Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh:
Nama : SITI NURMIN IDAYANTI
Nim : E711811059

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN


INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK
TEDC BANDUNG
TAHUN 2019
3

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI


GEOSTRATEGI INDONESIA

A. Pengertian Ketahanan Nasional


Adapun pengertian ketahanan nasional itu sendiri merupakan kondisi
dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional
yang terintegrasi. Ketahanan nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan
mencapai tujuan nasionalnya.
Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi
ketahanan nasional. Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini melihat ketahanan
nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya
dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya dalam pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah
satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang
pengaturan dan penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional,
konsep ketahanan nasional dimasukkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) agar setiap orang, masyarakat dan penyelenggara negara
menerima dan menjalankannya.

Terdapat pula ciri dari ketahanan nasional yaitu untuk mempertahankan


kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan, maka suatu negara perlu
1
pertahanan menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dari luar maupun

2
3

dari dalam negeri.

B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia


1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an
pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yg sekarang bernama
SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme
yg berasal dari Uni Sovyet dan Cina dalam menguasai daerah-daerah Asia
Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan G 30 S PKI. Berdasarkan
pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu rencana dalam
meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran yang ada di
SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional).
Tantangan dan ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk
ketahanan bangsa yg dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari
unsur-unsur ideologi, ekonomi, social, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas
tahun 1968 telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur
dari tata kehidupan nasional yg berupa ideologi, politik, ekonomi, social, dan
militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yg menjadi
pertanda ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di ketahanan nasional
sendiri memakai konsep kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972
dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yg mengandung kemampuan
untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi atau mengatasi
tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupun dalam yang dapat
menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

2. Ketahanan Nasional Dalam GBHN


Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam GBHN
1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional

1
NUR LINDA

3
3

tahun dalam GBHN 1973 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional
tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep ketahanan nasional berikut perumusan
yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988.
Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep
ketahanan nasional. Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis
yg merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara.
perumusan ketahanan nasional pada GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998.
Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998 adalah rumusan yg terakhir.
Dari rumusan GBHN 1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional
mempunyai 3 makna, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagao metode pendekatan sebagaimana tercermin dalam
rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan
kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

Pada wujud pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai pendekatan


dimaksudkan konsepsi ketahanan nasional digunakan sebagai strategi atau cara
dalam melaksanakan pembangunan.
Pada wujud kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai kondisi yang
dimaksud adalah kondisi yg dinamis yg merupakan integrasi dari tiap aspek
kehidupan bangsa dan negara .
Adapun pada wujud ketiga,yaitu ketahanan nasional sebagai donkrin
dasar nasional menggambarkan kondisi ideal dari bidang pembangunan.
C. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional
1. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi
kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas beberapa aspek. Para
ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu

4
3

Negara.1

a. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou


Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu
 Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam.
 Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, modal nasional, moral nasional, dan kualitas
diplomasi.

b. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu
 Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan militer.
 Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitaS
kepemimpinan.

c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya, penduduk,
teknologi, idiologi, moral, dan kepemimpinan.

d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu
 Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk.
 Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
nasional.
 Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.
e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas
wilayah, jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

1
NUR LINDA

5
3

f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan
nasional.

g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam
ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan
nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur
kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas
Trigatra dan Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber
daya alam, dan wilayah.
 Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur kekuatan


nasional/ketahanan nasional di atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya
persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam
mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah dalam
kondisi apa atau bagaimana unsur-unsur tersebut dapat dikatakan mendukung
kekuatan nasional suatu negara. Bila mana suatu unsur justru dapat
melemahkan kekuatan nasional suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas. Misalnya,
penduduk yang bagaimanakah yang mampu mendukung kekuatan nasional
suatu negara, wilayah atau geografi yang seperti apa dapat mengembangkan
kekuatan sebuah bangsa, dan seterusnya. Jawaban eksploratif atas pertanyaan
tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya ketahanan nasional
adalah sebuah kondisi atau keadaan.

6
3

Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui


pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil
pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan
nasional. Apakah ketahanan nasional Indonesia kuat/meningkat atau
lemah/menurun. Lemah atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan
menurun kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi.
Apakah pengamatan tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada pada
tingkat wilayah atau regional maka akan menghasilkan kondisi ketahanan
regional.

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional
negara yang bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara
meliputi dua hal berikut.
 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
 Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran;
perataan dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan
unsur penduduk adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral
nasional menunjukan pada dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya
kita menghadapi ancaman. Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus
yang dimiliki suatu bangsa sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral
dan karakter nasional mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b. Unsur atau Gatra Wilayah


Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang
terkait dengan wilayah negara meliputi:
 Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau
negara kontinental.

7
3

 Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil).
 Posisi geografis, astronomi dan geologis negara.
 Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah
yang unhabitable.

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen
ketahanan nasional, meliputi:
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya
alam hewani, nabati dan tambang.
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup.
Kontrol sumber daya
alam.

d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi
suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu
 Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan,
artinya nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang
hendak dituju secara bersama.
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya
masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai
milik bersama dan menjadikannya bersatu.

8
3

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan
nasional suatu negara. Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa
aspek, seperti
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi.
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau
parlementer.
 Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
 Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara
serikat.

f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan
nasional negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang
ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan
warga negara. Kemajuan pusat di bidang ekonomi tertentu saja menjadikan
negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia. Contoh, Jepang dan
Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung
kekuatan ekonomi bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar
dikelompokan menjadi dua macam yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula mengembangkan sistem ekonomi
yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi bangsa yang
bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi
Pancasila yang bercorak kekeluargaan.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu
negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan
berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial

9
3

budaya nasyarakatnya. Contohnya, bangsa Indonesia yang heterogen berbeda


dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting
sehingga dapat memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat
dilakukan dengan 2 (dua) strategi kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan
“bhinneka tunggal ika policy” (Winarno, 2002). Strategi pertama dengan cara
penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang berbeda
menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat
ditentukan strategi mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan
kombinasi dari keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat mengantarkan
bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang saudara. Misal,
perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.

h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama
dalam menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama
pertahanan keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan
negara juga merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara
sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.
Upaya melibatkan rakyat menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh negara. Politik pertahanan
negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan
konteks zamannya.

10
3

Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata


yang meliputi unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan,
(4) idiologi, (5) politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan
keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan disebut
Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat
saling hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional
(Astagrata). Kualitas Pancasila dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut
terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur
tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional Indonesia, apabila
ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan disalahsatu gatra dapat
mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi secara
keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu
penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan
yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek
kehidupan.

D. Pembelaan Negara
Apakah bela negara itu? Bela Negara adalah kewajiban dasar manusia.
Juga kehormatan bagi tiap warga negara yang penuh kesadaran, tanggung
jawab dan rela berkorban kepada Negara dan bangsa
Memang banyak devinisi yang membuat pengertian tentang arti bela
Negara namun pengertian yang pasti Bela Negara adalah sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang
memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demi kelangsungan hidup bangsa
dan negara.

11
3

1. Makna Bela Negara


Membela negara merupakan kewajiban sebagai warga negara. Tiaptiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara
dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat
luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan
baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam bela negara adalah cinta tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi
negara, rela berkorban bagi bangsa dan Negara

2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara


Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
b. Pasal 30 UUD 1945

Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal


30 UUD 1945 tersebut adalah :
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia
b. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
c. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara


Konsep Bela Negara dapat diuraikan secara fisik maupun non-fisik.

a. Bela Negara secara Fisik


Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil" menghadapi
serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk

12
3

menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan bela negara secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara".

b. Bela Negara secara Nonfisik


Bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak.
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus
kepada masyarakat.
3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
(bukan retorika).
4. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
5. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui
ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing

Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam


melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang
merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi keamanan
negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama
sekali.
Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,
seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya
terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD

13
3

1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik
Indonesia.
Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan
Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.
Beberapa contoh bela Negara misalnya melestarikan budaya, belajar
dengan rajin bagi para pelajar, taat akan hukum dan aturan-aturan negara. Dan
ada beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari misalnya
siskamling, menjaga kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah
perkelahian antar perorangan sampai dengan antar kelompok, meningkatkan
hasil pertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dan
nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasil eksport,
melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang
berprestasi baik nasional maupun internasional.

4. Identifikasi Ancaman Terhadap Bangasa dan Negara


Ancaman dapat dikonsepsikan sebagai setiap usaha dan kegiatan, baik dari
dalam maupun dari luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1982, hal-hal yang membahayakan
mencakup ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Sedangkan menurut
UU No. 3 Tahun 2002 digunakan istilah ancaman. Sekarang ini ancaman
terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional (fisik)
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non fisik), baik yang berasal
dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ancaman yang bersifat
multidimensional tersebut bersumber dari permasalahan-permasalahan baru
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupuon pertahanan dan
keamanan yang terkait dengan terorisme, imigrasi gelap, bahaya narkotika,
pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan lingkungan.

14
3

a. Bentuk ancaman dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu ancaman militer dan
ancaman nonn militer antara lain :
1) Ancaman militer
 Agresi berupa pengguanaan kekuatan bersenjata negara lain
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
suatu bangsa
 Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain.
 Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan
mendapatkan rahasia militer.
 Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital
nasional yang membahayakan keselamatan bangsa.
 Pemberontak bersenjata
 Perang saudara
 Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme
internasional
2) Ancaman non militer
 Peredaran Narkotika
 Obat-obatan terlarang
 Film-film porno atau kegiatan-kegiatan budaya asing yang
mempengaruhi budaya Indonesia.

E. Indonesia dan Perdamaian Dunia


1. Pengertian Perdamaian Dunia
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian.
Pertama, perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala
jenis kekerasan. Kedua, perdamaian adalah transformasi konflik kreatif
nonkekerasan. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian
adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang kreatif
berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah

15
3

keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang dialami
dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman
tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan secara fisik
dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti ini terlalu minimalistis
karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ.
Perdamaian bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti
kekerasan. Lebih jauh dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian
keadilan dan kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat
penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan keadaan putus harapan
tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal penggunaan metode kreatif
nonkekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan, tapi semestinya dapat
menciptakan sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat
sebelah bagi pihak yang kuat tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi
semua pihak. Jadi perdamaian dunia merupakan tiadanya kekerasan,
kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.

2. Mewujudkan Perdamaian Dunia


Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan
peperangan, mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati
nuraninya masih berfungsi tentu akan memilih perdamaian. Bukankah
perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan harapan? Mengapa harus kita
persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai saja semua orang
dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan
tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan
perdamaian dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan
sebuah perdamaian itu sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu
sulit hanya akan terus membelenggu fikiran kita dan menjadi batu sandungan
yang menjegal segala upaya perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa

16
3

miris, mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan peperangan?


Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang mana demi
kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih baik. Ini tentu menjadi PR
untuk bangsa Indonesia khususnya dan seluruh Negara di dunia yang masih
bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia
akan benar-benar terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan
pernah mengubah keadaan. Harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan
bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering
ada upaya-upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna menciptakan
perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir
kesepakatan atau semacam perjanjian bersama yang selama ini belum banyak
mampu merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus
dilakukan demi mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:

a. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)


Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap
masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya
kita. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara
maka kita bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut.
Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa
mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif
dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

b. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi


Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait
masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut
berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika

17
3

masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan
di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan
“tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan
perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”,
begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya
perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di
dunia ini.

c. Melalui Pendekatan Politik


Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup
efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan
politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan
terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan
adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju
pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk
“melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik
agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas,
dengan niatan agar persenjataan mereka terus dibeli.

d. Melalui Pendekatan Religius (Agama)


Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti
menginginkan adanya perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang
mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara
mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka
dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat
maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki karisma
dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan
perdamaian.

18
3

Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan


masalah-masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah
tengah masyarakat yang kurang memahami satu dengan yang lainnya.
Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan
pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk
bersatu dan berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus
saling mengalah, tidak egois dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya
berpikir untuk kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap
orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik. Dari
kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian.
Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari
kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita.
Contohnya dengan :
 Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.
 Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
 Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-
istiadat, agama, ras, dan status sosial.
 Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri

Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan
sesama dengan baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.

3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia


Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian
dunia antara lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA
dan masih banyak yang lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam
operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat Pembukaan UUD 1945,
yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan

19
3

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain, konstelasi


perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa
negara Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan
semua umat manusia termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan
jumlah penduduk yang termasuk lima besar dunia, sudah sepantasnya bangsa
Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dunia. Peran
serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia memang sudah
bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal
kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif
melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah
bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk
terlibat dalam misi perdamaian dunia telah mengalami transformasi yang
signifikan seiring dengan perkembangan lingkungan strategis serta komitmen
bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah dan
profesionalitas para pejuang perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen
Garuda maupun civilian experts telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa
Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi mulia
tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang tinggi terhadap civilian
experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB, tulisan ini hanya
memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan dedikasinya
memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang
sulit bagi sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II
dan perang dingin yang ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata
tidak membuat dunia bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua
negara raksasa – AS dengan US – memang tidak terjadi, namun perang kecil
dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, Baltik dan
bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis konflik
lain terus berkecamuk.

20
3

Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus


upaya yang serius diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa), sebagai organisasi internasional terbesar saat
ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan
Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga
perdamaian dan keamanan antar negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk
pasukan perdamaian dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP).
Beberapa contoh pasukan perdamaian tersebut, sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB sebagai pengawas pertikaian senjata.
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB
untuk Timur Tengah, Korea Utara, dan Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan),
yaitu pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian
PBB untuk Kongo.
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Kroasia.
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian
PBB di Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB di FYROM (Macedonia).

21
3

k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB


di Liberia.
Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan
perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer,
staf militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai
duta bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya
perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian.
Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah
dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan
nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda
Indonesia telah diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957.
Adapun samapai sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan
ke Libanon sebagai bagian dari UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon
) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi
pemeliharaan PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :

a. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974

b. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996

c. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008


Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan
Keamanan ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional
terhadap peran dan sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan
keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Peran
dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan
Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya

22
3

perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks


ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan
keamanan, serta peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan
senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban
kepercayaan masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan
Keamanan sebagai badan yang efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan
global dibidang perdamaian dan keamanan saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari
upaya dibidang diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945
Alenia IV, yang memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam
upaya menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai