Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPEMIMPINAN

PERMASALAHAN MANAJERIAL DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH


PERTAMA

Oleh:

INAYATUL FAUSIYAH 185030900111005


MEISY ANNISA 185030900111006
NUR ALDEAWATI 185030901111003

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Permasalahan
Manajerial di Tingkat Sekolah Menengah Pertama” hingga selesai.
Makalah ini kami susun semaksimal mungkin dengan mengambil berbagai
sumber yang ada. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga dengan disusunnya makalah ini, dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya semoga
penulis dapat memperbaiki isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, 22 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Pustaka............................................................................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian........................................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN
1. Permasalahan Manajerial Pendidikan Menengah Pertama............................ 5
2. Hubungan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan Permasalahan
Manajerial Pendidikan Menengah Pertama.................................................... 8
3. Solusi Permasalahan Manajerial Pendidikan Menengah Pertama................. 9
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan..................................................................................................... 11
2. Saran............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terdapat aspek dalam
program pemerintah yaitu aspek kurikulum, aspek tenaga pendidik dan
kependidikan, aspek sarana pendidikan dan kepemimpinan satuan pendidikan,
dan aspek pengelolaan sekolah yang efektif. Dari beberapa aspek tersebut,
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar salah satunya melalui optimalisasi
kompetensi manajerial kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Kepala sekolah memiliki hubungan yang erat antara mutu kepala
sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,
budaya sekolah, dan penciptaan karakter peserta didik. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen pendidikan yang secara langsung berkaitan
dengan proses pembelajaran di sekolah. Dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan
Pemerintah No.28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dikemukakan bahwa
kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang
mengumpulkan beragam potensi guru, tata usaha, karyawan dan peserta didik,
melainkan konseptor manajerial yang bertanggung jawab pada kontribusi
masing-masing dalam efektivitas dan efiseiensi keberlangsungan pendidikan.
Kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen seorang kepala sekolah
harus mampu menguasai landasan pendidikan, menguasai kebijakan pendidikan,
dan dapat menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan.
Apabila seorang kepala sekolah tidak mampu menguasai kompetensi manajerial
tersebut maka seorang kepala sekolah tidak sesuai dengan Standar Kompetensi
Kepala Sekolah termasuk pada pendidikan tingkat Sekolah Menegah Pertama
(SMP). Dalam menjalankan fungsi manajerial, seorang kepala sekolah tentu
akan menghadapi berbagai hambatan yang disebabkan dari berbagai faktor baik
dari luar maupun dari dalam. Seorang kepala sekolah mampu menjalankan
fungsi manajerial kepala sekolah apabila dalam menjalankan fungsi tersebut
dilakukan dengan baik, dan dapat mengatasi berbagai hambatan yang muncul

1
secara baik dan bijaksana. Kepala sekolah yang tidak mampu memenuhi kriteria
standar kompetensi kepala sekolah dengan baik, maka dibutuhkan suatu upaya-
upaya dalam pengembangan kompetensi.
Adapun permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi manajerial
kepala sekolah, antara lain yaitu:
 Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah masih rendah dan kurangnya
pembinaan dalam pengembangan kompetensi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten. Kepala sekolah diangkat hanya mengedepankan
pengalaman dan masa kerjannya yang lebih dari 10 tahun sebagai guru
daripada kemampuan manajerial yang dimiliki. Beberapa kepala sekolah
juga tidak mempunyai sertifikat pengembangan kompetensi dan pelatihan
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar.
 Kepala sekolah dalam mengerahkan sumber daya manusia disekolah masih
rendah dilihat dari kurangnya perhatian dan kepedulian kepala sekolah
untuk menggerakkan guru melakukan kegiatan – kegiatan di sekolah.
 Kepala sekolah masih kurang melakukan pengontrolan terhadap guru
berkaitan dengan pengelolaan kelas, pembelajaran, dan kedisiplinan, masih
terdapat guru-guru yang masih sering terlambat.
2. Rumusan Masalah
1) Apa saja permaasalahan dalam manajerial pendidikan menengah pertama?
2) Bagaimana hubungan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan
permasalahan manajerial pendidikan menengah pertama?
3) Bagaimana solusi dari permasalahan manajerial pendidikan menegah
pertama?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui permasalahan dalam manajerial pendidikan menegah
pertama.
2) Untuk mengetahui hubungan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan
manajerial pendidikan menengah petama.
3) Untuk mengetahui solusi dari permasalahan manajerial pendidikan
menengah pertama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
1. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan manajerial di tingkat sekolah
menengah pertama tersebut diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian ataupun
literatur yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
Dari peneliatan Diana Fatmawati Pawennary berjudul Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah Menengah Pertama Se Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
(2013) meniliti tentang kompetensi manajerial kepala sekolah SMP yang ada di
Bantul. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi manajerial kepala sekolah se
kecamatan Banguntapan dalam kategori tinggi yaitu dengan capaian persentase
76,58%.Dilihat per aspek; (1)aspek perencanaan memiliki kategori tinggi dengan
jumlah capaian persentase mencapai 77,31%; (2)aspek kepemimpinan memiliki
kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 78,70%; (3) aspek
pengorganisasian memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase
mencapai 76,25%; (4)aspek penggerakan memiliki kategori tinggi dengan jumlah
capaian persentase mencapai 76,15%; dan (5)aspek pengawasan memiliki kategori
tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 75,40%.Berdasarkan hasil
tersebut maka, aspek yang mempunyai kategori tinggi adalah aspek kepemimpinan
dengan capaian jumlah persentase 78,70%. Kemudian aspek yang memiliki jumlah
persentase paling lemah adalah aspek pengawasan dengan capaian jumlah
persentase 75,40%.

BAB III

3
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penlitian literatur. Subjek penelitian
adalah Manajerial Pendidikan Menengah Pertama. Pengumpulan data
menggunakan literasi jurnal, tesis, dan makalah.

BAB IV

4
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Manajerial Pendidikan Menengah Pertama
Peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang
mengumpulkan beragam potensi guru, tata usaha, karyawan dan peserta didik,
melainkan konseptor manajerial yang bertanggung jawab pada kontribusi
masing-masing dalam efektivitas dan efiseiensi keberlangsungan pendidikan.
Kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen seorang kepala sekolah
harus mampu menguasai landasan pendidikan, menguasai kebijakan pendidikan,
dan dapat menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan.
Apabila seorang kepala sekolah tidak mampu menguasai kompetensi manajerial
tersebut maka seorang kepala sekolah tidak sesuai dengan Standar Kompetensi
Kepala Sekolah termasuk pada pendidikan tingkat Sekolah Menegah Pertama
(SMP). Dalam menjalankan fungsi manajerial, seorang kepala sekolah tentu
akan menghadapi berbagai hambatan yang disebabkan dari berbagai faktor baik
dari luar maupun dari dalam. Seorang kepala sekolah mampu menjalankan
fungsi manajerial kepala sekolah apabila dalam menjalankan fungsi tersebut
dilakukan dengan baik, dan dapat mengatasi berbagai hambatan yang muncul
secara baik dan bijaksana. Kepala sekolah yang tidak mampu memenuhi kriteria
standar kompetensi kepala sekolah dengan baik, maka dibutuhkan suatu upaya-
upaya dalam pengembangan kompetensi.
Adapaun permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi manajerial
kepala sekolah, antara lain yaitu:
 Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah masih rendah dan kurang.
Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah masih rendah dan kurangnya
pembinaan dalam pengembangan kompetensi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten. Kepala sekolah diangkat hanya mengedepankan
pengalaman dan masa kerjannya yang lebih dari 10 tahun sebagai guru
daripada kemampuan manajerial yang dimiliki. Beberapa kepala sekolah
juga tidak mempunyai sertifikat pengembangan kompetensi dan pelatihan
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar.
Menurut Kemendiknas (2007), dasar penyususnan standar kompetensi
kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. PP No. 19 tahun 2005 khususnya yang terkait dengan pasal-pasal yang
mengatur kompetensi kepala sekolah:

5
1) Pasal 28 memiliki kualifikasi sebagai pendidik Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,
kompeteni kepribadian, 26 kompetensi professional, dan kompetensi
sosial. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat
keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki
keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP
dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
2) Pasal 38 memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan
Pasal 38 ayat (3) disebutkan bahwa kriteria untuk menjadi kepala
SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: Berstatus sebagai guru
SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK, Memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, Memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK, dan Memiliki kemampuan
kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
3) Pasal 39 memiliki kualifikasi sebagai pengawas
Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan. Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan
pendidikan meliputi: Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8
(delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat)
tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan
yang diawasi, memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai

6
pengawas satuan pendidikan, lulus seleksi sebagai pengawas satuan
pendidikan. Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan 27
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 49 memiliki kemampuan mengelola dan melaksanakan satuan
pendidikan Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan,
dan akuntabilitas.
4) Pasal 52 memiliki kemampuan menyusun pedoman Setiap satuan
pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; Kalender
pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas
satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran,
bulanan, dan mingguan; Struktur organisasi satuan pendidikan;
Pembagian tugas di antara pendidik; Pembagian tugas di antara
tenaga kependidikan; Peraturan akademik; Tata tertib satuan
pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana; Kode etik hubungan antara sesama warga di
dalam lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga
satuan pendidikan dengan masyarakat; Biaya operasional satuan
pendidikan.
5) Pasal 53 memiliki kemampuan menyususn perencanaan. Setiap
satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah
satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun.
 Kepala sekolah masih rendah dalam mengerahkan sumber daya manusia
Kepala sekolah dalam mengerahkan sumber daya manusia disekolah
masih rendah dilihat dari kurangnya perhatian dan kepedulian kepala sekolah
untuk menggerakkan guru melakukan kegiatan – kegiatan di sekolah. Kepala
sekolah masih kurang melakukan pengontrolan terhadap guru berkaitan
dengan pengelolaan kelas, pembelajaran, dan kedisiplinan, masih terdapat
guru-guru yang masih sering terlambat. Setiap kepala sekolah harus
memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas

7
pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan
dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolahnya secara optimal.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
disebutkan bahwa ada beberapa kompetensi manajerial kepala sekolah
diantaranya, menyusun perencanaan sekolah atau madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaan, memimpin sekolah atau madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah atau madrasah secara optimal,
mengelola perubahan dan pengembangan sekolah atau madrasah menuju
organisasi pembelajar yang efektif, mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, mengelola sarana dan
prasarana sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal, mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, mengelola
unit layanan khusus sekolah atau madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah atau madrasah,
mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan, dan melakukan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah
atau madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
2. Hubungan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan Permasalahan
Manajerial Pendidikan Menengah Pertama
Menurut Edmond yang dikutip Suryo Subroto merupakan alternatif baru
dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan
kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS)
adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS)
dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan Istilah manajemen berbasis
sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS
merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa otonomi,
kemandirian dan demokratis

8
 Otonomi Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan
mutu pendidikan yang baik.
 Kemandirian Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam
mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi
dan metode dalam memecahkan persoalan tidak tergantung pada birokrasi
yang sentralistik sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
dan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
 Demokratif Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan
dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
untuk mencapai tujuan sekolah demi terciptanya mutu pendidikan yang akan
memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat
dukungan dari seluruh elemen-elemen sekolah.
Permasalahan yang terjadi pada sekolah menengah pertama merupakan
permasalahan manajerial yang berhubungan dengan MBS. Hal tersebut
mengakibatkan terganggunya sistem manajerial di MBS. Karena di dalam MBS
terdapat prinsip-prinsip utama pelaksanaan MBS yaitu, fokus pada mutu,
bottom-up planning and decision making, manajemen yang transparan,
memberdayaan masyarakat, dan peningkatan mutu secara berkelanjutan.
Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi
seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah
harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat
berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan berbagai
kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
3. Solusi Permasalahan Manajerial Pendidikan Menengah Pertama
Beberapa permasalahan harus dikontrol oleh kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin sekaligus manajer di sekolah dengan menerapkan fungsi
manajerial. Pengembangan kompetensi kepala sekolah dapat dilaksanakan
melalui pelatihan dan workshop tentang peningkatan kompetensi kepala sekolah
yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan dasar kabupaten maupun provinsi.
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya lembaga untuk mempertahankan
kinerja dan meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan kerja,
sehingga kepala sekolah mampu menjalankan kompetensi manajerial sesuai
dengan standar kompetensi kepala sekolah pada tingkat SMP yang telah

9
ditetapkan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Muhammad Saroni dalam
bukunya “Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten” (2006:
21). yaitu menguasai landasan pendidikan, menguasai kebijakan pendidikan,
serta menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan.
Calon kepala sekolah harus memiliki sertifikasi yang layak untuk
menjadi pemimpin lembaga pendidik tersebut. Untuk melakukan sertifikasi
calon kepala sekolah, Kementerian Pendidikan Nasional telah membentuk dan
menunjuk Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah atau
LP2KS sesuai Permendiknas nomor 28 tahun 2010. Untuk seleksi adminstrasi,
Pasal 2 ayat (2) Permendiknas No. 28/2010 mensyaratkan calon kepala sekolah
minimal memegang gelar Strata 1, usia maksimal 56 tahun dan pengalaman
minimal 5 tahun sebagai pendidik atau tenaga pendidik.
Sementara untuk seleksi akademik, penilaian dilakukan melalui potensi
kepemimpinan. Potensi kepemimpinan calon kepsek didapatkan melalui
rekomendasi kepsek yang menjabat saat dikirim, penilaian kinerja guru,
menyusun makalah kepemimpinan dan mempresentasikannya di hadapan
lembaga penilai nasional dengan syarat minimal kelulusan memuaskan. Setelah
berhasil lolos kedua seleksi tadi, calon kepsek akan mendapatkan pelatihan yang
dilakukan LP2KS melalui serangkai pembelajaran.
Selama 70 jam pelajaran (JP) atau 7 hari, calon kepsek akan mendapatkan
materi mengenai manajerial, supervisi dan pelatihan kewirausahaan,
kepribadian, dan sosial. Lalu dilanjutkan on the job learning (OJL) dengan 200
JP atau 3 bulan untuk materi implementasi rencana tindakan kepemimpinan dan
flexible learning.

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala
sekolah, antara lain yaitu kompetensi yang dimiliki kepala sekolah masih rendah
dan kurang, dan Kepala sekolah masih rendah dalam mengerahkan sumber daya
manusia. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar

10
kepada sekolah dan mendorong pengambilan Istilah manajemen berbasis
sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. Permasalahan
yang terjadi pada sekolah menengah pertama merupakan permasalahan
manajerial yang berhubungan dengan MBS. Hal tersebut mengakibatkan
terganggunya sistem manajerial di MBS. Pengembangan kompetensi kepala
sekolah dapat dilaksanakan melalui pelatihan dan workshop tentang peningkatan
kompetensi kepala sekolah yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan dasar
kabupaten maupun provinsi.
2. Saran
Sebaiknya, pengembangan kompetensi kepala sekolah dilaksanakan
melalui pelatihan dan workshop tentang peningkatan kompetensi kepala sekolah
yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan dasar kabupaten maupun provinsi.
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya lembaga untuk mempertahankan
kinerja dan meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan kerja,
sehingga kepala sekolah mampu menjalankan kompetensi manajerial sesuai
dengan standar kompetensi kepala sekolah pada tingkat SMP.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Diana. 2013. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Menengah Pertama Se


Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Pawennary. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Firdayant, Atika. Kurnia, Deby. Maftuchin. Suryani, Sinta. Veronika, Tata. 2017.
Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (Mbs). Mulya, Rizki Abdi.
Universitas Lampung.
Irawan, Suntoro. Yulisna, Liza. Sowiyah. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandar Lampung
Rukayah. 2016. Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri
Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan Magister
Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544 Volume: 3, No. 2, Juli-
Desember 2016 jurnalkelola@gmail.com Halaman: 178-191.
Universitas Kristen Satya Wacana.

11

Anda mungkin juga menyukai