Anda di halaman 1dari 6

Nama Kelompok :

 M. Fauzan (19)
 Nurwahidin (27)
 Adinda Dwi V. (01)
 Diana Risky W. (11)
 Najwa Mutia (23)
 M. Andika Y. (18)
TAHUN AJARAN 2019/2020
Ustadz Muh Doing
MASJID AL-HIJRAH

A.Qurban
Syariat qurban berawal dari Nabi Ibrahim a.s. ketika mendapat wahyu lewat mimpinya
supaya menyembelih putranya yang bernama Ismail a.s. Perintah itu sebagai bentuk ujian
dari Allah swt kepada Nabi Ibrahim a.s. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ketika belum
mempunyai anak, Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata berkaitan dengan qurban. Beliau
mengatakan, ”Jangankan harta benda, anak pun kalau saya punya, saya mau
menqurbankannya. Setelah mempunyai anak, perkataan itu ditagih oleh Allas swt, karena
ketaqwaannya Nabi Ibrahim a.s. memenuhi permintaan Allah swt. Meskipun Ismail diganti
dengan seekor Kibas. Inilah awal mulanya di Syariatkannya Qurban.
Setiap Muslim pasti menginginkan anak yang shaleh dan shalehah, berbakti kepada orang
tua, agama, bangsa, dan Negara. Usaha untuk menjadikan anak shaleh dan shalehah, antara
lain dengan memberii bekal, ilmu pengetahuan yang cukup. Salah satu hal yang tidak kalah
penting tugas kedua orang tua kepada anak adalah memberikan nama yang baik bagi
anaknya yang lahir. Nah dalam hal ini proses pemberian nama lebih dikenal dengan Aqiqah.

1. Pengertian Qurban
Qurban berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata : qaruba – yaqrabu – qurban wa
qurbaanan. Artinya, “dekat” atau “mendekatkan diri”, mendekati atau menghampiri.
Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun. Dengan niat ibadah guna
mendekatkan diri kepada Allah swt. Hewan yang digunakan untuk qurban adalah binatang
ternak, seperti kambing, sapi, dan unta.
Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-
dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu
matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-
kira pukul 07.00 – 10.00. Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang
disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri)
kepada Allah

syarat-syarat binatang/hewan untuk dijadikan qurban adalah :


1. Jenis Hewan
Hewan yang boleh dijadikan qurban adalah : unta, sapi, dan kambing (atau domba). Selain
tiga hewan tersebut, misalnya ayam, itik, dan ikan, tidak boleh dijadikan qurban (Sayyid
Sabiq, 1987; Al Jabari, 1994). Allah SWT berfirman :
“…supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak (bahimatul an’am) yang
telah direzekikan Allah kepada mereka.” (TQS Al Hajj : 34)
Dalam bahasa Arab, kata bahimatul an’aam (binatang ternak) hanya mencakup unta, sapi,
dan kambing, bukan yang lain (Al Jabari, 1994).
Prof. Mahmud Yunus dalam kitabnya Al Fiqh Al Wadhih III/3 membolehkan berkurban
dengan kerbau ( jamus), sebab disamakan dengan sapi.
2. Jenis Kelamin
Dalam berqurban boleh menyembelih hewan jantan atau betina, tidak ada perbedaan, sesuai
hadits-hadits Nabi SAW yang bersifat umum mencakup kebolehan berqurban dengan jenis
jantan dan betina, dan tidak melarang salah satu jenis
3. Umur
Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, dianggap mencukupi, berqurban dengan kambing/domba
berumur satu tahun masuk tahun kedua, sapi (atau kerbau) berumur dua tahun masuk tahun
ketiga, dan unta berumur lima
4. Kondisi
Hewan yang dikurbankan haruslah mulus, sehat, dan bagus. Tidak boleh ada cacat atau
cedera pada tubuhnya. Sudah dimaklumi, qurban adalah taqarrub kepada Allah. Maka
usahakan hewannya berkualitas prima dan top, bukan kualitas sembarangan
Berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan :
1) yang nyata-nyata buta sebelah,
2) yang nyata-nyata menderita penyakit (dalam keadaan sakit),
3) yang nyata-nyata pincang jalannya,
4) yang nyata-nyata lemah kakinya serta kurus,
5) yang tidak ada sebagian tanduknya,
6) yang tidak ada sebagian kupingnya,
7) yang terpotong hidungnya,
8) yang pendek ekornya (karena terpotong/putus) ,
9) yang rabun matanya.

Syarat-syarat Orang yang menyembelih :

a) Islam, penyelembelihan yang dilakukan oleh orang non-Islam adalah tidak sah.
b) Berakal sehat, penyelembelihan yang dilakukan orang gila tidak sah.
c) Mumayyiz
d) Berdo’a

Syarat-syarat Alat yang digunakan untuk menyelembelih :


a) Alat yang digunakan tajam, tidak runcing dan tidak tumpu,·
b) Tidak menggunakan kuku, gigi, dan tulang
c) Terbuat dari besi, baja, batu, dan kaca

Sunnah Menyembelih Hewan Qurban :

a) Memotong dua urat yang ada dikiri kanan leher, agar lekas matinya.
b) Binatang yang disembelih itu, hendaklah dimiringkan ke sebelah rusk kirinya, supaya
mudah bagi orang yang menyembelihnya.
c) Dihadapkan ke Kiblat.
d) Membaca bismillah dan shalawat atas Nabi saw.
e) Orang yang berkurban sendiri disunnatkan menyembelihnya, dan jika ia wakil
menyembelihkannya, maka disunnatkan ia hadir ketika menyembelih.

Teknis penyembelihan :
a) Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan posisi
mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa ” Robbanaa taqabbal
minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Artinya : Ya Tuhan kami, terimalah kiranya
qurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.)
b) Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu
tidak menggerak-gerakkan kepalanya atau meronta.
c) Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : “Bismillaahi Allaahu
akbar.” (Artinya : Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). (Dapat pula ditambah
bacaan shalawat atas Nabi SAW. Para penonton pun dapat turut memeriahkan dengan
gema takbir “Allahu akbar!”)
d) Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya qurban diterima Allah) yaitu :
“Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min ….” (sebut nama orang yang
berkurban). (Artinya : Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Ya
Allah, terimalah dari Misal Fauzan)

Hal-hal Yang Dapat Memakruhkan Hewn Qurban :


a) Menggunakan pisau yang tidak tajam

Sangat dianjurkan untuk menggunakan pisau yang tajam untuk mempermudah proses
penyembelihan. Karena salah satu kesalahan dalam ibadah qurban ialah membiarkan hewan
kurban tersakiti terlalu lama dengan pisau yang tidak tajam.
Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ش ْف َرت َهُ فَ ْليُ ِرح‬ ِ ْ‫سنُوا ا ْل ِقتْلَةَ َوإِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم فَأَح‬


َ ‫سنُوا الذَّبْح َو ليُ ِح َّد أ َ َح ُد ُك ْم‬ ِ ْ‫علَى ُك ِ ِّل ش َْىءٍ فَ ِإذَا قَت َ ْلت ُ ْم فَأَح‬
َ َ‫سان‬
َ ْ‫اإلح‬
ِ ‫ب‬َ َ ‫َّللاَ َكت‬
َّ َّ‫ْْإِن‬
ُ‫ذبِي َحتَه‬ َ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) dalam segala hal. Jika kalian
membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan
ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.”

b) Menyembelih hewan di hadapan hewan lainnya

Saat menyembelih hewan sebaiknya tidak dilakukan di hadapan hewan lainnya. Karena hal
itu dapat menyakiti mereka.

c) Mematahkan leher sebelum disembelih

Dengan sengaja menyakiti hewan sembelihan dengan mematahkan lehe atau kepalarnya
termasuk hal yang dimakruhkan. Pahamilah cara menyembelih hewan qurban sesuai syariah
Islam agar nilai hewan hasil sembelihan tersebut sempurna.

d) Menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihan

Bila ingin menajamkan pisau untuk penyembelihan, maka lakukan hal itu jauh dari hadapan
hewan sembelihan. Proses pengasahan pisau yang dilakukan di hadapan hewan sembelihan
dengan sengaja dapat menyakiti mereka dan membuat mereka takut.

Apakah Boleh Perempuan Menyembeli Hewan Qurban :


Dibolehkan bagi wanita menyembelih hewan sebagaimana laki-laki berdasarkan
beberapa hadits shahih. Dan dibolehkan juga memakan dagingnya, dengan syarat wanita
tersebut muslimah atau ahlul kitab dan dia melakukan penyembelihan tersebut secara syar’i
walaupun laki-laki yang mampu menyembelih ada, sebab tidak adanya laki-laki bukan
menjadi syarat halalnya sembelihan wanita tersebut.

“SELESAI”

Anda mungkin juga menyukai