Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Stroke
Stroke atau Cerebrovascular diseasemenurut World Health Organization (WHO)
adalah suatu tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak karena
adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan
sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang terhenti ini membuat suplai oksigen dan
zat makanan ke otak terhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya.
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficite neurologis) akibat terhamabatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut
Ginsberg (2007) stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal atau global yang terjadi secara cepat dan mendadak (dalam menit
atau pun detik) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Jadi, stroke
merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada otak
yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa
menit dan jam.
B. Etiologi
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih sedikit
daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih muda bisa
lebih buruk. Kondisi turun temurun predisposisi untuk stroke termasuk penyakit sel sabit,
sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan
trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi
homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau
mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini
dapat memperlambat proses aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark miokard
pada usia dewasa (Gilroy, 1992).
C. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran urea yang fungsinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi
otak yang berlawanan, hemiparalisis atau kelemahan salah satu sisi tubuh seperti keram-
keram pada tangan.
2. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara detektif
atau kehilangan bicara).
3. Gangguan persepsi : disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial,
kehilangan sensori.
4. Gangguan pola tidur
5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
6. Disfungsi kandung kemih.
7. Gejala-gejala stroke muncul akibat darah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung
bagian otak yang terganggu.
D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada
stroke do otak mengalami perubahanmetabolik, kematian sel kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering
terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis interna. Adanya gangguan peredaran darah
otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah
dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perunahan iskemik otak.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke jaringan
(hemoragik).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
5. Kontriksi local sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secarta drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis
yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit
dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerha ini. Selama
berlangsungnya peristiwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah
mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran
darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
Pathway :

E. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Iskemik
Stroke Iskemik (non hemoragic) adalah penurunan aliran darah kebagian otak yang
disebakan karena vasokontriksi akibat penyumbatanpada pembuluh darah arteri
sehingga suplai darah ke otak mengalami penurunan (Mardjono & Sidharta, 2008).
Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkain
perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak ditangani akan segera berakhir
dengan kematian di bagian otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat
plak aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang
tersangkut di arteri otak. Jenis stroke ini merupakan jenis stroke yang paling sering
menyerang seseorang sekitar 80% dari semua stroke (Junaidi, 2011). Berdasarkan
manifestasi klinis menurut ESO excecutive committe dan ESO writting committee
(2008) dan Jauch dkk (2013) yaitu:
a. TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara:gejala defisit
neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. TIAmenyebabkan penurunan
jangka pendek dalam aliran darah ke suatubagian dari otak. TIA biasanya
berlangsung selama 10-30 menit.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit): gejala defisitneurologi yang akan
menghilang dalam waktu lebih lama dari 24jam, tetapi gejala akan menghilang tidak
lebih dari 7 hari.
c. Stroke evaluasi (Progressing Stroke): kelainan atau defisit neurologi yang
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yangberat sehingga makin lama
makin berat.
d. Stroke komplit (Completed Stroke): kelainan neurologis yang sudahmenetap dan
tidak berkembang lagi.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karenaadanya
perdarahan suatu arteri serebralis yang menyebabkan kerusakan otak dan gangguan
fungsi saraf. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk kedalam jaringan
otak sehingga terjadi hematoma (Junaidi, 2011). Berdasarkan perjalanan klinisnya
stroke hemoragik di kelompokan sebagai berikut:
a. PIS (Perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral disebabkan karena adanya pembuluhdarah intraserebral
yang pecah sehingga darah keluar dari pembuluhdarah dan masuk ke dalam jaringan
otak. Keadaan tersebutmenyebabkan peningkatan tekanan intrakranial atau
intraserebralsehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah otak
sehinggamenyebabkan penurunan aliran darah otak dan berujung padakematian sel
sehingga mengakibatkan defisit neurologi (Smeltzer &Bare, 2005). Perdarahan
intraserebral (PIS) adalah perdarahan yangprimer berasal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak dan bukandisebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan
olehhipertensi dan penyakit darah seperti hemofilia (Pizon & Asanti,2010).
b. PSA (Pendarahan subarakhnoid)
Pendarahan subarakhnoid merupakan masuknya darah ke ruangsubrakhnoid baik
dari tempat lain (pendarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal
dari rongga subrakhnoid itu sendiri (pendarahan subarakhnoid) (Junaidi, 2011).
Perdarahan subarakhnoidal (PSA) merupakan perdarahan yang terjadi masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoid (Pizon & Asanti, 2010).
F. Faktor - Faktor Resiko Stroke
Menurut Israr (2008) ada beberapa macam faktor resiko yangmenyebabkan terjadinya
stroke yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat dicegah
terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan intervensi. Faktor risiko ini dipengaruhi
oleh banyak hal terutama perilaku. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi,
stress, diabetes melitus, penyakit jantung, merokok, dan konsumsi alkohol. Faktor yang
tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat dirubah walaupun dilakukan
intervensi karena termasuk karakteristik seseorang mulai dari awal kehidupannya. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia dan jenis kelamin.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,termasuk anak-anak.
Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan
resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan mengalaminya
degeneratif organ-organ dalam tubuh (Amin & Hardhi, 2013). Sedangkan menurut
Pinzon dan Asanti (2008) stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari
70% stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun. Perubahan struktur pembuluh darah
karena penuaan dapat menjadi salah satu faktor terjadi serangan stroke (Masood dkk,
2010). Riset Kesehatan Dasar Daerah Istemewa Yogyakarta (2014) mengemukan
berdasarkan diagnosa dokter dan tenaga kesehatan atau gejala pengelompokan stroke
menurut usia, pada usia >15-24 tahun sebanyak 1,7%. Usia 25-34 tahun sebanyak
3,3%sedangkan, usia 35-44 tahun sebanyak 8,1% pada usia seseorang 45-54 tahun
sebanyak 16,4%. Usia sekitar 55-64 tahun sebanyak 37,4%, untuk usia 65-74 tahun
sebanyak 59,5% sedangkan pada usia >75 tahun sebanyak 70,3%. Menurut Potter
dan Perry (2010) berdasarkan klasifikasi usia bahwa pada usia 20-40 tahun
memasuki usia dewasa awal, pada usia 41-60 tahun memasuki usia dewasa tengah
dan ketika pada usia >60 tahun memasuki kategori usia lanjut.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena strokepada usia dewasa
awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih
tinggi terjadi pada laki laki daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30%
Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi
para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hal ini,
hormon merupakan yang berperan dapat melindungi wanita sampai mereka melewati
masa-masa melahirkan anak (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia
dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan memiliki peluang yang sama juga dengan
laki-laki untuk terserang stroke. Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan
perempuan untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria memiliki
risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20%
daripada wanita. Namun, wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar
50%. Sehingga baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang
yang sama untuk terkena stroke pada usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani,
2013).
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a. Stres
Pengaruh stres yang dapat ditimbulkan oleh faktor stres padaproses aterisklerosis
melalui peningkatan pengeluaran hormon seperti hormon kortisol, epinefrin,
adernaline dan ketokolamin. Dikeluarkanya hormon kartisol, hormon adernaline atau
hormon kewaspadaan lainya secara berlebihan akan berefek pada peningkatan
tekanan darah dan denyut jantung. Sehingga bila terlalu sering dapat merusak
dinding pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya plak. Jika sudah terbentuk plak
akan menghambat atau berhentinya peredaran darah ke bagian otak sehingga
menyebabkan suplai darah atau oksigen tidak adekuat.
b. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normaldimana tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan distolik diatas 90 mmHg. Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak,
sedangkan penyempitan pembuluh darah dapat mengurangi suplai darah otak dan
menyebabkan kematian sel-sel otak. Hipertensi mempercepat pengerasan dinding
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
sehingga mempercepat proses arterisklerosis, melalui efek penekanan pada sel
endotel atau lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pada
pembuluh darah semakin cepat. Menurut Burhanuddin, Wahidudin, dan Jumriani
(2012), mengemukakan hipertensi sering disebut sebagai penyebab utama terjadinya
stroke. Hal ini disebabkan peningkatan tekanandarah dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke. Hipertensi
menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya tekanan darah yang
melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan
membran basal bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif
sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu, terdapat pelepasan trombokinase
sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak
kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya
pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke.
c. Diabetes Melitus
Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baikpada pembuluh
darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah otak dan jantung.
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran darah dikarenakan pada
kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga menghamabat aliran
darah ke otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi
melebarkan saluran arteri, meningkatkanya pembentukan trombosis dan
menyebabkan glikolisis protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat
menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung),
diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. Pasien yang
memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita stroke mungkin diakibatkan karena
riwayat diabetes melitus diturunkan secara genetik dari keluarga dan diperparah
dengan pola hidup yang kurang sehat seperti banyak mengkonsumsimakanan yang
manis dan makanan siap saji yang tidak diimbangi dengan berolahraga teratur atau
cenderung malas bergerak.
d. Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentukkolesterol sekitar 1000 mg
setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol jika
mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang menempel pada
permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari semakin menebal dan dapat
menyebabkan penyempitan dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Bila
di daerah pembuluh darah menuju ke otot jantung terhalang karena penumpukan
kolesterol maka akan terjadi serangan jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah
pembuluh darah pada bagian otak maka sering disebut stroke. Kolestrol merupakan
zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolestrol semakin besar kolestrol
tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh
darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak.
Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan mengakibatkan
terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas
pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah.
e. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor resiko terbentuknya lesiaterosklerosis yang
paling kuat. Nikotin akan menurunkan aliran darah ke eksterminitas dan
meningkatkan frekuensi jantung atau tekanan darah dengan menstimulasi sistem
saraf simpatis. Merokok dapat menurunkan elastisitas pembuluh darah yang
disebabkan oleh kandungan nikotin di rokok dan terganggunya konsentrasi
fibrinogen, kondisi ini mempermudah terjadinyapenebalan dinding pembuluh darah
dan peningkatan kekentalan darah. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke
yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko
stroke akan menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4
tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya
aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arterisklerosis dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit dan aliran darah yang lambat karena terjadi viskositas (kekentalan).
Sehingga dapat menimbulkan tekanan pembuluh darah atau pembekuaan darah pada
bagian dimana aliran melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga
oksidasi lemak yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan
jumlah HDL (kolestrol baik) atau menurunkan kemampuan HDL dalam
menyingkirkan kolesterol LDL yang berlebihan.
f. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan faktor resiko untuk stroke iskemik dankemungkinan juga
terkena serangan stroke hemoragik. Minuman beralkohol dalam waktu 24 jam
sebelum serangan stroke merupakan faktor resiko untuk terjadinya perdarahan
subarakhnoid. Alkohol merupakan racun untuk otak dan apabila seseorang
mengkonsumsi alkohol akan mengakibatkan otak akan berhenti berfungsi.
G. Penatalaksanaan
1. Non pembedahan
a. Kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
1) Phenytonim ( Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
2) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embotik.
3) Epsilon- aminocaproic (Amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan diatas
anirisma yang ruptur.
4) Calcium channel blocher (nimodipine) dapt diberikan untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
b. Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaqua atherosclerosis.
c. Superior temporal arteri-middle serebaral arteri anastomisis dengan melalui daerah
yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi.
H. Komplikasi
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:
1. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapatmengakibatkan
luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saatberbaring, seperti pinggul, sendi kaki,
pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi padakaki yang lumpuh dan
penumpukan cairan.
3. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akanmenimbulkan kekauan pada
otot atau sendi. Penekanan sarafperoneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat
terjadikompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
4. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnyadensitas mineral
pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan olehimobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
5. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita ataukarena umur sudah
tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akutdan 31% menderita depresi pada 3
bulan paska stroke s dan keadaanini lebih sering pada hemiparesis kiri.
6. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalahimobilitas, kekurangan
cairan dan intake makanan serta pemberianobat.
7. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dannyeri bahu pada
bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeribahu (shoulder hand syndrome) terjadi
pada 27% pasien stroke.Stroke tidak hanya menyerang orang yang sakit saja tetapi juga
dapatmenyerang orang secara fisik yang sehat juga. Stroke datangnya secaratiba-tiba
dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam atau setengah hari.Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya stress yangtinggi (Smeltzer, Bare, 2005 & Junaidi,
2011). Stres dan depresimerupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitan dengan
strokedan mengalami kehilangan kontrol pada diri sendiri, mengalamigangguan daya
fikir, penurunan memori dan penampilan sangat turunsehingga menyebabkan timbul
rasa sedih, marah dan tak berdayaterhadap hidupnya.
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara
lain adalah :
1. Angiografi
Membantu menetukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, atau
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
3. EEG (Electro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
4. Fungsi Lumbal
1) Menunjukkan adanya tekanan normal.
2) Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
perdarahan.
5. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
6. Ultrasonografi
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama lansia : Tn. R
b. Usia : 72 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Jenis kelamin : laki-laki
f. Nama wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
g. Riwayat Pendidikan : SD
h. Riwayat pekerjaan : Pengangguran
i. Status perkawinan : Belum menikah
j. Pengasuh wisma : Ny. Y
2. Alasan Berada di Panti :
Mbah R berkata mengatakan “ saya dibawa kesini gara-gara saya sakit stroke mbak,
keluarga saya tidak mampu buat ngobatin saya, tetangga kasian melihat saya sakit dan
terlantar terus saya dibawa kesini mbak”.
3. Status Biofisik
a. Riwayat Penyakit
Mbah R berkata “ kadang-kadang saya merasa pusing, batuk, pilek dan kadang
juga merasa panas dingin mbak , ya sama itu mbak tensinya tinggi terus, kemarin
ditensi 150/110 mmHg“.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Mbah R berkata “ tidak ada keluarga saya yang sakit seperti saya mbak, semuanya
sehat mbak”.
1) Status Gizi (diukur dengan grafik indeks massa tubuh)
IMT = BB (kg) : TB (m2)
= 55 kg : 160 cm
= 55 kg : 2.56 m2
= 21.4
IMT Mbah R termasuk dalam kategori normal yaitu 21.4
2) Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
a. Masalah pada Mulut
Mbah R berkata “giginya masi banyak mbak, masih bisa mengunyah
makanan, gigi depan udah lepas satu didepan dan 3 yang dibelakang mbak”.
Mbah R terlihat giginya menguning kehitam-hitaman tidak ada stomatitis
pada mulut klien, saat dilakukan pengkajian tidak tercium bau muulut.
b. Perubahan Berat Badan
Mbah R berkata “saya tidak tahu mbak, soalnya saya jarang timbang berat
badan, terakhir nimbang itu berat badannya 55 kg mbak, tapi lupa itu
kapan”.
c. Masalah Nutrisi
Mbah R berkata “tiap makan, nasi saya selalu habis mbak, tidak ada sisa,
ditambah biasanya buah pisang mbak, saya makan sehari 3x, minumnya air
putih biasanya habis banyak mbak”.
3) Masalah Kesehatan yang Dialami Saat Ini
Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, tangan kanan dan kaki kiri saya tidak
bisa digerakan, dulu saya itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau
sekarang sudah lumayan”
4) Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini
Mbah R berkata “ saya setiap hari minum obat yang buat menurunkan darah
tinggi, itu loh mbak obatnya didekat tv”. Saat pengkajian terlihat obat yang
diminum Mbah R adalah obat amlodipine.
5) Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan indeks KATZ)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Ke kamar kecil √
4 Berpindah √
5 Kontinensia √
6 Makan √
Hasil:
Nilai D yang berarti kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
6) Status Mobilisasi
a. Tes Keseimbangan
No. Instruksi Reaksi Pasien Skor
1 Keseimbangan Bersandar 0
duduk Tenang dan Aman 1
2 Duduk ke berdiri Tidak mampu tanpa bantuan 0
Mampu dengan bantuan tangan 1
Mampu 2
3 Upaya untuk bangkit Tidak mampu tanpa bantuan 0
(duduk ke berdiri) Mampu dengan lebih dari 1 kali upaya 1

Mampu dengan 1 kali upaya 2


4 Keseimbangan Goyah 0
berdiri awal (5 detik Stabil dengan bantuan 1
pertama) Stabil tanpa bantuan 2
5 Keseimbangan Goyah 0
berdiri awal (5 detik Stabil dengan base luas / bantuan 1
pertama) Stabil dengan base luas/ tanpa bantuan 2
6 Berdiri kaki rapat, Bereaksi akan jatuh 0
terapis memberikan Terhuyung, goyah 1
dorongan 3 kali di Stabil 2
dada
7 Berdiri dengan kaki Goyah 0
rapat dan menutup Stabil 1
mata
8 Berputar 360 derajat Langkah tidak kontinyu 0
Langkah kontinyu 1
Goyah 0
Stabil 1
9 Berdiri ke duduk Tidak aman (salah penempatan, duduk 0
dengan menjatuhkan diri ke kursi)

Menggunakan tangan dengan duduk 1


perlahan
Aman dan duduk perlahan 2
SKOR KESEIMBANGAN : 5

b. Tes Berjalan
Instruksi Reaksi pasien Skor
1 Inisiasi berjalan Memulai dengan ragu-ragu 0
dengan Instruksi Tanpa ragu 1
2 Panjang dan tinggi
langkah
 Ayunan kaki Tidak melewati kaki kiri yang menumpu 0
kanan Melewati kaki kiri yang menumpu 1
Kaki kanan menyentuh lantai 0
Kaki kanan tidak menyentuh lantai 1
Panjang dan tinggi
langkah
 Ayunan kaki Tidak melewati kaki kanan yang menumpu 0
kiri Melewati kaki kanan yang menumpu 1
Kaki kiri menyentuh lantai 0
Kaki kiri tidak menyentuh lantai 1
3 Kesimetrisan Jarak langkah kanan dan kiri tidak sama 0
langkah Jarak langkah kanan dan kiri sama 1
4 Kontinyuitas Stop atau tidak kontinyu pada setiap 0
langkah langkah
Kontinyu pada setiap langkah 1
5 Berjalan lurus pada Terdapat deviasi 0
jalur ( estimasi Deviasi moderat/ berjalan dengan alat 1
jarak antar kaki bantu
seukuran tubuh ) Berjalan lurus tanpa alat bantu 2
6 Trunk Badan Badan Instabil dan berjalan dengan 0
alat bantu
Badan tidak mengayun, tetapi lutut 1
menekuk/tanan melebar
Berjalan tanpa instabil, tanpa alat bantu, 2
tanpa kompensasi tangan
7 Posisi Berjalan Tumit terangkat sepanjang berjalan 0
Tumit menyentuh lantai 1
SKOR BERJALAN/GAIT : 5
TOTAL NILAI : SKOR KESEIMBANGAN + SKOR BERJALAN :
5+5 = 10
Interpretasi:
Pada keseimbangan total score ada 5 dan pada score berjalan total 5. Sehingga
total nilai adalah 10 yang menunjukkan resiko jatuh tinggi
b. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Mobilisasi
Mbah R bisa berpindah dengan mandiri tanpa bantuan dengan berjalan pelan-
pelan dan tertatih.
b. Berpakaian
Mbah R kesusahan jika harus berpakaian sendiri karena tangan kirinya belum bisa
digerakkan.
c. Makan dan Minum
Mbah R bisa makan dan minum dengan mandiri tanpa bantuan walaupun agak
berantakan.
d. Toileting
Mbah R dapat melakukan toileting secara mandiri walau agak kesusahan.
e. Personal Hygiene
Mbah R dapat menggosok gigi secara mandiri, namun ketika kramas
membutuhkan bantuan.
f. Mandi
Mbah R masih membutuhkan bantuan ketika mandi, terutama saat memakai
sabun.
4. Status Psikologi
a. Status Kognitif (short portable mental state quesonnare)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini? X
2. Hari apa sekarang? 
3. Apa nama tempat ini? 
4. Berapa nomor telepon anda? X
4a. Dimana alamat anda? 
5. Berapa umur anda? 
6. Apan anda dilahirkan? 
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? 
8. Siapa presiden sebelumnya? 
9. Siapa nama kecil ibu anda? 
10. Kurangi anka 20 dengan angka 3 berturut-turut 3 
kebawah atau menurun
TOTAL 8
Baik

b. Perubahan yang Timbul Akibat Status Kognitif


Tidak terdapat perubahan pada fungsi inteektual Mbah R. Klien memiliki fungsi
intelektual utuh ditandai dengan kesalahan jawaban yang hanya 2.
c. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif
Ingatan Mbah R. masih bagus, beliau berkata “Masih ingat saya, kalau ingatan
masih bagus. Akper yang dulu-dulu saya juga masih ingat namanya”.
d. Status Depresi
The Geriatric Dpresion Scale
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Ya
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat Tidak
anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Tidak
4. Apakah anda sering bosan? Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu? Tidak
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu Ya
8. Apakah anda merasa jenuh? Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada Ya
malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak Tidak
mengalami masalah dengan ingatan anda daripada
yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat menynangkan hidup Ya
sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Ya
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Tidak
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik Tidak
dari anda?
Intrepretasi : jumlah skor GDS pendek pada klien didapatkan hasil yaitu 4
pertanyaan yang sesuai, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa klien tidak mengalami
depresi
e. Perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien terlihat sering tersenyum dan ramah ketika diajak berbicara.
f. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi
Mbah R. berkata “Rasanya ya biasa aja, seneng-seneng aja di sini. Apalagi kalau
ada akper-akper gini tambah seneng soale ndak sepi.”
g. Status Kesepian
UCLA Loneliness Scale
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu
pernah kadang
1 Apakah anda pernah merasa cocok 2
dengan orang-orang disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa tidak/ 2
kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa tidak ada 3
seorang pun yang dapat
diandalkan/anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa sendiri? 2
5 Apakah anda pernah merasa menjadi 1
bagian dari kelompok teman-teman
anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda 3
memiliki banyak persamaan dengan
orang-orang disekitar anda?
7 Apakah anda pernah merasakan bahwa 4
anda tidak dekat dengan siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
minat dan ide anda dibagikan dengan
orang-orang di sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa ramah/ 1
mudah bergaul dan bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa dekat 3
dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa 1
ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa hubungan 4
anda dengan orang lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak satu 3
pun orang mengerti anda dengan baik?
14 Apakah anda pernah merasa terasing 2
dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan 2
teman/ sahabat ketika anda
menginginkannya?
16 Apakah anda merasa bahwa ada 3
seorang yang benar-benar dapat
mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa malu? 3
18 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
orang-orang banyak di sekitar anda,
tetapi tidak bersama anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda ajak bicara (ngobrol)?
20 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda diandalkan/dimintai
tolong?
Total score 47

Interpretasi : Jumlah skor UCLA pada klien didapatkan hasil yaitu 47, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien mengalami kesepian rendah.
h. Keadaan Emosi
1) Ansietas
Mbah R. berkata “saya selalu memikirkan keadaan diri saya yang seperti ini,
saya takut jika sewaktu-waktu kondisi saya semakin parah”.
2) Perubahan perilaku
Mbah R. berkata “Saya dari dulu ya gini-gini aja, ndak ada yang berubah
mbak.”
3) Mood
Mbah R berkata “Kalau lagi rame gini ya seneng, tapi kalau sepi dan gak
ngapa-ngapain ya sedih juga. Rasanya bosen.”
5. Status Sosial
a. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Mbah R berkata “saya kenal dengan orang-orang satu kamar saya mbak, saya
biasanya cerita dan ngobrol dengan orang-orang disekitar tempat tidur saya”.
b. Hubungan antar lansia diluar wisma
Mbah R berkata “saya tidak kenal dengan lansia lain selain yang diruangan saya
mbak, hanya sekedar tau saja tidak tau namanya, saya jarang keluar kamar, saya
lebih banyak hanya didalam kamar saja”.
c. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Mbah R berkata “hubungan dengan keluarga saya masih baik mbak, keluarga
nengokin kesini setiap hari raya”.
d. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Mbah R berkata “saya kenal dan lumayan dekat dengan Bu Y sebagai pengasuh
saya mbak”.
e. Kegiatan organisasi social
Mbah R berkata “saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun mbak, saya tidak
mengerti tentang semua itu”.
6. Status Tingkahlaku
a. Pola Makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup sesuai aturan di dalam panti dan
setiap kali makan klien selalu menghabiskan porsi makanannya, tidak mengalami
kesulitan saat menguyah makanan karena kondisi gigi yang masih utuh. Klien selalu
suka dengan menu makanan yang disediakan.
b. Pola Tidur
Mbah R berkata “saya sering terbangun saat malam hari mbak, saya merasa tidak
tenang dan merasa was-was, tidurnya tidak nyenyak, tiba-tiba kalau malam sering
terbangun terus tidak bisa tidur lagi, kadang bisa tidur lagi mbak dan saya sering
mengantuk dipagi hari”.
Mbah R berkata “saya tidur malam kira-kira ya mulai jam 20.00-04.00 tidur
nyenyak paling sejam sampai dua jamanan saja mbak, setelah itu susah tidur kalau
tidur siang biasanya jam 13.00-14.00”.
c. Pola Eliminasi
Klien BAK ±5-6x/hari dan BAB 1x/hari
d. Kebiasaan Buruk Lansia
Jika malam hari klien merasa gerah, klien akan mandi.
e. Pelaksanaan Pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, di panti tersebut terdapat adanya poliklinik untuk
lansia yang mempunyai masalah kesehatannya, maka diberi obat yang sudah
disediakan di panti.
f. Kegiatan Olahraga
Setiap hari klien mengikuti kegiatan olahraga di bangsal yang diadakan oleh pihak
panti
g. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang lain dan
menonton televisi
h. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti.
7. Status kesehatan
a. Pemeriksaan Fisik
No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah
keperawatan yang
muncul
1 Kepala Inspeksi: Tidak ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
putih, penyebaran rambut merata,
kulit rambut bersih, tidak ada lesi
pada kulit kepala.
Palplasi: Tidak ada nyeri tekan atau
benjolan pada kepala klien.
2 Wajah/muka Inspeksi: Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada
wajah klien.
3 Mata Inspeksi: Tidak ada
Mata kanan dan kiri simetris, bulu
mata sedikit dan pendek, tidak ada
cairan abnormal yang keluar dari
mata, sklera jernih, konjungtiva
non anemis, tidak memakai kaca
mata, terlihat kantung mata.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
4 Telinga Inspeksi: Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada luaran serum, tidak ada lesi
atau luka, klien masih mampu
mendengar dengan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada
telinga, tidak teraba benjolan.
5 Mulut dan gigi Inspeksi: Tidak ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah, gigi
beberapa sudah tanggal, warna gigi
menguning kehitaman, tidak
terdapat stomatitis, lidah bersih.
6 Leher Inspeksi: Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar
limfe atau tiroid.
7 Dada Inspeksi: Tidak ada
Perkembangan antara dada kanan
dan kiri simetris
Palpasi: Taktil fremitus teraba sama
antara dada kanan dan kiri
Perkusi: Bunyi resonan
Auskultasi: Suara paru vesikuler
8 Jantung Inspeksi: Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi: Tidak ada nyeri pada area
jantung, teraba ictus cordis pada
SIC 5 midklavikula sinistra
Perkusi: Terdengar suara pekak
Auskultasi: terdengar bunyi lup dup
secara teratur tanpa adanya bunyi
tambahan
9 Abdomen Inspeksi: Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada lesi
atau luka
Auskultasi: bising usus 10x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada
area abdomen
Perkusi: bunyi timpani
10 Ekstremitas atas Inspeksi: Warna cokelat, kering, Gangguan mobilitas
tidak terdapat lesi, kuku kotor dan fisik
pecah-pecah.
Kekuatan otot:
5 1

3 2

Palpasi: Tidak terdapat edema


maupun nyeri tekan.
11 Ekstremitas bawah Inspeksi: Warna cokelat, kulit Gangguan mobilitas
kering, tidak terdapat lesi, kuku fisik
kotor dan pecah-pecah.
Kekuatan otot:
5 1

3 2

Palpasi: Tidak terdapat edema


maupun nyeri tekan.
B. Anaslisa Data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1
DS : Resiko jatuh

- Ny.R berkata “karena stroke ini


mbak, tangan kanan dan kaki kiri
saya tidak bisa digerakan, dulu
saya itu tidak bisa apa-apa cuma
bisa tiduran, kalau sekarang
sudah lumayan”

DO:

- Ny.R mengalami kesulitan


berjalan
- Ny.R mengalami kesulitan
menggerakan tangan kiri
- Tangan dan kaki kiri Ny.R
mengalami hemiplegia
- Total score keseimbangan adalah
.
10 yang menunjukkan resiko
jatuh tinggi

2. DS : Hambatan Gangguan
- Ny.R berkata “karena stroke ini mobilitas fisik neuromuscular
mbak, tangan kanan dan kaki kiri
saya tidak bisa digerakan, dulu
saya itu tidak bisa apa-apa cuma
bisa tiduran, kalau sekarang
sudah lumayan”
- Ny.R berkata “Ya kalau buat
jalan bisa, tapi harus pelan-
pelan dan jalannya kaki kiri agak
diseret mbak. Tapi kalau yang
tangan ini ndak belum bisa
digerakkan.”

DO:

- Klien post stroke 5 tahun yang


lalu
- Ektremitas kiri mengalami
hemiplegia
- Kekuatan otot ekstremitas kiri
mengalami penurunan
5 1
3 2
- Klien mengalami kesulitan
berjalan dan tidak dapat
menggerakkan tangan kiri

3. DS: Resiko kesepian

- Ny.R berkata “Ya kadang


ngerasa sepi, sedih kalo inget
keluarga di rumah, paling
ngobrol dengan teman sebelah
mbak kalo merasa sepi”
- Ny.R berkata “Ya kadang bosen
mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe”
- Ny.R berkata “Pengene ya di
rumah, tapi kan kasian
keluarga”
- Ny.R berkata “Keluarga ya
kesini paling kalo pas hari raya
mbak”

DO :

- Berdasarkan hasil pengkajian


skor UCLA Loneliness Scale
didapatkan skor 47 sehingga
dapat dikatakan bahwa Ny.R
mengalami kesepian ringan.
- Ny.terkadang terlihat murung
- Ny.R terlihat sering melamun

C. Diagnosa
1. Resiko jatuh
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular
3. Resiko kesepian
D. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh:
(00155)
keperawatan selama 3x24 1. Kaji adanya faktor-faktor
jam diharapkan klien resiko jatuh
mampu: 2. Ajarkan tentang upaya
1. Mengidentifikasi dan pencegahan jatuh
mengetahui bahaya Latihan Terapi:
lingkungan yang dapat Keseimbangan:
meningkatkan 1. Jelaskan kepada pasien
kemungkinan jatuh tujuan dan rencana dari
2. Mampu melaporkan latihan keseimbangan
cara yang tepat dalam 2. Ajarkan latihan terapi:
melindungi diri dari keseimbangan
risiko jatuh 3. Beri apresiasi setiap apa
3. Melakukan latihan yang dilakukan oleh klien
keseimbangan secara 4. Anjurkan melakukan
mandiri gerakan keseimbangan
secara mandiri
5. Jadwalkan kembali untuk
latihan
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy: Joint
mobilitas fisik
keperawatan selama 3x24 Mobility
berhubungan
dengan gangguan jam diharapkan tidak 1. Tentukan batasan dari
neuromuscular
terjadi stroke berulang perpindahan sendi dan
(00085)
dengan kriteria hasil: dampak dari fungsinya
1. TTV dalam rentang 2. Jelaskan kepada pasien
normal tujuan dan rencana dari
2. Klien patuh melakukan latihan sendi
terapi 3. Mengontrol lokasi dan
ketidaknyamanan dari
nyeri selama
beraktivitas/berpindah
4. Lakukan latihan ROM
aktif atau pasif
5. Jadwalkan latihan ROM
aktif atau pasif
6. Berikan semangat
ambulasi jika diperlukan
7. Sediakan pertolongan
yang positif untuk
aktivitas latihan sendi

3. Resiko kesepian Setelah dilakukan tindakan Spiritual Support


(00054)
keperawatan selama 1 x 45 1. Gunakan komunikasi
menit, diharapkan klien terapeutik untuk
mampu: membangun hubungan
- Ikut aktif dalam saling percaya dan empati
melakukan terapi 2. Bantu klien untuk
pendekatan mengingat pengalaman
spiritual yang telah spiritual pada masa lalu
diajarkan 3. Dorong klien untuk berdoa
- Melakukan dan selalu mengingat Allah
kembali secara SWT
mandiri mengenai Coping Enhancement
terapi pendekatan 1. Identifikasi apa yang
spiritual yang dirasakan oleh klien.
diajarkan 2. Apresiasi setiap apa yang
- Mengisi diungkapkan oleh klien.
kekosongan waktu 3. Sediakan waktu untuk
dengan melakukan mendengar keluhan klien.
terapi pendekatan 4. Fasilitasi klien dalam
spiritual peningkatan kualitas hidup
- Mengusir rasa dengan memberikan terapi
kesepian yang pendekatan spiritual.
terkadang muncul 5. Evaluasi keberhasilan
dengan melakukan klien dalam melakukan
hal yang disukai setiap intervensi yang telah
dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA

Herliawati; Maryatun, Sri dan Herawati, Desti. (2014). Pengaruh Pendekatan Spiritual Terhadap

Tingkat Kesepian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama

Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya Utara. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 1 (1)

Yulianti. (2011) Pendekatan Cultural Spiritual dalam Konseling bagi Lansia. Universitas Sunan

Gunung Jati. Bandung.

Supriyono, Eko. (2015). Aktivitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Risiko Jatuh Pada

Lansia. Jurnal olahraga Prestasi. 11 (2) : 91-101.

Sabatin, S N., Kusuma, H E., Tambunan, Lily. (2015). Faktor Eksternal Risiko Jatuh Lansia:

Studi Empiris. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. Hlm 1-6.

Adiyati Sri. 2010. Pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia di pstw unit budi luhur

kasongan bantul Yogyakarta. Jurnal kebidanan, Vol. II, No. 02. Hal : 21-28.

Stanley, M & Bare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: BPS

Anda mungkin juga menyukai