Tutorial A-3
Nama Tutor: dr. Suci Yulianti, Sp.KFR
Anggota Tutorial:
Lilia Choirunnisa 1510211007
Muhamad Rizki Haykal 1510211012
Debora Asdha 1510211015
Toni Kusumawardana 1510211041
Farida Ulfa 1510211057
M. Ilham Fadhlirrahman Syarief 1510211102
Arrens Muhammad Bahrudin 1510211111
Immaculata Agata 1510211120
Yvonne Marsaulina Harianja 1510211136
TAHUN AJARAN 2018/2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN”
JAKARTA
TOPIK: FILARIASIS
Halaman 1
Keluhan disertai dengan lesu dan lemah, rasa mengganjal di pangkal paha yang
terasa panas dan sakit, serta buah pelir kanan yang terasa nyeri, tampak merah dan
membengkak. Di mana keluhan ini berulang beberapa kali dalam setahun terakhir ini,
yang hilang saat istirahat dan timbul setelah bekerja berat.
Selain itu disertai dengan keluhan demam menggigil sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu. Keluhan demam disertai nyeri kepala, mual muntah dan nyeri
ototsebenarnya sudah sering dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu dan sudah
memeriksakan diri ke Puskesmas setempat kemudian diperiksa darahnya. Seperti
halnya para penduduk daerah tersebut yang merupakan daerah miskin PakRoni setiap
harinya bermata pencaharian sebagai petani di Nanggroe Aceh Darussalam.
Pak Roni tinggal bersama istri dan anaknya di rumah kayu yang ditinggalnya
berventilaai terbuka serta di kelilingi rawa-rawa di sekitarnya. Banyak nyamuk di
sekitar rawa dan rumahnya.saat tidur pasien tidak menggunakan kelambu. Riwayat
bepergian keluar kota disangkal. Beberapa tetangganya mengalami keluhan yang
sama dengan keluhan pasien dan saat ini kaki tetangganya juga membengkak
sebelah. Riwayat pengobatan sebelumnya Pak Roni sering minum obat penurun
panas karena keluhan demam yang diderita, sembuh namun kembali berulang.
Pertanyaan :
2. Hipotesis apa yang dapat anda buat setelah mendapat anamnesis tersebut?
3. Informasi apa lagi yang anda butuhkan untuk menangani pasien ini?
4. Apa saja fase pada penyakit yang diderita pasien ini? Fase apa yang
kemungkinan saat ini terjadi pada pasien?
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
N: 84x/menit S: 38,8℃
Status generalis:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher: KGB tidak membesar, faring dan tonsil dalam batass normal
Thoraks:
Pulmo: Vokal fremitus normal kiri=kanan, VBS kiri=kanan, ronkhi -/-, wheezing
-/-
Abdomen: datar, lembut, bising usus (+) normal, turgor kulit baik
Ekstremitas:
Ekstremitas inferior dekstra: edema non pitting, rubor, calor, dolor, functio laesa
(tanda radang +)
Ptekie -/-
Status lokalis:
KGB inguinal dekstra: membesar, ukuran 3x3x2 cm, keras, rubor, kalor, NT (+)
Pertanyaan:
1. Masalah apa saja yang anda dapat pada pemeriksaan fisik di atas?
2. Hipotesis apa yang dapat anda buat dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik di atas?
Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan darah:
Hb : 13,6 gr/dL
Ht : 40%
Leukosit : 12.000/mm3
Trombosit : 315.000 uL
MCV : 85 fL
MCH : 30 pg
MCHC : 35 g/dL
Eosinofil : 2000sel/mm3
Pertanyaan:
FILARIASIS
Definisi
Epidemiologi
Filariasis tersebar luas di daerah yang beriklim di seluruh dunia. Banyak di pedesaan,
tapi bisa juga diperkotaan. Banyak menyerang usia dewasa muda, sosial-ekonomi
rendah, dan pria.
Etiologi
Parasitologi
Ukuran dan bentuk cacing dewasa (makrofilaria) betina adalah 65 – 100 mm x 0,25
mm dengan bentuk halus seperti benang, dan berwarna putih susu. Sementara
makrofilaria jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm dengan bentuk ekor melingkar.
Cacing betina dewasa menghasilkan 50.000 mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria
adalah larva imatur yang ditemukan di darah/kulit dan mencapi tingkat infektif di
dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria memili ciri-ciri sebagai berikut : ukuran 250 – 300
mikron x 7 – 8 mikron; ruang kepala panjang sama dengan lebar; badan mempunyai
inti teratur; ujung ekor kosong; lekuk badan halus; dan memiliki sarung pucat.
Larva stadium I memiliki panjang 135 – 375 mikron, bentuk seperti sosis, ekor
panjang dan lancip, dan masa perkembangan ½ - 5 ½ hari. Larva stadium II memiliki
panjang 310 – 1370 mikron, bentuk lebih panjang dari stadium I dan gemuk, ekor
panjang dan lancip, dan masa perkembangan 6 ½ - 9 ½ hari. Sementara larva stadium
III memiliki panjang 1300 – 2000 mikron, bentuk langsing, ekor mempunyai 3 papil
bulat, dan masa perkembangan 9 ½ - 13 ½ hari.
Mikrofilaria hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi terutama pada
waktu malam hari (periodisitas nokturna). Pada siang hari terdapat di kapiler organ-
organ dalam (paru, ginjal, jantung, dan lain-lain). Cacing dewasa jantan maupun
betina hidup di saluran dan kelenjar limfe.
• Periodik nokturna
• Subperiodik diurna
• Subperiodik nokturna
Hospes
Hospes definitif parasit ini adalah manusia sementara hospes perantara/vektor adalah
nyamukAnopheles yang menggigit pada malam hari dan banyak terdapat di pedesaan,
Culex yang menggigit pada malam hari dan banyak di perkotaan, serta Aedes yang
menggigit pada siang hari dan banyak terdapat di pedesaan.
Siklus Hidup
Gejala Klinis
Gejala klinis disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup
maupun yang mati. Dibagi dalam beberapa stadium yaitu :
Diagnosis
2. Diagnosis radiologik
USG Doppler di skrotum menggambarkan pergerakan aktif cacing (filaria
dance sign). Selain itu, dapat dilakukan limfoskintigrafi dengan menggunakan
dextran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif, akan menunjukkan
abnormalitas sistem limfatik .
Diagnosis Banding
• Infeksi bakteri
• Tromboflebitis
• Trauma
• Penyakit sistemik granulamatosa
• Sarkoidosis
• Lepra
Pengobatan
1. Perawatan umum
Pasien diharuskan istirahat di tempat tidur dan pindah tempat ke daerah yang
lebih dingin. Berikan antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses. Lakukan
pengikatan pada daerah bendungan untuk mengurangi edema.
2. Pengobatan spesifik
Dalam mengobati infeksi, dapat digunakan Dietilcarbamazine (DEC) dengan
dosis 6 mg/kgBB/hari slm 12 hari, dapat diulang 1 – 6 bln kemudian atau
Ivermektin dosis tunggal 400 mg/kgBB atau Albendazol dosis tunggal 400
mg.
3. Pengobatan penyakit
Terapi bedah yang dapat dilakukan adalah limfangioplasti, prosedur jembatan
limfe, transposisi flap omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis
pembuluh limfe tepi ke dalam, bedah mikrolimfatik. Untuk menangani
chyluria perlu terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein dan cairan, suplemen
tambahan.
Pencegahan
Pencegahan individu berupa obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, dan
penggunaan insektisida. Pencegahan massal yaitu berupa 2 regimen obat albendazol
400 mg & ivermectin 200 mg/kgBB, dosis tunggal, per tahun atau DEC dalam bentuk
garam 0,2 – 0,4 % selama 9 – 12 bulan.
Edukasi yang perlu diberikan kepada masyarakatan adalah pada ekstremitas yang
terkena, cuci dengan sabun dan air sebanyak 2 kali sehari, menaikkan tungkai yang
terkena pada malam hari, ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan aliran,
menjaga kebersihan kuku, memakai alas kaki, dan mengobati luka kecil dengan krim
antiseptik atau antibiotik.
Prognosis
Prognosis kasus dini dan sedang cukup baik. Namun untuk kasus lanjut dengan
edema tungkai, prognosis buruk.
Filariasis Brugia
Definisi
Filariasis brugia adalah infeksi yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia
timori
Epidemiologi
B. malayi ditemukan di Asia, termasuk Indonesia
B. timori hanya terdapat di Indonesia
Cara penularan
B. malayi ditularkan melalui vector nyamuk Anopheles jika di sawah dan
nyamuk Mansonnia yang banyak di rawa-rawa sedangkan B. timori melalui nyamuk
Anopheles yang banyak di sawah, pantai dan pedalaman
Etiologi
Perbedaan B. malayi B. timori
Makrofilaria Panjang : 2,2-2,3 cm Panjang : 2,1-3,3 cm
Lebar : 0,09 mm Lebar : 0,1 cm
Mikrofilaria Ruang kepala : panjang = 2 kali Ruang kepala : panjang = 3 kali lebar
lebar Lekuk badan : agak kaku
Lekuk badan : kaku
Gambar
Gejala
- Demam 5-15 hari
- Adenolimfangitis yang hilang timbul
- Adenolimfangitis dapat menjadi bisul/abses pecah menjadi scar/jaringan
parut pada 1 kelenjar limfe (khas)
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi : leukosistosis dan eosinofilia
2. Parasitologi : dengan pewarnaan Giemsa dan waktu pengambilan specimen
pada malam hari
3. Serologi : untuk memeriksa antigen terhadap brugia (ELISA)
4. PCR : untuk deteksi DNA brugia
Terapi
1. Dietilkarbamezepin
Dosis : 6mg/kg BB/ hari selama 12 hari
2. Ivermektin
Dosis : 400 mg/kg BB
3. Albendazol
Dosis : 400 mg dosis tunggal setiap hari untuk 2-3 minggu
FILARIASIS (BRUGIA MALAYI)
Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Pada dasarnya
gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi Wucheria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut tampak lebih jelas dan
lebih berat pada infeksi oleh Brugia malayi dan Brugia timori. Infeksi Wuchereria
bancrofti dapat menyebabkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin, tetapi
infeksi oleh Brugia malayi dan Brugia timori tidak menimbulkan kelainan pada
saluran kemih dan alat kelamin (Depkes RI, 2009d).
Diagnosis
Pemeriksaan fisik merupakan cara diagnosis paling cepat dan murah dan dapat
digunakan dalam pelaksanaan rapid survey (Soeyoko, 2002). Untuk konfirmasi
diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan (Staf Pengajar Departemen Parasitologi
FKUI, 2008) :
a. Diagnosis Parasitologi
Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau
cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi Knott.
Pada pemeriksaan hispatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat
dijumpai di saluran dan kelenjar limfe dari jaringan yang dicurigai tumor. Deteksi
biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melalui DNA parasit
dengan menggunakan reaksi rantai polymerase (Polymerase Chain Reaction/PCR).
b. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah
bening inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.
Pemeriksaan ini hanya dapat digunakan untuk infeksi filaria oleh Wuchereria
bancrofti. Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin
yang ditandai dengan zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem
limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.
c. Diagnosis Imunologi
Deteksi antigen dengan immunochromatographic test (ICT) yang menggunakan
antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen Wuchereria
bancrofti dalam sirkulasi darah. Deteksi antibodi dengan menggunakan antigen
rekombinan telah dikembangkan untuk mendeteksi antibodi subklas IgG4 pada
filariasis brugia.
BRUGIA TIMORI
Distribusi geografik
• Daur hidup parasit ini cukup panjang, tetapi lebih pendek daripada
W.bancrofti. Masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari
dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
• Didalam tubuh nyamuk parasit ini mengalami dua kali pergantian kulit,
berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III.
• Stadium akut: ditandai dgn serangan demam dan peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali.
• Peradangan pada saluran limfe ini dpat terlihat sebgain garis merah yang
menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jar. Sekitar,
menimbulkan infiltrasi pd seluruh paha atas
• Pd st. Ini tngkai bawah ikut membengkak & menimbulkan gejala limfodema
Klasifikasi E. Vermicularis
• Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Kingdom : Metazoa
• Philum : Nemathelmintes
• Kelas : Nematoda
• Ordo : Rhabditia
• Famili : Oxyuroidea
• Genus : Enterobius
• Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap dan
ekor yang melingkar seperti tanda tanya.
Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus,
kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada
tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai
menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi kedaerah perianal, berlangsung kira-
kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan
karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu
sesudah pengobatan.
Epidemiologi
• Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara
panas, kebiasaan ke WC.
• Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang
baik bagi pertumbuhan telur.
ENTEROBIASIS
Enterobiasis adalah kejadian infeksi kecacingan yang diakibatkan oleh masuknya
cacing spesies Enterobiasis vermicularis pada tubuh manusia yang ditandai
dengan timbulnya rasa gatal daerah sekitar anus pada kasus infeksi berat.
Gejala
• Pruritus ani
• Insomnia
Obat pilihan 1
• Mebendazol
Dosis :
• Pirantel Pamoat
Dosis :
Bentuk sediaan : Sirop berisi 50 mg pirantel pamoat basa/mL, tablet 125 dan
250 mg. Dosis tunggal dianjurkan 10 mg/kgBB dapat diberikan setiap saat
tanpa dipengaruhi oleh makanan dan minuman.
Obat Pilihan 2
• Albendazol
Dosis :
Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei
teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah,
potong kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu
toilet dibersihkan dengan menggunakan desinfektan.
Trichuris Trichiura
P: 5 cm/4cm
Anterior langsing seperti cambuk, pnjang 3/5 dari panjang seluruh tubuh
Posterior > gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul, pd cacing jantan
melingkar dan terdapat satu spikulum.
Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan baian anterior (cambuk)
msk ke mukosa usus.
Seperti tempayang
Gejala klinis
Cacing memasukan kepala ke mukosa usus, shingga menyebabkan iritasi dan Cacing
ini jg menghisap darah sehingga menyebabkan anemia
Pd infeksi berat, terutama anak , cacing tersebar di kolon dan rektum. Kadang terihat
direktum yg mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita.
Tata Laksana
Karakteristik
• Ukurancacingdewasa
• Lokasicacingdewasa Usushalus
Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-
90%.
Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25O-30OC merupakan kondisi yang
sangat baik untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif.
Hospes
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides.
Gejala Klinis
Gangguan karena larva biasanya terjadi di paru. Pada orang yang rentan terjadi
perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai
batuk, demam, dan eosinophilia. Pada foto toraks tampak infiltrate yang menghilang
dalam waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loefller.
Gangguan cacing dewasa biasanya ringan. Biasanya penderita mengalami
gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Pada anak dapat terjadi malabsorpsi. Efek serius terjadi bila cacing
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi.
Diagnosis
Selama fase pulmonal akan ditemukan eosinophilia. Diagnosis ditegakkan
dengan menemukan telur cacing pada tinja atau karena cacing dewasa keluar tubuh
dan ditemukan dalam tinja.
Pengobatan
Cacing ini seringkali berada dalam usus manusia bersama dengan cacing
tambang.
Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut:
BB 0-15 kg: 1 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.
BB 15-25 kg: 2 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.
BB 25-50 kg: 3 g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.
BB > 50 kg: 3½ g sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.
ES: pusing, rasa melayang dan gangguan penglihatan.
Heksilresorsinol.Obat ini baik untuk infestasi cacing dalam usus. Diberikan setelah
pasien dipuasakan terlebih dahulu, kemudian diberikan 1 g disusul dengan pemberian
sebanyak 30 g MgSO4, yang diulangi 3 jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan
cacing.
Pirantel Pamoat. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 10mg/kgBB,
maksimal 1 g. ES: mual, diare, pusing, ruam kulit, dan demam.
Levamisol. Dosis tunggal 150 mg.
Albendazol. Dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol. Dosis 100 mg 2 x sehari selama 3 hari.
REFERENSI
ILMU PENYAKIT DALAM JILID III
Parasitologi UI
Buku Ajar “DIVISI INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS”