Anda di halaman 1dari 11

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian snack bar ubi ungu dan kedelai hitam
terhadap Kadar Gula Darah Postprandial Tikus Putih Jantan Galur Wistar Diabetes Mellitus”
dilaksanakan di Laboraturium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Dan Mulut Universitas
Negeri Jember.Penelitian dimulai pada bulan oktober hingga desember tahun 2018 atau 54 hari.
Proses penelitan berlangsung dengan rincian 30 hari adaptasi, 3 hari proses induksi, dan 21 hari
pemberian intervensi. Proses adaptasi yang berlangsung 30 hari disebabkan oleh beberapa ekor
tikus yang perlu ditingkatkan berat badannya dan ada tikus yang tidak sesuai dengan kriteria
inklusi .
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur wistar berusia 2-3
bulan dengan berat badan 200-300 gram.Jumlah tikus yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan kriteria World Health Organization (WHO), yaitu minimal lima (5) ekor tikus pada
setiap perlakuan (WHO, 2000). Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan pada setiap
kelompok yaitu 5 ekor tikus.Jumlah kelompok tikus terdapat 3 perlakun sehingga penelitian ini
membutuhkan 15 ekor tikus.Untuk mempertimbangkan faktor risiko Drop out, pada setiap
kelompok ada penambahan 3 ekor tikus sehingga total tikus yang dibutuhkan pada penelitian ini
yaitu 24 ekor tikus.
Penelitian yang menggunakan intervensi snack bar ubi ungu dan kedelai hitam bertujuan
untuk mengetahui pengaruh antioksidan terhadap kadar gula darah post prandial. Sebelum
melakukan intervensi, dilakukan penelitian pendahuluan dengan melakukan uji kandungan
antioksidan pada snack bar ubi ungu dan kedelai hitam. Hasil uji antioksidan pada snack bar ubi
ungu dan kedelai hitam adalah antioksidan yang terkandung sebanyak 28,22%/100gram.
Penelitian pendahuluan ini dilakukan di Laboraturium Analis Pangan pada tanggal 19 Oktober
2018 dengan 2 kali pengulangan.
Penelitian diawali dengan melakukan adaptasi selama 30 hari. Proses adaptasi dilanjut
dengan melakukan induksi Streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg, kemudian kadar gula darah 2
jam postprandial diperiksa setelah hari ke-3 induksi. Proses selanjutnya adalah kelompok
perlakuan diberi intervensi dengan snack bar ubi ungu dan kedelai hitam sebanyak 5,04 gram

28
29

dalam sehari selama 21 hari. Cara pemberian snack bar ubi ungu dan kedelai hitam yaitu secara
ad libitum sebanyak 1 kali dalam sehari dengan jumlah pemberian 5,04 gram.
Kadar gula darah yang diperiksa dalam penelitian ini adalah kadar gula darah 2 jam
postprandial. Pemeriksaan dilakukan setelah 3 hari induksi Streptozotocin, yaitu pretest dan
setelah intervensi snack bar ubi ungu dan kedelai hitam, yaitu posttest.Cara pengambilan darah
dilakukan melalui orbitalis mata.
Sampel yang diinduksi Streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg berjumlah 16 ekor tikus
yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan.Setelah
induksi selesai dilakukan, air minum tikus langsung diganti dengan larutan dextrose untuk
menghindari terjadinya dehidrasi pada tikus.

4.1 Analisis Perbedaan Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Antar Kelompok Sebelum
Perlakuan
Pengambilan data pretest dilakukan setelah sampel selesai di induksi. Data hasil
pretestkadar gula darah postprandial selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS 17. Data pretest
yang telah terkumpul, terlebih dahulu untuk dilakukan uji prasyarat paramterik. Uji prasyarat
tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian. Menurut Santoso (2015), menyatakan
bahwa uji normalitas dan uji homogenitas varian masing-masing digunakan untuk mengetahui
data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak dan untuk mengetahui data varian antar
kelompok homogen atau tidak. Data uji normalitas yang berdistribusi normal memiliki arti
mempunyai sebaran data yang normal sehingga dapat dianggap mewakili populasi. Nilai P pada
uji normalitas adalah p > 0,05 yang menunjukkan data pada tiap kelompok berdistribusi normal.
Uji homogenitas varian dengan Levene Test, menunjukkan nilai signifikansi p > 0,05 yang
berarti varians dari dua atau lebih kelompok adalah sama atau homogen.
Uji normalitas data pretestkadar gula darah2 jam postprandial menggunakan uji Shapiro
Wilk. Hasil uji normalitas data pretest berdistribusi normal, kemudian dilanjut uji homogenitas
dengan hasil yaitu p < 0,05 yang berarti data pretest kadar gula darah postprandial tidak
memenuhi syarat analisis parametrik. Analisis dengan data yang tidak berdistribusi normal akan
dilanjut menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis dapat disajikan pada Tabel
4.1, sebagai berikut:
30

Tabel 4.1 Hasil Uji Kruskal-Wallis Kadar Gula Darah 2 jam Postprandial Sebelum Perlakuan

Perlakuan Median (Min-Max) P Value


Kontrol Negatif (K) 79 (68-88) mg/dL
Kontrol Positif (P+) 459 (378-532) mg/dL 0,001*
Perlakuan (P) 433 (386-469) mg/dL

Keterangan: Uji Kruskal-Wallis Sig.< 0,05


(*) Bermakna secara statistik

Menurut uji Kruskal-Wallis, hasil analisis data pretest atau sebelum melakukan intervensi
diperoleh nilai p value=0,001 (p < 0,05). Hasil analis data pretest berarti terdapat perbedaan
kadar gula darah postprandial antar kelompok perlakuan. Kadar gula darah normal pada tikus
yaitu 50-135 mg/dL (Kusumawati, 2004), sedangkan untuk kelompok kontrol negatif (K)
diperoleh hasil rata-rata kadar gula darah pretest78 sehingga kadar gula darah postprandial tikus
pada kelompok kontrol negatif normal. Untuk kelompok kontrol positif (P+) diperoleh hasil rata-
rata kadar gula darah postprandial yaitu 477 mg/dL dan kelompok perlakuan (P) yaitu 429
mg/dL, sehingga kadar gula darah tikus untuk kedua kelompok tinggi atau diatas kadar gula
darah normal. Uji dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang
mempunyai perbedaan.Hasil uji Mann-Whitney dapat disajikan pada tabel 4.2, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Sebelum Perlakuan

Kelompok Kontrol Negatif (K) Kontrol Positif (P+) Perlakuan (P)

Kontrol Negatif (K) (*) (*)

Kontrol Positif (P+) (*) NS

Perlakuan (P) (*) NS

Keterangan: Uji Mann-Whitney (Sig.<0,05)


(*) : Berbeda Signifikan
NS :Tidak Berbeda Signifikan
31

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat hasil uji mann-whitney dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kadar gula darah postprandial kelompok kontrol negatif (K) dengan kelompok kontrol
positif (P+). Hal ini disebabkan tikus pada kelompok kontrol positif (P+) diberi induksi
Streptozotocin namun tidak pada kelompok kontrol negatif (K).Hasil uji mann-whitney antar
kelompok kontrol negatif (K) dengan kelompok perlakuan (P) serupa dengan kelompok kontrol
negatif dan kelompok kontrol positif, menunjukkan terdapat perbedaan kadar gula darah 2 jam
postprandial. Perbedaan ini disebabkan kelompok kontrol negatif (K) tidak diinduksi
Streptozotocin.Hasil uji mann-whitneyuntuk kelompok kontrol positif (P+) dengan kelompok
perlakuan (P) menunjukkan tidak ada perbedaan antar kedua kelompok.Hal ini dikarenakan
kelompok kontrol positif (P+) dan kelompok perlakuan (P) merupakan kelompok yang diinduksi
dengan Streptozotocin untuk mengkondisikan tikus diabetes mellitus. Kelompok kontrol negatif
(K) hanya diberikan pakan Rat Bio sebagai perlakuan dan mengakibatkan kadar gula darah
postprandial tikus tidak mengalami peningkatan.
Streptozotocin merupakan suatu senyawa yang mampu meningkatkan kadar gula darah
postprandial pada tikus dengan menghambat produksi insulin dan merusak sel beta pancreas
yang memproduksi insulin Merupakan agen diabetogen yang mampu menginduksi diabetes
secara alami pada hewan dengan merusak sel β pankreas dengan menghentikan produksi insulin
yang bersifat permanen. Disintesis oleh strain mikroba streptomyces achromogenes merupakan
bakteri gram postif ditemukan pada tahun 1959 sebagai antibiotik, saat ini dikenal sebagai obat
generik. Streptozotocin dapat mengakibatkan sel β pankreas terganggu akibat pelepasan radikal
bebas serta penghambatan O-GlcNacse (Goud et al, 2015).Penginduksian Streptozotocin pada
tikus diberikan sebanyak 1 kali, kemudian kadar gula darah 2 jam postprandial diperiksa setelah
3 hari pasca induksi.

4.2 Analisis Perbedaan Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Antar Kelompok Setelah
Perlakuan
Uji normalitas data pretestkadar gula darah2 jam postprandial menggunakan uji Shapiro
Wilk. Hasil uji normalitas data pretest berdistribusi normal, kemudian dilanjut uji homogenitas
32

dengan hasil yaitu p < 0,05 yang berarti data pretest kadar gula darah 2 jam postprandial tidak
memenuhi syarat analisis parametrik. Analisis dengan data yang tidak berdistribusi normal akan
dilanjut menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis dapat disajikan pada Tabel
4.3, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Kruskal-Wallis Kadar Gula Darah 2 jam Postprandial Setelah Perlakuan

Perlakuan Median (Min-Max) P Value


Kontrol Negatif (K) 79 (61-75) mg/dL
Kontrol Positif (P+) 459 (322-382) mg/dL 0,001*
Perlakuan (P) 433 (315-413) mg/dL
Keterangan: Uji Kruskal-Wallis Sig.< 0,05
(*) Bermakna secara statistik

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, hasil analisis data posttest atau setelah melakukan
intervensi diperoleh nilai p value=0,001 (p < 0,05). Hasil analis data posttest berarti terdapat
perbedaan kadar gula darah 2 jam postprandial antar kelompok perlakuan.Kadar gula darah
normal pada tikus yaitu 50-135 mg/dL (Kusumawati, 2004), sedangkan untuk kelompok kontrol
negatif (K) diperoleh hasil rata-rata kadar gula darah posttest 68 mg/dL sehingga kadar gula
darah postprandial tikus pada kelompok kontrol negatif normal. Untuk kelompok kontrol positif
(P+) diperoleh hasil rata-rata kadar gula darah postprandial yaitu 368 mg/dL dan kelompok
perlakuan (P) yaitu 347 mg/dL, sehingga kadar gula darah tikus untuk kedua kelompok tinggi
atau diatas kadar gula darah normal. Uji dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui
kelompok mana yang mempunyai perbedaan. Hasil uji Mann-Whitney dapat disajikan pada
Tabel 4.4, sebagai berikut:
33

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Setelah Perlakuan
Kelompok Kontrol Negatif (K) Kontrol Positif (P+) Perlakuan (P)

Kontrol Negatif (K) (*) (*)

Kontrol Positif (P+) (*) NS

Perlakuan (P) (*) NS


Keterangan : Uji Man-Whitney (Sig. < 0,05).
(*) : berbeda signifikan.
NS : tidak berbeda signifikan

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat hasil uji Mann-Whitney pada kelompok kontrol negatif
(K) dengan kelompok kontrol positf (P+) menunjukkan adanya perbedaan kadar gula darah 2
jam postprandial. PadaKelompok kontrol negatif (K) dengan kelompok perlakuan (P)
menunjukkan hasil uji adanya perbedaan terhadap kadar gula darah postprandial hal ini dapat
terjadi karena kelompok kontrol negatif tidak diberikan perlakuan apapun selain pakan standar
(Rat Bio) sedangkan kelompok perlakuan diberikan pakan standar dan snack bar ubi ungu dan
kedelai hitam.Pada kelompok kontrol positif (P+) dan perlakuan (P) menunjukkan tidak ada beda
terhadap kadar gula darah kedua kelompok, hal ini dapat terjadi karena rendahnya kandungan
atioksidan yang terdapat pada snack bar ubi ungu dan kedelai hitam yaitu 28,22% yang
diakibatkan karena pengukusan atau penggorengan saat pengolahan (Dwijanarko,2008).

4.3 Analisis Perbedaan Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Sebelum Dan Sesudah
Perlakuan Pada Setiap Kelompok Perlakuan
Rata-rata kadar gula darah 2 jam postprandial sebelum dan sesudah perlakuan masing –
masing kelompok perlakuan adalah sebagai berikut:
34

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Sebelum
K P+ P
Sesudah

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Sebelum Dan Sesudah
Perlakuan

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata kadar gula darah 2 jam postprandial
sebelum (pretest) pada kelompok kontrol negatif (K) yaitu 77(68-88) mg/dL sedangkan rata–rata
kadar gula darah 2 jam postprandial sesudah (posttest) yaitu 68(61-75) mg/dL, hal ini
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah 2 jam postprandial sebelum dan sesudah
perlakuan. Pada kelompok kontrol positif (P+) menunjukkan rata-rata kadar gula darah 2 jam
postprandidal sebelum (pretest) adalah 476 (453-532) mg/dL sedangkan rata-rata kadar gula
darah 2 jam postprandidal sesudah (posttest) yaitu 368(315-413) mg/dL. Hal ini menunjukkan
kadar gula darah 2 jam postprandial mengalami penurunan. Pada kelompok perlakuan (P)
menunjukkan rata-rata kadar gula darah 2 jam postprandial sebelum (pretest) adalah 429(386-
469) mg/dL sedangkan rata-rata kadar gula darah 2 jam postprandial sesudah (posttest) yaitu
347(322-382) mg/dL, hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah 2 jam postprandial
mengalami penurunan karena pemberian snack bar ubi ungu dan kedelai hitam.
Data kadar gula darah 2 jam postprandial pretest dan posttest selanjutnya dianalisis
menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk. Hasil uji Shapiro Wilk menunjukkan nilai signifikan
p < 0,05, berarti rata-rata kadar gula darah 2 jam postprandial sebelum dan sesudah perlakuan
pada setiap kelompok berdistribusi tidak normal. Uji dilanjutkan dengan uji Wilcoxon, hasil
disajikan pada tabel 4.5, sebagai berikut:
35

Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Sebelum Dan Sesudah
Perlakuan
Pretest Posttest
Nama Kelompok Median (Min-Max) Median (Min-Max) p value

Kontrol Negatif (K) 84 (68-88) mg/dL 71 (61-75) mg/dL 0,018*

Kontrol Positif (P+) 459 (378-541) mg/dL 362 (315-413) mg/dL 0,028*

Perlakuan (P) 433 (386-469) mg/dL 344 (322-382) mg/dL 0,018*

Keterangan: (*) bermakna secara statistik (Sig. < 0,05)

Kelompok kontrol negatif (K) yang memiliki nilai signifikan p=0,018 menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah 2 jam postprandial pretest dengan posttest.
Hal ini menjelaskan bahwa selama perlakuan, kadar gula darah 2 jam postprandial tikus tidak
stabil seharusnya kadar gula darah kelompok kontrol negatif (K) tidak ada perbedaan yang
berarti kadar gula darah stabil karena tikus sudah dikondisikan agar tetap stabil atau tidak
mengalami peningkatan dengan hanya memberikan pakan standar (Rat Bio). Hasil uji Wilcoxon
kelompok kontrol positif (P+) menunjukkan nilai signifikan p=0,028 yang berarti ada perbedaan
bermakna terhadap kadar gula darah 2 jam postprandial pretest dan posttest. Hal ini
menunjukkan bahwa tikus mengalami penurunan kadar gula darah 2 jampostprandial seharusnya
kadar gula darah kelompok kontrol positif (P+) tidak ada perbedaan yang berarti kadar gula
darah stabil karena tikus sudah dikondisikan agar tetap stabil atau tidak mengalami peningkatan
dengan hanya memberikan pakan standar (Rat Bio). Hasil analisis dari kedua kelompok yang
menunjukkan perbedaan kadar gula darah 2 jam postprandial dapat disebabkan salah satu
kandungan gizi dari pakan standar (Rat Bio) berupa serat sebesar 4% , serat dapat berperan
dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial (Wirawanni, 2015).
Kelompok perlakuan (P) memiliki nilai signifikan p=0,018 yang berarti ada perbedaan
yang bermakna antar kadar gula darah postprandial pretest dengan posttest. Kadar gula darah 2
jam postprandial kelompok perlakuan menunjukkan hasil ada perbedaan yang bermakna. Hal itu
dapat disebabkan karena pemberian snack bar ubi ungu dan kedelai hitam. Antioksidan yang
36

terkandung dalam snack bar ubi ungu dan kedelai hitam dapat membantu menurunkan kadar
gula darah dengan mekanisme antioksidan yang memiliki kemampuan sebagai astrigen yaitu
dapat mempresipitasikan protein selaput lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang
melindungi usus sehingga laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Widowati, 2008).

4.4 Analisis Selisih Kadar Gula Darah 2 Jam Postprandial Sebelum Dan Sesudah
Perlakuan Pada Setiap Kelompok Perlakuan
Uji normalitas data selisih pretest dan posttest pada kadar gula darah postprandial
digunakan uji Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas data selisih pretest dan posttest berdistribusi
normal, yaitu p < 0,05 yang berarti data selisih pretest dan posttest kadar gula darah 2 jam
postprandial memenuhi syarat analisis parametric, kemudian dilanjut uji homogenitas dengan
hasil p< 0,05 sehingga tidak memenuhi syarat analisis parametric. Uji dilanjutkan menggunakan
uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui selisih pretest dan posttest. Berikut tabel 4.6 hasil uji
Kruskal-Wallis selisih pretest dan posttest:
Tabel 4.6 Hasil Uji Kruskal-Wallis Selisih Kadar Gula Darah Postprandial Pretest Dan Posttest
Perlakuan Selisih P

Kontrol Negatif (K-) 4-14 mg/dL

Kontrol Positif (K+) 35-200 mg/dL 0,001*

Perlakuan (P) 27-146 mg/dL

Keterangan: *bermakna secara statistik (Sig. < 0,05)

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, hasil analisis data selisih pretest dan posttest diperoleh
nilai p value=0,001 (p < 0,05). Hasil analis data selisih pretest dan posttest menunjukkan
terdapat perbedaan selisih pretest dan posttestkadar gula darah postprandial antar kelompok
perlakuan.Uji dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang
mempunyai perbedaan. Berikut tabel 4.7 hasil uji Mann-Whitney selisih pretest dan posttest:
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Selisih Kadar gula darah postprandial Sebelum dan Setelah
Perlakuan
37

Kelompok Kontrol Negatif (K) Kontrol Positif (P+) Perlakuan (P)

Kontrol Negatif (K) (*) (*)

Kontrol Positif (P+) (*) NS

Perlakuan (P) (*) NS

Keterangan : Uji Man-Whitney (Sig. < 0,05).


(*) : berbeda signifikan.
NS : tidak berbeda signifikan

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada kelompok kontrol negatif (K) dengan kelompok
kontrol positf (P+) menunjukkan adanya perbedaan selisih kadar gula darah postprandial. Hal ini
disebabkan kelompok kontrol positif mendapat induksi Streptozotocin yang ditujukan untuk
meningkatkan kadar gula darah postprandial, sehingga terdapat perbedaan kadar gula darah
postprandial dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi induksi. Kelompok kontrol
negatif (K) dengan kelompok perlakuan (P) menunjukkan hasil yangterdapat perbedaan terhadap
selisih kadar gula darah postprandial pretest dan posttest.Hal ini disebabkan kelompok perlakuan
mendapat induksi Streptozotocin yang ditujukan untuk meningkatkan kadar gula darah
postprandial dan pemberian pakan standar (Rat Bio) dan snack bar ubi ungu dan kedelai hitam
sedangkan pada kelompok kontrol negatif (K) hanya pakan standar (Rat Bio) , sehingga terdapat
perbedaan kadar gula darah postprandial dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi
induksi dan snack bar ubi ungu dan kedelai hitam. Kelompok kontrol postif (P+) dengan
kelompok perlakuan (P) menunjukkan tidak ada beda selisih atau masih tingginya kadar gula
darah postprandial antar dua kelompok. Hal ini menunjukkan pemberian snack bar ubi ungu dan
kedelai hitam tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah postprandial.
Menurut Sabuluntika 2013, kandungan antioksidan pada snack bar ubi ungu dan kedelai
hitam sebesar 40,24% sedangkan kandungan antioksidan pada penelitian ini sebesar 28,22%.
Penyesuain pembuatan produk snack bar ubi ungu dan kedelai hitam telah dilakukan dengan
mengkondisikan resep produk sama dengan penelitian sebelumnya. Namun ,proses pengolahan
snack bar ubi ungu dan kedelai hitam seperti pengukusan dan pengovenan dapat menjadi
penyebab menurunnya kandungan antioksidan pada produk. Antosianin merupakan senyawa
38

kecil yang larut air , kontak antara bahan dengan air menyebabkan kehilangan senyawa
antosianin akibat terbawa uap (Husna dkk, 2013). Hampir 50% kadar antosianin pada ubi jalar
ungu rusak akibat penggorengan, pengukusan dan pembuatan selai pada varietas antin 2
(Dwijanarko, 2008).
Pada 30% penderita diabetes mellitus tipe 2 juga memerlukan terapi insulin disamping
terapi hiperglikemik oral. Obat-obat hipoglikemik oral ditujukan untuk pengobatan DM tipe 2,
dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis atau kombinasi dari jenis obat tergantung
tingkat keparahan diabetes. Golongan obat hipoglikemik oral yaitu sulfolinurea, meglitinida,
biguanida, tiazolidindion dan ihibitor α-glukosidase (Anjoni dkk, 2018) .
Penyebab lain yang mengakibatkan tidak ada perbedaan yang signifikan atau perubahan
pada glukosa darah postprandial karena peningkatan glukosa darah postprandial merupakan
respon umum yang terjadi setelah makan, termasuk pada penderita diabetes (Murbawani, 2015).

Anda mungkin juga menyukai