Oleh :
Pembimbing :
dr Iswahyuni
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 1
Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah salah satu panca indra yang penting bagi manusia, melalui
mata manusia mendapatkan informasi visual yang digunakan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Tetapi banyak sekali gangguan terhadap penglihatan mulai
dari yang ringan hingga yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut
WHO diperkirakan sekitar 1,3 miliar orang hidup dengan beberapa gangguan
penglihatan. Ada sebanyak 188,5 juta orang yang mempunyai gangguan
penglihatan ringan dan 217 juta mempunyai gangguan penglihatan sedang dan
berat seta 36 juta orang buta. Penyebab gangguan penglihatan yang banyak
didunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, katarak dan glukoma.
Sedangkan penyebab kebutaan didunia adalah katarak, glukoma dan age related
macular degeneration. Berdasarkan survai kebutaan tahun 1993 di Indonesia
mencapai 1,5 % dari seluruh populasi.
Masalah gangguan mata pada lanjut usia itu penting karena akan
mengganggu aktivitas sehari-hari seperti membaca dan menonton televise dan
melakukan kegiatan sehari-hari diluar rumah. Karena kebanyakan lanjut usia
merasa tidak percaya diri sehingga membuat lanjut usia tidak mau melakukan
kegiatan sehari-hari diluar rumah. Sehingga topik mengenai gangguan
penglihatan pada lanjut usia penting karena mempengaruhi kuwalitas hidup lanjut
usia.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 2
Page 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak
2.1.1. Definisi Katarak
Katarak berasal dari Bahasa yunani katarrhakies, inggris cataract dan latin cataract yang berarti
air terjun. Dalam Bahasa Indonesia disebut penglihatan seperti seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah adalah suatu keadaan yang terjadi karena akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa terjadi akibat keduanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit lanjut usia, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan konginital atau penyulit penyakit mata local yang lain.
2.1.2 Epidemiologi
Berbagai studi cross sectional melaporkan prevalensi katarakpada individu yang berusia 65-74
thun adalah sebanyak 50%, prevlensi ini meningkat hingga 70% pada individu datas 75 tahun.
2.1.3 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak lebihcepat
seperti :
Diabetes
Radang mata
Trauma mata
Riwayat keluarga dengan katarak
Pemakaian seteroid lama
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 3
Page 3
Merokok
Pembedahan mata lainnya
Terpajan banyak sinar ultra violet
Terdapat klasifikasi katarak berdasarkan usia yaitu:
1. katarak konginital adalah katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senelis adalah katarak usia 50 tahun
2.1.4 Patofisiologi Katarak Senilis
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapt pada usia lanjut yaitu usia diatas 50
tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Konsep penuaan :
Imunologi dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologi yang
mengakibatkan kerusakan sel.
Teori “Cross-link” ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat
dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada lanjut usia
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiop
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granuler
2. Epitel-makin tipis
Sel epitel germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
3. Serat lensa
Lebih ireguler
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nucleus ( histidine, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna
coklat protein lensa nucleus mengandung histidine dan triptofan disbanding
normal.
Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tingi dan menghalangi
fotooksidasi, serat tidak banyak mmengubah protein pada serat muda.
2.1.5 Gejala
Secara umum Pasien dengan katarak mengeluh, gangguan penglihatan berupa :
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 4
Page 4
Merasa silau
Berkabut, berasap
Sukar melihat dimalam hari dan penglihatan meredup
Melihat ganda
Melihat warna terganggua
Melihat halo disekitar sinar
Penglihatan menurun
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu : insepien, imatur, intumesen,
matur dan Morgagni.
1. Katarak insepien
Akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior
dan posterior( katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks. Katarak
subkapsuler posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsuler posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative ( benda Morgagni)
pada katarak inspisien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang lama.
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenerative menyerap
air. Masuknya air kecelah mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan mendorong
sehingga billik mata menjai dangkal dibandingkan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan menjadi penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikuler. Pada keadaan ini akan terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel sserat lensa.
3. Katarak imatur adalah katarak yang mempunyai sebagan lensa keruh dan belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Terdapat bertambahnya volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lnsa yang degeneratif. Padaa keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glukoma
skunder.
4. Katarak matur adalah kekeruhan yang telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat deposisi ion ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumusen tidak
dikeluarkan aka cairan akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi
lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normalkembali, tidak terdapat
bayangan iris dilensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negative.
5. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras, llembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 5
Page 5
6. Katarak morggagni adalah katarak lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperrlihatkan
bentuk sebagai kantung susu disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat .
7. Katarak brunsen adalah katarak berwarna coklat sampai hitam ( katarak nigra) terutama
pada nucleus lensa, dapat terjadi juga pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Sering terjadi pada usia 65 tahun dan belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
superior.
2.1.7 Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis katarak maka diperoleh dari gejala dan faktor resiko serta dari hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 6
Page 6
2.1.8 Penatalkasanaan
Pengobatan dalam katarak adalah pembedaha. Metode oprasi yang umum dilakukan adalah
meninggalkan bagia posterior kapsul lensa sehingga dikenal dengan ekstrasi katarak
ekstrakkapsuler. Penanaman lensa intraokuler merupakan bagian dari prosedur ini, insisi dibuat
pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat saluran pada kapsul
anterior, dan nucleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokuler ditempatkan
pada kantong kapsular yang sudah kosong, disanggah oleh kapsul posterior utuh. Prosedur ini
memerlukan insisi lebih besar.
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrasi katarak ekstrakapsular yang paling sering digunakan.
Menggunakan vibrator teknik genggam untuk menghancurkan nucleus yang keras hingga
substansi nucleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi 3 mm, cukup untuk
memasukan intraokuler lensa yang dapat dilipat. Keuntungannya kondisi intraoprasi lebih
terkendali, menghindari penjahitan dan perbaikan luka lebih cepat.
Oprasi pengangkatan intrakapsular adalah suatu tindakan pengangkatan lensa berikut kapsulnya
jarang dilakukan. Dapat menyebabkan ablasio retina.
2.1.9 Prognosis
Prognosis penglihatan pasien katarak anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik
prognosis katarak terkait usia. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan pascaoprasi
paling buruk pada katarak konginital unilateral dan yang paling baik pada katarak bilateral
inkomplit progresif lambat.
2.2. Glukoma
2.2.1 Dfinisi
Glukoma berasal dari Bahasa yunani glaukos yang berarti hiju kebiruan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada pupil penderita glukoma. Kelainan mata glukoma ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optic, menciutnya lapang pandang.
2.2.2 Epidemiologi
Hampir 60 juta orang terkena. Diperkirakan 3 jutta penduduk Amerika Serikat terkena glukoma,
diantara kasus-kasus tersebut, sekitar 50 % tidak terdiagnosa. Sekitar 6 juta orang mmengalami
kebutaan akibat glukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika, menjadikan penyebab utama
kebutaan yang dapat dicegah di amerika.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 7
Page 7
2.2.3 Etiologi
Penyakit glukoma disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler yang dikarenakan oleh
gangguan aliran keluar aquoas humor akibat system drainase bilik mata depan ( glukoma sudut
terbuka) dan gangguan akses aquos humor ke sistem drainase. Klasifikasi glukoma menurut
buku Vaugen dibagi atas:
1. Glukoma primer
Glukoma sudut terbuka primer
Glukoma sudut tertutup
2. Glukoma konginital
Glukoma konginital primer
Glukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata
Glukoma yang berkaitan dengan perkembangan ekstraokuler
3. Glukoma sekundr
Glukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
Akibat kelainan lensa
Akibat kelainan traktus uvea
Sindrom iridokorneoendotelial
Pasca oprasi
Glukoma neourovaskuler
Peningkatan tekanan vena episklera
Akibat steroid
4. Glukoma absolut adalah hasil akhir glukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang
keras, tidak dapat melihat dan sering nyeri.
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glukoma adalah apoptosis sel ganglion retina
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus opticus. Diskus optikus menjadi atrofi, disertai pembesaran
cawan optic. Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glukoma sudut tertutup akut
tekanan intraokuler mencapai 60-80 mmhg, menimbulkan kerusakan iiskemik akut pada iris
yang disertai edema kornea dan kerusakan nervus opticus. Sedangkan mekanisme
peningkatan tekanan intraokuler pada glukoma sudut terbuka primer biasanya tidak
meningkat lebih dari 30 mmhg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama,
sering setelah beberapa tahun.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 8
Page 8
2.2.5 Gejala
Gejala glukoma sudut terbuka terdapat peninggian tekanan bola mata berjalan secara
perlahan disertai dengan tekanan saraf optic tidak tersa sakit berat dan penglihatan turun
perlahan. Penglihatan menurun sehingga diketahui sudah terlambat dengan penglihatan sudah
berbentuk trowong (funnel) berakhir dengan kebutaan. Sedangkan gejala pada glukoma sudut
tertutup akut akan terasa sakit yang berat dengan tekanan bola mata yang tinggi, penglihatan
berkabut dan menurun, enek dan muntah, mata merah dan bengkak.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 9
Page 9
Fasilitas aliran keluar aquos humor adalah analog prostaglandin yaitu larutan bimatoprost
0,003%, latanoprost 0,005% dan travopost 0,004% masing-masing sekali setiap malam
dan larutan unoprostone 0,15% dua kali sehari meningkatkan pengeluaran aquos humor
melalui uveosklera. Obat lini pertam .
Obat parasimpatomimetik meningkatkan pengeluaran aquos humor dengan bekerja pada
anyaman trabekula melalui kontraksi otot siliaris.
2.2.10 Prognosis
Tanpa pengobatan glukoma sudut terbuka dapat berkembang secara perlahan sehingga
menimbulkan kebutaan total. Bila obat tetes antiglukoma dapat mengotrol tekanan intraokuler
mata yang belum mengalami kerusakan glukomatosa luas prognosisnya baik.
3.1 Presbiopia
3.1.1Definisi
Presbiopia adalah kehilangan daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
pada semua orang. Seseorang dengan mata emitrop ( tanpa kesalahan refraksi ) akan mulai
merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang
terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 thun. Hal ini semakin buruk pada cahaya temaram
dan biasanya lebih nnyata pada pagi hari atau saat subjek lelah geala-gejala ini meningkat pada
sampai usia 55 tahun, menjadi stabil dan menetap.
3.1.2 Etiologi dan Patofisiologi
gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi karena akibat:
1.kelemahan otot akomodasi
2. lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa.
3.1.3.Gejala
akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan memberikan
keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas
3.1.4. Tatalaksana
Presbiopia dikoreksi dengan lensa plus untuk mengatasai daya focus otomatis lensa yang hilang.
Kaca mata baca memiliki koreksi dekat diseluruh apartura kaca mata, sehingga kaca mata baik
untuk mmembaca, tetapi mmembuat benda-benda jauh jadi kabur. Sehingga dibutlah kaca mata
yang separuh atas tidak dikoreksi untuk melihat jauh biasa disebut kaca mata bifokus.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 10
Page 10
4.1 Age- related maculr degeneration
4.1.1 Definisi
Suatu penyakit progresif multifactorial kompleks yang dipengaruhi oleh genetik dan
lingkungan.
4.1.2 Epidemiologi
Kerentanan genetic yang melibatkan jalur komplemen dan faktor-faktor resiko
lingkungan, seperi usia, ras kulit putih dan merokok. Insiden diantara populasi kulit
putih selama 10 tahun kira-kira 11,5% untuk AMD dini dan 1,5% untuk AMD lanjut.
4.1.3 Patofisiologi
terdapat adanya degenerasi epitel pigmen retina yang berhubungan dengan stress
oksidatif. Perubahan di matriks ekstraseluler yang berbatasan dengan membrane
bruch dan pembentukan deposit-deposit subretina adalah dasar dari perkenbangan
penyakit ini. Penebalan difus di membrane bruch secara progresif akan menurunkan
kemampuan oksigen untuk menembus epitel pigmen retina dan fotoreseptor. Hipoksia
yang terjadi menyebabkan tumbuhnya faktor-faktor pertumbuhan dan sitokin, yang
merangsang pertumbuhan koroid baru. Timbulnya daerah berdefek di membrane
bruch memungkinkan pembuluh-pembuluh bar uterus tumbuh kedlam ruang subretina
diantara epitel pigmen retina dan retina, membentuk suatu membrane neurovaskuler
koroid. Pembuluh baru tersebut mengalami kebocoran cairan serosa dan darah
menimbulkan distorsi dan berkurangnya kejernihan penglihatan sentral. Selain itu
penurunaan penglihatan dapat terjadi akibat perkembangan proses degenerative
menuju kematian sel dan atrofi epitel pigmen retina.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 11
Page 11
4.1.4 Tatalaksana
Terapi vitamin dan antioksidan oral yang terdiri atas vitamin C (500mg) vitamin
E (400 IU), betacaroten 14 mg, seng 80 mg dan tembaga. Setiap harinya akan
menurunkan resiko perburukan menuju degenerasi macula terkait usia lanjut.
Terapi laser retina konvensional dapat menyebabakan kerusakan langsung pada
membrane neurovascular.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 12
Page 12
Daftar Pustaka
1. https://www.who.int/-room/fact-sheet/detail/blindness-and-visual-impairment
2. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta, Sp.M. Ilmu penyakit mata. Edisi kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2014
3. Eva, FRCS.FIRCOpht.Riordan paul. vaughon danAsbury oftamologi umum. Edisi17
penerbit buku kedokteran EGC. Oxford university. 2017.
Kepaniteraan Ilmu Geriatri Panti Wredha Kristen Hana Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 13
Page 13