Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus
utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan
Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100
000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan
Kebidanan, DepKes RI, 2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut
mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak 307 / 100.000 KH untuk AKI dan
AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).

Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi,
dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan
mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey Demografi dan
kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau membawa resiko
bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan
berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah melalui pemberian
asuhan kehamilan yang berkualitas.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar asuhan kehamilan ?
2. Seperti apakah filosofi asuhan kehamilan ?
3. Bagaimana penerapan etikolegal dalam asuhan kehamilan dalam kebidanan ?
4. Apa saja ruang lingkup asuhan kehamilan ?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dasar asuhan kehamilan
2. Mengetahui seperti apakah filosofi asuhan kehamilan
3. Memahami bagaimana penerapan etikolegal dalam asuhan kehamilan dalam
kebidanan
4. Mengetahui apa saja ruang lingkup asuhan kehamilan

2
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN


Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi
konsepsi hingga awal persalinan. Bidan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu
dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagai informasi untuk
memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang diterima.

Pada asuhan antenatal tidak mengalami perubahan selama lebih dari 50 tahun
terakhir (MoH 1929). Pola asuhan ini mengikuti pola tradisional, yang memeriksakan diri
sebulan sekali hingga usia 28 minggu, kemudian dua minggu sekali hingga usia 36
minggu, dan seminggu sekali hingga bayi lahir. Hasil penelitian terhadap ibu hamil risiko
rendah secara acak yang dilakukan oleh Sirkorski (1996), menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan secara klinis antar dua kelompok. Tetapi pada kelompok ibu – ibu yang
mendapatkan pengurungan jumlah jadwal kunjungan pemeriksaan merasa ketidakpuasan
dua kali lipat dibandingkan kelompok ibu – ibu yang mendapatkan kunjungan
pemeriksaan penuh.

Oakley at al (1990) melakukan penelitian secara acak pada ibu – ibu hamil yang
bermasalah dengan potensial kelahiran bayinya BBLR. Bidan mengunjungi kelompok
yang hanya 3 kali selama kehamilannya, namun bidan memberikan dukungan tambahan
dimana bidan dapat dihubungi telepon 24 jam sehari, memberi saran dan informasi praktis,
membuat rujukan profesional layanan kesehatan lain yang diperlukan, tetapi tidak
memberikan asuhan klinis. Ibu dan bayi dari kelompok intervensi ini mengalami
peningkatan hasil dalam beberapa hal dibandingkan dengan kelompok kontrol. Lebih
sedikit jumlah ibu yang harus dihopitalisasi selama kehamilan, lebih sedikit jumlah bayi
yang lahir dengan berat badan sangat rendah, lebih sedikit bayi yang memerlukan asuhan
intensif neonatal, dan para ibu juga melaporkan bahwa bayi mereka tampak lebih sehat
dalam beberapa minggu pertama selama kelahiran.

Selain hal tersebut, masih banyak sekali penelitian serupa dibanding yang sama.
Bahkan tidak sedikit hasil penelitian menunjukan bahwa, setiap wanita hamil memiliki
risiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Oleh karena itu, WHO

3
menganjurkan wanita hamil mendapatkan paling sedikit empat kali kunjungan selama
periode antenatal :

 Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu)
 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (usia kehamilan antara 14 – 28 minggu)
 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (usia kehamilan antar 28 – 36 minggu dan
sesudah usia kehamilan 36 minggu)

Namun seharusnya wanita hamil dikunjungi lebih sering jika ia mengalami


masalah, dan hendaknya ia disarankan untuk mengunjungi bidan bila merasakan tanda –
tanda bahaya atau jika ia merasa khawaitr.

2.1 FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN

Filosofi adalah pernyataan mengenai keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar,
1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan
dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada
klien selama masa kehamilan.
Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau keyakinan atau
kepercayaan yang mendasari bidan untuk berperilaku dalam memberikan asuhan
kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan
mewarnai asuhan itu, yaitu :
1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah
bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun
adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang
tidak terbukti manfaatnya.
2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of
care)
Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional
yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka
perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga

4
mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi
asuhan (Enkin, 2000).
3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family
centered)
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang
diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan
bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja
melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi
bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu
hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga
akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan
unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.
(Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan keputusan haruslah
merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak
untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh
pelayanan kebidanannya.
4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan
memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya
Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan
merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman
agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk
mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui
tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak di pungkiri dalam beberapa kasus
mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi teratur/ komplikasi tersebut terjadi
kemudian. Proses kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial dan kultural.
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan,
keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi
kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan
janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan
yang utuh.

5
6
2.2 ETIKOLEGAL DALAM ASUHAN KEHAMILAN
Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika
berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya
didasari nilai-nilai (Wahyuningsih, 2006).
Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini
bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Arti etika menurut K. Bertens dirumuskan sebagai
berikut:
 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
 Etika berati kumpulan asas atau moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik
 Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi
pelayanan harus menjaga perkembangan praktek berdasarkan evidence based. Sehingga di
sini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang
penting untuk digali dan dipahami.
Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah
karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
sehubungan dengan klien harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan
yang diambil. Untuk dapat menjalankan praktek kebidanan dengan baik tidak hanya
dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan
juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan. Menurut Daryl
Koehn dalam The Ground of Professional Ethics, 1994 bahwa Bidan dikatakan
profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan. Bidan berada
pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan
pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktek kebidanan
(Wahyuningsih, 2006).
Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “etika” adalah aplikasi dari proses
dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan

7
prinsip-prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan
bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka (Shirley R Jones- Ethics in Midwifery).

2.2.1 Peranan Etika dan Moral dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama di berbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.

Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Sehingga disini berbagai
dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk
digali dan dipahami. Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh,
moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain
manusia.

2.2.2 Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien

Misalnya : Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah
berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata
autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang,
sehingga dapat dikatakan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan
untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya
masing-masing.

2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/ membahayakan orang lain.

8
Contohnya seperti bidan diatur dalam etika memberikan asuhan pelayanan sesuai standar
asuhan dan dalam melakukan asuhan telah di atur dalam standar dan menerapka etika
dalam asuhannya.

3. Menjaga rahasia setiap individu

Misalnya : dalam melaksanakan pelayanannya bidan memang wajib melakukan


pengakuan menjaga privasi pasien yang berdasarkan perturan yang di tetapkan dalam
standar.

4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya

Arinya bidan di tutut bukan hanya pemberi pelayanan kesehatan melainkan memberikan
asuhan dan pendidikan, contonya seperti konseling baik itu pada orang dewasa mau pun
anak-anak untuk meberikan pendidikan yang sesuai etika.

5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan it u dapat diterima dan
apa alasannya etika itu adalah norma yang mengatur tindakan baik atau buruknya menurut
yang telah di terapkan pemerintas dan terlintaskan dalam hubunggan eratnya dengan religi
contohnya jangan berbuat curang karena akan merugikan diri sendri dan orang lain.

6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis


suatu

7. Menghasilkan tindakan yg benar

Contohnya seperti melakukan asuhan pelayanan yang bermutu sesuai standar.

8. Mendapatkan informasi tentang hal yg sebenarnya

Contohnya seperti 58 langkah asuhan persalinan normal

9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,


benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya

10. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak

Contohnya seperti meninjau suatu permasalahan kemungkin sebab akibat yang terjadi jika
tindakan itu di ambil.

11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

9
Contonya seperti bersikap ramah, sopan santun di tempat tenaga kesehatan.

12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

Contohnya bidan sebagai pengelola

Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan. bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang
didukung oleh partisipasi masyarakat, menyusun rencana pelaksanaan pelayanan
kebidanan di lingkungan unit kerjanya.

13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di
dalam organisasi profesi

14. Mengatur sikap, tindak tunduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasa disebut kode etik profesi.

2.2.3 Etikolegal Dalam Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Paradigma Tentang Kehamilan


Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat
kemungkinan akan mengalami kehamilan.

Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan banyak terjadi


perubahan pada ibu hamil baik perubahan fisik maupun perubahan psikis. Oleh karena
itu ibu hamil harus beradaptasi, Apabila seorang ibu hamil memandang bahwa
kehamilannya adalah suatu keadaan yang membebani kehidupannya maka ia akan
sulit beradaptasi terhadap perubahan fisik maupun psikisnya.

Untuk mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang


dipaparkan diatas tidak terjadi terlalu berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya
persalinan berlangsung aman dan tidak terjadi trauma yang terlalu berat, baik terhadap
ibu maupun janin, ibu hamil diberi asuhan kehamilan. Dalam menjalankan proses
asuhan terhadap ibu hamil, seorang bidan sewajarnya memiliki standar kemampuan
yang bermanfaat sebagai tanggung jawab terhadap klien yang diberi asuhan.

10
2. Konseling Asuhan Kehamilan
A. Aspek Pengetahuan
Konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk
perubahan pada diri klien. Menurut Williamson (1961) dalam Latipun (2005)
tujuan umum pelaksanaan konseling adalah membantu klien mencapai
perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki. Secara
lebih rinci dinyatakan menjadi tiga tujuan oleh Krumboltz, yaitu :
1) Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat
2) Membimbing klien belajar membuat keputusan.
3) Membimbing klien mencegah timbulnya masalah.
I. Hak – hak wanita hamil :
 Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang
diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat.
 Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk / semua perempuan
dan keluarga.
 Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.
II. Langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan kehamilan :
a. Tahap Persiapan
Menyiapakn ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif.
Menyiapkan alat-alat peraga sesuai dengan kebutuhan.
Menyiapkan alat tulis, catatan, kartu ibu sesuai dengan kebutuhan.
b. Tahap Pelaksanaan
Greet : menyapa klien dan keluarga (bila didampingi). Dengan memberi salam,
mempersilahkan duduk setelah itu memulai percakapan untuk menciptakan
suasana yang akrab dan saling percaya.
Ask : menanyakan secara rinci kepada ibu tentang masalah kehamilan yang
sedang dihadapi. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara
supaya hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara
memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung
perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik.
Tell : memberi informasi kepada ibu tentang cara /metode yang bisa digunakan
untuk memecahkan masalah kehamilan yang sedang dihadapi.

11
Help : membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi.
Explain : menjelaskan secara rinci tehknik pelaksanaan cara yang dipilih untuk
pemecahan masalah dan disepakati dengan ibu / suami.
Return : membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan berikutnya /
kunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara pemecahan masalah
yang telah dilaksanakan.
Refer : bila diperlukan tindakan kolaborasi / rujukan ke tenaga yang
berkompeten sesuai dengan kebutuhan / kondisi ibu.
III. Pendekatan Pada Pelaksanaan Konseling
Pendekatan direktif
Tujuan konseling adalah membantu klien untuk mengganti tingkah lakunya yang
tidak sesuai.
Pendekatan non-direktif
Tujuan konseling adalah memberi kesempatan kepada klien secara bebas
mengekspresikan dan merencanakan pemecahan masalah yang dihadapi.
Pendekatan elektik
Tujuan konseling membantu klien memahami permasalahan yang dihadapi,
menyusun rencana tindakan pemecahan maslah yang dihadapi sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
IV. Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil
Beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling :
 Penerimaan / tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.
 Ketidakmampuan ibu beradaptasi terhadap perubahan fisik akibat
kehamilannya.
 Kemampuan yang kurang memadai dalam mengantisipasi tanda bahaya
penyakit yang menyertai kehamilan karena masalah social ekonomi /
pemgetahuan.
 Dukungan keluarga yang tidak optimal.
 Pemilihan tempat / penolong persalinan.
 Persalinan tindakan.
Contoh kasus :

12
1) Seorang ibu hamil berdasarkan hasil pemeriksaan USG hamil kembar, tetapi ibu tidak
menerima bahwa dirinya hamil kembar.
2) Seorang ibu hamil yang tidak bisa mengambil keputusan apakah harus bersalin
ditolong bidan atau dukun, kerena mertuanya menyarankan bersalin supaya ditolong
dukun.
3) Seorang ibu hamil yang mengalami anemia berat / pre-eklamsi, ibu memandang hal
itu sebagai bawaan bayi dan tidak membahayakan kehamilannya sehingga tidak perlu
penanganan yang khusus.
4) Ibu hamil menolak kehamilannya kerena hamil akibat kegagalan penggunaan alat
kontrasepsi.
5) Ibu hamil ingin mengugurkan kehamilannya karena suaminya belum siap dengan
penghasilan untuk membiayai perawatan kehamilan dan persalinannya.
6) Ibu hamil di luar nikah yang tidak disetujui.

B. Aspek Keterampilan
Keterampilan yang harus dimiliki oleh bidan untuk melaksanakan konseling
diantaranya :
1) Teknik membuka pembicaraan
2) Teknik menerima sasaran apa adanya
3) Teknik mengulang pembicaraan
4) Teknik memantulkan perasaan
5) Teknik bertanya dengan pertanyaan terbuka
6) Teknik mendukung pertanyaan
7) Teknik mengakhiri pembicaraan
C. Aspek Sikap
Sikap yang harus dikembangkan oleh bidan dalam melaksanakan konseling :
1) Ramah, sopan dan wajar
2) Mudah menyesuaikan diri dan menerima orang lain
3) Bisa memahami dan merasakan perasaan orang lain (empati)
4) Hangat, semangat, selalu ceria dan bergairah
5) Sabar dan rendah hati
6) Jujur, lembut, peka dan bijaksana

13
2.3 LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN

Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi asuhan kehamilan normal dan


identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan
mencegah adanya komplikasi kehamilan
Asuhan antenatal yang optimal hanya dapat dicapai bila layanan yang diberikan
cukup fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Keluarga di anjurkan untuk
berpartisipasi secara penuh dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan kepuasan
emosional dari pengalaman melahirkan.
Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan
secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil,
yaitu :
1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa tiap
kunjungan pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU) posisi atau
persentasi dan penurunan janin.
4. Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan penurunan janin.
5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan
fetoskope atau pinar dan gerakan janin dengan palpasi.
6. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir ( HPL).
7. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungan dengan komplikasi.
9. Memberikan penyuluhan tanda – tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan.
10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis
gravidarum tingkat 1, abortus iminens dan preeklamsia ringan.
11. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan.
12. Memberikan imunisasi.
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk
rujukan tepat pada : kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB dan
hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin, eodema
yang signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan, epigastrum karena
hipertensi, KPSW, persangkaan polihidramnion, DM, kelainan kongenital, hasil

14
lanboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperto infeksi
menular seksual, vaginitis, infeksi saluran kencing.
14. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.
15. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi,
latihan, keamanan dan merokok.
16. Penggunaan secara aman jamu dan obat – obatan tradisional yang tersedia.

15
BAB III

PENUTUP
1.1 KESIMPULAN

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi
konsepsi hingga awal persalinan. Sedangkan Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal
adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang mendasari bidan untuk berperilaku
dalam memberikan asuhan kehamilan. Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu
utama di berbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika.

1.2 SARAN

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan


proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak di pungkiri dalam beberapa kasus
mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi teratur/ komplikasi tersebut terjadi
kemudian. Proses kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial dan kultural. Bidan sebagai
pemberi pelayanan juga harus menjamin pelayanan yang professional dan akuntabilitas
serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jurnal DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung.
2011. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Semarang. Diakses tanggal 27
September 2018 pukul 22.36 WIB

Astuti, Endah Widhi 2016. Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan.Volume 1 : 88-91. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Makzizatun. Di posting tanggal 05 Mei 2014. http://makzizatunnisa


.blogspot.com/2014/05/etika-dalam-pelayanan-antenatal-care_5.html. Di akses
tanggal 28 September 2018 pukul 00.20 WIB.

Risya. Diposting tanggal 4 April 2015.


https://risyaevasarinadapdap.wordpress.com/2015/04/04/memecahkan-
masalah-yang-berkaitan-dengan-etikolegal-dalam-asuhan-kebidanan-pada-ibu-
hamil/ Diakes tanggal 1 Oktober 2018 pukul 20.23 WIB,

17

Anda mungkin juga menyukai