PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia juga merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian
ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila
dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun
2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75%
antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015).
Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil
dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian, baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan (Rajab, 2009). Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas
sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama
pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2002, anemia defisiensi
besi telah dipertimbangkan sebagai faktor kontribusi beban penyakit dunia yang
paling penting (World Health Organization, 2008).
Anemia defisiensi besi merupakan tipe anemia paling umum pada kehamilan,
terutama di negara berkembang. Menurut Scholl dkk. (1992), ibu dengan anemia
1
defisiensi besi memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk melahirkan BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah). Selain itu, Sakande dkk. (2004) menyatakan bahwa keadaan
defisiensi besi yang berat pada ibu telah menunjukkan dampak buruk pada kadar
besi bayi baru lahir, dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya (Emamghorashi dan Heidari, 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dan
mahasiswi mampu memahami konsep penyakit anemia serta mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit anemia sesuai dengan standar
keperawatan profesional.
2. Tujuan Khusus
2
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien anemia.
C. Manfaat
2. Bagi Pembaca
3
BAB II
TINJAUN TEORITIS
A. Pengertian Anemia
Anemia berasal dari bahasa Yunani “Anaimia” yang artinya adalah tanpa
darah. Anemia adalah penyakit kekurangan darah. Kekurangan darah disini
arinya kadar Hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (Eritrosit) lebih rendah
daripada kondisi normal.Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang
terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang
sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah).
Nilai normal hemoglobin pada pria dewasa 13- 17,5gr/dl pada wanita
dewasa 12-15,5gr/dl.Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah
merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah
merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan
mendapatkan oksigen yang cukup, akibatnya timbulah gejala anemia.
Adapun pengertian anemia dari beberapa para ahli yang diantaranya yaitu:
4
3. Menurut Arisman “2007”
5
Departemen Kesehatan menetapkan kriteria anemia sebagai berikut:
B. Etiologi
6
a. Bibir tampak pucat.
b. Sesak nafas.
c. Lidah licin.
e. Susah BAB.
g. Mudah mengantuk.
i. Sakit kepala
k. Pingsan
n. Nyeri dada
Namun, gejala anemia terkadang tidak jelas, terutama pada orang muda
atau secara fisik terlihat sehat, padahal tingkat hemoglobin bisa jatuh secara
signifikan tanpa menunjukkan gejala anemia sama sekali. Dalam kasus lain,
tahun.
7
D. Komplikasi
1. Parestesia ( kesemutan )
2. Kejang
3. Masalah jantung. Kondisi kekurangan darah ini dapat menyebabkan
denyut jantung yang cepat atau tidak teratur, disebut aritmia. Jantung Anda
harus memompa lebih banyak darah untuk memenuhi kekurangan oksigen
dalam darah. Di mana ini bahkan dapat menyebabkan gagal jantung
kongestif (kegagalan jantung dalam memompa pasokan darah yang
dibutuhkan tubuh. Dikarenakan terjadi kelainan pada otot-otot jantung
sehingga jantung tidak bisa bekerja secara normal).
4. Kelelahan berat.
5. Kurangnya konsentrasi.
6. Daya tahan tubuh yang berkurang.
7. Kematian. Beberapa kondisi keturunan seperti anemia sel sabit, bisa
menjadi serius dan menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Kehilangan banyak darah dengan cepat dan parah dapat berakibat fatal.
E. Terapi
1. Transfusi darah
Transfusi darah bisa menjadi penanganan utama untuk anemia yang
gejalanya menyebabkan perdarahan hebat. Perawatan ini berfungsi untuk
meredakan gejala-gejala yang muncul di tubuh akibat suplai dan jumlah
darah yang berkurang akibat kelainan sumsum tulang belakang.
8
Meskipun umumnya tidak ada batasan seberapa banyak transfusi sel
darah dapat dilakukan, namun kadang apabila berlebihan dapat
menyebabkan komplikasi. Sel darah merah yang ditransfusikan umumnya
mengandung zat besi yang dapat menumpuk di tubuh dan dapat merusak
organ vital jika tidak di netralisir jumlahnya. Untuk itu, dokter akan
mencegah kelebihan zat besi dalam darah dengan meresepkan obat
pengurang zat besi.
2. Terapi obat
Antibiotik adalah obat yang akan diresepkan pada pasien yang terserang
anemia karena tubuh pasien mudah terkena infeksi dan agak sulit untuk
disembuhkan. Karena sumsum tulang belakang tidak cukup memiliki sel
darah putih yang bekerja sebagai sistem kekebalan tubuh untuk melawan
infeksi. Antibiotik hanya akan diresepkan apabila sistem kekebalan tubuh
sangat lemah.
3. Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
4. Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh.
5. Mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin, serta
mineral lainnya. Contohnya sangobion.
F. Penatalaksanaan Medis
3. Transfusi darah.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas/Biodata
Nama : Ny. R
Umur : 42
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Batuphat
B. Anamnesa (Data Subjektif)
Pada tanggal : 11 Januari 2020
cepat lelah.
10
C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
D. Pemeriksaan Penunjang
Data hasil lab :
- Sedang : Hb 6,5 g/dL
11
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
V. RENCANA MANAJEMEN
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan TTV
- Pemeriksaan laboratorium
- Terapi pengobatan
- Bed rest
- Transfusi darah
- Pemberian nutrisi
12
- Pasien dianjurkan melakukan transfusi darah
VII. EVALUASI
- Nutrisi terpenuhi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin
didalam sel darah merah kurang dikarenakan adanya kelainan dalam bentuk
sel, perdarahan atau gabungan keduanya. Anemia sering dijumpai di
masyrarakat dan mudah dikenali (di diagnosa). Tanda dan gejalanya beragam,
13
seperti pucat, lemah, mual, dan lain-lain. Pendiagnosaan anemia dapat di
tunjang dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka
dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara
mengatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah
penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan
pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan
Penatalaksanakannya. Jakarta: Trans Info Media.
Bakta, I. M. 2006. Anemia Defisiensi besi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit.
Jakarta: FKUI.
14
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran.
Handayani W dan Haribowo A.S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba medika.
15