Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN


ASMA BRONCHIAL

OLEH :

NI WAYAN LINSA MIRAWATI GALUH


P07120319079
PROFESI NERS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIAL
Faktor Alergi
FaktorA.Bawaan
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel
Sistem Saraf Otonom
Sistem imunologis
berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel
epitel. Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran
Faktornapas yangInfeksi,
pemicu: terdapat
emosi,
IgE menyerang sel-sel mast,
di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang latihan,
berhubungan
dingin, dengan
polutan,
maka terjadi reaksi antigen- merokok latihan,dll
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga
antibody memicu episode
mengi berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa
Terjadi Proses tertekan
pelepasan(chest Saraf simpatis
produk-tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutamaSaraf padaparasimpatis
produk sel mast (mediator kimiawi):
malam atau dini hari. Menurut National Heart, Lung and Blood Institute
Histamin, Bradikinin, Siklik adenosin
prostaglandin,(NHLBI, 2007),
dari pada individu Asitinkolin pada
anafilaksis monofosfatrentan,
yang (cAMP)gejala
untuk asma berhubungan
substansi yangdengan
bereaksi lambat otot polos bronkus
inflamasi yang menyeimbangkan
akan reseptor
menyebabkan obstruksi dan
(SRS-A) meningkat
α dan β yang bervariasi derajatnya
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan
Asma merupakan suatu penyakit pada pernafasan khususnya pada jalan
Mempengaruhi otot yang melibatkan
nafasnya Reseptor berbagai
α Reseptorsehingga
sel inflamasi β mengobstruksi
polos dan kelenjar Mediator
jalan nafas, dan bersifat reversible yang berespon pada stimuli tertentu.
kimiawi
jalan nafas cAMP
cAMP
meningkat menurun
2. Penyebab ataumenurun
Faktor Predisposisi
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
Bronkodilatasi
- Reaksi
Bronkospasmeantigen-antibodi
Bronkokonstriksi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non
alergi)
↑Kontraksi Pembengkakan membran Pengisian bronkioli dengan
otot dada- Infeksi : parainfluenza
yang melapisi virus,
bronkipneumonia, mycoplasmal
mukus yang kental
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan :Dinding
kimia alveoli menebal Penumpukan mucus di
Nyeri akut- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum bronkioli
Beban alveoli meningkat
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus
3. Pohon Masalah
↓Difusi O2 dan CO2 Obstruksi saluran nafas

Hipoksia Gangguan Otot polos bronkus ↑sputum kental


pertukaran gas kram di saluran nafas
Kelemahan

Susah nafas
Intoleransi Bersihan jalan
aktivitas nafas tidak
Pola nafas efektif
tidak efektif
4. Klasifikasi
Menurut Brunner & Suddart (2002), klasifikasi asma sebagai berikut:
a) Asma alergik, disebabkan oleh allergen / allergen – allergen yang
dikenal missal ( serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur) kebanyakan
allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu eczema atau rhinitis
alergik. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma. Anak
– anak dengan asma alergik sering mengatasi kondisi sampai masa
remaja.
b) Asma idiopatik/ non alergik, tidak berhubungan dengan allergen
spesifik. Factor – factor, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin dan agens anti
inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis bête adrenergic,
dan agens sulfit ( pengawet makanan) juga mungkin menjadi factor.
Serangan asma idiopatik/ nonalergik menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronis dan emfisema.
c) Asma gabungan, adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik/
nonalergik

5. Tanda Dan Gejala


Tanda Dan Gejala Umum :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari
c. Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
a. Stadium dini
- Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Whezing belum ada
c. Belum ada kelainan bentuk thorak
d. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
e. BGA belum patologis
- Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest dan tampak tarikan otot
sternokleidomastoideus
f. Sianosis
g. BGA Pa O2 kurang dari 80%
h. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan
kiri
i. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin didapatkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
2. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
radiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan
yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
3. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering
terjadi pada asma yang berat.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan
dan rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.

7. Penatalaksanaan Medis
a) Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk
obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
( beclometason dipropinate ) dengan dosis 800 4x semprot tiap hari.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
b) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan
dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi dan frekuensipernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2. Pengkajian Sekunder Asma


a. Anamnesis
Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi,
keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :
Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum :
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan
suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang
meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis
batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis
pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
4) Sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2. Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
2. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg
pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Nyeri Akut
D. INTERVENSI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif SLKI SIKI
Penyebab Respirasi Respirasi
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Asma
 Spasme jalan nafas selama …. X…. jam, maka bersihan jalan 1. Observasi
 Hipersekresi jalan nafas nafas meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi dan kedalaman nafas
 Disfungsi neuromuscular  Batuk efektif meningkat  Monitor tanda dan gejala hipoksia (mis. gelisah, agitasi,
 Benda asing dalam jalan nafas  Produksi spuntum menurun penurunan kesadaran)
 Adanya jalan nafas buatan  Mengi menurun  Monitor numyi napas tambahan (mis. wheezing, mengi)
 Sekresi yang tertahan  Wheezing menurun  Monitor saturasi oksigen
 Hyperplasia dinding jalan nafas  Meconium (pada neonates) menurun 2. Terapeutik
 Proses infeksi  Frekusni nafas membaik  Berikan posisi semi fowler 30-45o
 Respon alergi  Pola nafas membaik  Pasang oksimetri nadi
 Efek agen farmakologis  Lakukan penghisapan lendie, bila perlu
Situasional  Berikan oksigen 6-15 L via sungkup untuk
 Merokok aktif mempertahankan SpO2 > 90%
 Merokok pasif  Pasang jalur intravena untuk pemberian obat dan hidrasi
 Terpajan polutan  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hitung darah
Gejala dan tanda mayor lengkap dan AGD
Subjektif (tidak tersedia) 3. Edukasi
Objektif  Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat
 Batuk tidak efektif meningkatkan kebutuhan oksigen
 Tidak mampu batuk  Anjurkan bernafas lambat dan dalam
 Sputum berlebih  Anjurkan teknik pursued-lip breathing
 Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering  Anarkan mengidentifikasi dan menghindari pemicu
 Meconium di jalan napas (pada neontus) 4. Kolaborasi
Gejala dan tanda minor  Kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai indikasi
Subjektif (mis. albuterol, metaproterenol)
 Dyspnea  Kolaborasi pemberian obat tambahan (mis. prednisolone,
 Sulit bicara methylprednisolone, aminophylline)
 Ortopnea
Objektif Manajemen jalan nafas
 Gelisah 1. Observasi
 Sianosis  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
 Bunyi napas menurun  Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
 Frekuensi napas berubah Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
 Pola nafas berubah 2. Terapeutik
Kondisi klinis terkait  Posisikan semi fowler
 Gullian bare syndrome  Berikan minuman hangat
 Sclerosis multiple  Berikan oksigen
 Myasthenia gravis 3. Edukasi
 Prosedur diagnostic  Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika tidak
 Depresi system saraf pusat kontraindikasi
 Cedera kepala  Ajarkan teknik batuk efektif
 Stroke 4. Kolaborasi
 Kuadriplegia  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
 Sindrom aspirasi meconium
 Infeksi saluran nafas
Pemantauan respirasi
1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
 Monitor saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi :
 Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas
 Hambatan upaya napas … x…. jam, maka pola nafas tidak efektif 1. Observasi
 Deformitas dinding dada menurun dengan kriteria hasil : a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
 Deformitas tulang dada  Penggunaan otot bantu nafas menurun b. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
 Gangguan neuromuscular  Dispnea menurun wheezing, ronkhi)
 Gangguan neurologis  Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Terapeutik
 Penurunan energy  Frekuensi nafas membaik  Posisikan semi fowler
 Obesitas  Kedalaman nafas membaik  Berikan minuman hangat
 Posisi tubuh yang menghambat ekspansi  Berikan oksigen
paru 3. Edukasi
 Sindrom hipoventilasi  Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika tidak
 Kerusakan inervasi diafragma kontraindikasi
 Cedera pada medulla spinalis  Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Efek agen farmakologis
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
 Kecemasan
mukolitik, jika perlu
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Pemantauan respirasi
 Dyspnea
1. Observasi
Objektif
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
 Penggunaan otot bantu pernafasan
 Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
 Fase ekspirasi memanjang
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
 Pola nafas abnormal
 Monitor saturasi oksigen
Gejala dan tanda minor
 Auskultasi bunyi nafas
Sujektif
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Ortopnea
Objektif  Monitor nilai AGD
 Pernafasan pursed lips  Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thoraks anterior posterior  Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
meningkat  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Ventilasi semenit menurun 3. Edukasi
 Kapasitas vital menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Tekanan ekspirasi menurun  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah
Kondisi klinis terkait
 Depresi system saraf pusat
 Cedera kepala
 Trauma thoraks
 Gullian bare syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
 Intoksikasi alcohol
3 Ganggguan pertukaran gas SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi
 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan respirasi
 Penurunan membrane alveolus-kapiler ….. x…. jam, maka Gangguan pertukaran 1. Observasi
Gejala dan tanda mayor gas meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
Subjektif  Dispnea menurun  Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
 dyspnea  Bunyi nafas tambahan menurun hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
Objektif  Gelisah menurun  Monitor saturasi oksigen
 PCO2 meningkat/ menurun  PCO2 membaik  Auskultasi bunyi nafas
 PO2 menurun  PO2 membaik  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Takikardia  Takikardia membaik  Monitor nilai AGD
 pH arteri meningkat/menurun  pH arteri membaik  Monitor hasil x-ray thoraks
 bunyi napas tambahan 2. Terapeutik
gejala dan tanda minor  Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
subjektif pasien
 Pusing  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Penglihatan kabur 3. Edukasi
Objektif  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Sianosis  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Diaphoresis Terapi oksigen
 Gelisah 1. Observasi
 Napas cuping hidung  Monitor kecepatan aliran oksigen
 Pola nafas abnormal  Monitor alat terapi oksigen
 Warna kulit abnormal  Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi
 Kesadaran menurun yang diberikan cukup
Kondisi klinis terkait  Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, AGD),
 PPOK jika perlu
 GJK  Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Asma  Monitor tanda tanda hipoventilasi
 Pneumonia  Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
 Tuberkulosis paru  Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Penyakit membrane hialin  Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
 Asfiksia oksigen
 PPHN 2. Terapeutik
 Prematuritas  Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
 Infeksi saluran nafas  Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
4. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
4 Nyeri Akut : Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
Penyebab: selama …x …. Jam/menit diharapkan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Agen pencedera fisiologis ( misl, keluhan nyeri dapat teratasi dengan kualitas, intensitas nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma) kreteria hasil sebagai berikut:  Identifikasi skala nyeri
 Agen pencedera kimiawi ( misl, SLKI : Luaran utama : Tingkat Niyeri  Berikan teknik nonfarmakolofis untuk mengurangi rasa
terbakar, bahan kimia iritan)  Keluhan nyeri menurun nyeri (missal, TENS, hypnosis, akupuntur, terapi music,
 Agen pencedera fisik ( misl, amputasi,  Sikap meringis menurun biofeedback, kompres dingin/hangat, )
terbakar, terpotong, mengangkat berat,  Sikap gelisah menurun  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
prosedur oprasi, trauma, latihan fisik  Sikap protektif menurun (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
berlebihan)  Pola tidur menbaik  Jelaskan strategi meredakan nyeri menggunakan teknik
Gejala dan Tanda Mayor Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri relaksasi (missal, seperti nafas dalam)
Subjektif :  Penggunaan analgesic  Kolaborasi pemberian analgetik.
 Mengeluh nyeri  Kemampuan menggunakan
Objektif : teknik non farmakologi
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (missal, waspada,
posisi menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :-
Objektif :
 Tekanan darah meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis
C. REFERENSI

Alsagaf Hood, dkk. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Malan :


Airlangga university perss.
Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine).
Jakarta. : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gershwin, M Eric dkk. (2006) Bronchial Asthma, A guide for practical
understanding and treatmet . Edisi V
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children . www. Ginaasthma.org. 2006
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama
Notoatmojo,Soekidjo.2012. ”Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai