Anda di halaman 1dari 35

Halaqah yang ke 1, Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid

Kaum muslimin yang dimulyakan oleh Allāh ‫حان لهه لو تللعاللى‬


‫هسبب ل‬, ini adalah halaqoh yang pertama
dari silsilah belajar tauhid yang berjudul “Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid?

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita,
karena Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid
yaitu meng-esakan ibadah kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬َ‫ ه‬. Allāh َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬berfirman :

‫ﺲ ﺇﻟﻻﻻ لﻟلﻴبعهَﺒهَﺪوﻥ‬
‫ﻦ لوبﺍﻹﻟبن ل‬ ‫ﺖ ﺍبل ﻟ‬
‫ﺠ ﻻ‬ َ‫لولﻣاَ لﺧﻠلبﻘ ه‬

’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu’’.(Surat
Adz-Dzariyaat 56)

Oleh karena itulah Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬telah mengutus para Rasul kepada setiap ummat
tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid. Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬ َ‫ ه‬berfirman :

‫ﻄاَهَﻏﻮُ ل‬
‫ﺕ‬ ‫… ۖ لولللﻘبﺪ لبلعبﺜلﻨاَ ﻟﻓﻲِ هَﻛﻞُﻞ ﺃ هَﻻﻣﺔَّﺔ لﺭهَسﻮُﻟﻻ ﺃلﻟﻥ ﺍبﻋهَﺒهَﺪوﺍ ﻻ‬
‫ﺍل لوﺍبﺟلﺘﻟﻨهَﺒﻮُﺍ ﺍل ﻻ‬

’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang
mereka berkata kepada kaumnya, ’’Sembahlah Allāh dan jauhilah thaghut’’. (Surat
AnNahl 36)

Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ه‬

Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari
ajaran Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun dia telah
mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.

Halaqah yang ke 2, Tauhid adalah syarat mutlak untuk masuk ke dalam surga.
Saudaraku.. Orang yang menginginkan kebahagiaan di surga maka dia harus memiliki
modal yang satu ini yaitu modal bertauhid. Tidak akan masuk ke dalam surga kecuali
orang-orang yang bertauhid meskipun terkadang dia di adzab sebelumnya ke dalam
neraka karena dosa yang dia lakukan. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

َ‫ُ لولﻛﻠﻟلﻣهَتهَه ﺃلبللﻘاَلها‬،‫ُ لوﺃلﻻﻥ ﻟﻋبيلسىَ لﻋببهَد ﺍ لولﺭهَس بول هَهَه‬،‫ُ لوﺃلﻻﻥ هَﻣلحﻻﻣﻟدﺍ لﻋببهَدههَ لولﺭهَس بول هَهَه‬،‫ك للهَه‬
‫لﻣبﻥ لشﻟهلد ﺃلبﻥ لﻻ ﺇﻟللله ﺇﻟﻻﻻ ﺍ لوبحلدههَ لﻻ لشﻟﺭبي ل‬
‫ﺇﻟللىَ لﻣبﺭليلم لوهَﺭ بوحح ﻟﻣبنهَه لوﺍبللﺟﻻنلﺔ لحقق لوﺍلﻻناَلﺭ لحقق ﺃلبدلﺧلﻠهَه ﺍ ﺍللﺟﻻنهَﺔ لﻋلﻠىَ لﻣاَ لﻛاَلﻥ ﻟﻣلﻥ ﺍبللعلﻣﻟل‬

"Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah
kecuali Allâh, tidak ada sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah
hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bersaksi bahwasanya Isa adalah Hamba Allâh dan juga
Rasul-Nya, dan kalimat-Nya " Ya Allâh tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allâh ‫سببلحاَلنهَه‬ َ‫ه‬
‫ل‬ ‫ل‬
َ‫ لو تلعاَلى‬dan bersaksi bahwasanya surga adalah benar dan neraka adalah benar" maka
Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬akan memasukkan dia ke dalam surga sesuai dengan apa yang telah
diamalkan" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits yang lain Nabi kita ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ ليببلتﻟغىَ ﻟبلذلﻟ ل‬. ‫لﻓإﻟﻻﻥ ﺍ لقبد لحﻻﺭلم لﻋلﻠىَ ﺍلﻻناَﻟﺭ لﻣبﻥ لقاَلل ﻻل ﺇﻟللله ﺇﻟﻻﻻ ﺍ‬
‫ك لوبﺟله ﺍ‬

"Sesungguhnya Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬telah mengharamkan neraka bagi orang yang
mengatakan ‫ ﻻﺍله ﺍﻻ ل‬tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allâh, yang
dia mengharap dengan kalimat tersebut wajah Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫( " ه‬HR. Bukhari dan
Muslim)

Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan surga Allâh
َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬adalah dengan bertauhid. itulah halaqah yang ke 2 dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.

Halaqah yang ke 3, Bahaya Kesyirikan


Akhil karim..

Tauhid adalah amalan yang paling Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬cintai, sebaliknya syirik
(menyekutukan Allâh dalam beribadah) adalah amalan yang sangat Allâh murkai. Allâh
َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬memang Maha Pengampun akan tetapi bila seseorang meninggal dunia
dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬ َ‫ ه‬, Maka َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬tidak
akan mengampuni dosa syirik tersebut.

Orang tersebut akan kekal di dalam Neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan
baginya untuk masuk ke dalam surga-Nya Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬, Sungguh ini adalah
sebuah kerugian yang tidak ada kerugian yang lebih besar daripada kerugian ini.

Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬berfirman:

‫ك لﻟلﻣﻥ ليلشآَهَء‬ ‫ﺍ ﻻلليبغﻟفهَﺭ لﺃﻥ هَيبشلﺭ ل‬


‫ك ﻟبﻟه لوليبغﻟفهَﺭ لﻣاَهَدولﻥ لذلﻟ ل‬ ‫ﺇﻟﻻﻥ ل‬

"Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan masih mengampuni dosa
yang lain bagi siapa yang dikehendaki". (An-Nisaa : 48)

Allâh َ‫ لتلعاَللى‬juga berfirman:

‫ل لﻓلﻘبد لحﻻﺭلم ﺍ هَ لﻋﻠلبيﻟه ﺍبللﺟﻻنلﺔ لولﻣأبلوﺍههَ ﺍلﻻناَهَﺭ لولﻣاَ ﻟلﻠﻻظاَلﻟﻟﻣيلﻥ ﻟﻣبﻥ لﺃن ل‬
‫صاَﺔَّﺭ‬ ‫ﺇﻟﻻنهَه لﻣﻥ هَيبشﻟﺭبك ﻟباَ ﻟ‬

“Sesungguhnya, barang siapa yang menyekutukan Allâh, maka Allâh mengharamkan


baginya surga, dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada penolong bagi
orang-orang zhalim” (QS. Al-Maidah: 72)

Oleh karena itu hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini. Terkadang seseorang
terjerumus ke dalam dosa ini sedangkan dia tidak menyadarinya, Bentengilah dirimu
dengan perisai ilmu yaitu ilmu Agama, belajarlah dan berdo'alah kepada Allâh..
Berdo'alah kepada Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬dengan sejujur-jujurnya. Semoga Allâh َ‫هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
melindungi kita dan keluarga kita dari perbuatan syirik ini.

Halaqah yang ke 4, syirik Membatalkan Amalan

Pernahkah Anda kehilangan file data berharga, hasil kerja keras Anda selama berhari-
hari atau berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun? bagaimanakah perasaan Anda
saat itu? sedih bukan! terkadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal
file yang berharga tersebut kembali.

Saudaraku sekalian..

Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang. Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ه‬
telah berfirman:

‫ك لوﺇﻟللىَ ﺍلﻻﻟذيلﻥ ﻟﻣبﻥ لقببﻠﻟلك للﻟئبﻥ ﺃلبشلﺭبﻛ ل‬


‫ﺕ للليبحلبلطﻻﻥ لﻋلﻣﻠ هَلك لولللتهَﻛولنﻻﻥ ﻟﻣلﻥ ﺍبللﺧاَﻟسﻟﺭيلﻥ لبﻟل ﻻ‬
‫ﺍل لﻓاَبﻋهَببد لوهَﻛبﻥ ﻟﻣلﻥ‬ ‫لولللﻘبد هَﺃو ﻟ‬
‫حلﻲِ ﺇﻟللبي ل‬
‫ﺍلﻻشاَﻟﻛﻟﺭيلﻥ‬

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu Wahai Muhammad (Nabi-nabi) dan orang-
orang sebelummu bahwa "Apabila kamu berbuat syirik Maka sungguh akan batal
amalanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang merugi" Maka sembahlah
Allâh saja dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Az-Zumar: 65-
66)

Dalam ayat ini, seorang Nabi pun apabila dia berbuat syirik maka batal amalannya, Oleh
karena itu, saudara sekalian jagalah amalan Anda yang sudah Anda tabung bertahun-
tahun, jangan biarkan amalan tersebut hilang begitu saja hanya karena kejahilan Anda
terhadap Tauhid dan juga syirik. terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa
bisa menghancurkan amalan sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi untuk bisa
menabung kembali.

Halaqah yang ke 5, Taubat Dari Kesyirikan


Orang yang berbuat syirik saudara sekalian dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat
kepada Allâh maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni. Namun, apabila dia
bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬akan mengampuni dosanya
bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat Nasuha adalah taubat yang terpenuhi di
dalamnya 3 syarat :

1. Menyesal,

2. Meninggalkan perbuatan tersebut,

3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi.

Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬berfirman:

‫ﺍ ليبغﻟفهَﺭ ﺍلذذهَنو ل‬
‫ب لﺟﻟﻣيﻟعاَ ﺇﻟﻻنهَه هَهلو ﺍبللغهَفوهَﺭ ﺍلﻻﺭ ﻟ‬
‫حيم‬ َ‫قهَبل لياَﻟﻋلباَﻟديِ ﺍلﻻﻟذيلﻥ ﺃلبسلﺭهَﻓوﺍ لﻋلﻠىَ لﺃنفهَﻟسﻟهبم ﻻللتبﻘلن ه‬
‫طوﺍ ﻟﻣﻥ ﻻﺭبحلﻣﻟﺔ ﺍﻟ ﺇﻟﻻﻥ ل‬

"Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri
yaitu dengan berbuat dosa , janganlah kalian berputus asa dari rahmat
Allâh.Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Az-Zumar 39:53)

Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ﺇﻟﻻﻥ ﺍ ليبﻘلبهَل لت بولبلﺔ ﺍبللعببﻟد لﻣاَ للبم هَيلغبﺭﻟﻏبﺭ‬

"Sesungguhnya Allâh menerima taubat seorang hamba selama Ruh Belum sampai ke
tenggorokan". (HR.Tirmidzi dan juga Ibnu Majah dan dihasankan oleh syaikh Al-Albany
rahimahullâh)

Para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬tidak semua lahir dalam keadaan islam. Bahkan banyak diantara
mereka masuk islam ketika sudah besar dan sebelumnya bergelimang dengan
kesyirikan, supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan maka seseorang harus
mempelajari tauhid dan memahaminya dengan baik, Mengetahui jenis-jenis kesyirikan
sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.

Halaqah yang ke 6, Apa Itu Tauhid.

Saudara sekalian semoga Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬memberikan pemahaman kepada kita
semua, sebelum kita jauh melangkah di dalam silsilah ini tentunya kita harus benar-
benar memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita amalkan.

Tauhid secara bahasa adalah mengesakan, Apapun secara Istilah maka Tauhid adalah :
mengesakan Allâh di dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehigga
dia meninggalkan peribadatan kepada selain Allâh Seperti :

-Berdoa kepada selain Allâh,

-Bernadzar untuk selain Allâh,

-Menyembelih untuk selain Allâh dll.

Apabila seseorang beribadah kepada Allâh dan menyerahkan sebagian Ibadah kepada
selain Allâh, siapapun dia entah itu seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah
yang dinamakan dengan syirik ( menyekutukan Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬di dalam beribadah,
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ب‬
Allâh َ‫سبلحاَنهَه لو تلعاَلى‬َ‫ ه‬berfirman:

ِ‫لوﺇﻟبذ لقاَلل ﺇﻟببلﺭﺍﻟهيهَم للﻟبيﻟه لولق بوﻟﻣﻟه ﺇﻟﻻنﻟنىَ لبلﺭآَحء ﻞُﻣﻻﻣأ لتبعهَبهَدولﻥ ﺇﻟﻻﻻ ﺍلﻻﻟذيِ لﻓلطلﺭﻟنﻲ‬

"Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada Bapaknya dan Kaumnya, Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah kecuali Dzat yang telah menciptakan aku"
(QS az-Zukhruf : 26-27)

Rasûlullâh ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ﺍ‬
‫ﺴاَهَبهَه لﻋﻠلىَ ﻟ‬ ‫ﺍ لحهَﺮلم لﻣاَل هَهَه لولدهَﻣهَه لو ﻟ‬
‫ح ل‬ ‫ﻦ لقاَلل ﻻل ﺇﻟللله ﺇﻟﻻﻻ ﺍ هَ لو لﻛلفلﺮ ﻟبلﻤاَ هَيبعلﺒهَﺪ ﻟﻣ ب‬
‫ﻦ هَد بوﻟﻥ ﻟ‬ ‫لﻣ ب‬

"Barang siapa yang mengatakan ‫ ﻻ ﺍله ﺍﻻ ل‬dan mengingkari segala sesuatu yang
disembah selain Allâh maka haram hartanya dan darahnya ( tidak boleh diganggu) dan
perhitungannya ( hisabnya) adalah atas Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫" ه‬. (HR. Muslim)

Oleh karena itu rukun kalimat tauhid ‫ ﻻ ﺍله ﺍﻻ ل‬ada 2 :

1. Nafi ( pengingkaran) pada kalimat ‫ ﻻ ﺍله‬Artinya : tidak ada tuhan yang berhaq
disembah,

maksudnya adalah mengingkari tuhan-tuhan selain Allâh.

2. Itsbat / penetapan pada kalimat ‫ ﺍﻻ ل‬artinya (kecuali Allâh) Maksudnya adalah

menetapkan Allâh sebagai satu-satunya sesembahan.

Halaqah yang ke 7, Termasuk Syirik Memakai Jimat

‫ ﻋلزوﺟ ل‬adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudhorot.


Saudaraku sekalian Allâh ‫ل‬
Kalau Allâh menghendaki untuk memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak
akan ada yang bisa mencegahnya.Demikian pula sebaliknya ketika Allâh menghendaki
untuk menimpakan musibah kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa
menolaknya.Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk hanya
bergantung kepada Allâh semata dan merasa cukup dengan Allâh dalam usaha
mendapatkan manfaat dan menghindari mudhorot. Seperti Dalam Mencari rezeki,
Mencari keselamatan, Mencari kesembuhan dari penyakit dan lain-lain.

Dan tidak bergantung sekali² kepada benda-benda yang dikeramatkan, seperti : Jimat,
Wafaq, Susuk dan berbagai jenisnya. Rasûlullâh ‫ ﷺ‬bersabda:

‫لﻣبﻥ لﻋﻠﻻلق لتﻟﻣيلﻣﻟﺔ لﻓلﻘبد ﺃلبشلﺭ ل‬


‫ك‬
"Barang siapa yang menggantungkan tamimah (jimat) dan semisalnya maka sungguh
dia telah berbuat syirik. (HR. Imam Ahmad dan di shahihkan oleh Syeikh Al-Albani
Rahimahullâh)

Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab atau perantara maka ini
termasuk syirik kecil. Karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai
sebab, padahal yang berhak menentukan sesuatu itu sebab atau tidak adalah Dzat yang
menciptakannya yaitu Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬Kemudian, Apabila dia meyakini bahwa barang
tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan memberikan mudhorot maka ini
termasuk syirik besar yang bisa mengeluarkan seseorang dari islam.

Semoga Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬memudahkan kita dan juga saudara-saudara kita untuk
meninggalkan perbuatan syirik yang sudah tersebar ini dan menjadikan ketergantungan
hati kita dan mereka hanya kepada Allâh. ‫حسبناَ ل ونعم ﺍلوﻛيل‬

Halaqah yang ke 8, Bertabarruk (mencari barokah)

Kaum Muslimin.. Barokah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. Allâh


Subhânahu wa Ta'ala adalah Dzat yang berbarokah artinya banyak kebaikanNya. Allâh
َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬berfirman:

‫تبﺭك ل ﺭب ﺍلعاَلﻣيﻥ‬

''Dan Allâh adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian
makhlukNya sehingga makhluk tersebut menjadi Makhluk yang berbarokah dan banyak
kebaikanya''. Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬juga berfirman:

‫س للﻠﻻﻟذيِ ﻟبلبﻻﻛلﺔ هَﻣلباَلﺭﻟﻛاَ لوهَهﻟدىً لﻟبﻠلعاَللﻟﻣيلﻥ‬


‫ضلع ﻟلﻠﻻناَ ﻟ‬ َّ‫ﺇﻟﻻﻥ ﺃلﻻولل لببي ﺔ‬
‫ﺕ هَو ﻟ‬

"Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allâh letakkan bagi manusia untuk beribadah
adalah yang ada di makkah yang berbarokah dan petunjuk bagi seluruh alam". (QS. Ali
Imron: 96)
Ka'bah diberikan barokah oleh Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬dan cara mendapatkan barokahnya
atau kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di sana. Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬َ‫ه‬
berfirman:

‫ﺇﻟﻻناَ ﺃلبنلزبللناَههَ ﻟﻓﻲِ للبيلﻠﺔَّﺔ هَﻣلباَلﺭلﻛﺔَّﺔ ﺇﻟﻻناَ هَﻛﻻناَ هَﻣبنﻟذﻟﺭيلﻥ‬

"Sesungguhnya kami telah menurunkan Alquran pada malam yang berbarokah,


sesungguhnya kami memberikan peringatan".(QS. Ad Dukhan : 3)

Malam lailatul qodr adalah malam yang berbarokah dan cara mendapatkan barokahnya
dan juga kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang
ulama berbarokah dengan ilmunya dan juga dakwahnya, cara mencari keberkahannya
dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu dari ulama tersebut. Disana ada
barokah yang sifatnya dzaatiyah yaitu dzat yang berbarokah dimana barokah seperti ini
bisa berpindah, barokah jenis ini hanya Allâh berikan kepada para Nabi dan juga Rasul.
Oleh karena itu, dahulu para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬bertabarruk dengan bekas air wudhu Nabi
‫ ﷺ‬rambut beliau, keringat beliau dan lain-lain.

Sepeninggal beliau Rasûlullâh ‫ ﷺ‬mereka tidak melakukan hal ini kepada Abu Bakar dan
Umar dan para sahabat yang lain, dan ini menunjukkan bahwasanya ini adalah
kekhususan para Nabi dan juga para Rasul. Meminta barokah hanya kepada Allâh dan
dengan cara yang di syariatkan. Adapun meminta barokah dari Allâh dengan sebab
yang tidak disyariatkan seperti dengan mengusap dinding mesjid tertentu, atau
mengambil tanah kuburan tertentu dan lain-lain, maka ini termasuk dalam syirik kecil,
Semoga Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬memberkahi kita dan keluarga kita. Aamiin.

Halaqah yang ke 9, Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk Selain Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ه‬

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini. Didalamnya ada
pengagungan terhadap Allâh Robb semesta alam dan merupakan wujud cinta dengan
mengorbankan sebagian harta kita untuk Allâh Seperti : Ibadah qurban di hari raya,
Aqiqah, dan juga Hadiyuh bagi sebagian jama'ah haji.
Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah yang mulia ini hanya
untuk Allâh semata. Sebagaimana firman Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬َ‫ه‬

‫صﻞُل لﻟلﺭﻞُبلك لوﺍبنلحبﺭ‬


‫لﻓ ل‬

“Maka shalatlah dan menyembelihkan untuk Tuhanmu''.(QS. Al Kautsar : 2)

Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain Allâh dalam
rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allâh sama saja kepada
seorang Nabi atau kepada seorang wali, atau kepada jin dan lain² maka dia telah
terjatuh kepada syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari islam, membatalkan
amalannya dan terkena ancaman laknat dari Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬, sebagaimana sabda
Rasulullâh ‫ﷺ‬

‫لعﻥ ل ﻣﻥ ذبح لغيﺭ ل‬

"Allâh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allâh" (HR. Muslim)

Dan Makna dari laknat adalah dijauhkan dari Rahmat Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬. Oleh
karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkorban dan
menyembelih untuk selain Allâh sedikitpun, Meskipun dengan seekor lalat, dengan
harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudhorot. Kita harus yakin
sebagai seorang muslim bahwa manfaat dan juga mudhorot di tangan Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ه‬
semata. Dan hanya kepada-Nya lah seorang muslim bertawwakal.

Halaqah yang ke 10, Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allâh.

Bernadzar untuk Allâh adalah seseorang mengatakan misalnya wajib bagi saya
melakukan ibadah ini dan itu untuk Allâh , atau dengan mengatakan saya bernadzar
untuk Allâh bila terlaksana hajat saya.
Bernadzar kaum muslimin yang di muliakan oleh Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬ َ‫ ه‬adalah Ibadah dan
sebuah bentuk pengagungan. Karenanya bernadzar ini tidak diperkenankan kecuali
untuk Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬semata, seperti seseorang bernadzar untuk Allâh akan
berpuasa satu hari jika lulus ujian, atau bernadzar untuk Allâh akan mengadakan umrah
jika sembuh dari penyakit dan lain-lain. Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬berfirman:

‫ﺍ ليبعلﻠهَﻣهَه لولﻣاَﻟلﻠﻻظاَلﻟﻟﻣيلﻥ ﻟﻣبﻥ لﺃن ل‬


َُ‫صاَﺔَّﺭه‬ ‫لولﻣآَلﺃنلفبﻘهَتم ﻞُﻣﻥ ﻻنلفلﻘﺔَّﺔ ﺃل بو لنلذبﺭهَتم ﻞُﻣﻥ ﻻنبذﺔَّﺭ لﻓإﻟﻻﻥ ل‬

“Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan, maka sesungguhnya Allâh
َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬mengetahuinya...” (Al-Baqarah: 270)

Allâh َ‫ لتلعاَللى‬mengabarkan bahwasanya Allâh mengetahui nadzar para hambanya di dalam


ayat ini, dan akan membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukkan bahwasanya
nadzar adalah ibadah yang seorang muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.
Dan Menunaikan nadzar apabila dalam ketaatan hukumnya adalah wajib. Berdasarkan
firman Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ه‬

‫لوبلهَيوهَﻓوﺍ هَنهَذولﺭهَهم‬

"Dan supaya mereka menunaikan nadzar-nadzar mereka".

Dan sabda Nabi ‫ﷺ‬:

‫ﻣﻥ نذﺭ ﺍﻥ يطيع ل ﻓﻠيطعه وﻣﻥ نذﺭ ﺍﻥ يعصيه ﻓل يعصه‬

"Barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allâh maka hendaknya menaatinya, dan
barang siapa bernadzar untuk memaksiati Allâh maka janganlah dia memaksiatiNya
(HR. Bukhari)

Bernadzar untuk selain Allâh termasuk syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari
islam. Seperti, Seseorang bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan
menyembelih untuk wali fulan, atau berpuasa untuk syeikh fulan dan lain-lain. Semoga
Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬melindungi kita dan keturunan kita dari perbuatan syirik. Aamiin.

Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah (Jampi-
jampi)”

Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan
ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikan.

‫س‬‫ضﻮُﺍ لﻋلﻠﻻﻲِ هَﺭلقاَهَﻛبﻢ لﻻ لبأب ل‬ ‫ﻒ لتلﺮىً ﻟﻓﻲِ لذلﻟ ل‬


َ‫ﻚ لﻓلﻘاَلل ﺍبﻋﻟﺮ ه‬ ‫ﺠاَﻟهﻠﻟﻻﻴﻟﺔ لﻓﻘهَبﻠلﻨاَ لياَ لﺭهَسﻮُلل ﻻ‬
‫ﺍﻟ لﻛبﻴ ل‬ ‫ف ببﻟﻥ لﻣاَلﻟﺔَّك لقاَلل هَﻛﻻﻨاَ لنبﺮﻟقﻲِ ﻟﻓﻲِ ﺍبل ل‬
‫لﻋبﻥ لﻋ بو ﻟ‬
‫ﻦ ﻟﻓﻴﻟه ﻟشبﺮ ح‬
‫ك‬ ‫ﻟباَلذﺮلقىَ لﻣاَ للبﻢ ليهَﻜ ب‬

Dari ‘Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di zaman
Jahiliyyah, maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Yā
Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini?” Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda :
“Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa
selama tidak ada kesyirikan”. (HR. Abū Dāwūd, dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh).

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari:

• Ayat-ayat AlQur’an

• Do’a-do’a yang diajarkan Nabi ‫ ﷺ‬dan ini lebih utama.

• Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa Arab
maupun dengan selain bahasa Arab.

Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini


bahwasanya ruqyah hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya
dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut.

Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan
sebab tersebut yaitu Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬. Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah
jampi-jampi atau bacaan yang mengandung permohonan kepada selain Allāh, entah
kepada seorang jin ataupun seorang wali sekalipun, biasanya disebutkan disitu nama-
nama mereka.

Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan
nama-nama Allāh atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab, tujuannya adalah
satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang jahil dan tidak tahu. ruqyah yang
mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh ‫ ﷺ‬dalam sabda Beliau :

‫ﺇﻟﻻﻥ ﺍلذﺮلقىَ لوﺍلﻻﺘلﻤاَﻟئلﻢ لوﺍلﻞُﺘلﻮُلللﺔ ﻟشبﺮ ح‬


‫ك‬

’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’. (HR. Abū
Dāwūd, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)

Halaqah yang ke-12 “Berdo’a Kepada Selain Allāh Adalah Syirik Besar”.

Berdo’a kepada Allāh adalah seseorang menghadap Allāh dengan maksud supaya Allāh
َ‫ هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan
merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬. Berdo’a dengan
makna di atas adalah ibadah.

Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu, “Aku mendengar Nabi ‫ ﷺ‬bersabda
: ‘Do’a adalah ibadah, ’Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬membaca ayat:

‫ﻦ ﻟﻋلﺒاَلدﻟتﻲِ لسلﻴبﺪهَﺧهَﻠﻮُلﻥ لﺟلهﻻﻨلﻢ لدﺍ ﻟ‬


‫ﺧﻟﺮي ل‬
‫ﻦ‬ ‫ﺐ للهَﻜبﻢ ْ ﺇﻟﻻﻥ ﺍلﻻﻟﺬي ل‬
‫ﻦ ليﺴبلﺘبﻜﻟﺒهَﺮولﻥ لﻋ ب‬ ‫لولقاَلل لﺭذبهَﻜهَﻢ ﺍبدهَﻋﻮُﻟنﻲِ ﺃلبسلﺘ ﻟ‬
‫ﺠ ب‬

“Dan Rabb kalian berkata, ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan
kalian. Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka
akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan terhina’.” (Ghāfir:60) (HR. Abū
Dāwūd, Tirmidzi, Nasāi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh).
Dan makna “beribadah kepadaKu” adalah “berdoa kepadaKu”.

Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh semata, maka berdo’a kepada
selain Allāh dengan merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut
kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut kepada Allāh adalah
termasuk syirik besar.

Dan termasuk jenis do’a adalah:

⑴ Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)

⑵ Isti’ādzah (meminta perlindungan)

⑶ Isti’ānah (meminta pertolongan)

Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah
ibadah, hanya diserahkan kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬semata. Dan perlu kita ketahui
bahwasanya boleh seseorang beristighātsah, beristi’ādzah, beristi’ānah kepada seorang
makhluk dengan 4 syarat:

⑴ Makhluk tersebut masih hidup.

⑵ Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.

⑶ Dia mampu sebagai makhluq untuk melakukannya.

⑷Tidak boleh seseorang bertawakkal kepada sebab tersebut, akan tetapi


bertawakkal kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬yang menciptakan sebab.

Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang yang sudah
mati atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau
tidak mendengar ucapan kita atau meminta makhluk perkara yang tidak mungkin
melakukan kecuali Allāh, maka ini termasuk syirik besar.

Halaqoh yang ke-13 dari silsilah kita kali ini adalah tentang Syafā’at.
Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh dan
Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat.
Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh mengampuni seorang muslim dengan
perantara do’a orang yang telah Allāh izinkan untuk memberikan syafa’at.

Syafa’at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal
utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang
dari kesyirikan. Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya
beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:

َ‫ﺕ ﻟﻣبﻥ ﺃ هَﻻﻣﻟتﻲِ ﻻ هَيبشﻟﺭ ه‬


َ‫ك ﻟباَل لشبيﻟئا‬ ‫لﻓﻟهلﻲِ لناَﻟئلﻠحﺔ ﺇﻟبﻥ لشاَلء ﺍ لﻣبﻥ لﻣاَ ل‬

“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang
tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allâh
berfirman:

‫…لولﻻ ليبشلفهَعولﻥ ﺇﻟﻻﻻ لﻟلﻣﻟﻥ ﺍبﺭلت ل‬


…َ‫ضىى‬

“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak memberikan
syafā’at kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”. (Al-Anbiyaa’ 28)

Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang pada hari
kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh
Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat
sekalipun. Sebagaimana firman Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬:

ِ‫ﺸلفهَع ﻟﻋﻨلﺪههَۥۥُ ﺇﻟﻻﻻ ﻟبإﻟبذﻟنﻟهۦ‬


‫ۥُلﻣﻦ لذﺍ ﺍلﻻﻟﺬىً لي ب‬
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh َ‫ لتلعاَللى‬kecuali dengan izin-Nya.” (Al-
Baqarah 255)

Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang
memilikinya. Seperti seseorang mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allāh, aku
meminta syafa’at Nabi-Mu.” Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seperti mengatakan, “Yaa
Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah
kepada makhluk dengan maksud meraih syafā’atnya. Karena cara seperti ini adalah
cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.

Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬berfirman:

‫ﺍ ْ قهَبﻞ ﺃلهَتلﻨﻞُﺒهَﺌﻮُلﻥ ﻻ ل‬
ِ‫ﺍ ﻟبلﻤاَ لﻻ ليبعلﻠهَﻢ ﻟﻓﻲ‬ ‫شلفلعاَهَﺅلناَ ﻟﻋبﻨلﺪ ﻻ ﻟ‬
َ‫ﻀذﺮهَهبﻢ لولﻻ ليبﻨلفهَعهَهبﻢ لوليهَﻘﻮُهَلﻮُلﻥ ىلههَﺆلﻻﻟﺀ ه‬ ‫ﻦ هَدوﻟﻥ ﻻ‬
َ‫ﺍﻟ لﻣاَ لﻻ لي ه‬ ‫لوليبعهَﺒهَﺪولﻥ ﻟﻣ ب‬
‫ﺸﻟﺮهَﻛﻮُﻥ‬ ‫ﺤاَلنهَه لولتلعاَللىىَ لﻋﻻﻤاَ هَي ب‬
‫ﺽ ْ هَسبﺒ ل‬ ‫ل‬ ‫ب‬
‫ﺕ لولﻻ ﻟﻓﻲِ ﺍلبﺭ ﻟ‬ ‫ﺴلﻤاَلوﺍ ﻟ‬‫ﺍل ﻻ‬

“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka
dan tidak pula memberikan manfaat & mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at
bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh
sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (Yunus 18)

Halaqah yang ke 14 Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan

Orang yang sholih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allâh baik dalam hal
Aqidah, Ibadah maupun Muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi
Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬. Kita sebagai seorang muslim diperintahkan untuk mencintai mereka,
kita juga diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.

Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan, membaca


perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati kita,
Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang
diizinkan agama.

Namun, berlebih-lebihan terhadap orang yang sholih seperti mendudukan mereka diatas
kedudukannya sebagai manusia, atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yg tidak
pantas kecuali untuk Allâh, maka ini hukumnya haram, tidak diperbolehkan menurut
agama.

Karena menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada
selain Allâh. Mencintai Rasulullâh ‫ ﷺ‬melebihi cinta kita kepada orang tua, anak dan
semua manusia adalah sebuah kewajiban agama.

Sebagaimana dalam hadits. Namun beliau melarang kita berlebih-lebihan terhadap


beliau dengan mendudukkan beliau diatas kedudukan beliau sebenarnya yaitu sebagai
seorang Hamba Allâh dan Rasul. Beliau ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ﻻ تطﺭونﻲِ ﻛﻣاَ ﺍطﺭﺕ ﺍلنصاَﺭىً ﻋيسىَ ﺍبﻥ ﻣﺭيم ﻓإنﻣاَ ﺍناَ ﻋبده ﻓﻘولوﺍ ﻋبد ل وﺭسوله‬

Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang-orang nasrani


berlebih-lebihan terhadap 'Isa ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya,
maka katakanlah hamba Allâh dan RasulNya (HR. Al-Bukhori)

Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang
Rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi, Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-
baik manusia yaitu Rasulullâh ‫ ﷺ‬tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang
lain?

Dan diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang orang sholih adalah
meyakini bahwasanya mereka mengetahui ilmu ghoib, atau membangun di atas kuburan
mereka, atau beribadah kepada Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬disamping kuburan mereka dan lain-
lain.

Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka. Semoga
Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.
Halaqah yang ke 15 "Sihir "

Ayyuhal Ikhwah.. Sihir bermacam-macam jenisnya dan sihir yang merupakan kesyirikan
adalah sihir yang terjadi dengan meminta pertolongan kepada syetan, dan syetan tidak
akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yg dia ridhoi yaitu:

-Kufur kepada Allâh,

-Kafir kepada Allâh

Dengan cara menyerahkan sebagaian ibadah kepada syetan tersebut atau dengan
menghina Al-Qur'an atau dengan mencela agama dan lain-lain. Allâh berfirman :

‫لولﻣاَ لﻛلفلﺭ هَسلﻠبيلﻣاَهَﻥ لوللﻟﻛﻻﻥ ﺍلﻻشلياَﻟطيلﻥ لﻛلفهَﺭوﺍ هَيلعﻠﻞُهَﻣولﻥ ﺍلﻻناَ ل‬


‫س ﺍلﻞُسبحلﺭ‬

"Dan bukanlah sulaiman yang kafir akan tetapi syetan-syetanlah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia" (QS. Al-Baqarah :102)

Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda yang artinya:

"Jauhilah 7 perkara yang membinasakan, para sahabat bertanya "Ya Rasulullâh apa 7
perkara tersebut? Maka beliau Shalallâhu 'alaihi Wasallam mengatakan : "Syirik kepada
Allâh,Sihir,dan seterusnya".(Muttafaqun Alaih)

Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati, bila dia tidak bertobat
sebagaimana telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬dan yang berhak melakukan
hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah dan bukan individu.

Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan sebagian ulama


menghukumi pelakunya keluar dari islam. Demikian pula, meminta supaya disihirkan
juga perbuatan yang haram. Karena Rasulullâh ‫ ﷺ‬mengabarkan bukan termasuk
pengikut beliau orang yang menyihir dan orang minta disihirkan. Sebagaimana dalam
sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam musnadnya dan dishohihkan
oleh syeikh Albani rahimahullâh.

Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir,
diantaranya adalah dengan menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti :

-Dzikir pagi dan petang

-Dzikir setelah sholat 5 waktu

-Dzikir akan tidur

-Dzikir mau makan

-Dzikir masuk rumah dan keluar rumah

-Dzikir masuk kamar kecil dan keluar kamar kecil dan lain-lain.

Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang membuat ridho
syetan, seperti :

-Jimat- jimat,

-Musik - musik,

-Gambar-gambar makhluk bernyawa dan lain-lain.

Dan apabila qadarullâh terkena sihir maka hendaknya dia bersabar, merendahkan diri
kepada Allâh memohon dari-Nya kesembuhan, dan berpegang dengan ruqyah-ruqyah
yang disyariatkan. Dan jangan sekali-kali dia berusaha untuk menghilangkan sihir
dengan cara meminta bantuan jin, baik secara langsung, maupun lewat dukun,
paranormal dan semisal mereka.

Semoga Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬melindungi kita dan keluarga kita dari semua kejelekan di
dunia dan juga di akhirat. Aamiin..
Halaqah yang ke 16 "Perdukunan"

Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghoib. Yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia seperti:

-Mengetahui barang yang hilang,

-Pencurinya,

-Mengetahui ramalan nasib dan lain-lain.

Dia mengaku mengetahui hal² tersebut dengan cara-cara tertentu seperti :

-Melihat bintang,

-Menggaris di tanah,

-Melihat air di mangkuk dan lain-lain.

Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Saudaraku sekalian.. Ketahuilah, perdukunan dengan namanya yang bermacam² adalah


perkara yang diharamkan dalam agama islam. Ilmu ghoib yang mereka akui pada
hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai bantuan. sedangkan, cara-cara
tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin
dan juga syaithan.

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia
dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan juga keturunannya tidak
akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allâh.

Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini, dan harta
yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.
Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka sebagai yang dikabarkan oleh
Nabi ‫ ﷺ‬dalam hadits yang shohih bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari
langit. Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada
yang dibawahnya dan seterusnya sehingga sampai ke telinga dukun, terkadang dia
terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar tersebut, dan terkadang pula
sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang.

Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah²i oleh dukun tersebut
dengan kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia
kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan kepercayaan dari manusia.
Orang islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan
bagaimanapun susahnya keadaan dia. Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda yang artinya :

Barang siapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia
ucapkan, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad
(HR.Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani
Rahimahullâh )

Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ﻣﻥ ﺍتىَ ﻋﺭﺍﻓاَ ﻓسأ له ﻋﻥ شﻲِء لم تﻘبل له صل ة ﺍﺭبعيﻥ ليﻠﺔ‬

Barang siapa yang mendatangi dukun, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu,
maka tidak diterima darinya sholat selama 40 hari (HR. Muslim)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai


mengeluarkan seseorang dari islam. Namun kedua hadits diatas cukup menunjukkan
besarnya dosa orang yang mendatangi dukun. Semoga Allâh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬menjadikan
kita merasa cukup dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram.

Pelajaran yang ke-17 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Tathayyur”, yaitu
merasa sial dengan sesuatu.
Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian
tertentu, Seperti:

• Melihat tabrakan atau,

• Orang yang berkelahi atau, yang semisalnya.

Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, seperti
bepergian, berdagang dan lain-lain. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan
tersebut kita ikuti, Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda,

‫لﻣبﻥ لﺭﻻدبتهَه ﺍلﻞُطليلﺭةهَ ﻟﻣبﻥ لحاَلﺟﺔَّﺔ لﻓلﻘبد ﺃلبشلﺭ ل‬


‫ك‬

“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka
dia telah berbuat syirik.” (Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imām Ahmad)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan
dan di ingkari oleh Rasūlullāh ‫ﷺ‬, Beliau bersabda,

‫لوﻻل ﺍلﻞُطلياَلﺭة‬

“Tidak ada thiyārah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, thiyārah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh
terhadap takdir Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬,. Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti
was-was syaithān ini. Dan hendaknya dia Memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua
yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan & keburukan adalah dengan takdir
Allāh semata, Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan kebaikan kecuali Allāh dan
tidak (ada yang) melindungi dari keburukan kecuali Allāh. Hanya bertawakal kepada
Allāh semata dan berbaik sangka kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬ َ‫ ه‬,.
Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan
tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu
adalah takdir Allāh semata.

Adapun tafā’ul maka diperbolehkan didalam agama kita. Tafā’ul artinya adalah berbaik
sangka kepada Allāh karena melihat atau mendengar sesuatu. Dahulu Nabi ‫ ﷺ‬sering
bertafā’ul seperti ketika Perjanjian Hudaibiyah. Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail.
Dan Suhail adalah bentuk pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang mudah”. Maka
Beliau pun berbaik sangka kepada Allāh bahwa perjanjian ini akan membawa
kemudahan dan kebaikan bagi umat Islam.

Maka benarlah persangkaan Beliau. Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬, membuka setelah itu (yaitu
setelah perjanjian tersebut) pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.

Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal Nasib Dengan
Bintang”.

Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allāh dan kebesaran


Penciptanya, Allāh َ‫لتلعاَللى‬, telah mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini
memiliki 3 faidah:

⑴ Sebagai perhiasan langit.

⑵ Sebagai pelempar syaithān.

⑶ Sebagai petunjuk manusia, seperti :

-Mengetahui arah utara atau selatan

-Mengetahui arah daerah, arah kiblat

-Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.

Allāh tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas.
Seorang salaf, Qatādah Ibn Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang
lebih pada tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,
“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di
atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” (Ucapan ini dikeluarkan Al-
Imām Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau)

Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau


berkumpul dan berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan
seseorang di masa yang akan datang, dalam masalah rejeki, jodoh dan lain-lain.

Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah. Membacanya dan
mempercayainya adalah perbuatan yang haram dan termasuk dosa besar. Sebagian
ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya
kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.

Hendaknya kita semua takut kepada Allāh. Dan janganlah sekali-kali mencoba
membaca kolom-kolom tersebut. Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah
kita. Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan juga keluarga kita.
Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬, dengan
selamat.

Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Belajar Tauhid kita kali ini adalah tentang “Bersumpah
Dengan Selain Nama Allāh”.

Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ ه‬, Sumpah adalah menguatkan
perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik oleh orang yang
berbicara maupun yang diajak bicara. Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:

• Huruf wawu (‫)لو‬

• Huruf ba (‫ب‬
‫) ل‬

‫) ل‬
• Huruf ta (‫ﺕ‬

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.


Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:

✓ Wallāhi

✓ Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi

✓ Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya

✓ Dan lain-lain.

Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita
bersumpah dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:

✘ Demi Rasūlullāh

✘ Demi Ka’bah

✘ Demi Jibrīl

✘ Demi langit dan bumi

✘ Demi bulan dan bintang

✘ Dan lain-lain.

Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang, Rasūlullāh ‫ﷺ‬
bersabda,

‫ﺍﻟ لﻓلﻘبد ﺃلبشلﺭ ل‬


‫ك‬ ‫ف ﻟبلغبيﻟﺭ ﻻ‬
‫لﻣبﻥ لحلﻠ ل‬

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah
berbuat syirik.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albāni
rahimahullāh)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam. Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan
sumpah dengan makhluq disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allāh
َ‫هَسببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬,, yaitu pengagungan ibadah, Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-
orang musyrik dengan mengatakan:

✘ Demi Wisnu

✘ Demi Dewa Fulan

✘ Demi Lāta

✘ Dan lain-lain.

Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Riyā”.

Ayyuhāl ikhwāh, Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin
pahala dari Allāh, akan tetapi ingin dilihat manusia dan dipuji. Riyā’ hukumnya HARAM
dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan seseorang dari
Islam.

Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun
besar amalan tersebut. Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ﻦ لﻋﻟﻤلﻞ لﻋلﻤلﻟ ﺃلبشلﺮ ل‬


‫ك ﻟﻓﻴﻟه لﻣﻟعﻲِ لﻏبﻴﻟﺮيِ لتلﺮبﻛهَﺘهَه لوﻟشبﺮلﻛهَه‬ ‫ﺸبﺮﻟك لﻣ ب‬ ‫ك لولتلعاَللىَ ﺃللناَ ﺃلبﻏلﻨىَ ﺍل ذ‬
‫ﺸلﺮلﻛاَﻟﺀ لﻋ ﻟ‬
ُ‫ﻦ ﺍل ﻞ‬ ‫لقاَلل ﻻ‬
‫ﺍ هَ لتلﺒاَلﺭ ل‬

“Allāh berkata: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang
mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam
amalan tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR
Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni
Allāh, artinya dia harus di adzab supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut, berbeda dengan
dosa besar yang ada di bawah kehendak Allāh, ;
◆ Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung dan,

◆ Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab.

Mereka berdalil dengan keumuman ayat:

‫ﺸاَهَﺀ‬
‫ﻦ لي ل‬ ‫ك ﻟبﻟه لوليبغﻟفهَﺮ لﻣاَ هَدولﻥ لذلﻟ ل‬
‫ﻚ لﻟلﻤ ب‬ ‫ﺍل لﻻ ليبغﻟفهَﺮ ﺃلبﻥ هَي ب‬
‫ﺸلﺮ ل‬ ‫ﺇﻟﻻﻥ ﻻ‬

“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki.” (QS An Nisā: 48)

Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan
mereka? Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi
mereka justru adalah orang-orang yang beramal shalih. mereka adalah orang yang:

• ⑴ Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka
membaca,

seorang yang mahir membaca.

• ⑵ Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.

• ⑶ Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.

Beramal bukan karena Allāh, Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam
hadits yang shahih. Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam
beramal..dan ikhlash adalah barang yang sangat berharga. Para salaf kita, merekapun
merasakan beratnya memperbaiki hati mereka.

Dan hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita
dari riyā’, sum’ah, ‘ujub dan berbagai penyakit hati. dan marilah kita biasakan untuk
menyembunyikan amal kita kecuali kalau memang ada mashlahat yang lebih kuat.

Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Cinta Kepada Allāh”.
Mencintai Allāh merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini
mengharuskan seorang Muslim merendahkan dirinya di hadapan Allāh, mengagungkan
Allāh, yang akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allāh dan
juga menjauhi apa yang Allāh larang, Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barangsiapa
yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allāh maka dia telah berbuat syirik
besar. Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬berfirman :

‫ﻦ آَللﻣهَﻨﻮُﺍ ﺃللشذﺪ هَحﻟلﺒاَ ﻟﻻلﻟ‬ ‫ﺐ ﻻﻟ‬


‫ﺍ لوﺍلﻻﻟﺬي ل‬ ُ‫ﺤ ﻞ‬ ‫ﺍ ﺃلبنلﺪﺍﻟدﺍ هَي ﻟ‬
َ‫ﺤذﺒﻮُلنهَهبﻢ لﻛ ه‬ ‫ﻦ هَدوﻟﻥ ﻻ ﻟ‬
‫ﺨهَﺬ ﻟﻣ ب‬
‫ﻦ ليﻻﺘ ﻟ‬
‫س لﻣ ب‬
‫ﻦ ﺍلﻻﻨاَ ﻟ‬
‫لوﻟﻣ ل‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-
sekutu Allāh. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun
orang-orang yang beriman maka cinta mereka kepada Allāh jauh lebih besar”. (QS Al
Baqarah: 165)

Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan
dan lain-lain, maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah.
Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya kepada Allāh
maka dia telah melakukan dosa besar. Allāh berfirman yang artinya:

“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga


kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri
kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua lebih
kalian cintai dari pada Allāh dan Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh, maka
tunggulah sampai Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS At Taubah: 24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang
lebih dia cintai. Dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya
hanya sebatas ucapan saja.

Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh adalah dengan:

1. Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Qurān.


2. Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬di alam semesta.

3. Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allāh berikan.

Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut Kepada Allāh”.

Ayyuhal ikhwah, Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan
mudharat adalah di tangan Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬semata. Seorang Muslim tidak takut
kecuali kepada Allāh dan tidak bertawakal kecuali kepada Allāh.

✓ Takut kepada Allāh yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:

⑴ Merendahkan diri di hadapan Allāh.

⑵ MengagungkanNya.

⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬


َ‫ه‬

⑷ Melaksanakan perintahNya.

✘ Bukan takut :

⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputus-asaan terhadap rahmat Allāh.

⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan kepada
Allāh .

Takut seperti ini adalah ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan
takut seperti ini kepada selain Allāh.

Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh, maka dia telah terjerumus ke
dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Seperti orang yang takut
(terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah meninggal kemudian takut tersebut
menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.
Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām ketika beliau
berkata yang artinya:

“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali
apabila Rabbku menghendakinya.” (QS Al An’ām: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang
melebihi takutnya kepada Allāh, sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan
perintah Allāh atau melanggar larangan Allāh, Seperti Orang yang meninggalkan jihad
yang wajib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir Atau, tidak melarang
kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.

Allāh berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-nakuti kalian, wahai orang-orang


yang beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya). Karena itu janganlah
kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian kepadaKu jika kalian benar-benar
orang yang beriman” (QS Āli ‘Imrān: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah:

⑴ Berlindung kepada Allāh dari bisikan syaithan.

⑵ Mengingat sabda Nabi ‫ ﷺ‬yang artinya:

“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat


kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang
sudah Allāh tulis, dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat
kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang
sudah Allāh tulis.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:


⑴ Takut kepada panasnya api.

⑵ Takut kepada binatang buas.

Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan
takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan
Allāh. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Halaqah yang ke-23 dari Silsilah kita adalah tentang “Ta’at Ulama Dalam Kebenaran”.

Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh dan juga agamanya, Ilmu
yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬, Mereka adalah
pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama Islam adalah sangat tinggi,
Allāh telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk ta’at kepada
mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan.
Allāh Ta’ālā berfirman :

‫ﺍ لوﺃلﻟطيهَعوﺍ ﺍلﻻﺭهَسولل لوهَﺃوﻟلﻲِ ﺍبللبﻣﻟﺭ ﻟﻣبنهَﻛبم‬


‫ۖ لياَ ﺃلذيلهاَ ﺍلﻻﻟذيلﻥ آَلﻣهَنوﺍ ﺃلﻟطيهَعوﺍ ﻻ ل‬

“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allāh dan ta’atlah kepada Rasul dan
ulil amri kalian.” (QS An Nisā: 59)

Dan ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah), menghormati mereka
(yaitu para ulama) bukan berarti menta’ati mereka dalam segala hal sampai kepada
kemaksiatan,

'ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan
terkadang benar.

* Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.

* Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.


Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang
ulama menyelisihi tersebut dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang
mena’ati ulama tersebut kemudian dia meninggalkan kebenaran, Rasūlullāh ‫ﷺ‬
bersabda:

“Tidak ada keta’atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta’atan hanya didalam


kebenaran” (Muttafaqun ‘alaih)

Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh, maka dia telah
menjadikan ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat,
seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani. Allāh berfirman :

‫…ﺍﻻتلﺧهَذوﺍ ﺃلبحلباَلﺭهَهبم لوهَﺭبهلباَلنهَهبم ﺃلبﺭلباَﻟباَ ﻟﻣبﻥ هَدوﻟﻥ ﺍ‬

“Mereka (orang-orang Yahudi & Nasrani) menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka
sebagai sesembahan selain Allāh.” (QS At Taubat: 31)

Rasūlullāh ‫ ﷺ‬menjelaskan ayat ini, Beliau mengatakan:

“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah
tersebut, akan tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka
mereka ikut menghalalkan. Dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan
apa yang Allāh halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.” (Hadits ini hasan
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

Halaqah yang ke-24 berjudul “Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh”.

Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa
kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allāh. Allāh berfirman:

‫لولﻣاَ ﻟبهَﻛبم ﻟﻣبﻥ ﻟنبعلﻣﺔَّﺔ لﻓﻟﻣلﻥ ﻻ ﻟ‬


‫ﺍ‬
“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allāh.” (QS An
Nahl: 53)

Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh
kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allāh. Seperti mengatakan:

• “Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.”

• “Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.”

• “Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh.”

Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab. Allāh berfirman:

َ‫ﺍﻟ هَثﻻم هَينﻟﻛهَﺭولنلها‬


‫ﺕ ل‬
‫ليبعﻟﺭهَﻓولﻥ ﻟنبعلﻣ ل‬

“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.” (QS An Nahl: 83)

Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allāh, Zat yang menciptakan
sebab. Seperti dengan mengatakan:

• “Kalau bukan karena Allāh niscaya kita sudah celaka.”

• “Kalau bukan Allāh niscaya uang kita sudah hilang.”

• “Kalau bukan karena Allāh niscaya saya tidak akan sembuh.”

Karena apa? Karena Allāh-lah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat


keamanan, nikmat kesembuhan. Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya
kenikmatan tersebut kepada kita. Kalau Allāh menghendaki niscaya Allāh tidak akan
menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini semua, bukan berarti
seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.
Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada
seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka menjadi sebab kenikmatan ini.
Bahkan diperintah untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan
do’a yang baik.

Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh semata. َ‫وﺍ تعاَلى‬
‫ﺃﻋﻠم‬

Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Belajar Tauhid kali ini adalah tentang “Ridha Dengan
Hukum Allāh”.

Allāh Ta’āla sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah Ar-Rahmān
Ar-Rahīm. Dan di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya
manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia maupun akhirat.

Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, hukumnya penuh
dengan keadilan, hikmah dan juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang samar atas
sebagian manusia.

Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk,
Ridha dengan hukum Allāh, dan yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum
Allāh.

Di dalam segala bidang kehidupan (meliputi) :

• ‘Aqidah

• Akhlaq

• Adab

• Mu’āmalah

• Ekonomi
• Kenegaraan

• Dan lain-lain.

Meng-Esakan Allāh di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk konsekuensi tauhid,


Allāh berfirman:

‫ص ﻻل‬
‫ﺍ لولﺭهَسوللهَه لﻓلﻘبد‬ ‫ﺧليلﺭةهَ ﻟﻣبﻥ ﺃلبﻣﻟﺭﻟهبم ْ لولﻣبﻥ ليبع ﻟ‬
‫ﺍ هَ لولﺭهَسول هَهَه ﺃلبﻣﻟﺭﺍ ﺃلبﻥ ليهَﻛولﻥ للهَههَم ﺍبل ﻟ‬
‫ضىَ ﻻ‬
‫لولﻣاَ لﻛاَلﻥ لﻟهَﻣ بﺅﻟﻣﺔَّﻥ لولﻻ هَﻣ بﺅﻟﻣلنﺔَّﺔ ﺇﻟلذﺍ لق ل‬
َ‫ضللﻟﻻ هَﻣﻟبيﻟنا‬ ‫ضﻻل ل‬ ‫ل‬

“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah
apabila Allāh dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka.Dan barangsiapa yang mendurhakai
Allāh dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS
Al-Ahzab: 36)

Saudaraku, Alhamdulillāh dengan izin dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian yang
terakhir dari Silsilah Tauhid, yaitu bagian ke-25.

Dan dengan ini saya akhiri silsilah ini. Dan bukan berarti kita sudah merasa cukup. Apa
yang disampaikan hanyalah sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri. Belajar tauhid dan
mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal menjemput kita.

Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini.

Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama
yang terpercaya. Semoga Allāh َ‫سببلحاَلنهَه لو لتلعاَللى‬
َ‫ ه‬merahmati kita semua, menghidupkan dan
juga mematikan kita di atas tauhid.

Anda mungkin juga menyukai