Anda di halaman 1dari 5

Ulkus Diabetes Mellitus

A. Patofisiologi
Kaki diabetik terjadi diawali dengan adanya hiperglikemia yang
menyebabkan gangguan saraf dan gangguan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki, kerentanan
terhadap infeksi meluas sampai ke jaringan sekitarnya. Faktor aliran darah
yang kurang membuat luka sulit untuk sembuh dan jika terjadi ulkus, infeksi
akan mudah sekali terjadi dan meluas ke jaringan yang lebih dalam bahkan
sampai ke tulang (Gupta, 2012).
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering
ditemukan pada pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah gangguan
metabolisme syaraf sebagai akibat dari hiperglikemia kronis. Angka kejadian
neuropati ini meningkat bersamaan dengan lamanya menderita penyakit
diabetes melitus dan bertambahnya usia penderita. Pada kondisi
hiperglikemia aldose reduktase mengubah glukosa menjadi sorbitol, sorbitol
banyak terakumulasi pada endotel yang dapat mengganggu suplai darah pada
saraf sehingga axon menjadi atropi dan memperlambat konduksi impuls saraf.
Pengendapan advanced glycosylation end-product (AGE-P) menyebabkan
penurunan aktivitas myelin (demielinnasi). Neuropati sensori menyebabkan
terjadinya penurunan sensitivitas terhadap tekanan atau trauma, neuropati
motorik menyebabkan kelainan bentuk pada sendi dan tulang. Neuropati
menyebabkan menurunnya fungsi kelenjar keringat pada perifer yang
menyebabkan kulit menjadi kering dan terbentuknya fisura. Penyakit vaskuler
yang terdiri dari makroangiopati dan mikroangiopati menyebabkan terjadinya
penurunan aliran darah pada organ. Adanya neuropati, penyakit vaskuler dan
trauma menyebabkan terjadinya ulkus pada ekstremitas (Sari dan Muhartono,
2017).
Selain neuropati penyakit peripheral vascular disease juga
menyebabkan terjadinya ulkus. Penyakit vascular perifer terdiri dari dua,
yaitu:
a. Mikroangiopati
Merupakan kondisi dimana terjadi penebalan dari membrane
basalis kapiler dan peningkatan aliran darah sehingga
menyebabkan edema neuropati
b. Makroangiopati
Terjadinya aterosklerosis yang menyebabkan penurunan aliran
darah (iskemia). Trauma dan kerusakan respon terhadap proses
infeksi menjadi penyebab terjadinya luka diabetes selain neuropati
dan penyakit vaskuler perifer.
B. Tatalaksana
Penatalaksanaan kaki diabetik dengan ulkus harus dilakukan
sesegera mungkin. Komponen paling penting dalam manajemen kaki
diabetik dengan ulkus adalah:
1. Kendali metabolik, pengendaliannya sebaik mungkin seperti
pengendalian kadar glukosa darah, lipid, albumin, hemoglobin, dan
sebagainya.
2. Kendali vaskular, perbaikan asupan vascular (dengan operasi atau
angioplasty), biasanya dibutuhkan pada keadaan ulkus iskemik.
3. Kendali infeksi, jika terlihat tanda-tanda klinis infeksi harus
diberikan pengobatan infeksi secara agresif (adanya kolonisasi
pertumbuh anorganisme pada hasil usap namun tidak terdapat tanda
klinis, bukan merupakan infeksi).
4. Kendali luka, pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara
teratur dengan konsep TIME yaitu Tissue debridement, Inflamation
and infection control, Moisture balance, Epithelial edge
advancement.
5. Kendali tekanan, mengurangi tekanan pada kaki karena dapat
menyebabkan ulkus.
6. Penyuluhan, dengan memberi edukasi mengenai perawatan kaki
secara mandiri
Prinsip tata laksana yang diberlakukan mencakup pengendalian faktor
metabolik, infeksi, maupun vaskular. Pengendalian infeksi misalnya,
berkaitan erat dengan pemberian antibiotik yang tepat dan sesuai dengan
kultur. Menurut The Infectious Diseases Society of America membagi infeksi
menjadi 3 kategori, yaitu infeksi ringan apabila didapatkan eritema <2 cm,
Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema >2 cm dan infeksi berat: apabila
didapatkan gejala infeksi sistemik. Sedangkan pada infeksi berat biasanya
karena infeksi polimikroba, seperti Staphylococus sp, Streptococus sp,
Enterobacteriaceae, Pseudomonas, Enterococus dan bakteri anaerob misalnya
Bacteriodes, Peptococus, Peptostreptococus. Pada infeksi berat harus dirawat
dirumah sakit, dengan pemberian antibiotika yang mencakup gram posistif
dan gram negatif, serta aerobik dan anaerobik. Pilihan antibiotika intravena
untuk infeksi berat meliputi imipenem-cilastatin, Blactam B-lactamase
(ampisilin-sulbactam dan piperacilin-tazobactam) dan cephalosporin spektrum
luas. Apabila hasil kultur belum ada, maka yang dilakukan di lapangan adalah
pemberian antibiotik triple blind therapy yang terdiri atas Ceftriaxone,
Ciprofloxacin, dan Metronidazole. Kombinasi ini dimaksudkan sebagai
antibiotik spektrum luas, yang dapat mencegah berkembangnya bakteri gram
positif, gram negatif, maupun bakteri anaerob. Terapi ini bersifat agresif sebab
pada penderita kaki diabetik terdapat vaskulopati dan hiperglikemi yang
merupakan lingkungan kondusif bagi bakteri untuk berkembang biak dan
memperlambat sembuhnya luka (Sari dan Muhartono, 2017).
C. Prognosis
Mayoritas ulkus diabetikum akan sembuh (60-80%), sedangkan 10-
15% akan tetap aktif dan 5-24% akan memerlukan amputasi dalam waktu 6-8
bulan setelah evaluasi pertama.. Pada pasien dengan neuropati, bila ulkus
mencapai penyembuhan, tingkat rekurensi adalah 66% dan kemungkinan
amputasi meningkat menjadi 12%. Amputasi sangat mempengaruhi kualitas
hidup pasien, dan prognosis untuk kaki kontralateral buruk. Angka
keselamatan lebih rendah pada pasien diabetes setelah amputasi dibandingkan
dengan yang tidak amputasi. Hanya 50% pasien diabetes selamat setelah 3
tahun setelah amputasi, dan hanya 40% selamat selama 4 tahun setelah
amputasi. Mortalitas pada pasien dengan ulkus diabetikum seringkali
dikaitkan dengan oklusi pembuluh darah besar seperti pembuluh darah
coroner atau renal (lee, 2009).
Daftar Pustaka
Lee, L. T. Glycemic control in the diabetic patients after stroke., Crit Care Med Clin
N Am. 2009, 21, 507-515

Sari, R., Muhartono. 2017. Ulkus Kaki Diabetik Kanan dengan Diabetes Mellitus
Tipe 2. J AgromedUnila Volume 4, Nomor 1

Gupta A, Haq M, Singh M. Management option in diabetic foot according to


Wagners classification: An observational study. JK Science. 2012; 18(1): 35-38

Anda mungkin juga menyukai