Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran
filsafat atau bahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional dan tidak
irasional dogmatis.Filsafat umum klasik juga merupakan ilustrasi pmikiran
dan pembahasan masalah filsafat secara sistematis dan lengkap dan juga
berlaku sampai sekarang.
Sejarah filsafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang
menjadi masdalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran
filsafat mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran
yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan
tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.
Sejarah filsafat menyadarkan bahwa setiap teori ada kelemahannya dan
ada kebaikannya.karena itu menurut adanya kerja sama antar sesama
pengusaha filsafat saling member dan menerima (take and give),dalam
rangka bersama demi kesejahteraan hidup manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Yunani Klasik
2. Bagaimana bentuk pengklasifikasiannya?
3. Tentang pemikiran Yunani Klasik pelopor Socrates,Plato dan
Aristoteles?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Yunani Klasik.
2. Untuk mengetahui pembentukan klasifikasi

1
3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran filsafat Yunani klasik
yang diplopori oleh Socrates Plato dan Aristoteles.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Yunani Klasik

Kaum Sofisme itu muncul bermula diathena dan dengan sebentar saja
ajarannya berkembang keseluruh Attika, sebabnya karena mereka
memaparkan soal-soalnya dan mereka memecahkan berbagai masalah hidup
di tengah-tengah rakyat. Tindakan guru-guru Sofis itu membawa perubahan
besar dalam sejarah peradaban grik.1
Zaman Fofistik ini adalah zaman perpisahan, masa pancaroba dalam
alam pikiran grik. Oleh kerena kedudukannya pada perpisahan zaman,
kaum Sofis merintis jalan baru yang arahnya belum tertentu. Ajaran kaum
Sofis meruntuhkan yang ada dengan tiada menimbulkan yang baru.
Sesungguhnya gerakan Sofisme penting juga bagi sejarah Filosofi. Sekalipun
ia tidak memberikan keputusan tertentu dan tetap, karena tindakan kaum
Sofis timbullah soal-soal yang menjadi buah pikiran yang pokok
penyelidikan bagi Socrates, Plato dan Aristoteles beserta murid-muridnya
kemudian. Kaum sofis membawa filosofi memandang manusia sebagai
mahluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Pengetahuan manusia dan
kemauan itulah sekarang dijadikan soal filosofi.
Kaum Sofis tidak ada yang sama pendiriannya tentang suatu masalah.
Mereka hanya sependuluan dalam meniadakan, dalam pendirian negatif,
pokok ajarannya adalah bahwa ” kebenaran yang sebenar-benarnya tidak
tercapai” ,maka tiap-tiap penduluan boleh dibenarkan.

1Ahmad,Shadali.Filsafat umum,2004.Bandung:CV Pustaka Setia

3
Oleh karena Sofisme mengajar orang memandang segala-galanya
sebagai sementara, ajarannya bersifat relatif. Sofisme adalah teori tentang
relativisme, menyementarakan segala-galanya.
Kaum sofis menggontangkan segala sendi kebenaran sehingga orang
tak tau lagi apa yang boleh dikatakan benar buat sekarang dan kemudian.
Tak heran, kalu banyak kekacauan yang ditimbulkannya dalam pergaulan
hidup. Protagoras salah satu tokoh terkemuka aliran ini menyatakan bahwa
manusia adalah ukuran segalanya, jika manusia mengaggapnya demikian
maka demikianlah adanya.
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi lebih
merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh
pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafah.
Istilah sofis yang bersal dari kata sophistes mempunyai pengertian
seorang sarjana atau cendekiawan. 2
Dari uraian diatas telah disebutkan bahwa timbulnya kaum sofis
karena akibat dari minat orang terhadap filsafah. Akan tetapi, terdapat 3
faktor yang mendorong timbulnya kaum sofis, yaitu :
a. Perkembangan secara pesat kota athena dalam bidang politik dan ekonomi,
b. Kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi karena desakan
kaum intelektual,
c. Pemukiman perkotaan bangsa yunani terletak di pantai, kontak dan
pergaulan dengan bangsa lain tidak terlakkan lagi.
Berikut tokoh-tokoh sufisme,yaitu:

2Dr.Harun hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Jogjakarta: Kanisius, 1980, h.35

4
B. Pengklasifikasian tokoh-tokoh sufisme

1. Protagoras

Riwayat Hidup

Protagoras lahir kira-kira pada tahun 485 di kota Abdera di daerah


Thrake. Demokritos adalah warga sekotanya yang lebih muda. Seringkali ia
datang ke Athena dan ia disana terhitung pada kalangan sekitar Perikles.
Atas permintaan Perikles ia mengambil bagian dalam mendirikan kota
perantauan Thurioi di Italia Selatan pada tahun 444. Pendirian kota itu
dimaksudkan Perikles sebagai usaha pra-Hellen, berarti seluruh Hellas
diharapkan mengambil bagian di dalamnya. Ada tokoh-tokoh terkemuka
yang ikut dalam usaha itu, seperti misalnya Herodotos, Hippodamos, dan
Lysias. Protagiras diminta untuk mengarang undang-undang dasar bagi polis
baru itu.

Menurut Diogenes Laërtios, pada akhir hidupnya Protagoras dituduh


di Athena karena kedurhakaannya (asebeia) dan bukunya tentang agama
dibakar di hadapan umum. Diceritakan pula bahwa Protagoras melarikan
diri ke Sisilia, tetapi dalam perjalanan ini ia tewas, akibat perahu layar
tenggelam. Tetapi karena kesaksian Diogenes Laërtios ini tiidak dapat
dicocokkan dengan data-data lain, kebanyakan sejarawan modern
menyangsikan kebenarannya.

Protagoras mengarang sejumlah buku. Hanya beberapa fragmen


pendek masih disimpan. Tetapi isi ajarannya dapat diterapkan, karena
gagasan-gagasan Protagoras masih ramai dipersoalkan di kemudian hari.
Plato merupakan sumber yang utama, khususnya kedua dialognya yang
berjudul Theaitêtos dan Protagoras.

5
Ajaran tentang pengenalan

Dalam buku yang berjudul Alêtheia (“Kebenaran”) terdapat tuturan


Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H.Diels sebagai
fragmen 1: “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal
yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga
mereka tidak ada”. Pendirian ini boleh disebut relativisme, artinya
kebenaran dianggap tergantung pada manusia. Manusialah yang
menentukan benar tidaknya, bahkan ada tidaknya. Disini dapat
dipersoalkan bagaimana kita mesti mengerti kata ”manusia” itu. Yang
dimaksudkan Protagoras, manusia perorangan ataukah manusia sebagai
umat manusia? Apakah kebenaran tergantung pada Anda atau pada saya,
sehingga kita mempunyai kebenaran sendiri-sendiri? Atau kebenaran
tergantung pada kita bersama-sama, sehingga kebenaran itu sama untuk
semua manusia, biarpun tidak mempunyai arti terlepas dari manusia? Tidak
dapat disangsikan bahwa Plato mengartikan perkataan Protagoras tadi
mengenai manusia perorangan. Itu jelas karena contoh yang diberikannya
untuk menerangkan pendapat Protagoras. Contohnya sebagai berikut; Angin
yang sama dirasai panas oleh satu orang (yaitu orang sehat) dan dirasai
dingin oleh orang lain (orang sakit demam). Mereka kedua-duanya benar!
Dan tidak ada alasan yang menuntut bahwa kita membatasi pendapat
Protagoras ini atas pengenalan indrawi saja.

Oleh karenanya, kebenaran seluruhnya harus dianggap relatif


terhadap manusia bersangkutan. Semua pendapat sama benar, biarpun
sekali bertentangan satu sama lain. Tetapi, kalau demikian, pendapat
Protagoras sendiri tidak merupakan kekecualian. Karena, sebagaiman
disimpulkan oleh Plato, secara konsekuen pendapat Protagoras hanya benar
untuk dirinya sendiri saja dan mungkin sekali bagi orang lain kebalikannya
yang benar.

6
Seni berdebat

Karangan lain berjudul Antilogiai (“Pendirian-pendirian yang


bertentangan”). Dalam karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang
tentu ada hubungan relativisme yang diuraikan diatas. Dan anggapan ini
sesuai dengan keaktifan khusus kaum Sofis, sebab kita sudah melihat bahwa
mereka terutama giat dalam bidang kemahiran berbahasa. Suatu fragmen
disimpan yang barangkali merupakan kalimat pertama dari karya tersebut:
“tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”. Dalam
karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada
hubungannya dengan relativisme yang diuraikan di atas. Dan anggapan ini
sesuai dengan keaktifan khusus kaum Sofis yang memiliki kemahiran dalam
berbahasa. Ada sebuah petikan atau fragmen dari karya Protagoras yang
berbunyi “Tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”.
Boleh diandaikan bahwa perkataan ini menyatakan gagasan pokok yang
terkandung dalam karya tersebut.

Kalau benar tidaknya sesuatu tergantung pada manusia, harus


disimpulkan bahwa satu pendirian tidak lebih benar daripada kebalikannya.
Ini mempunyai konsekuesi besar untuk seorang ahli berpidato. Tergantung
pada kepandaiannya apakah ia akan berhasil meyakinkan para
pendengarnya mengenai kebenaran suatu pendirian yang sepintas lalu
rupanya tidak begitu sah. Dari sebab itu perlu suatu latihan yang
memungkinkan orang membuat orang “membuat argumen yang paling
lemah menjadi yang paling kuat”

Para musush kaum Sofis telah menafsirkan gagasan ini dalam arti moral.
Mereka memberi kesan seakan-akan menurut Protagoras perbuatan yang
sama serentak dapat dicela dapat juga dipuji, sehingga sesuatu yang baik
menjadi buruk begitu pula sebaliknya.

7
Ajaran tentang negara

Dalam karya yang bernama Tentang keadaan yang asali, Protagoras


memberi suatu teori tentang asal-usul negara. Teori ini dipengaruhi di satu
pihak oleh pengalaman yang telah disebutka diatas, yakni tiap-tiap negara
mempunyai adat kebiasaan sendiri dan di lain pihak kenyataan di lapangan
banyak kota perantauan masing-masing mendapat undang-undang baru.
Protagras juga berpendapat bahwa negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi
ia diadakan oleh manusia itu sendiri. Ia melukiskkan timbulnya negara
dengan memulainya bahwa manusia pada awalnya hidup sendiri-sendiri.
Kemudian karena terdapat lemah dan banyak mendapatkan ancaman
binatang buas, mereka mulai mencari teman manusia lainnya. Ternyata
setelah berkumpul mereka mendapatkan kendala lagi, bahwa hidup
bersama itu tidak semudah yang difikirkan, karena terdapat banyak
keragaman di dalamnya.

Akhirnya seorang dewa turun dan memberikan mereka anugrah


berupa keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain.
(aidos). Berkat kedua berkah ini manusia akan dapat hidup bersama. Ia
sendiri dapat mengadakan undang-undang. Jadi, undang-undang tertentu
tidak “lebih benar” daripada undang-undang yang lain. Permasalahannya
adalah antara cocok atau tidaknya undang-undang tersebut diterapkan di
negara tersebut.

Ajaran tentang dewa

Salah satu karya Protagoras yang berjudul Peri theôn (“perihal dewa-
dewa) diambil sebuah kutipan yang menyatakan “saya tidak merasa
sangggup menetapkan mereka (dewa-dewa) itu ada atau tidak; dan saya
juga tidak dapat menentukan hakikat mereka. Banyak hal yang merupakan
halangan, baik kaburnya pokok bersangkutan maupun pendeknya hidup

8
manusia”. Pendapat Protagoras tentang dewa-dewa boleh disebut suatu
skeptisisme, artinya disini tidak mungkin mencapai kebenaran. Sangat cocok
denga anggapan relativistis yang dianut oleh Protagoras dalam bidang
pengenalan.

2. Gorgias

Riwayat hidup

Georgias lahir di Leontinio di Sisilia sekitar tahun 483. Rupanya ia


merupakan murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno.
Pada tahun 427 ia datang ke Athena sebagai dua kota asalnya untuk
meminta pertolongan melawan kota Syrakusa. Sebagai Sofis ia mengelilingi
kota-kota Yunani, terutama Athena, dimana ia mengalami sukses besar,
karena luar biasa fasih lidahnya. Ia meninggal pada usia 108 tahun, kira-kira
pada tahun 375.

Ajaran

Dalam bukunya yang berjudul Tentang yang tidak ada atau alam,
Gorgias menuliskan tiga pendiriannya: [1] tidak ada sesuatu pun; [2]
seandainya sesuatu ada, maka itu itu tidak dapat dikenal; [3] seandainya
sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada
orang lain. Ketiga pendirian ini disokong oleh banyak argumen. Jika yang
dimaksudkan oleh Gorgias itu seperti apa adanya, maka Gorgias bukan saja
menganut suatu paham skeptisisme, melainkan juga memihak kepada
nihilisme (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun atau tidak ada sesuatu
yang bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-
pendirian itu mengandung maksud Gorgias sendiri. Agaknya is ingin
menyindir metode berargumentasi yang dipakai madzhab Elea dengan
memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan
hingga menjadi mustahil.

9
Aspek positif dari alirannya adalah mempengaruhi terhadap
kebudayaan Yunani,yaitu suatu revolusi intelektual dan mengangkat
manusia sebagai objek pemikiran filsafat.Aspek negatinya adalah membawa
pengaruh yang tidak baik terhadap kebudayaan Yunani terutama nilai-nilai
tradisional dihancurkan.Kecakapan berpidato dipergunakan untuk
memutarbalikkan kebenaran karena Sofisme meragukan kebenaran dan ilmu
pengetahuan digoncangkan.3

3. Hippias

Riwayat hidup

Hippias adalah kawan sebaya dengan Sokrates dan berasal dari kota
Elis. Ia dibicarakan dalam kedua dialog Plato yang berjudul Hiipias Major
dan Hippias Minor. Rupanya ia menguasai banyak lapangan keahlian.
Terutama ia mempunyai jasa-jasa besar dalam bidang ilmu ukur.

Ajaran

Seperti Sofis lainnya, Hippias juga mencurahkan perhatiannya


padapertanyaan, apakah tingkah laku manusia dan susunan
masyarakatharus berdasarkan nomos (adat kebiasaan, undang-undang) atau
harus berdasarkan physis (kodrat). Tapi ia memberi jawaban yang bertolak
belakang dengan kebanyakan rekan Sofis. Ia beranggapan bahwa kodrat
manusiawi merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan
masyarakat. Ia berfikir begitu, karena undang-undang berkali-kali harus
dikoreksi atau diubah. Oleh karenanya bukan undang-undang yang
merupakan norma terakhir yang menentukan yang baik dan yang jahat.
Palagi, undang-undang menggolongkan manusia sebagai penguasa atau
bawahan, sebagai orang bebas atau budak.

3Ibid,hlm 2

10
Padahal, menurut kodratnya, semua manusia sama derajatnya.
Dengan demikian pada Hippias tampaklah suatu kosmopolitisme dan
universalisme yang menandai banyak Sofis.

4. Prodikos

Riwayat hidup

Prodikos berasal dari pulau Keos dan ia juga boleh dianggap sebagai kawan
sebaya Sokrates.
Ajaran

Prodikos menganut suatu pandangan hidup yang pesimistis.


Kematian dianggapnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan
dalam hidup manusia. Pendapatnya tentang asal-usul agama adalah bahwa
agama merupakan penemuan manusia. Mula-mula manusia memuja tenaga-
tenaga alam sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sungai-sungai dan
pohon-pohon. Sebagai contoh, ia menunjuk kepada pemujaan sungai Nil di
Mesir.

Taraf berikut ialah bahwa mereka yang menemukan keahlian tertentu


(pertanian, perkebunan anggur, pengolahan besi) dipuja sebagai dewa.
Sebagai contoh, ia menyebut dewa-dewa Yunani Demeter, Dionysos dan
Hephaistos yang dalam agama masing-masing dikaitkan dengan pertanian.
anggur dan besi. Jadi berpendapat bahwa agama juga merupakan ciptaan

5. Kritias

Riwayat hidup

Kritias hidup di abad ke-5 SM. Ia berasal dari Athena dan memainkan
peranan pentik dalam politik kota itu.

11
Ajaran

Pokok ajaran Kristias yang harus disebut disini adalah pendapatnya


tentang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-
penguasa negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut
hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
tersembunyi dan tidak diketahui umum. Oleh sebab itulah penguasa-
penguasa menemukan dewa-dewa supaya orang percaya bahwa mereka
akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.

C.Pemikiran Filsafat yunani klasik yang diplopori oleh Socrates,Plato,dan


aristoteles.

Pada periode ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan yaitu


ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat(sofis)
Kaum sofis.
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi lebih merupakan
suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh
kepesatan minat orang terhadap filsafat.4Hal ini mempunyai peran yang
sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiranpemikiran filsaft yunani
klasik yang dipelopori Socrates, Plato, dan Aristoteles.
a. Socrates (470-399 SM),
Pemikirannya yaitu: Tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran
umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Ia penganut moral yang
absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof,
yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

4 Achmadi Asmoro,Filsafat umum,2012.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada

12
Menurutnya ada kebenaran objektif yang tidak bergantung pada saya atau
kita, metode yang digunakannya adalah dialektika yakni melalui
percakapan-percakapan lalu menganalisisnya. Hasil analisisnya
menghasilkan hipotesis-hipotesis sampai pada akhirnya menjadi definisi
yang sangat berguna.
Bagi dia kebenaran umum adalah definisi, dan pengetahuan yang
khusus ialah kebenaran relatif.
Orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama
mereka, kubu Socrates pun semakin kuat. Dan kaum Sofis menuduh Socrates
merusak mental anak muda dan menolak Tuhan-Tuhan. Socrates kemudian
diadili dan dijatuhi hukuman mati. sekalipun Socrates mati, ajarannya
tersebar justru dengan cepat.

b. Plato (427-347 SM)


Ia adalah murid dan teman Socrates. Pemikirannya adalah esensi itu
mempunyai realitas di alam idea itu sendiri, ini memperkuat pendapat
gurunya Socrates.
Dalam dialog Politeiamenjelaskan bahwa gua adalah dunia yang dapat
ditangkap oleh indera. Kebanyakan orang menjadi terbelenggu dan
menerima pengalaman spontan begitu saja. Namun ada beberapa orang
memperkirakan bahwa realitas inderawi hanyalah bayangan; mereka adalah
filosof. Untuk mencapai kebenaran yang sebenarnya manusia harus mampu
melepaskan diri dari pengaruh indera yang menyesatkan, bahkan filosof pun
tidak akan dipercayai orang.
c. Aristoteles, (384 SM)
Ia terkenal sebagai Bapak Logika.5 Menurutnya manusia dapat
mencapai kebenaran. Dalam mencintai Tuhan kita tidak usah mengharapkan
ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, baginya Tuhan sebagai
penyebab gerak.
5 Op.Cit., h.100-101

13
Pada masanya pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains
diletakkan. Jasanya dalam menolong Plato dan Socrates memerangi orang
sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang
digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat menurut bahasa berarti”Pencinta kebijaksanaan” dapat
diartikan filsafat adalah ilmu yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.Filsafat itu sendiri pertama
muncul di Yunani karena di sana tidak ada kasta pendeta sehingga
masyarakat lebih bebas mengutarkab pemikirannya pemikirannya
perkembangan filsafat itu sendiri dari empat aspek masa yaitu masa klasik
sebelum Socrates dan Masa keemasan,didalam itu terdapat tiga filosuf
sukses yang menyumbangkan pemikiran,yang briliand dikenal berbagai
Negara sampai sekarang yaitu Socrates,Plato,dan Aristoteles kemudian masa
pertengahan,masa modern,dan masa Kontemporer.

15
DAFTAR PUSTAKA

Russell Bertrand,Sejarah Filsafat Barat.1946.London:George Allen and


UNWIN
https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/08/kaum-sophis-tokoh-
tokohnya/

1Ahmad,Shadali.Filsafat umum,2004.Bandung:CV Pustaka Setia

2Dr.Harun hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Jogjakarta: Kanisius, 1980,


h.35

3Ibid,hlm 2

4Achmadi Asmoro,Filsafat umum,2012.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada

5 Op.Cit., h.100-101

16
MAKALAH FILSAFAT UMUM

“YUNANI KLASIK”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. NURSELA
2. LOPITA JAYANTI
3. SELPI GUSRIA
4. SANTOSA
5. DAVIT APRIANSA

Dosen Pengampu:
ARMINTEDY,S.T.H.I,M.Ag
NIP.199100302015031004

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2015

17
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah FILSAFAT UMUM yang berjudul
YUNANI KLASIK ,dalam menyusun makalah ini,penulis menyadari
kekurangan dan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulisan.

Kritik dan saran yang penulis butuhkan untuk menyempurnakan


makalah yang akan dating.

Demikian makalah ini penulis susun dengan harapan semoga


bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu,18 Oktober 2015

Penyusun

ii 18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Yunani Klasik ........................................................ 3


B. Bentuk pengklasifikasiannya .................................................. 5
C. Pemikian yunani klasik pelopor Socrates,Plato dan Aritoteles12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai