PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar atau belajar terdapat suatu sistem yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan agar apa yang disampaikan dapat diterima
oleh para murid-murid. Di indonesia sering terjadi perubahan sistem yang dipakai
dalam proses pembelajaran, hal ini dailakukan agar hasil yang didapat dalam kegiatan
pembelajaran dapat semaksimal mungkin. Model perencanaan pembelajaran yang
ideal yang pernah diterapkan di Indonesia pasti pernah mengalami perubahan. Hal ini
dikarenakan kebutuhan masing-masing individu yang berbeda-beda.
Alasan tersebut yang mendasari terjadinya perubahan dalam pengunaan model
perencanaan pembelajaran yang diterapkan di indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan model perencanaan IDI(Instructional
Development Institute)?
2. Jelaskan langkah-langkah dalam penerapan model perencanaan
IDI(Instructional Development Institute)?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari model perencanaan IDI (Instructional
Development Institute)
2. Dapat mengetahui tentang langkah-langkah dari model perencanaan IDI
(Instructional Development Institute)
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://www.bungsucikal.com/2011/06/model-pembelajaran-intructional.html
2
Drs. Mudhoffir, 1996, Teknologi Instruksional,(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya), hal 46
2
B. Langkah-langkah Model Perencanaan IDI (Instructional Development Institute)
Adapun bagan dari langkah-langkah dari model perencanaan IDI
(Instructional Development Istitute) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 Fungsi 1 Fungsi 2 Fungsi 3
3
Pengembangan instruksional model IDI, sebagaimana model-model yang lain,
menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem. Istilah sistem adalah suatu konsep
yang abstrak.3 Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat
komponen atau unsure-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Ada tiga tahapan besar pendekatan sistem, yaitu penentuan (define), pengembangan
(develop), dan evaluasi (evaluate). Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan
umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi. Selanjutnya tiap tahapa tersebut
terbagi lagi kedalam tiga fungsi atau langkah, sehingga kita dapati 9 fungsi atau
langkah. 4
Perbedaan
Kebutuhan
Masalah
3
Oemar malik, 2002, perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, (Jakarta, Bumi aksara) hal 1
4
Drs. Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta) hal 30
4
Perbedaan atau discrepancy tersebut menyebabkan adanya kebutuhan
untuk memperdekat atau, kalau mungkin menghilangkannya. Ini berarti pula
tibul masalah.
Contoh:
a. Analisis kebutuhan :
b. Menentukan prioritas:
c. Merumuskan masalah:
5
Oleh karena mereka berbeda-beda, maka kegiatan instruksional yang
kita sajikan hendaknya kita sesuaikan dengan kekhususan kekhususan
tersebut. Informasi tentang siswa yang perlu kita cari dalam
mengembangkan program instruksional anatara lain meliputi jumlah,
jenis kelamin, latar belakang akademis, latar belakang social-budaya-
ekonomi, gaya belajar, motivasi, dan pengalaman atau pengetahuannya
di tingkay atau bidang yang akan dipelajari.
b. Tanggung jawab:
5
Drs. Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta) hal 132-134
6
b. Tahap II : Pengembangan dengan fungsinya :
a. Materi : bagaimanakah urutn isi atau bahan yang akn kita sajikan? Apakah
akan kita pakai pendekatan yang bersifat induktif (dari hal-hal yang khusus
atau contoh-contoh ke hal yang umum atau generalisasi) ataukan bersifat
deduktif (dari hal yang umum kekhusus)
7
c. Media: teknologi instruksional apa yang kita pilih sesuai dengan karakteristik
siswa dan situasi kondisi disini? Apakah kita pakaii ceramah, field trip,
diskusi, tugas individual, praktikum, dan sebagainya?
Pada tahap ini juga instrument evaluasi perlu disusun. Antara TIK dengan
bahan evaluasi harus terdapat kaitan yang erat karenaevaluasi bertujuan utnuk
mengetahui apakah TIK telah tercapai atau belum. Pada tahap ini pula, media
yang diperlukan tetapi belum ada, harus dibuatkan propotipenya.6
Hasil uji coba perlu dianalisis. Tiga hal yang perlu disoroti:
b. Metode: apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut mengingat karakteristik siswa seperti yang
telah diidentifikasi?
6
Drs. Mudhoffir, 1996, Teknologi Instruksional,(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya), hal
hal 49 - 50
8
c. Teknik evaluasi: apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrument
evaluasi? Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu
dievaluasi?7
7
Drs. Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta) hal 135-136
8
Drs. Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta. Bumi Aksara) hal
43
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Model IDI dikembangkan oleh University Consortium for Instructional
Development and Technology (UCIDT) yang terdiri dari University of Sourthern
California (USC). International University di San Diego, Michigan State University
(MSU), Syracuse University, dan Indiana University. Sejak mulai dikembangkannya,
model ini telah dicobakan dengan berhasil di lebih dari 344 institusi pendidikan di
Amerika Serikat dan di Negara-negara Asia atau Eropa.
Model IDI ini memiliki keberhasilan yang sangat optimal dalam memecahkan
pembelajaran peserta didik, dan para ahli mengakui bahwa model pembelajaran ini
sebagai hasil rekayasa pembelajaran yang sangat matang. Langkah-langkah dari
model perencanaan IDI ada tiga yaitu:
1. Kegiatan penentuan masalah dan pengorganisasian alat untuk
memecahkan masalah, meliputi kegiatan: analisis kebutuhan
mahasiswa, identifikasi karakteristik mahasiswa
2. Kegiatan analisis dan pengembangan pemecahan masalah, meliputi
kegiatan: perumusan tujuan instruksional, analisis tugas dan
jenjang belajar, strategi instruksional, pemilihan media dan
pengembangan prototipe
3. Kegiatan evaluasi pemecahan masalah, meliputi kegiatan: uji coba,
review dan revisi, implementasi, serta evaluasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bungsucikal.com/2011/06/model-pembelajaran-intructional.html
Drs. Mudhofir, M. Sc. 1996. Teknologi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Drs. Slamaeto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta:
Bumi Aksara
11