Oleh:
14.401.17.086
Disusun oleh :
14.401.17.090
2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Apendisitis adalah peradangan yang di akibat oleh infeksi pada area usus
buntu atau yang biasa di sebut umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sNama yang
sebenarnya merupakan sekum ( cecum ) Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan
akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Bansal et al, 2012).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat menyerang ssegala
golongan umur baik laki - laki ataupun perempuan tetapi lebih sering di temukan
menyerang lPria berkisar berusia antara 10 hingga 30 tahun (Arif, Mansjoer dkk,
2011)
Apendisitis adalah inflamsi apendiks. Penyebabnya biasanya tidak diketahui,
tetapi sering mengikuti sumbatan lumen (Darmojo, Boedhi, 2010)
Jadi, Apenditis adalah peradangan atau inflamasi pada apendiks yang dapat
terjadi tanpa sebab yang jelas dan merupakan penyebab paling umum untuk
dilakukannnya bedah abdomen.
Anatomi dari apendiks
2. Etiologi
(Darmojo, Boedhi, 2010) Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik
tetapi ada faktor presdisposisi yaitu :
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
di :
1) Hiperplasia yang terdapat dalam folikel limfoid, ini adalah penyebab paling
terbanyak.
2) Adanya fekolit dalam lumen apendiks.
3) Adanya benda asing seperti biji – bijan.
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli & streptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (
remaja dewasa ). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid pada
masa tersebut.
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan
intraluminal
Appendicitis
Ke Thrombosis
peritonium pada vena
intramural
Peritonitis Pembengkakan dan iskemia
Perforasi
Ansietas Pembedahan
operasi
Resiko infeksi
5. Klasifikasi
Klasifikasi apendicitis menurut (Nurarif H. A & Hardi Kusuma, 2013) terbagi
menjadi 3 yaitu :
a. Apendicitis Akut
Apendicitis akut adalah radang mendadak umbai cacing yang memberikan
setempat, disertai maupun tidak rangsangan peritoneum lokal.
b. Apendicitis Rekrens
Apendicitis rekrens adalah jika ada nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomy. Kelainan ini terjadi bila serangan
apendicitis akut pertama kali sembuh spontan, namun apendicitis tidak pernah
kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
c. Apendicitis Kronis
Apendicitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik apendicitis secara makroskopik dan mikroskopik
(fibrosis menyeluruh didinding apendik, sumbatan parsial dan lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel infiltrasi kronik),
dan keluhan menghilang setelah apendictomy.
6. Komplikasi
Komplikasi yang paling utama apendisitis merupakan perforasi apendiks yang akan
dapat.berkembang menjadi suatu peritonitis atau abses. Insidensi periorasi 10-32%.
Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan
abdomen yang kontinyu (Darmojo, Boedhi, 2010)
7. Penata laksanaan
Menurut insafi (2012), penata laksanaan pada pasien laparatomi apendiksitis yaitu:
a Pemberian antibiotik
b Terapi cairan
c Perawatan balutan
d Anti inflamasi akan membantu penyembuhan setelah operasi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Kurang lebih 7% populasi akan mengalami apendiksitis pada waktu yang
bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendicitis
dibanding dengan wanita. Apendisitis lebih sering menyerang pada usia 10-30
tahun. (Haryono , 2012)
b. Status Kesehatan Saat Ini:
1) Keluhan Utama
Klien akan mengeluh nyeri disekitar epigastrium menjalar ke perut bagian
bawah, timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau diepigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang umumnya mmengikuti
penyakit apendisitis diantara lain badan Panas diserta mual dan muntah
(Notoadodjo S, 2010)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan masuk rumah sakit ditulis dengan jelas keluhan langsung dari pasien
ataupun keluarga akibat dari penyakit yang diderita (Depkes Kesehatan RI,
2010).
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya terdapat adanya keluhan yang menyertai antara lain yaitu efek
sekunder pada peradangan dalam apendiks, yang berupa gangguan
gastrointestinal meliputi mual, muntah, nyeri pada abdomen, diare dan
anoreksia. Kondisi muntah dikaitkan oleh inflamasi dan iritasi dari apendiks
dengan nyeri menyebar ke area pada bagian dekat duodenum, yang
mengakibatkan mual dan muntah. Keluhan sistemik umumnya berhubungan
dengan keadaan inflamasi dimana akan didapatkan adanya kenaikan suhu
tubuh (Muttaqin A, 2011)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini misalnya apakah klien
pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon (Notoadodjo S, 2010).
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3) Keadaan Lingkungan
Diisi dengan factor-faktor lingkungan yang merupakan yang dapat dilihat
dalam beberapa aspek:
(a) Sebagai sumber pengeluaran
(b) Adanya polusi udara
(c) Pencemaran lingkungan yang lain
(d) Perubahan iklim
(e) situasi dan kondisi lingkungan yang meningkatkan risiko trauma
(dipilih sesuai dengan penyakit yang diderita klien) (Arif, Mansjoer dkk,
2011).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
(a) Kesadaran
Kesadaran pasien composmentis, wajah tampak menyeringai, conjungtiva
anemis.
(b) Tanda - tanda Vital
Tanda – tanda vital TD : >110 / 70 mmHg (hipertermi), frekuensi nafas
normal 16 – 20x/menit, suhu dalam batas normal 36,5 – 37,5̊C, nadi
normal 80 – 100x/menit (Notoadodjo S, 2010).
2) Body System
(a) Sistem pernafasan
Inspeksi : pernafasan normal, pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara tambahan (Arif, Mansjoer dkk, 2011).
(b) Sistem kardiovaskular
Insepsksi : ictus cordis normal
Palpasi : tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : tatikardia (Notoadodjo S, 2010).
(c) Sistem persyarafan
Saraf 1 : tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
Saraf 2 : penglihatan normal
Saraf 3,4,6 : tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
memutar mata dan menggerakkan ke sisi mata dengan baik
Saraf 5 : pasien tidak mengalami paralisis otot wajah dan reflek
kornea tidak ada kelainan
Saraf 7 : selaput mukosa kering, kesulitan menelan, mual
muntah
Saraf 8 : tidak terjadi tuli konduktif dan tuli persetif
Saraf 9, 10 : kemampuan menelan dan mengecap mengalami
kesulitan
Saraf 1 : tidak ada atrofi otot
Saraf 12 : lidah simetris
Tidak ada masalah pada sisitem persyarafan (Darmojo, Boedhi, 2010).
(d) Sistem perkemihan
Inspeksi : Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang
sertatidak bisa mengeluarkan urine secara lancar (Arif, Mansjoer dkk,
2011).
(f) Sistem pencernaan
Inspeksi : selaput mukosa kering, kesulitan menelan, mual – muntah
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen di kuadran kanan bawah
Perkusi : kembung
Auskultasi : bising usus bisa normal, hiperaktif atau hipiaktif (Muttaqin
A, 2011)
(g) Sistem integument
Inspeksi : kulit pucat
Palpasi : turgor kulit >3 detik (Muttaqin A, 2011)
(h) Sistem musculoskeletal
Inspeksi dan palpasi : Ada kesulitan dalam pergerakan karena proses
perjalanan penyakit (Arif, Mansjoer dkk, 2011).
(i) Sistem endokrin
Pada pasien post op efek intervensi bedah dengan banyaknya jumlah
volume darah yang keluar dari vascular memberikan terjadinya
perubahan elektrolit dan metabolism (Muttaqin A, 2011)
(j) Sistem reproduksi
Tidak ada masalah pada sistem reproduksi
sel/mm3, pada sebagian besar pasien (95%). Jumlah leukosit yang sangat
Awan & Arini. (2015). Panduan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.