Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah berjudul “Gugus Fungsi” ini telah dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
kewajiban sebagai portofolio kimia.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang Materi Gugus Fungsi. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita. Amin. Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Bandung, 09 Februari, 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Bab II
Pembahasan
1. Alkohol
2. Aldehida
3. Asam karboksilat
4. Eter
5. Ester
6. Haloalkana
7. Keton
8. Benzen
9. Amida
10.Tiol
11.Alkana
12.Alkena
13.Alkuna
14.Praktikum
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa
organik. Senyawa organik dibangun terutama oleh karbon dan
hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen,
oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari
kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti berasal dari
organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa
perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat
bergantung pada kimia anorganik; sebagai contoh, banyak enzim
yang mendasarkan kerjanya pada logam transisi seperti besi dan
tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan
campuran dari senyama organik maupun anorganik. Contoh lainnya
adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses
pencernaan makanan yang hampir seluruh organisme (terutama
organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl untuk mencerna
makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa anorganik.
Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya berkaitan dengan
senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan
antar karbon misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral.
Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal
dalam senyawa organik misalnya metan dan turunannya.
Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya
atom selain atom karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom
tersebut dinamakan gugus fungsional senyawa hidrokarbon. Gugus
fungsional pada senyawa hidrokarbon berperan penting dalam
kereaktifannya terhadap senyawa atau atom lain. Oleh karena itu,
para Kimiawan banyak mensintesis senyawa hidrokarbon yang
mengandung gugus fungsi berbeda-beda untuk dimanfaatkan dalam
berbagai aplikasi. Kosmetik untuk wanita, cuka yang digunakan pada
makanan, dan pengawet bahan biologis merupakan contoh aplikasi
zat yang mengandung senyawa hidrokarbon dengan gugus fungsi
yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Apa yang dimaksud dengan gugus fungsi ?
2. Apa macam-macam gugus fungsi dan sifatnya masing-masing ?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian gugus fungsi.
2. Untuk mengetahui macam-macam dan sifat gugus fungsi dalam
kimia organik.
BAB II
PEMBAHASAN

Gugus Fungsi

1. Alkohol
Berdasarkan jeni s atom karbon yang mengikat gugus OH, alkohol
dibedakan atas alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier.
Dalam alkohol primer, gugus OH terikat pad a atom karbon primer, dan
seterusnya. a. Tata Nama Alkohol
Nama IUPAC al kohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai
dengan mengganti akhiran a menjadi ol.
CH3- CH2- CH2- OH 1-Propanol

Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim,


yaitu alkil alkohol.
CH3- CH2- OH etil alkohol

Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkohol
- Sifat Fisis
Alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif ti nggi. Pada
suhu kamar, alkohol suku rendah berbentuk cairan, suku sedang beru
pa cairan kental, sedangkan suku ting gi berbentuk padatan.
- Sifat Kimia
Gugus OH merupakan gugus yag cukup reaktif sehingga alkohol
mudah terlibat dalam berbagai jenis reaksi. Reaksi dengan logam aktif
misalnya logam natrium dan kalium membentuk alkoksida dan gas
hidrogen. Al kohol sederhana mudah terbakar me mbentuk gas karbon
dioksida dan uap air. Jika alkohol dipanaskan bersama asam sulfat
pekat akan mengalami deh idrasi (melepas molekul air) memben tuk
eter atau alkena.
c. Reaksi-Reaksi Alkohol
- Reaksi dengan logam aktif. Atom H dari gugus – H dapat
disubtitusi oleh logam aktif misalnya natrium dan kalium.
- Subtitusi gugus – OH oleh halogen. Gugus – OH dapat disubtitusi
oleh atom halogen bila direaksikan dengan HX pekat, atau PXs
(X = Halogen).
- Oksidasi Alko hol. Dengan zat-zat pengoksidasi sedang seperti
larutan
K2Cr2O dalam lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebag ai
berikut :
 alkohol prime r membentuk aldehida dan dapat teroksi dasi lebih
lanjut membentuk asam karboksilat
 alkohol sekunder membentuk keton
 alkohol tersie r tidak teroksidasi. Dalam oksidasi alkoho l,
sebuah atom oksigen dari o ksidator akan menyerang atom H –
Karbinoll
- Pembentukan Ester (Esterifikasi). Alkohol bereaksi dengan asam
karboksilat membentuk ester dan air.
- Dehidrasi alk ohol. Jika dipanaskan bersama asam sulfat pekat
akan
mengalami de hidrasi (melepas molekul air) membentuk e ster atau
alkena.
2. Aldehida
Gugus fungsi ald ehida itu disebut juga gugus formil.
a. Tata Nama Aldehidda
Nama alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan
mengganti akhiran a menjadi a l. Tata nama isomer alkanal pada
dasarnya sama seperti tatanama alkanol, teetapi posisi gugus fungsi ( -
CHO ) tidak p erlu dinyatakan karena selalu menjad i atom karbon
nomor satu.
CH3-CH-CH2-CHO

|
CH3

3-metilbutanal
Nama lazim ald ehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat
yang sesuai dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan
membuang kata asam. Misalnya asam format nama lazimnya adalah
formaldehida. Rumus struktur
b. Sifat-Sifat Aldehid a
- Oksidasi
Pereaksi To llens adalah suatu larutan basa dari ion kompleks
perak-amonia. Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi larutan
perak nitrat dengan larutan a monia, sedit demi sedikit hingga
endapan yang mula-mula terbentuk larut k embali. Pereaksi Fehling
terdiri dari dua bagian yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A
adalah larutan tembaga sulfat, sedangkan Fehling B merupaka ca
mpuran larutan NaOH dan kalium-natrium tartrat (garam Rochlle).
Pereakssi Fehling dibuat dengan mencampurkan k edua campuran
tersebut, dicamp urkan dengan larutan NaOH, membentuk suatu
larutan yang berwarna biru tu a.
- Adisi Hidroge n (Reduksi)
Ikatan ranggkap -C=O dari gugus fungsi aldehida d apat diadisi
gas hidrogen membe ntuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen
menyebabkan penurun bilangan oksidasi atom karbon gugus fungsi.
Oleh karena itu adisi hidrogen tergolon g reduksi.
3. Asam Karboksilat
(alkanoat) a. Tata Nama
Alkanoat
Nama asam alk anoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai
dengan mengganti akhiran a menjadi oat dan memberi awalan asam.
Misalnya alkana menjadi asam alkanoat.
CH3-CH-CH2-COOH

|
CH3

asam 3-metilbutanoat

Nama lazim asa m karboksilat. Misalnya asam metanoat nama


lazimnya
adalah asam format.
Rumus struktur
b. Sifat-Sifat Asam Karboksilat
- Sifat Fisis
Memiliki ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekul asam
karboksilat. Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi. Asam-asam
yang berbobot-molekul rendah larut dalam air maupun dalam pelarut
organik.
- Sifat Kimia
 Semua asam karboksilat tergolong asam lemah, harga tetapan
kesetimbangan 5. Makin bertambah atom karbon, makin lemah
asamnya (Ka), sekitar 1 x 10-5 sifat asamnya.
 Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam.
 Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol, membentuk ester
(Reaksi Esterifikasi).
c. Reaksi-Reaksi Asam Karboksilat
- Reaksi penetralan
Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air.
Garam natrium atau kalium dari asam karboksilat membentuk sabun.
Sabun natrium juga dikenal juga sabun keras, sedangkan sabun kalium
disebut juga sabun lunak. Sebagai contoh adalah natrium stearat dan
kalium stearat. Asam alkanoat merupakan asam lemah. Semakin
panjang rantai alkilnya, semakin lemah asamnya. Asam format adalah

yang paling kuat, asam ini mempunyai Ka = 1,8 x 10 -4. Oleh karena itu
kalium dan natrium mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.
- Reaksi pengesteran
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang
disebut Esterifikasi (Pengesteran).
4. Eter
a. Tata Nama Eter
Nama lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus
alkil diikuti kata eter (dalam tiga kata yang terpisah).
CH3- CH2- O - CH3 Metil etil eter

Nama IUPAC adalah alkoksialkana. Dalam hal ini eter dianggap


sebgai turunan alkana yang satu atom H alkana diganti oleh gugus
alkoksi (-OR).
Rumus struktur Eter

b. Sifat-Sifat Eter
- Sifat Fisis
Titik cair dan titik didih eter jauh lebih rendah daripada alkohol.
Demikian juga dalam hal kelar utan, eter lebih besar sukar larut dalam air
d aripada alkohol. Pada umumnya eter tidak bercampur dengan air. Pada
suhu kamar, kelarutan etil eter dalam air hanya 1,5 %. Hal ini terjadi
karena molekul eter ku rang polar.
- Sifat Kimia
Eter mudah terba kar membentuk gas karbon dioksida dan u ap air.
Eter tidak beraksi dengan loga m natrium. Eter terurai oleh asam halida,
ter utama oleh HI.
c. Reaksi-Reaksi Eter
- Pembakaran. Ete r mudah terbakar membentuk gas karbon d
ioksida dan uap air.
- Reaksi logam akttif. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam
aktif).
- Reaksi dengan P CLs. Eter bereaksi dengan PCLs, tetapi tidak
membebaskan HCl.
- Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX).
5. Ester
a. Tata Nama Ester
Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil
pada nama
itu adalah gugus k arbon yang terikat pada atom O (gugus R'), sedangkan
alkanoat adalah gugus R-COOH-. Atom C gugus fungsi masuk ke dalam
bagian
alkanoat.
Rumus struktur
b. Sifat- Sifat ester
- Sifat fisis
Walaupun senyawa-senyawa ester berasal dari turunan asam
karboksilat namun sifat-sifatnya sangat berbeda. Titik didih ester jauh
lebih rendah daripada asam karboksilat yang sesuai.
Ester yang memiliki sepuluh atom karbon atau kurang (yaitu ester
dari asam karboksilat dan alkohol yang berbobot molekul rendah) pada
suhu kamar berupa zat cair yang mudah menguap dan mempunyai
aroma yang sedap seperti yang terdapat dalam ester buah-buahan.
- Sifat kimia
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk
alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan
dari pengesteran.
Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa
kuat seperti NaOH atau KOH membentuk garam karboksilat yang
disebut sabun. Reaksi ini dikenal dengan nama saponifikasi. Pada
pembuatan sabun juga terbentuk gliserol sebagai hasil sampingan.
Ester dapat direduksi dengan litium aluminium hidrida
menjadi alkohol. c. Reaksi-Reaksi Ester
- Hidrolisis
Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk
alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan
kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak
menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh hidrolisis
gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.
- Penyabunan
Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu
basa kuat seperti NaOH atau KOH menghasilkan sabun. Oleh karena
itu reaksinya disebut reaksi penyabunan (saponifikasi). Pada
pembuatan sabun juga terbentuk gliserol sebagai hasil sampingan.
Gambar reaksi hidrolisis dan penyabunan
6. Haloalkana
a. Tata Nama Haloal kana
Haloalkana adalah senyawa turunan alkana dengan satu atau lebih
atoh H digantikan dengan atom hidrogen, aturan penamaan haloalkana
sebagai berikut :
 Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung atom
halogen
 Penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga atom
halogen mendapat no mor terkecil
 Nama Halog en ditulis sebagai awalan dengan sebuta n bromo,
kloro, fluoro dan iod o
 Terdapat lebi h dari sejenis halogen maka prioritas penom oran
di dasarkan pada kereaktifan halogen
 Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis dinyatakan
dengan awalan di, tri, dan seterusnya
 Jika terdapat rantai samping (cabang alkil), maka halogen
didahulukan Rumus struktur
b. Sifat-Sifat Haloalkana
- Sifat fisis
 Kloroform adalah suatu zat cair mudah menguap, mudah
terbakar dan tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam
alkohol atau eter, bersifat toksik karena dapat merusak hati.
 Iodoform, suatu zat padat berwarna kuning dan mempunyai bau
yang khas.
 Karbon tetra klorida (CCl4), suatu zat cair yang tidak berwarna
dengan massa jenis yang lebih besar dari air.
- Sifat kimia
Senyawa halogen sangat penting karena berbagai sebab, alkil dan
aril halida sederhana, terutama klorida dan bromida adalah cikal bakal
sintesis kimia organic. Melalui reaksi subtitusi halogen dapat
digantikan oleh gugus fungsi lain.
Etil bromida bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan etil
alkohol dan ion bromida.
c. Reaksi-Reaksi Haloalkana
Haloalkana dibuat melalui proses subtitusi, dapat dibuat bahan
kimia lainnya melalui berbagai reaksi khususnya subtitusi dan
eliminasi.
a. Subtitusi
 Atom Halogen dari Haloalkana dapat diganti oleh gugus – OH
jika Haloalkana direaksikan dengan suatu larutan basa kuat,
misalnya dengan NaOH.
b. Eliminasi Hx.
 Haloalkana dapat mengalami eliminasi Hx jika dipanaskan
bersama suatu alkoksida.
7. Keton
a. Tata Nama Keton
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan
mengganti akhiran a menjadi on.
Nama lazim keton adalah alkil alkil keton. Kedua gugus alkil disebut
secara terpisah kemudian diakhiri dengan kata keton.
CH3-CO-C2H5 metil etil keton
CH3-CO-CH3 dimetil keton

Rumus struktur Keto n

b. Sifat-Sifat Keton
- Oksidasi
Keton adal ah reduktor yang lebih lemah daripada aldehida.
Zat-zat pengoksidasi le mah seperti pereaksi Tollens dan Fehli ng
tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh karena itu aldehida dan keton
d apat dibedakan dengan menggun akan peraksi-peraksi tersebut.
- Reduksi ( Adi si Hidrogen )
Reduksi keton menghasilkan alkohol primer.

8. Benzen
Senyawa aromatis yang paling sederhana. Berasal dari batu bara
dan minyak bumi.
Rumus struktur

a. Sifat-Sifat benzen
- Sifat fisis
Benzen merupakan cairan, titik didih 80 oC, tak berwarna, tak larut
dalam air, larut dalam kebanya kan pelarut organik, mudah terbakar
dengan nyala yang berjelaga dan berwar na (karena kadar gugus C
tinggi).
- Sifat kimia
- Subtitusi pertama
a. Halogenesi → Ben zena bereaksi langsung dengan halogen de ngan
katalisator besi (III) halida
b. Nitrasi → Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan
katalisator asam sulfat pekat membentuk nitrobenzena
c. Sulfonasi → Terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat
pekat
d. Alkilasi → Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan
dengan alkil halida dengan katalisator aluminium kloroda
(AlCl3)
- Subtitusi kedua

 NH2 - NHR, NR2 O

 CR
 OH - CO2R
 OR - SO3H

 O–CHO
 NHCR - CO2H
 C6H6 (Aril) – CN
 R ( Alkil) - NO2

 X : ( Mende-aktifkan ) - NR3+
9. Amida
Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua
pengertian.
Jenis pertama adalah gugus fungsional organik yang memiliki gugus karbonil.
(C=O) yang berikatan dengan suatu atom nitrogen (N), atau
suatu senyawa yang mengandung gugus fungsional ini. Jenis kedua adalah
suatu bentuk anion nitrogen. Ditinjau dari strukturnya turunan asam
karboksilat merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil pergantian gugus -
OH dalam rumus struktur R-C-OOH oleh gugus X (halogen), -NH 2 OR’, atau –
OOCR. Masing-masing asil penggantian merupakan kelompok senyawa yang
berbeda sifatnya dan berturut-turut dinamakan kelompok halida asam (R-
COX), amida (RCONH2), ester (RCOOR’) dan anhidrida asam karboksilat
(RCOOORCR).
a. Tata Nama Amida
Tata nama amida sesuai dengan nama asam asalnya. Amida diberi nama
dengan mengganti akhiran –at atau –oat dengan akhiran –amida.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Amida
- Sifat-sifat Fisis
Kepolaran molek ul senyawa turunan asam karboksilat yang
disebabkan oleh adanya gugus karbo nil (-C-), sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat fisiknya (titik didih, titik lebu r dan kelarutan)
diketahui bahwa titik did ih halida asam, anhidrida asam karb oksilat
dan ester hampir sama dengan titik d idih aldehid dan keton yang
berat mo lekulnya sebanding. Perlu diingat bahwa aldehid dan keton
adalah senyawa yan g juga mengandung gugus karbonil. Khusus untuk
senyawa amida, ternyata harga titik didihnya cukup tinggi.
- Sifat-sifat Kim ia
Ciri-ciri umum reaaksinya seperti yang di uraikan di bawah ini :
a. Keberadaan gu gus karbonil dalam turunan asam karboksilat sangat
menentukan kereakt ifan dalam reaksinya, walaupun gugus karbonil
tersebut tidak mengalami per ubahan.
b. Gugus asil (R-C=O) menyebabkan turunan asam karboksilat mudah
mengalami substitusi nukleofilik. Dalam substitusi ini, atom/gugus
yang berkaitan dengan gugus asil di gantikan oleh gugus lain yang
bersifat basa.
c. Reaksi substitusi nukleofilik pada turunan asam karboksilat
berlangsung lebih
cepat dari pada reaksi substitusi nukleofilik pada rantai karbon jenuh
(gugus alkil).
c. Reaksi-Reaksi ami da
- Hidrolisis
Hidrolisis suatu amida dapat berlangsung dalam suasana asam atau
basa. Dalam lingkungan a sam, terjadi reaksi antara air dengan am ida

yang telah terprotonasi dan menghasilkan asam karboksilat –NH 3.


-
Dalam lingkungan basa, terjadi serangan OH pada amida dan
menghasilkan anion asam karboksilat
+NH3. Amida sangat kuat/tahan terhadap hidrolisis. Tetapi dengan
adanya asam atau basa pekat, hidrolisis dapat terjadi menghasilkan
asam karboksilat.
- Pembuatan Imida
Suatu anhidrida siklik seperti halnya anhidrida yang lain, dapat
bereaksi dengan amoniak , tetapi hasil reaksinya mengandung dua
macam gugus, yaitu gugus CONH2 dan gugus –COOH. Bila hasil reaksi
ini dipanaskan, terjadi pelepasan satu molekul air dan terbentuk suatu
imida.
10. Amina
a. Tata Nama Amina
- Tata Nama IUPAC (Sistematik)
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara
seperti
nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana
induknya
diganti oleh kata amina.
Contoh:
CH3- CH-CH3
│ 2-propanamina
NH2
CH3-CH2-CH-CH2-CH3

│ 3-pentanamina NH3

Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang


terikat pada atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan
menganggapnya sebagai amina primer yang tersubtitusi pada atom N.
Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa gugus subtituen yang lebih
besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus subtituen yang
lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara menggunakan awalan N
(yang berarti terikat pada atom N). Contoh:

CH3NCH3N3N -dimetilsiklopentamina

- Tata Nama Trivial


Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan
menyebutkan gugus-gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan
ketentuan bahwa urutan penulisannya harus memperhatikan urutan
abjad huruf terdepan dalam nama
gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama
gugus-
gugus tersebut.
Contoh:
CH3

CH3——NH2CH — C — NH2 Metilamina tersier-butilamina

CH3

b. Sifat-Sifat Amina
- Sifat Kimia
 Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar
yang mudah larut dalam air.
 Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah
cenderung bertambah panjangnya rantai karbon.
 Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam
air bersifat basa.
- Sifat Fisis
 Suku-suku rendah berbentuk gas.
 Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
 Mudah larut dalam air
 Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
 Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya Berat Molekul.
c. Reaksi-Reaksi Amina
- Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol
disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3 CH3

Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)


2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan

senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O


Contoh :
H N=O N + HNO2 → N + H2OCH3CH3

N-metilanilina N-metilnitrosoanilina
3. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi
yang
ditentukkan oleh jenis amina tersier yang digunakan. Pada amina
alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO 2 mengakibatkan
terjadinya substitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.
Contoh :
CH3 CH2 N + HNO2 → N + H2O CH3 CH3 N,N-
dietilanilina p-nitroso –N,N-
dimetilanilina
4. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO 2 pada suhu
0°C menghasilkan garam diazonium.
Contoh:
NH2 + HNO2 + HCl N= :Cl + 2H2O

- Reaksi Amina dengan Asam


Klorida Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH + Cl-

Dietilamonium klorida
11. Tiol
a. Tata Nama Tiol
Metode yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah dengan
menambahkan akhiran –tiol pada nama alkana. Metode ini hampir
identik dengan tatanama alkohol. Misalnya: CH3SH akan menjadi
metanatiol.
Metode lama, perkataan merkaptan menggantikan alkohol pada
nama analog alkohol senyawa itu. Misalnya: CH 3SH menjadi metil
merkaptan. (CH3OH bernama metil alkohol)
Sebagai sebuah prefiks, istilah sulfanil atau merkapto digunakan.
Sebagai contoh: merkaptopurina.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Tiol
- Sifat Fisis
 Bau
Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang mirip dengan
bau bawang putih. Bau t iol sering kali sangat kuat dan menyengat,
terutama yang bermassa molekul riingan. Walaupun demikian, tidak
semua tiol berbau tidak sedap. Sebagai cont oh, tioterpineol
bertanggung jawab atas aro ma sedap buah Citrus × paradisi.
 Titik didih dan kelarutan
Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang rendah antara
hidrogen dengan sulfur, ikatan S-H secara praktis bersifat kovalen non
polar. Sehingga ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih
rendah dibandingkan dengan ikatan O-H alkohol. T iol tidak
menampakkan efek ikatan hidrogen, baik terhadap molekul air,
maupun terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik
didih yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelaru t polar lainnya
dibandingkan dengan alkohol.
- Sifat Kimia
 Sintesis
Metode pembuat an tiol mirip dengan pembuatan alkohol dan eter.
Reaksinya biasanya lebih cepat dan berendemen lebih tinggi karena
anion sulfur merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom
oksigen/tiol te rbentuk ketika halogenoalkana dipa naskan dengan
larutan natrium hidrosulfida. CH3CH2Br + NaSH → CH3CH2SH + NaBr
Selain itu, disulfida dapat dengan mudah direduksi oleh reduktor
seperti litium aluminium hidrida dalam eter kering menjadi dua tiol.
R-S-S-R' → R-SH + R'-SH

 Reaksi
Gugus tiol meru pakan analog sulfur gugus hidroksil (-OH) yang
ditemukan
pada alkohol. Oleh karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan
tabel periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan kimia yan g
mirip. Seperti alkohol, secara umu m, ia akan terdeprotonasi

membentuk RS− (disebut tiolat), dan secara kimiawi lebih reaktif dari
bentuk tiol terprotonasi RSH. Kimia tiol berhubungan dengan kimia
alkohol: tiol membentuk tioeter, tioasetal, dan tioester, yang beran
alogi dengan eter, asetal, dan ester. Lebih jauh lagi, gugus tiol dapat
bereaksi de ngan alkena, membentuk tioeter.
 Keasaman
Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom oksigen pad a alcohol.
Gugus
tiol bersifat sedikit asam dengan pK a sekitar 10 sampai 11. Dengan
keberadaan basa anion tiolat akan terbentuk dan merupakan nukleofil
ya ng sangat kuat. Gugus dan anion ini dapat dengan mudah
teroksidasi oleh reagenn seperti bromin, menghasilkan disulfid a (R-S-
S-R).
2R-SH + Br2 → R-S-S -R + 2HBr

Oksidasi oleh reagen yang lebih kuat, seperti natrium hipoklorit


atau hidrogen peroksida, menghasilkan asam sulfonat (RSO 3H).
R-SH + 3H2O2 → RS O3H + 3H2O

12. Alkana
Aturan-aturan pemberian nama sistematik alkana bercabang menurut
IUPAC:

 Nama umum ditambah n (normal) untuk alkana yang tidak be


rcabang. CH3–CH2–CH2–CH3
n-butana
 Untuk alkana ya ng rantainya bercabang, rantai utamanya adalah
rantai dengan jumlah a tom C terpanjang. Gugus yang terikat pa da
rantai utama disebut substitue n. Substituen yang diturunkan dari
suatu alkana dengan
mengurangi satu atom H disebut gugus alkil. Gugus alkil memiliki
rumus umum -CnH2n+1 dan dilambangkan dengan –R. Pemberian
nama gugus alkil sesuai dengan n ama alkana, tetapi mengganti
akhiran -ana pada alkana asalnya dengan a khiran –il.
 Rantai terpanjan g dinomori dari ujung yang paling dekat dengan
substituen sehingga rantai cabang memberikan nomor yang sekecil
mungkin. Pada pemberian nama, hanya nomor atom karbon rantai
utama yang mengikat substituen ditulis kan kemudian diikuti nama
substituen.
 Jika terdapat leb ih dari satu substituen yang sama, maka nomor
masing-masing atom kar bon rantai utama yang mengikat
substituen semuanya harus dituliskan. Jumla h substituen
ditunjukkan dengan awalan di, tri, tetra, penta, heksa dan
seterusnya, yang berturut-turut menyatakan jumlah substituen
sebanyak dua, tiga, empat, lima dan seterusnya. Penomor an tetap
dimulai dari ujung yang p aling dekat dengan substituen.
 Jika terdapat dua atau lebih substituen yang berbeda, maka dalam
penulisan nama disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama dari
n ama substituen. Penomoran rantaai utama dimulai dari ujung rantai
yang n ama substituen berdasarkan urutan abjad lebih awal. Awalan di,
tri, tetra, penta, heksa dan seterusnya tidak perlu diperhatikan dalam
penentuan urutan abjad.
 Awalan-awalan s ek-, ters- yang diikuti tanda hubung tidak p erlu
diperhatikan dalam penentuan urutan abjad. Sedangkan awalan iso
dan neo tidak perlu dipisahkan denga n tanda hubung dan diperhatikan
dalam p enentuan urutan
abjad. Awalan iso menunjukkan adanya gugus –CH(CH 3)2 d an
awalan neo-menunjukkan adaanya gugus –C(CH 3)3.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkana
- Sifat Fisis
 Merupakan senya wa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air.
 Pada suhu kamar, alkana dengan atom C1-C4 berfase gas, C5-C17
berfase cair dan > C18 berfase padat.
 Bila rantai C semakin panjang viskositas (kekentalan) semakin
tinggi, titik didih semakin tinggi.
 Untuk alkana yang berisomer, dengan atom C sama banyak,
semakin banyak jumlah cabang semakin rendah titik didihnya.
- Sifat Kimia
 Dapat mengalami reaksi substitusi/pergantian atom bila direaksikan
dengan
halogen (F2, Cl2, Br2, I2).
Contoh:

 Reaksi oksidasi/reaksi pembakaran dengan gas oksigen


menghasilkan energi. Pembakaran sempurna menghasilkan CO 2,
pembakaran tidak sempurna
menghasilkan gas CO.
Reaksi yang terjadi:
-----> CO2(g) + 2H2O(g) +
CH4(g
) + 2O2(g) energi
+
CH4(g
) 1/2O2(g) ------> CO(g) + 2H2O(g) + energi
 Reaksi eliminasi, penghilangan beberapa atom untuk membentuk
zat baru. Alkana dipanaskan mengalami eliminasi dengan bantuan
katalis logam Pt/Ni akan terbentuk senyawa ikatan rangkap /alkena.
c. Reaksi-Reaksi Alkana
 Oksidasi
Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti

KMNO4, tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar.
Oksidasi yang cepat dengan oksigen yang akan mengeluarkan panas
dan cahaya disebut pembakaran atau combustion.
Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan
sejumlah air. Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO 2

dan H2O, terlebih dahulu terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat.


Alkana terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini
menghasilkan sejumlah kalor (eksoterm).
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol
C4H10 + 2O2 → CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol

Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan hidrokarbon


sebagai penghasil kalor (gas alam dan minyak pemanas) dan tenaga
(bensin), jika oksigen tidak mencukupi untuk berlangsungnya reaksi
yang sempurna, maka pembakaran tidak sempurna terjadi. Dalam hal
ini, karbon pada hidrokarbon teroksidasi hanya sampai pada tingkat
karbon monoksida atau bahkan hanya sampai karbon saja.
2CH4 + 3O2 → 2CO + 4H2O
CH4+O2→C+2H2O

 Halogenasi
Alkana dapat bereaksi dengan halogen (F 2, Cl2, Br2, I2 )
menghasilkan alkil halida. Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur
halogen disebut reaksi halogenasi. Reaksi ini akan menghasilkan
senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari alkana akan
disubstitusi oleh halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi
substitusi.
Halogenasi biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut
juga klorinasi dan brominasi. Halogen lain, fluor bereaksi secara
eksplosif dengan senyawa organik sedangkan iodium tak cukup reaktif
untuk dapat bereaksi dengan alkana.
Laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan
halogen dalam mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin.
Reaksi antara alkana dengan fluorin menimbulkan ledakan (eksplosif)
bahkan pada suhu dingin dan ruang gelap.

 Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam
sulfat.
Reaksi antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum)
menghasilkan asam alkana sulfonat. Dalam reaksi terjadi pergantian
satu atom H oleh gugus –SO3H. Laju reaksi sulfonasi H3 > H2 > H1.
Contoh

 Nitrasi
Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika
terdapat karbon tertier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat
lambat.

 Pirolisis (Cracking)
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana
dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 1000 0 C tanpa oksigen,
akan dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam
pembuatan karbon-black. Proses pirolisis juga dipergunakan untuk
memperbaiki struktur bahan bakar minyak, yaitu berfungsi untuk
menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya dilakukan
pada tekanan tinggi dengan penambahan suatu katalis (tanah liat
aluminium silikat).
13. Alkena
a. Tata Nama Alkena
Pemberian nama untuk senyawa-senyawa alkena berdasarkan
sistem IUPAC mirip pemberian nama pada alkana. Rantai utama alkena
merupakan rantai dengan jumlah atom C terpanjang yang melewati
gugus ikatan rangkap dan atom C yang mengandung ikatan rangkap
ditunjukan dengan nomor.
Ikatan rangkap yang dinomori diusahakan memperoleh nomor
serendah mungkin. Pemberian nama pada alkena yaitu mengganti
akhiran –ana pada
alkana dengan akhiran –ena dengan jumlah atom C sama dengan
alkana.
Pemberian nama untuk alkena bercabang seperti pemberian nama pada
alkana.
Alkena-alkena suku rendah nama umum lebih sering digu nakan
dibanding
nama sistematik.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkena
- Sifat Fisis
 Pada suhu kamar , tiga suku yang pertama adalah gas, suku -suku
berikutnya adalah cair dan suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika
cairan alkena dicampur dengan air maka kedua cairan itu akan
membentuk lapisan yang saling tidak bercampur. Karena kerapatan
cairan alkena le bih kecil dari 1 maka cairan alke na berada di atas
lapisan air.
 Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kada r karbon
alkena lebih tinggi darip ada alkana yang jumlah atom karbonnya
sam a.
- Sifat Kimia
Alkena dapat mengalami adisi. Adisi adalah pengubahan ikatan
rangkap (tak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh) dengan cara
menangkap atom/gugus lain. Pada adisi alkena 2 atom/gugus atom
ditambahkan pada ikata n rangkap C=C sehingga diperoleh ik atan
tunggal C-C. Beberapa contoh reaksi a disi pada alkena: a. Reaksi
alkena de ngan halogen (halogenisasi)
b. Reaksi alkena dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi). Hasil
reaksi antara alkena dengan hidrogen halida dipengaruhi oleh
struktur alkena, apakah alkena simetris atau alkena asimetris.
c. Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)
1. Reaksi ini akan menghasilkan alkana.

2. Alkena dapat mengalami polimerisasi. Polimerisasi adalah


penggabungan molekul-molekul sejenis menjadi molekul-molekul
raksasa sehingga rantai karbon sangat panjang. Molekul yang
bergabung disebut monomer, sedangkan molekul raksasa yang
terbentuk disebut polimer.

3. Pembakaran alkena. Pembakaran alkena (reaksi alkena dengan


oksigen) akan menghasilkan CO2 dan H2O.
14. Alkuna
a. Tata Nama
Alkuna -
Sistem IUPAC
 Pemberian nama pada alkuna menyerupai tata nama alkena yakni
mengganti akhiran –ana pada alkana terkait dengan akhiran –una.
 Rantai atom karbon terpanjang adalah rantai atom karbon yang
mengandung ikatan ganda tiga.
 Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai yang
memungkinkan ikatan ganda tiga mempunyai nomor serendah
mungkin.
 Pada penulisan nama, atom C yang mengandung atom ikatan
ganda tiga ditunjukkan dengan nomor.
- Nama Umum
Nama umum digunakan untuk alkuna-alkuna sederhana. Dalam
pemberian nama umum alkuna dianggap sebagai turunan asetilena
(C2H2) yang satu atom hidrogennya diganti oleh gugus akil.
Rumus struktur

b. Reaksi-Reaksi Alkuna
Adanya ikatan rangk ap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan
terjadinya reaksi adisi, polimerisasi, su bstitusi dan pembakaran
- Reaksi adisi pada alkuna
 Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
 Reaksi alkuna dengan hidrogen halide
- Polimerisasi alkun a
- Substitusi alkuna. Substitusi (penggantian) pada alkuna dilakukan
dengan menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung
rantai dengan atom lain.
- Pembakaran alk una. Pembakaran alkuna (reaksi alkuna d engan
oksigen) akan menghasilkan CO2 dan H2O.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang
berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut.
Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau
mirip.
2. Macam-macam gugus fungsi yaitu asil halida, alkohol, aldehida, alkana, alkena,
alkuna, amida, amina, toluen, asam karboksilat, siano, eter, ester, haloalkana,
imina, keton, peroksida, benzen, fosfina, sulfide dan tiol.

B. SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah pengetahuan
mengenai gugus fungsi sangat penting, sehingga tidak hanya teori sebaiknya
praktikum tentang gugus fungsi juga dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden dan Fessenden, 1986, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

http://dotwebid.blogspot.com/2011/11/tata-nama-alkuna-dan-
sifat-sifat-alkuna.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Gugus_fungsional

http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/04/sifat-sifat-

alkuna.html

http://reskiaddin.blogspot.com/2010_07_01_archive.ht

ml http://tutorcms.blogspot.com/2012/06/sifat-sifat-

alkena.html

http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/23/tatanama-alkana-
alkena-dan-alkuna/

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/
kimia_organik_dasar/hidro-karbon/sifat-sifat-alkana/

Martin, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik, Edisi Ketiga Jilid 1, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai