Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN


Pengaruh Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Cangkok

Dosen Pengampu :
Aprilia Hartanti,SP.,MP

Nama Kelompok :

1. Abdul Karim Z. (171410011)


2. Alfin Indah W. (171410001)
3. Eka Nur Fitriyah (171410009)
4. Ahmad (171410026)
5. Dedi Badrus S. (171410020)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis kehadirat Allah yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik ukhwah. Penulis membuat makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiakan Tanaman.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Aprilia Hartanti, SP.,MP
selaku dosen mata kuliah Pembiakan Tanaman. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu,
penulis dengan terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis sendiri dan para pembaca khususnya.

Probolinggo, 07 Desember 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan guna
mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat melakukan pembiakan
dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat melakukannya derngan cara generatif
yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada tanaman pada umumnya dapat terjadi secara
alami maupun dengan bantuan manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang
dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara
vegetatif biasanya dan sebagian besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang
sesuai dengan harapan (kusumo 2001)
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling
batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan
dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara
dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, rootone-f diberikan sebagai perlakuan agar
bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan
kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah
menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di
lapang (ashari 1995).
Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-
tanaman yang mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan dalam prosesnya dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan
korteks tanaman. Namun hal ini dapat dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada
pohon pepaya yang diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak
berkayu. Meskipun mempunyai pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium
pada struktur susunan batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi
lebih baik dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman secara
manual dapat berkurang (ashari 1995)
B. Rumusan Masalah
Apakah media tanam berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang dicangkok?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh media tanam pada pertumbuhan tanaman yang dicangkok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembiakan Vegetatif

Reproduksi secara vegetatif ialah pembentukan individu baru tanpa adanya


peleburan dua sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi secara vegetatif dibagi menjadi
2 yaitu perkembangbiakan vegetatif alami dan buatan. Perkembangbiakan vegetatif alami
adalah perkembangbiakan yang terjadi secara alami tanpa memerlukan bantuan manusia.
Adapun reproduksi vegetatif alami pada tumbuhan rendah dikelompokkan menjadi,
membelah diri, membentuk tunas, danmembentuk spora. Sedangkan perkembangbiakan
vegetatif alami pada tumbuhan tinggi dikelompokkan menjadi (akar tinggal (rhizoma),
umbi lapis ,umbi batang, geragih, tunas,dan tunas adventif.
Perkembangbiakan secara vegetatif buatan ialah perkembangbiakan yang sengaja
dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk kesejahteraan manusia. Adapun
perkembangbiakan secara vegetatif buatan macamnya adalah menyetek, menyambung
,merunduk dan kultur jaringan

B. Cangkok

Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah


yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. pembiakan vegetatif
secara cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia
akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam
melakukan pencangkokan. kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa
keratan/luka yang kering atau mati. perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih
karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang
mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan
terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga (wudianto, 1998).

cangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif cara ini memang


sudah dikenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan perbanyakan yang tertua didunia .
cangkok adalah cara perkembang biakan pada tumbuhan dengan menanam batang ,atau
dahan tanaman yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum dipotong dan ditanam
ketempat yang lain . tidak semua tanaman bisa dicangkong hanyalah tumbuhan dikotil dan
tumbuhan biji terbuka , cara perkembang biakan dengan mencangkok adalah sangat
istimewa terutama pada tanaman buah buahan , karena rasa dan bentuk yang dihasilkan
persis seperti induk nya
tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang
membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. perbanyakan
tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. sedangkan
perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat
berupa cabang, batang, akar dan daun. pemilihan dua cara tersebut tergantung pada
beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga
terampil, alat, atau srana serta tujuannya (salisbury & cleon, 1995).

C. Taksonomi

1. Jambu Air (Syzygium aqueum)


Tanaman jambu air (Syzygium aqueum) berasal dari daerah Indo Cina dan
Indonesia, tersebar ke Malaysia, dan pulau-pulau di Pasifik. Dua kecamatan sebagai
sentra produksi dan pemasaran jambu air King Rose yaitu Kecamatan Namorambe
dan Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa
Betokan, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah merupakan
sentra jambu air Merah Delima di Indonesia. Berbagai varietas jambu air yang rasa
manis berbeda, memiliki keragaman dalam penampilan, dan keragaman ukuran buah.
Beberapa jenis jambu air manis diantaranya adalah varietas Lilin, King Rose, Apple
Rose, Cincalo, Madura, Citra, Bangkok, Semarang, Merah Delima, dan Kaget.
Varietas jambu air yang tergolong ke dalam jenis jambu air masam adalah jambu
kancing yang dikenal ada dua macam, yaitu jambu air Kancing Merah dan Kancing
Putih (Sibuea dkk., 2013).
Tanaman jambu air merupakan salah satu keanekaragaman tanaman yang
dimiliki Indonesia yang memberikan manfaat dalam dunia kesehatan. Tanaman jambu
air dapat digunakan untuk obat alami yang berperan dalam menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat. Senyawa kimia yang paling banyak
ditemukan pada daun Syzygium aqueum yaitu flavonoid, fenolik, dan tannin sebagai
antimikroba dan senyawa hexahydroxyflavone, Myricetin, vitamin C, senyawa 2',4'
dihidroksi-6-metoksi-3, 5–dimetilkalkon, senyawa 4-hidroksibenzaldehid, myricetin
3-O-ramnosid, europetin-3-O-ramnosid, floretin, myrigalon-G, dan myrigalon-B yang
mempunyai aktivitas farmakologi sebagai antioksidan, antikanker, antidiabetes, dan
antihiperglikemik (Angrawati dan Zelika, 2015).
Jambu air diminati masyarakat karena memiliki keunggulan rasa sangat manis,
daging buahnya tebal dan berbiji, buah tanpa biji (buah partenokarpi) terbentuk tanpa
melalui proses polinasi dan fertilisasi untuk membentuk buah. Partenokarpi bagus
untuk peningkatan kualitas dan produktivitas buah, kurang menguntungkan bagi
program produksi benih atau biji (Pardal, 2001).
Klasifikasi tanaman jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Kormophyta
Super Divisio : Kormophyta biji
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Eugenia aquea
2. Jambu Biji
Jambu biji (Psidium guajava) adalah salah satu tanaman buah jenis perdu,
dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia
Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti
Indonesia.Jambu biji sering disebut juga Jambu Klutuk, Jambu Siki, atau Jambu Batu
(Kuntarsih, 2006).
Di Indonesia tanaman jambu biji dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
di dataran tinggi. Pohon jambu biji banyak ditanam orang di halaman dan di ladang-
ladang. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini sekitar 1200 meter dari
permukaan laut. Pohon jambu biji merupakan tanaman perdu yang banyak bercabang,
tingginya mencapai 12 meter. Buahnya berisi banyak biji kecil-kecil dan ada juga
yang tidak mempunyai biji yang biasa di sebut dengan jambu sukun (Wirakusumah,
2002).
Jambu biji yang banyak di gemari oleh masyarakat adalah yang mempunyai
sifat unggul antara lain berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, tidak mempunyai
biji, dan buahnya berukuran besar. Terdapat beberapa jenis jambu biji yang di
unggulkan yaitu Jambu Pasar Minggu, Jambu Bangkok, Jambu Palembang, Jambu
Sukun, Jambu Apel, Jambu Sari, Jambu Merah, dan Jambu Merah Getas
(Wirakusumah, 2002).
Penggunaan jambu biji sebagai bahan dasar pembuatan minuman instan
semakin meningkat pada beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan pada beberapa
keunggulan yang dimiliki oleh jambu biji. Jambu biji memiliki kadar vitamin C yang
sanggup memenuhi kebutuhan harian anak berusia 1320 tahun yang mencapai 80-100
mg per hari, atau kebutuhan vitamin C harian orang dewasa yang mencapai 70-75 mg
per hari. Sebutir jambu biji dengan berat 275 g per buah dapat mencukupi kebutuhan
harian akan vitamin C pada tiga orang dewasa atau dua anak-anak. Keunggulan lain
dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus Jambu Biji
"Bangkok" juga dianggap berkhasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam
berdarah dengue (Kuntarsih, 2006).
Klasifikasi tanaman jambu air adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.

3. Puring
Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) (Euphorbiaceae) berupa
perdu atau pohon kecil dengan tinggi mencapai 1.5-3 m (Steenis 2006). Puring dikenal
sebagai tanaman hias (Backer dan Bakhuizen 1963) dan merupakan salah satu
tanaman hias paling populer di Amerika Serikat dan Eropa (Mollick et al. 2011).
Persilangan antar jenis puring telah banyak dilakukan yang memberikan peluang
munculnya kultivar baru. Saat ini kultivar puring tersebar di negara tropik, di
antaranya Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Thailand, Srilangka, dan Kepulauan
Pasifik (Nasib et al. 2008; Younis et al. 2010). Tanaman puring memiliki banyak
manfaat, di antaranya sebagai obat antifungal, antikanker, obat diare berdarah (Njoya
et al. 2014), dan obat penahan rasa sakit. Selain itu, puring merupakan flora antipolusi
yang mampu menyerap polutan berbahaya seperti timbal (Pb) (Dewi dan Hapsari
2012).
Keanekaragaman tanaman puring pada saat ini sangat tinggi khususnya
keanekaragaman helaian daun, yang ditunjukkan dari bentuk, warna, dan ukuran daun
(Nasib et al. 2008). Brown (1995) cit Mollick et al. (2011) menyatakan bahwa mutasi
somatik atau penyerbukan oleh semut memberikan peluang terbentuknya
keanekaragaman yang tinggi pada puring. Penelitian tentang keanekaragaman
morfologi daun puring telah dilakukan oleh peneliti dari University of the Ryukyus
menggunakan parameter fenotipe daun dengan sampel tanaman berasal dari Okinawa,
Jepang (Mollick et al. 2011). Hasilnya menunjukkan bahwa di antara parameter
kuantitatif yang diuji dapat menunjukkan keanekaragaman puring. Berbeda dengan
morfologi daun, komposisi pigmen daun yang berkontribusi terhadap warna daun
tidak menunjukkan keanekaragaman.
Klasifikasi dari Puring (Codiaeum variegatum) :
Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Codiaeum

Spesies : C. variegatum

4. Murbei
Murbei adalah tanaman berumur panjang dan dapat beradaptasi denganbaik
pada beberapa jenis tanah. Tanaman murbei (Morus sp) mempunyai perananpenting
dalam usaha persuteraan, sebab daun tanaman ini merupakan makananpokok bagi ulat
sutera (Bombyx mori) (Sunanto,1997). Daun murbei sangatdisukai dan dapat dicerna
dengan baik oleh ternak herbivora dan dapat puladimanfaatkan untuk pakan ternak.
Penanaman murbei telah dimulai ribuan tahunyang lalu untuk pakan dan produksi ulat
sutera, jenis yang sangat populer adalah jenis Morus alba dan Morus Indica (Sanchez,
2002), Genus dari Morus terdiri dari lebih dua puluh spesies dan sekurang-kurangnya
terdapat seratus varietas.Tanaman murbei merupakan genus dari family Moraceae
Domestikasi murbei sudah dimulai ribuan tahun yang lalu untuk memenuhi kebutuhan
pakan pada pemeliharaan ulat sutera. Namun belakangan ini ketertarikan pemanfaatan
hijuan murbei (batang muda dan daun) sebagai pakan meningkat, disebabkan nilai
nutrisinya yang tinggi (Sanchez, 2002).
Menurut Sinurat (2007) tanaman murbei merupakan tanaman dengan perakaran
yang dalam dan untuk pertumbuhan akarnya diperlukan lapisan tanah olah yang cukup
dalam sehingga diperlukan lapisan tanah bertekstur lempung (loam) lempung liat
(clayed loam) dan lempung berpasir (sandy loam) dengan pH sekitar 6,5. Budidaya
tanaman murbei dilahan gambut belum banyak dilakukan oleh petani, yang
disebabkan oleh kurangnya informasi. Tanah gambut secara umum mempunyai pH
tanah yang rendah. Sagiman (2007) melaporkan bahwa secara umum kemasaman
tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal bahan organik maka kemasaman
gambut meningkat. Budidaya murbei di lahan gambut(organosol) yang tepat di
Provinsi Riau sebagai pakan ternak ruminansia adalah sesuatu yang harus dilakukan,
mengingat Provinsi Riau merupakan wilayah yang memiliki lahan kondisi gambut
yang terluas di Sumatera (45% dari luas keseluruhan lahan gambut yang ada di
Sumatera), dan umumnya belum dimanfaatkan untuk pengembangan hijauan makanan
ternak baik rumput, leguminosa maupun fooder tree seperti murbei (Kurniawan,
2008). Berdasarkan kondisi tersebut maka budidaya murbei dilahan gambut Provinsi
Riau adalah sangat menjanjikan untuk pengembangan budidaya hijauan pakan.
Klasifikasi tanaman Murbei adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledenoleae
Ordo : Urticales
Famili : Moreceae
Genus : Morus
Spesies : Morus alba L.
D. Macam Media

1. Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang
telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami dibawah pengaruh air, udara,
dan macam - macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati.
Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan
(Dokuchaev 1870).
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati
ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau
lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu
proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi,
atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alam
(Soil Survey Staff, 1999).
Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-
bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat ) di sertai dengan zat air
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut
(Das, 1995)
Di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis hewan dan mikroorganisme,
dari yang berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan protozoa/invisibee mikro-biota)
hingga biota yang berukuran sangat besar seperti cacing tanah, kutu, tikus, kaki
seribu dan megafauna. Aktivitas biologi organism tanah terkonsentrasi di topsoil.
Komponen biologi menempati tempat yang tipis atau halus (<0.5%) dari total
volume tanah dan membuat kurang dari 10% total bahan organik tanah. Komponen
hidup ini terdiri dari akar tumbuhan dan organisme tanah.
Cacing tanah sering membentuk bagian utama biomassa hewan tanah dan
dapat mempresentasikan hampir 50% biomassa hewan tanah di tanah padang rumput,
dan hingga 60% tanah hutan. Cacing tanah dapat memperbaiki penyatuan bahan
organik di bawah permukaan tanah, meningkatkan jumlah air tersimpan dalam
agregat tanah, memperbaiki infiltrasi air, aerasi dan penetrasi akar dan meningkatkan
aktivitas mikroorganisme. Partikel tanah yang digerakkan ke berbagai posis oleh
akar, cacing tanah, baik melalui siklus kering atau basah dan melalui kekuatan lain
sehingga membentuk struktur tanah. Produksi kotoran mesofauna juga menyumbang
pembentukan struktur tanah partikel dan ruangruang yang terbentuk di antara partikel
(Yuliprianto, 2010:77-79).

2. Kompos
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup
atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan
berbagai produk antara dari organisme hidup (Sumekto, 2006:1). Pupuk organik ada
beberapa macam, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, bokashi, dan kompos
(Purwendro dan Nurhidayat, 2007:15). Kompos diperoleh dari hasil pelapukan
bahan-bahan tanaman atau limbah organik seperti jerami, sekam, daundaunan,
rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik, dan sampah organik yang
terjadi karena perlakuan manusia. (Musnamar, 2009:21). Secara biologi cacing
memainkan peranan utama dalam mengubah bahan organik menjadi humus sehingga
dapat memperbaiki kesuburan tanah. Kotoran cacing tersebut berupa casts yang
mengandung 40% humus dibanding bagian atas tanah dimana cacing hidup
(Yuliprianto, 2010:194-195). Kandungan unsur hara dalam pupuk organic tidak
terlalu tinggi tapi jenis pupuk ini memiliki keistimewan lain yaitu dapat memperbaiki
sifat tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah ( Ida 2013 ).
standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030-2004 yaitu dimana C Organik 30,90
%, Nitrogen 3,07 %, Fosfor sebagai P2O5 0,33 % dan Kalium sebagai K2O 2,54 %,
(BSN, 2004).
3. Cocopeat ( Serbuk Kelapa )
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Indonesia meru-pakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi agroindustri
kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Luas
areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yaitu 3,76 juta hektar
(Setiadi, 2001).
Cocopeat merupakan salah satu media tumbuh yang dihasilkan dari proses
penghancuran sabut kelapa, proses penghancuran sabut dihasilkan serat atau fiber,
serta serbuk halus atau cocopeat (Irawan dan Hidayah, 2014). Kelebihan cocopeat
sebagai media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat, serta mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti
kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Muliawan,
2009).

E. Penilitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil


1 Mukti Satria N. A. P. PENGARUH PEMBERIAN Hasil penelitian
MACAM MEDIA DAN ZPT menunjukkan bahwa
TERHADAP penggunaan media tanah +
UNS-F Pertanian PERTUMBUHAN kompos mampu
CANGKOK TANAMAN meningkatkan pertumbuhan
Jurusan Agronomi – H.
SALAK LOKAL pajang pelepah, jumlah
0105018-201 TAWANGMANGU (Salacca pelepah, keliling bonggol.
zalacca (gaertner) voss.) Perlakuan pemberian ZPT
Rootone-F meningkatkan
jumlah akar anakan salak,
sedangkan IBA dapat
meningkatkan panjang akar
anakan salak. Interaksi
antara macam media
cangkok dan ZPT yang
diberikan terjadi pada
variable tinggi anakan
cangkokan salak
2/ Zara Kumala Pengaruh Macam Media dan Hasil penelitian
Prameswari, Sri Zat Pengatur Tumbuh menunjukkan bahwa
Trisnowati, dan Terhadap Keberhasilan Penggunaan media moss +
Sriyanto Waluyo ( Cangkok Sawo (Manilkara ZPT mempercepat
2010 ) zapota (L.) van Royen) pada pembentukan kalus dan
Musim Penghujan meningkatkan perakaran
cangkokan sawo.
3 Solicha Faradilla Pengaruh macam dan Hasil penelitian
Baihaqqi (2016) konsentrasi zat pengatur menunjukkan pemberian
tumbuh terhadap keberhasilan dosis pupuk kandang
pencangkokan tunas salak kambing 30 Ton/Ha
ngulumut. memberikan hasil terbaik
terhadap variable
pengamatan pertumbuhan
tanaman kacang paanjang.
Varietas yang memiliki
hasil yang lebih baik pada
perlakuan macam varietas
kacang panjang yaitu
Varietas Parade

F. Hipotesa

Diduga perlakuan media tanam berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang


dicangkok.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Waktu : Senin / 25 November 2015
Pukul : 15.00 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo

B. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Cutter 1. Tanah
2. Gunting 2. Kompos
3. Plastik 3. Coco Peat
4. Tali Rafia 4. Serabut Kelapa
5. Label 5. Air
6. Ember 6. Tanaman Jambu Air
7. Tanaman Jambu Biji
8. Tanaman Puring
9. Tanaman Murbei

C. Metode Praktikum
Percobaan menggunakan data pengamatan tertulis yang disusun dalam 1 faktor
perlakuan. Faktor yang digunakan adalah empat (4) macam media tanam cangkok yaitu :
1. Cocopeat dan Plastik
2. Cocopeat dan Serabut Kelapa
3. Tanah, Kompos dan Plastik
4. Tanah, Kompos, dan Serabut Kelapa

D. Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Menyiapkan media yang dibutuhkan
3. Memilih cabang yang tanaman yang akan dicangkok
4. Menyayat kulit batang sampai kambiumnya terlihat
5. Membersihkan kambium dengan cara mengerik dengan cutter atau membersihkan
dengan kain lap
6. Menunggu sampai batang yang telah dikerat kering
7. Memberi ZPT (bawang merah)
8. Membungkus sayatan sesuai dengan perlakuan
9. Lakukan pengamatan selama kurang lebi 1 bulan.

E. Parameter

1. Hari muncul akar


2. Panjang Tunas
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari praktikum mencangkok yang telah dilakukan ini belum ada hasil karena pada
tahap ini pengamatan hasil belum dilakukan, selain itu karena kurangnya waktu penelitian
sehingga hasil tidak tercantum untuk data dari perbandingan media tanam . Sedangkan data
pengamatan hasil cangkokan ini hanya ada beberapa mahasiswa yang cangkok nya berhasil
yaitu dari media tanam cocopeat dan serabut kelapa.

Keberhasilan pembiakan vegetative dapat di lihat dari terbentuknya sistem perakaran.


Untuk mendukung keberhasilan tersebut sangat di perlukan kodisi fisiologis tanaman yang
tepat dan kondisi lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan akar (Hartman .,
1990). Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang
yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas
sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan axin, dan dengan adanya
media perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya akar
(Rokhiman dan Harjadi, 1973). Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang
memiliki sifat draenase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok.

Keberhasilan pencangkokan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :


umur dan ukuran batang, media, waktu pencangkokan dan jenis tanaman. Makin besar
diameter batang, akar yang terbentuk juga akan menjadi lebih banyak, hal ini disebabkan
karena permukaan bidang perakaran menjadi lebih luas. Umur batang sebaiknya masih
cukup muda (berwarna coklat/coklat muda) karena batang yang sudah tua (berwarna abu-
abu) umumnya lebih sulit dan lambat membentuk akar. Disamping ukuran dan umur batang,
media juga sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan akar cangkokan. Schmidt
(2002) manyatakan bahwa struktur fisik media merupakan hal yang menentukan dalam
proses perakaran. Akar cangkokan dapat berkembang dengan baik bila medianya memiliki
aerasi yang baik dan mampu menyediakan kelembaban yang cukup. Selain itu, suhu media
tidak boleh terlalu tinggi. Penambahan bahan organik pada media cangkokan dapat
meningkatkan keberhasilan cangkokan dan meningkatkan jumlah akar yang terbentuk

Penggunaan cocopeat sebagai media cangkok menunjukkan hasil yang lebih baik di
bandingkan media campuran tanah-kmpos, karena cocopeat memiliki draenasi dan aerasi
yang baik untuk pertumbuhan akar. Bisa di lihat dari kemampuannya mengikat/menahan air,
cocopeat memiliki kapasitas menahan air yang cukup tinggi yaitu mencapai 14,71 kali bobot
keringnya (Sutater et al., 1998). Kapasitas memegang air tersebut sangat penting untuk
menjaga kelembaban guna menghidari resiko kekeringan media (Singarum, 1994 dalam
Syamsuwida et al., 2001). Selain itu media cocopeat juga mempunyi berat jenis yang cukup
rendah yaitu 0,045, media dengan nilai berat jenis yang rendah akan memiliki ruang pori
(porositas) yang besar. Tingkat porositas berkaitan dengan tingkat kesarangan media,
sehingga dengan semakin kecil berat jenisnya maka semakain tinggi tingkat kesarangannya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberhasilan pencangkokan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : umur
dan ukuran batang, media, waktu pencangkokan dan jenis tanaman. Makin besar diameter
batang, akar yang terbentuk juga akan menjadi lebih banyak, hal ini disebabkan karena
permukaan bidang perakaran menjadi lebih luas. Umur batang sebaiknya masih cukup muda
(berwarna coklat/coklat muda) karena batang yang sudah tua (berwarna abu-abu) umumnya
lebih sulit dan lambat membentuk akar. Disamping ukuran dan umur batang, media juga
sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan akar cangkokan.

B. Saran

Sebaiknya penelitian ini dlakukan pada waktu musim hujan agar resiko kegagalannya
juga kecil. Selain itu untuk peneliti selanjutnya harus mempertimbangkan waktu yang lebih
lama lagi supaya hasil yang didapat maksimal dan kita juga mengerti media apa yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan cangkok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.
85 hlm

Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.Penerbit Universitas IndonesiaJakarta. 141-146 p.

Anonim. 2010. Jambu Air. (www.wikipedia.com) (29 November 2019)

Bramasto, Y., D. Syamsuwida, dan D. Iriantono. 1998. Pembuatan Cangkok dalam rangka

Penyiapan Kebun Benik Klon Acacia mangium Willd. Buletin Teknologi Perbenihan 5

(2) : 129 -138. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Dalimartha, 2002. Murbei (Morus alba L). http://www.pdpersi.co.id/persi ?show

=data/artikel.com Di akses Pada tanggal 15 Oktober

Hendromono. 1998. Pengaruh media organik dan tanah mineral terhadap mutu bibit Pterygota

alata ROXB, Buletin Penelitian Hutan No.617. Pusat Litbang Kehutanan. Bogor

Irawan, A. dan H.N. Hidayah. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai Media Sapih
pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia elegans (Blume) H. Keng. Jurnal
WASIAN. 1(2):73-76

Kuntarsih, 2006. Jambu Biji (psidium guajava). Surabaya : Trubus Agrisarana. Nainggolan,
Jasuman, 2009

Pardal, S. J. 2001. Pembentukan buahpartenokarpi melalui rekayasa genetika. Blutin Agrobio


4(2):45-49.

Heri, 2008, Puring dan Keunikannya. Retrieved from

Rochiman, K. dan Harjadi, S. S. 11973. Pembiakan Vegetatif. Bogor : Departemen Agronomi


Fakultas Pertanian IPB

Schmidt, L. 2002. Pedoman penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan,
Jakarta. 530 h

Sumekto , 2006. Pupuk-pupuk Organik. Klaten: Pt.Intan Sejati.


Wadianto, R. 1998. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Yuliprianto, H. 2010, Biologi Tanah dan Starategi Penggolahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu
LAMPIRAN

Cangkok dengan media Cocopeat + Serabut Kelapa

Cangkok dengan media tanam Tanah + Kompos + Plastik

Anda mungkin juga menyukai