Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KELOMPOK HASIL PENGKAJIAN RUANGAN

INPATIENT DEPARTEMENT 2 (IPD II)


RUMAH SAKIT SILOAM DENPASAR

Anjelina BR Harianja 01503190337

Esterjanti Tariuwoba 01503190321

Irta Belina Lase 01503190468

Maria Fatricia T.L 01503190468

Sebastian Sastraeli Gulo 01503190212

Theresia Monica 01503190327

Trikartika Sidabalok 01503190278

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dari masalah dalam ruangan yang
diangkat oleh kelompok, tujuan penulisan dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting
bagi pelayanan kesehatan, secara khusus dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Perawat yang memiliki peran dalam meningkatkan dalam mutu pelayanan
harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar, yaitu
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi (Kairupan, 2016). Selain dituntut
untuk meningkatkan mutu pelayanan, perawat juga wajib mendokumentasikan setiap
asuhan keperawatan yang telah diberikan secara benar.
Dalam pemberian pelayanan keperawatan perawat dituntut untuk
memberikan pelayanan keperawatan dengan kualitas yang baik sehingga pasien
maupun kelurga pasien merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Penentuan jumlah dan jenis perawat menggunakan metode Full Time Equivalent
(FTE) didasarkan pada konsep bahwa seorang perawat bekerja selama 40
jam/minggu atau 2080 jam dalam periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut
meliputi waktu produktif dan non produktif, sedangkan yang dipertimbangkan
hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Metode perhitungan
ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan
tingkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawatan yang
dibutuhkan (Nursalam, 2011). Menurut Permenkes Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 bahwa rumah sakit tipe B memiliki perbandingan
tenaga keperawatan dan tempat tidur sebesar 1:1.
Penelitian mengenai beban kerja tenaga keperawatan telah dilakukan oleh
Malika (2013) di RSU Kota Tangerang Selatan, dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa beban kerja di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III di
RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat karena beban kerja produktif berada
diatas 80% dan dari hasil perhitungan didapatkan adanya kekurangan tenaga perawat
di instalasi rawat inap kelas II dan kelas III sebanyak 9 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan kepala ruangan Inpatient
Departement (IPD II) Rumah Sakit Siloam Denpasar, didapatkan jumlah perawat
sebanyak 14 perawat dengan jumlah tempat tidur sebanyak 22 tempat tidur, dan
setiap shift hanya tiga perawat yang berjaga. Dengan jumlah rata-rata kunjungan
untuk IPD II adalah 13-15 pasien. Jika dibandingkan dengan Permenkes
340/MENKES/PER/III/2010, maka adanya kekurangan tenaga perawat pelaksana di
IPD II anatara jumlah perawat dan jumlah tempat tidur yaitu 14:22, hal ini dapat
mengakibatkan pelayanan asuhan keperawatan tidak berjalan maksimal. Maka
penulis melakukan analisis beban kerja berlebih pada perawat pelaksana di IPD II
Rumah Sakit siloam Denpasar.
1.2 Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mengelola pelayanan keperawatan secara profesional di tingkat dasar yang
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
profesional
2) Tujuan Khusus
a) Mengumpulkan data untuk analisa SWOT
b) Melakukan analisis SWOT
c) Plan of action
d) Megidentifikasi dan menentukan masalah prioritas
e) Menyusun rencana evaluasi struktur, proses, dan hasil
f) Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik di Rumah Sakit

1.3 Manfaat Penelitian


1) Bagi Rumah Sakit Siloam
Melalui penulisan dan inovasi yang diberikan melalui pengkajian SWOT,
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan dan
peningkatan kualitas manajemen di ruang rawat inap (IPD II) dan sebagai
informasi tentang kesejahteraan perawat sehingga rumah sakit lebih
memperhatikan ruangan.
2) Bagi mahasiswa keperawatan
Melalui penulisan makalah ini, mahasiswa mendapat pembelajaran dalam
melakukan praktik manajemen keperawatan di rumah sakit.
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 Analisa Situasi Ruangan
Pengumpulan data di ruangan Inpatient Departement 2 (IPD II) lantai 5
rumah sakit Siloam Denpasar dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada
tanggal 29 Agustus 2019 – 1 September 2019. Ruangan IPD terdiri dari ruangan
kelas 1, kelas 2, VIP, VVIP, President suite dan excecutive, dengan kapasitas 22
tempat tidur.
2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Ketenagaan
Ruang IPD II Memiliki satu Head Nurse (HN) sebagai kepala
ruangan, 14 staff perawat (8 perawat berpendidikan S1 keperawatan dan 6
Perawat berpendidikan D3) dan 5 Patient Care Assistant (PCA).
2) Pengorganisasian
Pada ruangan IPD II, struktur organisasi terdiri dari kepala
perawat, kepala ruangan, perawat primer dan perawat pelaksana. Kepala
ruangan dibawahi oleh manager of duty (MOD). Kepala ruangan
membawahi perawat primer dan perawat primer membawahi perawat
pelaksana.
3) Pembuatan jadwal dinas
Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruangan dan
memberikan kesempatan untuk permintaan jadwal khusus dari perawat.
Kemudian kepala ruangan membuat jadwal selama satu bulan. Setelah itu
jadwal dievaluasi kembali sebelum diterapkan.
4) Orientasi tenaga baru
Perawat yang akan ditempatkan di ruangan adalah perawat yang
sudah mengikuti pelatihan Program Orientasi Umum (POU), Program
Orientasi Khusus (POK).
5) Peningkatan SDM
Upaya meningkatkan SDM, kepala ruangan menginformasikan
pelatihan yang wajib diikuti oleh semua perawat sesuai jadwal masing-
masing yang telah disusun oleh kepala ruangan. Perawat juga disediakan
e-learning untuk mengakses kuis, dokumen dan materi pembelajaran.
Namun fasilitas e-learning yang disediakan tidak digunakan dengan baik
dengan alasan sibuk. Perawat tidak antusias untuk mengikuti pelatihan
yang diselenggarakan pihak rumah sakit, hal tersebut terlihat dari
kehadiran perawat yang hanya menandatangi absen kemudian
meninggalkan ruangan pelatihan setelah seperempat acara mulai.
2.1.1 Metode
1) Strategi asuhan keperawatan
Selama memberikan asuhan keperawatan dilakukan pembagian jumlah
pasien, satu tim terdiri dari 3 perawat yang mengelola jumlah maksimal 22
pasien yang dibagi berdasarkan urutan kamar pada setiap tim untuk
mempermudah mobilisasi pembagian obat dan lain-lain. Dalam melakukan
beberapa tindakan diperlukan penggunaan alat pelindung diri (APD), perawat
diruangan sudah menerapkan dan patuh terhadap penggunaan APD dan
prosedur tindakan, baik saat memberikan obat atau melakukan perawatan
lainnya.
2) Pendokumentasian
Penerimaan pasien baru dilakukan dengan pengkajian awal kemudian
mengisi form pengkajian awal. Perawat membuat Nursing Care Plan (NCP)
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan, namun ada beberapa
perawat yang tidak membuat NCP sesuai dengan diagnose. NCP ditulis dalam
lembar integrasi dengan format SOAP sehingga lebih terstruktur dan kesalahan
pendokumentasian bisa diminimalkan.
3) Alur penerimaan pasien
Pasien masuk biasanya berasal dari pendaftaran/Front office (FO),
Emergency Departement, atau out patient department (OPD). Salah satu
perawat akan mengukur berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu untuk
pasien dari FO dan OPD, kemudian perawat akan mengantar pasien ke ruang
rawat inap dan melakukan timbang terima dengan perawat yang bertanggung
jawab atas pasien.
4) Alur pemulangan pasien
Pemulangan pasien dilakukan setelah dokter menginstruksikan bahwa
keadaan pasien sudah memungkinkan untuk pulang, setelah itu perawat akan
mengurus proses pemulangan dengan mengkoordinasikan pembayaran biaya
rawat inap dan pengobatan selama di rumah sakit dengan petugas registrasi
pembayaran. Kemudian perawat menginformasikan pemakaian alat kesehatan
kepada petugas ward clerk. Setelah administrasi selesai, memberikan penjelasan
terapi selama dirumah dan konsultasi ulang. Setelah selesai PCA akan
mengantar pulang sampai lobby.
5) Timbang terima pasien
Timbang terima pasien dilakukan oleh perawat yang sift sebelumnya
kepada perawat sift selanjutnya sesuai dengan tim masing-masing. Hal-hal yang
disampaikan adalah keadaan umum pasien, rencana tindak lanjut pasien dan
rencana kerja untuk dinas berikutnya. Melakukan diskusi/klarifikasi
6) Pengelolaan logistik dan obat
Pengelolaan logistik dilakukan koordinasi dengan petugas ward clerk.
Pengelolaan obat diberikan sesuai dengan instruksi dokter yang bertanggung
jawab, kemudian perawat akan meresepkan melalui IMR kepada petugas
farmasi untuk menyediakan obat. Kemudian obat akan diantarkan ke ruangan
oleh petugas farmasi. Perawat melakukan pengecekan obat untuk memastikan
benar obat, jumlah dan nama pasien. kemudian menyimpan semua obat ke
masing-masing laci pasien di Clean Unit (CU).

2.1.2 Material
Sarana dan prasarana
IPD II terdapat 19 kamar pasien, tidak terdapat ruangan khusus HN
(Ruang HN gabung dengan ruang ward clerk), 1 ruang Dirty Unit (DU), 1 ruang
Clean Unit (CU), 1 storage, 2 toilet umum, 1 toilet khusus karyawan. Terdapat
1 emergency trolley, kulkas obat, 2 APAR di setiap sudut ruangan, 2 Hydrant, 1
alat sterilisasi, peralatan kesehatan seperti syringe pump, infuse pump, 1 alat
tensimeter, 2 alat oksimetry, 4 termometer digital, 5 stetoskop 1 alat EKG, 1 alat
cek BS lengkap, 1 path slide, 1 tabung oksigen mobile, 2 kursi roda.

2.1.3 Lingkungan kerja


Ruangan tidak tertata dengan rapi, laci obat dan medical supply pasien
tersusun tidak berdasarkan urutan nomor kamar jadi cukup membingungkan.
Tempat sampah medis hanya terdapat di DU sehingga tidak mempermudah
pembuangan sampah medis. Sedangkan tempat sampah non medis tersedia di
setiap ruangan dan nurse station.
2.1.4 Money
Dana ruangan disediakan oleh rumah sakit untuk keperluan
perlengkapan ruangan, permintaan bisa dilakukan dengan membuat daftar
kebutuhan ruangan bulanan oleh HCA/PCA yang telah di konfirmasi oleh
kepala ruangan.
Strength (kelebihan) Weakness (kekurangan) Oppurtunity (peluang) Threat (ancaman)

1) Struktur organisasi jelas dan sesuai 1) Satu tim dinas terdiri dari 3 perawat setiap 1) Pencapiaan IPSG 1) Tingginya tuntutan dari keluarga pasien
dengan tanggung jawab masing-masing. sift, dengan jumlah maksimal 22 pasien. 2) Adanya kerjasama rumah sakit dengan untuk pelayanan keperawatan
Setiap anggota tim membangun 2) Perawat tidak memanfaatkan sumber institusi pendidikan keperawatan 2) Tingginya tuntutan kerja dari
kerjasama yang baik. pembelajaran yang disediakan (e-learning) 3) Peningkatan kemampuan komunikasi manajemen untuk pelayanan yang
2) Dalam pembuatan jadwal staff dengan baik, karena alasan sibuk. berbahasa inggris. professional
diberikan kesempatan untuk permintaan 3) Perawat tidak antusias untuk melakukan 3) Karena rumah sakit banyak menerima
jadwal khusus pelatihan yang diselanggarakan oleh rumah pasien internasional yang berasal dari
3) Sebelum ke ruangan, perawat baru sakit. Terlihat dari kehadiran perawat yang berbagai Negara dan tidak semua pasien
diberikan latihan POU, POK dan hanya menandatangi absen kemudian bisa berbahasa Inggris maka hal itu
orientasi ruangan. meninggalkan ruangan pelatihan setelah menjadi hambatan bagi perawat untuk
4) Perawat disediakan akses seperempat acara mulai. melakukan tindakan keprawatan yang
pembelajaran e-learning untuk belajar 4) Beberapa perawat melakukan berpusat pada pasien.
mandiri. pendokumentasian NCP yang tidak sesuai
5) Perawat diruangan sudah menerapkan dengan diagnosa yang ditegakkan,
dan patuh terhadap penggunaan APD pendokumentasian seringkali dilakukan
dan prosedur tindakan, baik saat secara terburu-buru.
memberikan obat atau melakukan 5) Saat melakukan timbang terima perawat
perawatan lainnya. hanya melakukan penyampaian keadaan
6) Pendokumentasian ditulis dalam umum pasien, tindak lanjut dan rencana kerja
lembar integrasi dengan format SOAP selanjutnya. Tapi tidak melakukan kunjungan
7) Saat melakukan timbang terima ke ruangan pasien lama, yang dikunjungi
perawat menyampaikan kondisi umum hanya pasien baru.
pasien, tindak lanjut dan rencana kerja
tim yang dinas selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN TEORI

3.1 Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan sebagai proses melalui anggota staf keperawatan


untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2011).
Muninjaya dalam Nursalam (2011) manajemen keperawatan merupakan gabungan
antara ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efektif,
efisien dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen keperawatan adalah suatu bentuk koordinasi sumber-sumber
keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan dan pelayanan keperawatan (Fitriani et al. 2014).

3.2 Teori yang mendukung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) kesejahteraan adalah suatu


hal atau keadaan sejahtera yang menyangkut keamanan, keselamatan, serta
ketentraman. Jadi kesejahteraan adalah suatu keadaan yang sejahtera, bahagia, sehat,
serta menghasilkan sesuatu yang positif. Lingkungan kerja yang aman dan sehat
akan memberi suatu dampak yang baik atau positif terhadap orang-orang atau
karyawan yang berada di dalam lingkungan tersebut. Manfaat dari lingkungan kerja
yang aman dan sehat dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi dan
kualitas dari pekerja, menurunkan biaya-biaya kesehatan serta asuransi, fleksibilitas
dan adaptabilitas dari pekerja menjadi lebih besar karena meningkatnya partisipasi
serta rasa kepemilikan terhadap lingkungan kerja (Rivai, 2009:793). Menurut
sedarmayanti (2009:26) lingkungan kerja mencakup keseluruhan alat perkakas serta
bahan yang ada, lingkungan sekitar dimana seseorang bekerja, metode bekerja, serta
pengaturan bekerja, baik bekerja secara individu maupun secara kelompok. Maka
dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada
disekitar karyawan bekerja dan dapat mempengaruhi karyawan dalam mengerjakan
tugas-tugas.
Nursalam (2016) Menjelaskan bahwa timbang terima atau handover
merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan maupun
menerima suatu laporan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Timbang terima
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap mengenai tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang telah
dilakukan maupun yang harus dilakukan selanjutnya, serta mengenai perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan dalam timbang terima harus merupakan
informasi yang akurat sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
seharusnya. Timbang terima adalah suatu komunikasi yang dilakukan perawat
dimana berisikan mengenai informasi tentang pasien. Apabila saat komunikasi
dalam timbang terima pasien tidak dilakukan dengan benar, dapat menimbulkan
keterlambatan dalam diagnosis, peningkatan kemungkinan efek samping, bahakn
ketidakpuasan pasien (Permenkes, 2011). Beban kerja perawat adalah seluruh
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan oleh perawat selama bertugas disuatu unit
pelayanan keperawatan. Beban kerja dapat meliputi beban kerja fisik maupun
mental. Beban kerja yang terlalu berat atau juga kemampuan fisik yang lemah dapat
mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Efendy,
2009). Beban kerja dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Beban kerja
yang tidak proporsioan bisa menimbulkan rasa stress, teruma yang telah melebihi
batas tingkat moderat dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu ketidakpuasaan
kerja yang selanjutnya dapat mengakibatkan motivasi yang rendah pada diri perawat
untuk bekerja (Hamid, 2014).

3.3 Kajian Literatur

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anwar et al (2016) dengan tujuan


mengetahui hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan patient
safety culture oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ada hubungan
bermakna antara fungsi manajemen kepala ruang pada perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan staf, dan pengendalian dengan penerapan patient
safety culture. Tidak ada hubungan yang signifikan antara fungsi pengarahan kepala
ruang dengan penerapan patient safety culture. Kepala ruang perlu untuk selalu
meningkatkan fungsi pengarahan dan pengendalian dalam upaya membudayakan
patient safety sehingga akan terciptanya kualitas keselamatan pasien. Penelitian yang
dilakukan oleh Yusuf (2013) dengan tujuan untuk mengidentifikasi hubungan
manajemen waktu perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun
2013. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ada hubungan manajemen
waktu dengan pendokumentasian nilai p-value (0,030), ada hubungan perencanaan
waktu dengan pendokumentasian nilai p-value (0,018), ada hubungan menyelesaikan
tugas dengan prioritas tertinggi dengan pendokumentasian nilai p-value (0,045), ada
hubungan memprioritaskan ulang berdasarkan informasi baru yang didapat dengan
pendokumentasian nilai p-value (0,019). Hasil secara umum terdapat hubungan yang
bermakna antara manajemen waktu dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun
2013. Diharapkan terus dapat mempertahankan manajemen waktu dan juga
meningkatkan pengawasan terhadap kinerja perawat yang telah berjalan baik selama
ini.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Adawiyah et al (2012) bertujuan
untuk untuk mengetahui proses pelayanan yang diberikan oleh perawat pada ruang
perawatan kelas III, dan untuk mengetahui beban kerja perawat pada ruang
perawatan kelas III rumah sakit umum daerah dr. Soedarso. Hasil dari penelitian ini
adalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien di ruang kelas III
rumah sakit umum daerah dr. Soedarso, sesuai dengan standar asuhan keperawatan
minimal yang ada yaitu dengan pendekatan, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan, tahap pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi
keperawatan, walaupun dokumentasi yang dilakukan tidak tergambar dengan baik.
dengan jumlah perawat yang bertugas di ruang kelas III sebanyak 157 orang, dimana
jumlahnya perawat yang ada, kurang 20% dari perhitungan kebutuhan tenaga
perawat oleh rumah sakit yaitu sebanyak 190 orang, walaupun rumah sakit belum
memiliki standar yang baku untuk menjadi acuan perhitungan kebutuhan tenaga.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016) yang bertujuan untuk
menganalisis kualitas kehidupan kerja yaitu keterlibatan karyawan, pengembangan
karir, penyelesaian masalah, komunikasi, fasilitas yang tersedia, keamanan kerja,
keselamatan kerja, kompensasi seimbang, dan kebanggaan institusi. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah variabel pada kategori baik adalah komunikasi,
penyelesaian masalah, keterlibatan karyawan, dan rasa bangga terhadap institusi.
Sedangkan kategori kurang baik adalah keselamatan lingkungan kerja,
pengembangan karir, dan fasilitas yang tersedia.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, ruangan IPD II memiliki banyak kekurangan


salah satu masalah utama dan mendasar yakni jumlah perawat tidak sesuai dengan beban
kerja. Beban kerja di IPD II berupa tingkat ekspektasi dan permintaan pasien yang tinggi
membuat perawat harus bekerja lebih banyak untuk memenuhinya, hal ini juga didukung
dengan data yakni jumlah perawat 14 orang, pembagian per shift tiga orang, maksimal
pasien 22 orang, sehingga satu orang perawat maksimal mengelola tujuh pasien per shift.
Beban kerja yang tinggi mengakibatkan beberapa masalah lainnya yakni
pendokumentasian tidak selesai tepat waktu sehingga perawat sering pulang tidak sesuasi
jam kerja, pendokumentasian dilakukan dengan terburu-buru sehingga pembuatan NCP
tidak sesusai dengan diagnosa yang ditegakan, perawat tidak antuasias untuk mengikuti
training, fasilitas e-learning yang disediakan tidak digunakan secara maksimal dengan
alasan sibuk.
Masalah beban kerja sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa beban kerja
perawat adalah semua tugas dan pekerjaan yang dilakukan perawat pada satu unit keja,
beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja yang tidak seusai dengan
kondisi fisik dapat mengakibatkan gangguan dan penyakit (Efendy, 2009). Beban kerja
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja perawat. Beban kerja yang berlebihan
berakibat pada tingginya rasa stress, teruma yang telah melebihi batas tingkat moderat
dapat menimbulkan ketidakpuasaan kerja sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi
perawat untuk bekerja (Hamid, 2014). Selain kekurangan, IPD II juga memiliki beberapa
kelebihan diantaranya struktur organisasi, jadwal dinas dan tanggung jawab perawat
sesuai dengan kebutuhan ruangan, serta kerjasama tim yang baik dapat meminimalisir
beban kerja dan mampu menyelesaikan malasah terkait permintaan pasien yang tinggi
dan berlebihan. Selain itu, perawat baru juga diberikan latihan Program Orientasi Umum
(POU), Program Orientasi Khusus (POK) dan Orientasi ruangan yang membantu perawat
baru untuk mengenal situasi lingkungan kerja, dan IPD II memiliki teknik
pendokumentasian yang ditulis dalam lembar integrasi dengan format SOAP sehingga
lebih terstruktur dan kesalahan pendokumentasian bisa diminimalkan. Disamping itu,
hubungan kerjasama dengan fakultas keperawatan sehingga menambah peluang untuk
meringankan beban kerja perawat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beban kerja adalah salah satu masalah yang harus diperhatikan karena dapat
mempengaruhi kinerja perawat, namun sejauh ini kekuatan dan peluang dari ruangan
IPD II mampu mengimbangi masalah ini sehingga tidak meyebabkan masalah fatal
seperti burnout dan compassion fatigue.

5.2 Saran
Berdasarkan masalah prioritas yang diangkat oleh kelompok yaitu tingginya
beban kerja dan peluang yang ada, maka kelompok menyarankan kepada perawat
ruangan IPD II untuk lebih meningkatkan tingkat kerjasama dengan mahasiswa
keperawatan dan rekan sejawat sehingga beban kerja ditanggung bersama sesuai
dengan tugas.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., Thamrin, & Djafar, L. (2012). Evaluasi Pelayanan Yang Diberikan Oleh Perawat
Pada Ruang Kelas Iii Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso. Jurnal Tesis PMIS-
UNTAN – IAN.
Anwar, Rochadi, K. R., Daulay, W., & Yuswardi. (2016). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala
Ruang Dengan Penerapan Patient Safety Culture Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Idea Nursing Journal.
Efendy F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Hamid, S. (2014).Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan.Yogyakarta: Deepublish
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Retrieved from www.kbbi.kemendikbud.go.id
Nursalam. (2016), Manajemen keperawatan dan aplikasi dalam praktik Keperawatan Profesional,
Salemba Medika, Jakarta
Permenkes. (2011), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit,. Diakses pada 1 september 2019
Pratama, Y. M. (2016). Analisis Kualitas Kehidupan Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit
Putri Hijau Medan. Jurnal Jumantik.
Rivai, Veithzal; Jauvani Sagala. 2009. Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rubbiana, Nurrul. (2015). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana
dengan Metode Workload. Diunduh dari :
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29033/1/NURUL%20ISMI%2
0RUBBIANA-FKIK.pdf
Sedarmayanti. 2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung : CV Mandar Maju
Susilo, R., & Yustiawan, T. (2015). Perhitungan Tenaga Keperawatan Dengan Metode Full Time
Equivalent di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Diunduh dari :
https://media.neliti.com/media/publications/20966-ID-calculation-of-nursing-staff-
using-full-time-equivalent-in-adi-husada-undaan-wet.pdf
Yusuf, M. (2013). Hubungan Manajemen Waktu Perawat Pelaksana Dengan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Kelas Iii Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin Tahun 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai