelaksanaan.

11. Pembayaran
Kuantitas gorong-gorong pipa yang diukur sebagaimana yang disyaratkan di
atas, harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan meter panjang untuk
gorong-gorong pipa beton dan per kg untuk gorong-gorong pipa baja, dimana
harga dan pembayaran tersebut haruslah merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan dan untuk semua
galian dan pembuangan bahan, pemadatan, cetakan, penimbunan kembali,
lubang sulingan, dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan atau biasanya perlu
untuk penyelesaian pekerjaan ini.

GEBALAN RUMPUT

1. Umum
1.1 Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lempengan-lempengan rumput
sebagaimana diperlukan dan menanamnya untuk memberikan suatu lapisan
rumput yang mantap dan subur yang akan mempertahankan
pertumbuhannya dalam setiap cuaca dan mencegah erosi dari lahan dimana
gebalan rumput ditanam.

1.2 Pengajuan
Ajukan satu contoh dari satu meter persegi lempengan rumput yang diusulkan.

1.3 Bahan-Bahan
a. Rumput
Rumput harus dapat menahan kelembaban untuk perlindungan juga
memudahkan perawatan dan rumput dalam lempengan yang akan
digunakan pada suatu tempat lokasi harus mampu menstrabilisir lereng-lereng
secara efektif dan harus merupakan jenis-jenis yang berasal dari daerah
tersebut serta harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Rumput
harus tebal, memiliki perakaran yang baik, mengandung 100%
Axonopus compressus yang tumbuh pada lahan yang akan digunakan,
harus bebas dari gulma. Lempengan rumput ini harus tidak berbahaya dan
tidak merusak pada orang dan binatang dan tidak dari suatu jenis yang
diakui sebagai suatu gangguan terhadap pertanian. Ini harus bebas dari
penyakit maupun rumput berbahaya dan harus berakar dalam.

b. Pupuk
Pupuk harus merupakan suatu campuran yang disetujui dari bahan-bahan
penyubur tanaman.

Anda mungkin juga menyukai