Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“DORMANSI BENIH”

Oleh :

Nama : Anis Nur Afifah


NIM : 175040207111128
kelompok : M/M2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda pada setiap
spesies. Salah satu kendala dalam mengembangkan benih menjadi tanaman
baru yaitu benih yang sulit dikecambahkan. Karakteristik benih yang
impermeabel terhadap air dan gas, adanya embrio yang belum tumbuh secara
sempurna, adanya hambatan mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio,
belum terbentuknya zat pengatur tumbuh merupakan beberapa faktor yang
diduga menyebabkan benih sulit untuk berkecambah, sehingga muncul sifat
dormansi. Dormansi merupakan suatu kondisi di mana benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun
faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya (Widajati et al., 2013). Sifat
dormansi benih dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi.
Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses atau
kondisi yang diberikan guna mempercepat perkecambahan benih. Bahan kimia
yang sering digunakan dalam perlakuan pematahan dormansi di antaranya
adalah asam H2SO4, HCl, HNO3, serta garam KNO3 sedangkan suhu berkisar
antara 400C–800C. Praktikum mengenai metode pematahan dormansi
merupakan informasi yang penting untuk menentukan metode yang tepat
sebagai metode pematahan dormansi benih agar dapat memperbaiki viabilitas
dan vigor benih.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami teknik
pematahan dormansi benih saga menggunakan perlakuan HNO3.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Pematahan Benih


Teknik pematahan dormasi adalah istilah yang digunakan untuk proses
atau kondisi yang diberikan guna mempercepat perkecambahan benih sehingga
persentase berkecambahnya tetap tinggi. Perlakuan pematahan dormasi
diberikan pada benih-benih yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk
dikecambahkan (Widhityarini et al., 2011). Perlakuan tersebut dapat ditujukan
pada kulit benih, embrio, maupun endosperm benih dengan maksud untuk
menghilangkan faktor penghambat perkecambahan danmengaktifkan kembali
sel-se lbenih yang dorman (Yuniarti dan Djaman, 2015). Perlakuan pematahan
dormasi dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu pengurangan ketebalan
kulit atau skarifikasi, perendaman dalam air, perlakuan dengan zat kimia,
penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau
disebutstratifikasi (Widajati et al., 2013). Skarifikasi merupakan salah satu
metode yang dapat mematahkan dormansi pada benih yang kedap terhadap air
dan gas karena dapat meningkatkan imbibisi benih (Melasari, 2016). Skarifikasi
dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempatkeluar
masuknya air dan gas. Metode lain yang sering digunakan yaitu perendaman
dalam zat kimia untuk melunakkan kulit benih atau untuk melarutkan zat
penghambat pertumbuhan, seperti dengan menggunakan asam kuat.

2.2 Morfologi Biji Saga


Menurut Mumpuni (2010) biji saga tersusun oleh adanya kulit,
kotiledon, dan hipokotil. Biji saga berbentuk bulat agak gepeng menyerupai
cakram, bersisi tiga dengan panjang 6-7 mm dan tebalnya 4-5 mm. Kulit biji saga
muda berwarna kuning muda, dan akan berubah menjadi berwarna oranye
kemudian menjadi merah pada biji tua. Kulit biji mempunyai sifat yang keras, dan
apabila biji saga dipecah atau dikupas, akan terlihat adanya dua keping biji
(kotiledon). Pada keping biji di daerah hilum, terdapat hipokotil berbentuk elips,
berwarna sama dengan kotiledon. Hipokotil bersama-sama dengan kotiledon
merupakan bagian yang dapat dimakan dari biji saga.
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
Botol : Untuk wadah objek pengamatan
Ala ttulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera : Untuk mendokumentasikan pengamatan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
Benih saga : Sebagai bahan perlakuan
HNO3 (Nitrat): Untuk memecah dormansi
Air : Untuk merendam benih
Pasir : Sebagai media untuk tumbuh benih

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Metode Oven

Menyiapkan Alat dan Bahan

Merendam benih pada larutan Nitrat 1 M

Merendam benih dengan 2 perlakuan : selama 6 jam dan 12 jam

Meniriskan benih dan keringanginkan selama 2 minggu

Melakukan pengamatan pada beih saga


4. HASIL

4.1 Hasil Pengamatan % Bji Tumbuh dan Waktu Muncul Kecambah


Sampel Persen Tumbuh Waktu tumbuh
Tanpa Perlakuan 30% 4
6 jam 60% 3
12 jam 70% 3

4.2 Pembahasan

Berdasarkan table hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semua benih


dengan perlakuan maupun tanpa perlakuan telah menunjukkan tanda-tanda
pertumbuhan atau perkecambahan. Dari hasil di atas menunjukan bahwa biji
saga yang tidak di rendam memiliki persen tumbuh yaitu 30% sedangkan yang di
rendam selama 6 jam memiliki persentase tumbuh 60% dan yang di rendam
selama 12 jam memiliki persentase tumbuh 70%. Hal tersebut bisa disebabkan
oleh beberapa alasan seperti kemampuan benih untuk memecah dormansi
maupun media yang baik. Pemberian HNO3 ditujukan agar benih dapat
memecah dormansinya (Melasari et al., 2018).
Benih bisa berkecambah disebabkan oleh media yang baik. Media
yang yang baik dapat mencegah patogen-patogen seperti jamur yang dapat
mendukung benih sehingga bisa berkecambah. Keadaaan media yang lembab
juga mempengaruhi pertumbuhan karena menjaga dormansi benih.
Pertumbuhan benih semakin cepat berkecambah.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah perlakuan lamanya
perendaman dalam larutan KNO3 memberikan pengaruh terhadap persentase
tumbuh benih saga. Hal ini merupakan pengaruh larutan KNO3 yang dapat
mematahkan dormansi dari benih saga. Sehingga, pada praktikum ini juga dapat
disimpulkan bahwa lamanya perendaman dengan larutan KNO3 dengan
persentase tumbuhnya benih saling berbanding lurus. Pernyataan tersebut juga
telah didukung oleh beberapa literatur yang membuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hartawan, R. 2016. Skarifikasi dan KNO3 Mematahkan Dormansi Serta


Meningkatkan Viabilitasdan Vigor Benih Aren (Arenga Pinnata Merr.). J.
Media Pertanian. 1(1): 1-10.
Melasari, A. 2016. Metode Pematahan Dormansi untuk Meningkatkan Viabilitas
Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi Cilacap. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mumpuni, D. E. 2010. Potensi Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonin) Sebagai
Pengganti Bahan Baku Pembuatan Tempe (Uji Kadar Protein dan
Organoleptik). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Soleh, M. S. 2003. Perlakuan Fisik dan Konsentrasi Kalium Nitrat untuk
Mempercepat Perkecambahan Benih Aren. Buletin Agroland. 10(4): 346–
351.
Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, dan A. Qodir.
2013. DasarIlmudanTeknologiBenih. Bogor: IPB Press.
Widhityarini D., Suyadi M.W.,dan Aziz P. 2011. Pematahan Dormansi benih
tanjung (Mimusop selengi L.) dengan skarifikasi dan perendaman kalium
nitrat. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Yuniarti N. dan Dharmawati F. D. 2015. Teknik pematahan dormansi untuk
mempercepat perkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon. 6(1): 1422-1437.

Anda mungkin juga menyukai